Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Kata pengantar
Dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi, berbagai usaha dilakukan
oleh perusahaan, diantaranya berproduksi menggunakan teknologi modern, pengurangan biaya,
melakukan merger dan akuisisi, dan penggunaan sumber daya yang lebih murah.
Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memberikan hasil maksimal bagi stockholder. Saat ini,
perusahaan dituntut tidak hanya mengutamakan pemilik dan manajemen, tetapi juga seluruh
pihak yang yang terkait, seperti karyawan, konsumen, serta masyarakat dan lingkungan. Hal ini
karena keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Salah satunya
adalah dukungan lingkungan. Seringkali usaha peningkatan produktivitas dan efisiensi
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa pencemaran udara, air, dan pengurangan
fungsi tanah. Pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga
bermanfaat bagi perusahaan secara jangka panjang.
Pada era pergerakan perusahaan kearah green company, kalangan industri tidak hanya
dituntut untuk sebatas pengolahan limbah, tetapi tuntutan masyarakat-konsumen lebih jauh lagi
yaitu agar proses produksi suatu barang mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke
pembuangan suatu produk setelah dikonsumsi (digunakan) tidak merusak lingkungan.
Dalam upaya pelestarian lingkungan, ilmu akuntansi berperan melalui pengungkapan
sukarela dalam laporan keuangannya terkait dengan biaya lingkungan atau environmental costs.
Sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat akun-akun terkait dengan biaya lingkungan ini
disebut sebagai green accounting atau environmental accounting.
Secara internal, peran dari green accounting dapat memberikan sebuah motivasi bagi
manajer
untuk mengurangi biaya lingkungan yang ditimbulkan, yang akan berpengaruh terhadap
keputusan yang akan menjadi dasar eksistensi perusahaan di masa mendatang.
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi, Green Accounting, dan Corporate Social Responsibility (CSR)


1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pengguna yang
berkepentingan.
Berikut adalah rincian dari tiga aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam proses
akuntansi tersebut :
 Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi akan melibatkan pemilihan aktivitas-
aktivitas ekonomi yang relevan bagi organisasi tertentu.
 Setelah teridentifikasi, peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut dicatat untuk menjadi alut
aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas pembuatan jurnal peristiwa-
peristiwa secara sistematik dan kronologis, yang diukur dalam satuan mata uang dolar
atau sen. Di dalam pencatatan, peristiwa-peristiwa ekonomi juga akan diklasifikasikan
dan di buat iktisarnya.
 Aktivitas pengidentifikasian dan pencatatan tidak akan banyak memberikan manfaat,
kecuali informasi tersebut di komunikasikan kepada pengguna-pengguna yang
berkepentingan. Informasi keuangan akan disampaikan melalui laporan-laporan
Akuntansi yang tertuang dalam laporan keuangan.
Akuntansi dapat dibagi menjadi Akuntansi keuangan dan Akuntansi manajerial. Akuntansi
keuangan (financial accounting) adalah bidang Akuntansi yang menyediakan informasi
keuangan dan perekonomian bagi para investor, kreditor, dan para pengguna eksternal lainnya.
Akuntansi manajerial (managerial accounting) memberikan informasi keuangan dan
perekonomian bagi para manager dan pengguna internal lainnya.

2. Pengertian Green Accounting


Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan faktor biaya
lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Seperti diketahui bahwa produk domestik
bruto mengabaikan lingkungan dalam pembuatan keputusan.
Green Accounting is considered to be an important tool for understanding to influential aspect of
natural environment with respect to the economy. The data and information provided by
environmental accounts are determined to be in relation to the involvement of natural recources
in economic development and costs accured due to pollution or recources degradation.
Menurut EPA, hijau atau lingkungan akuntansi manajemen adalah identifikasi, prioritas,
kuantifikasi atau kualifikasi, dan penggabungan biaya lingkungan ke dalam keputusan bisnis.
Akuntansi manajemen lingkungan merupakan pendekatan gabungan yang menyediakan untuk
transisi data dari akuntansi keuangan dan akuntansi biaya untuk meningkatkan efisiensi bahan,
mengurangi dampak dan risiko lingkungan dan mengurangi biaya perlindungan lingkungan.
Dalam Environmental Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri lingkungan
Jepang (2005:3) dinyatakan bahwa akuntansi lingkungan mencakup tentang pengidentifikasian
biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan sarana atau cara terbaik
melalui pengukuran kuantitatif, serta untuk mendukung proses komunikasi yang bertujuan untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan, memelihara hubungan yang menguntungkan
dengan komunitas dan meraih efektivitas dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan.
Ditambahkan pengertian dari US EPA (1995) akuntansi lingkungan sebagai aspek dari sisi
akuntansi manajemen, mendukung keputusan manajer bisnis dengan mencakup penentuan biaya,
keputusan desain produk atau proses, evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya.
Environmental accounting is an anclusive field of accounting. It provides reports
inveronmental information to help make management decisions on pricing, controlling overhead
and capital budgeting, and external use, disclosing inveronmental information of interest to
public and to the financial community.

3. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan
oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka
terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana
kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar
profitability.
Menurut International Finance Corporation Komitmen dunia bisnis untuk memberi
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan,
keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka
melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

B. Perkembangan Green Accounting di Indonesia


Pada tahun 1992, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan Konferensi
Lingkungan dan Pembangunan atau Earth Summit di Rio de Janeiro untuk membahas
pembangunan yang berkelanjutan. Seperti yang tercantum dalam preamble of agenda-21, sebuah
rencana telah disepakati oleh lebih dari 178 pemerintah yang hadir. Dalam konferensi tersebut
membahas tentang semakin besar kesadaran akan masalah lingkungan akan meningkatkan
kesejahteraan di masa mendatang. Agenda 21 merekomendasikan agar negara-negara
menerapkan akuntansi lingkungan (INTOSAI Working Group on Environmental Auditing,
2010).
Berdasarkan artikel yang dimuat dalam majalah Akuntan Indonesia Edisi No.3 bulan
November tahun 2007, menyinggung tentang bagaimana peran akuntan terhadap lingkungan
yang makin memprihatinkan. Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan
Manajemen (IAI-KAM) yang juga merupakan Direktur Eksekutif National Center for
Sustainability Reporting (NCSR) Ali Darwin, Ak, MSc melihat ada empat hal mengapa
penekanan terhadap isu lingkungan semakin signifikan akhir-akhir ini.
Pertama, Ukuran perusahaan yang ukuran perusahaan yang semakin besar. Menurut Ali,
semakin besar perusahaan, diperlukan akuntabilitas yang lebih tinggi pula dalam pembuatan
keputusan berkaitan dengan operasi, produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Kedua,
Aktivis dan LSM semakin tumbuh. LSM bidang lingkungan hidup telah tumbuh dengan pesat di
seluruh dunia termasuk Indonesia. Kegiatan yang dilakukan oleh aktivis lingkungan hidup
semakin kompleks dan berkualitas. Mereka akan mengungkapkan sisi negatif perusahaan yang
berkaitan dengan isu lingkungan hidup dan akan berjuang menuntut tanggungjawab atas
kerusakan lingkungan atau dampak sosial yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan. Ketiga,
Reputasi dan citra perusahan. Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari bahwa reputasi,
merk, dan citra perusahaan merupakan isu strategis yang bernilai tinggi dan harus dilindungi.
Keempat, Kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang sangat cepat. Isu lingkungan dan
sosial yang berdampak negatif akan menyebar dan dapat diakes dengan mudahnya melalui
teknologi. Ali mengungkapkan pentingnya dilakukan pembangunan berkelanjutan oleh setiap
perusahaan karena perusahaan harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjalankan
tanggung jawab sosial dan lingkungannya.

C. Fungsi Green Accounting


Fungsi green accounting dibagi menjadi 2, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.
 Fungsi internal
Sebagai salah satu tahap dalam sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi internal
memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan menganalisa biaya lingkungan
dengan manfaatnya, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi aktivitas konservasi lingkungan
terkait dengan keputusan yang dibuat. Akuntansi lingkungan dapat berfungsi sebagai alat
manajemen yang digunakan manajer dan unit bisnis terkait.
 Fungsi Eksternal
Dengan mengungkapkan hasil pengukuran kuantitatif dari kegiatan konservasi lingkungan,
fungsi eksternal memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempengaruhi keputusan stakeholder,
seperti konsumer, mitra bisnis, investor, dan masyarakat lokal. Diharapkan bahwa publikasi dari
akuntansi lingkungan dapat memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam akuntabilitas
stakeholder dan digunakan untuk evaluasi dari konservasi lingkungan.
Intinya adalah bahwa akuntansi lingkungan bertujuan untuk meningkatkan jumlah informasi
yang relevan yang dibuat untuk pihak yang memerlukan dan dapat digunakan. Kesuksesan dari
akuntansi lingkungan tidak tergantung dari bagaimana perusahaan mengklasifikasikan biaya
yang terjadi di perusahaan.
D. Ruang Lingkup Green Accounting
Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya dan manfaat sosial sebagai akibat dari
aktivitas perusahaan dan pelaporan prestasi perusahaan Akuntansi lingkungan adalah sebuah alat
fleksibel yang dapat diterapkan dalam skala penggunaan dan cakupan ruang lingkup yang
berbeda. Skala yang digunakan tergantung dari kebutuhan, kepentingan, tujuan, dan sumber daya
perusahaan. Permasalahan dalam menentukan ruang lingkup akuntansi lingkungan adalah
bagaimana perusahaan dapat menentukan biaya lingkungan yang muncul akibat aktivitas
bisnisnya yang mana biaya tersebut terkadang tidak dapat diukur secara akuntansi. Semakin luas
cakupannya perusahaan mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengukurnya.

E. Konsep Green Accounting


Konsep sistem akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan dalam skala yang
besar maupun skala kecil dalam setiap industri dalam sektor manufaktur dan jasa. Penerapan
akuntansi lingkungan harus dilakukan dengan sistematis atau didasarkan pada kebutuhan
perusahaan. Keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan terletak pada komitmen
manajemen dan keterlibatan fungsional. Sebuah perusahaan tidaklah terlepas dari tanggung
jawab lingkungan, karena itu diperlukan suatu cara untuk mengintegralkan biaya lingkungan
misalnya konsep eksternalitas dimana konsep ini melihat dampak langsung aktivitas suatu entitas
terhadap lingkungan sosial, non-sosial dan ekologis. Langkah awal yang dapat dilakukan terkait
biaya lingkungan adalah dengan mengategorikan jenis biaya terkait dengan memerhatikan
beberapa aspek seperti lokasi situs limbah, jenis limbah berbahaya, metode pembuangan, dan
lainnya. Biaya lingkungan mengandung biaya yang eksplisit dan implisit. Biaya implisit seperti
biaya yang timbul akibat potensi kewajiban yang muncul.
Sistem penilaian biaya lingkungan dapat membantu memperbaiki keputusan-keputusan
yang terkait dengan keputusan bauran produk, pemilihan input produksi, penilaian pencegahan
pencemaran, evaluasi pengelolaan limbah serta penentuan harga produk. Terdapat beberapa cara
untuk mengetahui biaya-biaya lingkungan perusahaan yaitu dengan mengadopsi sistem akuntansi
konvensional, activity based costing, full cost accounting dan total cost assessment
F. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)
Dasar hokum Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia diatur dalam Undan-
undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1997
Tentang Pengelolan lingkungan Hidup terdapat dalam beberapa pasal, yaitu : (1) Pasal 6 ayat 1
berbunyi “setiap orang berkewwajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi kerusakan dan pencemaran”. (2) Pasal 16 ayat 1 berbunyi “setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha
dan/atau kkegiatan”. (3) Pasal 6 ayat 2 berbunyi “setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup”.
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yanag membahas
corporate social responsibility (CSR) terdapat dalam pasal : (1) Pasal 16 ayat 1 berbunyi
“menjaga kelestarian lingkungan hidup”. (2) Pasal 15 ayat 1 berbunyi “melaksanakan tanggung
jawab social perusahaan". Sedangkan dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, CSR dibahas dalam pasal : (1) Pasal 74 ayat 1 berbunyi “perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan”. (2) Pasal 74 ayat 2 berbunyi
“tanggung jawab social dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang di anggarkan dan di perhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”.

G. Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Green Accounting


Keadaan teknologi pada kehidupan manusia tentu mempengaruhi keseimbangan
lingkungan hidup yang berada disekitar manusia. Perkembangan teknologi yang pesat membuat
lingkungan disekitarnya sedikit demi sedikit akan terancam kelestariannya. Pada saat ini, setiap
negara berupaya untuk mengatasi potensi ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan
masalah lingkungan lainnya, dan hal ini merupakan kekuatan utama yang melatarbelakangi
munculnya akuntansi hijau.
Green accounting yang dasarnya merupakan penggabungan kebijakan keuangan dan non-
keuangan secara garis besar mengambil keputusan bisnis berdasarkan analisis biaya dan dampak
lingkungan dari kebijakan bisnis yang diterapkan. Melalui CSR analisis terhadap dampak
lingkungan serta estimasi biaya yang dikeluarkan secara otomatis akan mempengaruhi setiap
langkah perusahaan dalam mengambil kebijakan dalam menggunakan sumber daya alam yang
ada disekitarnya.
CSR sendiri merupakan alat bagi perusahaan untuk memperlihatkan tanggung jawabnya
kepada lingkungan dari hasil apa yang mereka peroleh. Melalui CSR perusahaan secara kontiniu
akan mempraktekkan apa yang disebut dengan Green Accounting.
Studi kasus akuntansi hijau diterapkan penilaian pasar terutama untuk penipisan sumber
daya alam. Dengan tidak adanya harga pasar untuk aset alam non-produksi, sumber daya alam
sewa yang diterima dengan menjual output di pasar sumber daya digunakan untuk
memperkirakan nilai sekarang bersih dan perubahan nilai (terutama dari deplesi) dari aset. Untuk
degradasi lingkungan, biaya pemeliharaan menghindari atau mengurangi dampak lingkungan
dapat diterapkan.
Sebuah kekuatan khusus akuntansi hijau adalah pengukuran biaya lingkungan yang
disebabkan oleh agen-agen ekonomi rumah tangga dan perusahaan. Pencemar terkenal /
pengguna membayar prinsip terus agen bertanggung jawab bertanggung jawab atas dampak
lingkungan mereka. Para ekonom menganggap instrumen pasar internalisasi biaya lingkungan
lebih efisien dalam membawa tentang produksi berkelanjutan dan pola konsumsi dari regulasi
lingkungan hidup top-down. Dengan tidak adanya informasi akuntansi hijau, urgensi politik
daripada perkiraan biaya rasional muncul untuk menentukan dalam banyak kasus pengaturan
instrumen pasar.
Oleh sebab itu, ruang lingkup CSR yang bergerak di lingkungan bisa menopang fungsi
dari green accounting itu sendiri. Apabila perusahaan telah melaksanakan CSR otomatis
perusahaan telah m enerapkan green accounting dalam mengambil sebuah kebijakan, apakah
itu kebijakan keuangan maupun kebijakan non keuangan.
H. Biaya-biaya dalam Green accounting
 Conventional Costs
Biaya menggunakan bahan baku, utilitas, barang modal, dan pasokan biasanya dibahas dalam
akuntansi biaya dan penganggaran modal, tetapi tidak dipertimbangkan sebagai biaya
lingkungan. Penurunan penggunaan dan sedikitnya limbah yang dihasilkan dari bahan baku,
utilitas, barang modal, serta pasokan yang ramah lingkungan dapat mengurangi degradasi
lingkungan dan penggunaan dari sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Penting untuk
memperhitungkan biaya tersebut sebagai keputusan bisnis, dengan melihat apakah biaya tersebut
dikatakan sebagai biaya lingkungan atau tidak.
 Potentially Hidden Costs
Potentially hidden costs adalah biaya-biaya yang mungkin berpotensi tersembunyi dari
manajer. Diantaranya adalah upfront environmental costs¸ yang terjadi sebelum proses operasi.
Biaya ini dapat mencakup biaya untuk rancangan produk ramah lingkungan, kualifikasi
pemasok, evaluasi peralatan pengendalian pencemaran alternatif, dan sebagainya.
 Contingent Costs
Contingent costs atau biaya kontinjensi adalah biaya yang mungkin atau tidak mungkin terjadi di
masa depan. Misalnya biaya untuk kompensasi atas kecelakaan pencemaran lingkungan, denda
dan hukuman pelanggaran peraturan di masa depan atau biaya tak terduga lainnya atas
konsekuensi di masa depan.
 Image and Relationship Costs
Beberapa biaya lingkungan dapat disebut “less tangible” atau “tangible” karena biaya ini
dikeluarkan untuk mempengaruhi persepsi manajemen, pelanggan, karyawan, masyarakat, dan
regulator. Biaya ini juga dapat disebut sebagai biaya “citra perusahaan”. Biaya kategori ini dapat
termasuk biaya pelaporan lingkungan tahunan dan kegiatan hubungan masyarakat, biaya yang
dikeluarkan sukarela untuk kegiatan lingkungan seperti menanam pohon, dan biaya yang
dikeluarkan untuk program penghargaan atau pengakuan.
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan
faktor biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan.
Funsi green accounting terbagi atas 2 bagian, yaitu fungsi internal dan fungsi
eksternal. Tetapi pada dasarnya fungsi green accounting bertujuan untuk meningkatkan
jumlah informasi yang relevan yang dibuat untuk pihak yang memerlukan dan dapat
digunakan.
Hubungan antara green accountig dan Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah seperti yang kita ketahui bahwa keadaan teknologi pada kehidupan manusia tentu
mempengaruhi keseimbangan lingkungan hidup yang berada disekitar manusia.
Perkembangan teknologi yang pesat membuat lingkungan disekitarnya sedikit demi
sedikit akan terancam kelestariannya. Pada saat ini, setiap negara berupaya untuk
mengatasi potensi ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan masalah
lingkungan lainnya, dan hal ini merupakan kekuatan utama yang melatarbelakangi
munculnya akuntansi hijau.
CSR sendiri merupakan alat bagi perusahaan untuk memperlihatkan tanggung
jawabnya kepada lingkungan dari hasil apa yang mereka peroleh. Melalui CSR
perusahaan secara kontiniu akan mempraktekkan apa yang disebut dengan Green
Accounting.
B. SARAN
Hal yang masih menjadi PR bagi dunia bisnis adalah bagaimana melaksanakan konsep
green accounting secara berkelanjutan.
Seperti yang kita ketahui, masih sangant banyak perusahaan yang belum mampu
menjalankan konsep tersebut, yang mana permasalahan utama yang belum banyak
diketahui adalah pemahaman kita yang salah mengenai konsep green accounting.
Banyak perusahaan berpikir bahwa konsep green accounting hanya mampu dijalankan oleh
perusahaan berskala menengah-atas karena memiliki modal yang cukup untuk menerapkan
konsep tersebut, padahal fungsi utama dari green accounting adalah fungsi internal yang
memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan menganalisa biaya lingkungan
dengan manfaatnya, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi aktivitas konservasi lingkungan
terkait dengan keputusan yang dibuat, dan fungsi eksternal yang memungkinkan sebuah
perusahaan untuk mempengaruhi keputusan stakeholder, seperti konsumer, mitra bisnis, investor,
dan masyarakat lokal. Dari kedua fungsi tersebut sudah bisa kita tetapkan tujuan utama dari
green accounting adalah untuk efisensi kerja yang berkelanjutan dimana tidak ada pihak yang
dirugikan baik perusahaan maupun masyarakat luas.
Harapan kami, semoga perusahaan-peerusahaan di Indonesia terus meningkatkan penerapan
konsep greeen accounting agar dapat menjamin kualitas hidup bagi generasi selanjutnya. Karena
kegagalan generasi di masa yang akan datang adalah kesalahan generasi sekarang yang kurang
memperdulikan generasi yang akan datang.
Daftar pustaka
[1] Jerry W. Weygant, Accounting Principles: Pengantar Akuntansi 7th Edition, (Salemba
Empat, Jakarta:2007), hal. 4-5
[2] Ibid, hal. 9
[3] International Journal Business and Management; Vol. 7, No. 20; 2012 (Canadian Centre
Economic and Education)
[4] Business strategy and the Environment; 2004, (Wiley Inter Sciens)

Anda mungkin juga menyukai