“CA MAMMAE”
Oleh:
Rahmaniar Irasanti Putri
H1A 014 066
Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya. Laporan Kasus Ilmu
Bedah yang berjudul “Ca Mammae” disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya di Bagian/SMF Ilmu Bedah, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Ramses Indriawan,Sp.B (K) Onk dan semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan referat
ini. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya bagi
penulis dan pembaca dalam menjalankan praktik sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.
Penulis
2
BAB I
Pendahuluan
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis
kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan angka
kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari
kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki-laki dengan
frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang
lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan1,2.
Terapi pada kanker payudara harus diawali dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
yakni dalam penetapan stadium. Diagnosa dan terapi pada kanker payudara dilakukan dengan
pendekatan humanis dan komprehensif. Tujuan dari terapi kanker pada umumnya dibagi
menjadi 2 yakni tujuan kuratif dan tujuan paliatif. Pada tujuan kuratif, harapan terapi yang
diberikan akan memberikan kesembuhan dan memperpanjang surival. Pada tujuan paliatif
dan simptomatik, terapi yang diberikan akan memperbaiki keadaan umum penderita
dengan sedikit harapan memperpanjang survival 3.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Ny Rh
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 2 November 1969
Alamat : Pagesangan Indah Mataram
No. RM : 015142
Tanggal Pemeriksaan : 15 Oktober 2018
4
nama obat yang diberikan. Pasien juga sudah menggunakan pengobatan herbal, tetapi
keluhan tidak membaik dan payu dara bertambah besar.
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 129/70
HR : 86 ×/menit
RR : 20 ×/menit
Suhu : 36,60C
3. Kepala – Leher
Inspeksi
Kepala : Normochepali, tidak tampak benjolan atau massa pada kepala, tidak terdapat
kelainan bentuk kepala.
Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek pupil +/+, pupil bulat
isokor.
Wajah : ekspresi dalam batas normal.
5
Telinga: deformitas (-), otorea (-), massa (-), tanda peradangan (-), simetris kiri dan kanan.
Hidung : deformitas (-), rhinorrhea (-), deviasi septum (-), sekret (-).
Mulut : bibir sianosis (-), stomatitis (-), lidah berwarna merah muda, atropi papil lidah (-)
tonsil hiperemis (-) T2/T2.
Leher : Massa (-), pembesaran tiroid (-), pembengkakan submadibula (-), pembesaran
KGB (-).
Palpasi
Kepala : Massa (-), nyeri (-).
Mata : dalam batas normal.
Telinga : Massa (-), nyeri (-).
Hidung : krepitasi (-), nyeri (-), massa (-), dalam batas normal.
Leher : Massa (-), pembesaran tiroid (-), pembengkakan submadibula (-)
4. Thoraks
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-), ictus cordis tidak tampak,
tipe pernafasan thorakoabdominal.
Palpasi : pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-), ictus
cordis teraba.
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
- Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
- Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
5. Payudara
Inspeksi :
Payudara sinistra: ditemukan warna kulit pada payu dara kiri lebih gelap, nipple discharge
(-), ulkus (-), peau d’orange (-), retraksi papilla (+).
6
Payudara dextra: Luka (-), nipple discharge (-), perubahan warna kulit (-), ulkus (-), krusta
(-), peau d’orange (-), retraksi papilla (-).
Palpasi :
Payudara sinistra : nyeri tekan (-), terdapat 2 massa pada daerah kuadran atas bagian
lateral dengan ukuran 3x4 cm dan 2x3 cm dengan permukaan rata, berbatas tegas dan
terfiksir, serta terdapat masa pada daerah kuadran atas bagian medial dengan ukuran
±15x10 cm dengan permukan yang berbonjol – bonjol, tidak berbatas tergas, dan terfiksir.
Serta terdapat pembesaran KGB pada axila sinistra.
Payudara dextra : nyeri tekan (-), massa tumor (-), pembesaran KGB aksila dextra (-),
pembesaran KGB infra-klavikula dextra (-), pembesaran KGB supra-klavikula dextra (-)
6. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), jejas (-), skar (-), massa (-), pelebaran vena (-)
7
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen.
7. Ekstremitas
Atas :
Akral hangat : +/+
Edema : -/-
Deformitas : -/-
Bawah :
Akral hangat : +/+
Edema : -/-
Deformitas : -/-
8
Rontgen Thoraks
X. Resume
Pasien datang dengan keluhan payu dara kiri membesar. Payu dara yang membesar ini
diawali dengan adanya benjolan yang kecil sejak 16 tahun yang lalu. Pasien mengaku adanya
benjolan tersebut setelah melahirkan anak keduannya. Benjolan makin bertambah jumlahnya dan
ukurannya sejak 3 tahun terakhir. Pasien mengaku tidak merasakan adanya nyeri pada payu dara
dan tidak pernah mengalami sesak nafas. Pasien mengatakan pertama kali menstruasi saat pasien
berusia 15 tahun
Pada palpasi payudara sinistra didapatkan nyeri tekan (-), terdapat 2 massa pada daerah
kuadran atas bagian lateral dengan ukuran 3x4 cm dan 2x3 cm dengan permukaan rata, berbatas
tegas dan terfiksir, serta terdapat masa pada daerah kuadran atas bagian medial dengan ukuran
±15x10 cm dengan permukan yang berbonjol – bonjol, tidak berbatas tergas, dan terfiksir. Serta
terdapat pembesaran KGB pada axila sinistra.
9
XI. Diagnosis Kerja
Kanker payudara (T3N1Mx) stadium II B
XII. Planning
Biopsi
Radiasi
Kemoterapi
XIII. Prognosis
Dubia
10
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Kanker payudara atau disebut sebagai karsinoma mamae merupakan kanker solid yang
mempunyai insidensi tertinggi nomor satu di Negara Barat/maju. Di Indonesia, kanker payudara
merupakan kanker dengan insidensi nomor dua setelah kanker leher Rahim dan diperkirakan
dalam waktu singkat akan merupakan kanker dengan insidensi tertinggi pada wanita. Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Serikat adalah 27/100.000 dan diperkirakan terdapat lebih
dari 200.000 kasus per tahun dengan angka kematian lebih dari 40.000 kasus pertahun1,2
Malignant (Carcinoma)1
1. Non Invasive Carcinoma
a. Non invasive ductal carcinoma
b. Lobuklar carcinoma in situ
2. Invasive Carcinoma
a. Invasive ductal carcinoma
a1. Papillobular carcinoma
a2. Solid-tubular carcinoma
b. Special type
b1. Mucinous carcinoma
b2. Medularry carcinoma
b3. Invasive lobular carcinoma
b4. Adenoid cystic carcinoma
b5. Squamous cell carcinoma
b6. Spindle cell carcinoma
b7. Apocrine carcinoma
11
b8. Carcinoma with cartilaginous and or osseus metaplasia
b9. Tubular carcinoma
b10. Secretory carcinoma
b11. Others
12
Setiap keganasan dapat dibedakan menjadi 3 gradasi, dimana gradasi merupakan sebuah
keadaan penilaian variasi sel berdasarkan histopatologi untuk menentukan prognosis dan
optimalisasi pengobatan. Gradasi histologi kanker payudara dibuat berdasarkan pembentukan
tubulus, plemorfisme dari nucleus, jumlah mitosis/mitotic rate, dan dibagi menjadi sebagai
berikut2:
Gradasi I: terdiferensiasi baik
Gradasi II: terdiferensiasi sedang
Gradasi III: terdiferensiasi buruk
Gradasi X: apabila karena berbagai hal, gradasi histologis tidak dapat dinilai
Kanker payudara dengan grade I atau terdiferensiasi baik mempunyai prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan grade II dan grade III (terdiferensiasi sedang dan terdiferensiasi buruk).
13
14
Gambar. 4. Staging Kanker Payudara4
15
T1 : Tumor dengan ukuran terpanjang 2 cm atau kurang
T1mic : ada mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm
T2 : Tumor dengan ukuran terpanjang lebih dari 2 cm sampai 5 cm
T3 : Tumor dengan ukuran terpanjangt lebih dari 5 cm
T4 : Tumor dengan ukuran berapapun dengan infiltrasi/ekstensi pada dinding dada atau kulit
Catatan: dinding dada termasuk iga/kosta, otot interkostalis dan otot serrratus anterior, tetapi
tidak termasuk otot pektoralis (eksterna ataupun interna).
16
pada KGB aksila, atau klinis terdapat metastasis pada KGB mamaria interna dan
metastasis KGB aksila.
N3a : Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral.
N3b : Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGB aksila
N3c : Metastasis ke KGB supraklavikula
M = Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
17
3. Untuk menentukan prognosis dari masing-masing stadium dengan pemerian modalitas
yang disepakati, dan
4. Pemeriksaan standar dari masing-masing stadium T, terutama untuk menentukan stadium
N ataupun M
2.5 Diagnosis1,2
Anamnesis
a. Keluhan di Payudara dan Aksila
Adanya benjolan padat
18
Ada tidaknya rasa nyeri (awal pertumbuhan KPD sering tidak menimbulkan rasa
nyeri)
Kecepatan tumbuh (agresivitas, doubling time tumor, Gompertz curve)
Nipple discharge (satu sisi, satu muara, warna merah/ darah/ serosanguinous, disertai
masa tumor)
Retraksi papilla mama
Krusta dan eksim yang tidak sembuh pada areola atau papilla mama dengan atau
tampa masa tumor (Paget’s disease)
Kelainan kulit diatas tumor (skin dimpling, ulceration, venous ectasia, peau d’orange,
satellite nodules)
Perubahan warna kulit
Adanya benjolan di aksila atau di leher/supraklavikula (pembesaran KGB aksila,
supraklavikula)
Edem lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila ipsilateral
b. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis)
Nyeri tulang yang terus-menerus dan semakin berat (di daerah vertebra, pelvis,
femur)
Rasa sakit, “nek” dan “penuh” di ulu hati
Batuk yang kronis dan sesak napas
Sakit kepala hebat, muntah dan gangguan sensorium
c. Factor-faktor risiko (terkena kanker payudara/KPD)
Usia penderita (semakin tua semakin meningkat risikonya)
Usia melahirkan anak pertama “aterm” (> 35 tahun semakin tinggi risiko)
Paritas
Riwayat laktasi (tidak laktasi sedikit meningkatkan risiko)
Riwayat menstruasi (menarche yang awal dan menopause yang lambat)
Pemakaian obat-obat hormonal (pil KB, HRT) yang digunakan jangka panjang
Riwayat keluarga dengan KPD (pada keluarga wanita terutama KPD laki-laki
pada keluarga) dan kanker ovarium (family clustering breast cancer and
familial/Hariditary breast cancer, BRCA1 dan BRCA2)
19
Riwayat operasi tumor payudara jinak seperti atypical ductal hyperplasia, florid
papilloma)
Riwayat operasi kanker ovarium (pada usia muda)
Riwayat radiasi di daerah dada/payudara pada usia muda (radiasi terhadap
Hodgkin disease/Non Hodgkin Lymphoma)
20
b. Status lokalis
Pemeriksaan payudara kanan dan kiri (ipsilateral dan kontralateral)
Masa tumor
Lokasi (kuadran)
Ukuran (diameter terpanjang)
Konsistensi
Permukaan tumor
Bentuk dan batas tumor
Jumlah tumor (yang palpable)
Fiksasi tumor pada kulit, muskulus pektoralis, dinding thoraks.
Perubahan kulit
Kemerahan, edematous, dimpling, ulkus, satellite nodules
Gambaran kulit jeruk peu d’orange
Papilla mamae
Retraksi
Erosi
Krusta
Eksim
Discharge (ipsilateral, satu muara, bloody)
KGB regional
21
KGB aksila, palpable, ukuran, konsistensi, konglomerasi, fiksasi satu dengan yang
lain atau dengan jaringan sekitar
KGB infra-klavikula
KGB supra-klavikula
Pemeriksaan organ yang menjadi tempat dan dicurigai terjadi metastasis
22
- Mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi. Untuk memperoleh
interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi
dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up /
kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun,
namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi
sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari
hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman
pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk
standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografidigunakan
BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology.
Tanda primer berupa:
a. Densitas yang meninggi pada tumor
b. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
c. Gambaran translusen disekitar tumor
d. Gambaran stelata.
e. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
f. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder:
1. Retraksi kulit atau penebalan kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
- USG mamae
23
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
o Permukaan tidak rata
o Taller than wider
o Tepi hiperekoik
o Echo interna heterogen
o Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.
- Foto thoraks
- USG abdomen (hepar)
b. Optional (atas indikasi)
- Bone scanning (diameter KPD > 5 cm, T4/LABC, klinis dan sitology mencurigakan)
- Bone survey
- CT-scan
- MRI (untuk evaluasi volume tumor)
Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy/FNAB/FNA)
- Dilakukan pada lesi/tumor payudara yang klinis dan radiologis/imaging dicurigai
ganas.
- Biopsy terbuka memberikan informasi lebih detail, terutama sebagai factor predictor
dan prognostic.
Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
- Stereotatic biopsy dengan bantuan USG atau mammografi pada lesi nonpalpable
- Core Neddle Biopsi (micro-specimen)
- Vacuum assisted biopsy (mammotome)
- Biopsy insisional untuk tumor:
KPD operable dengan diameter > 3 cm, sebelum operasi definitive
Inoperable diagnostic, factor predictor dan prognostic
- Specimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB regional
- Pemeriksaan Imunohistokimia (IHC) terhadap ER, PR, Her-2, Cethepsin-D, VEGF,
BCL-2, P53.
24
Gambar 3: Teknik Biopsi Jarum Halus, Core dan Biopsi Terbuka Incisional/Excisional1.
25
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara. Pencegahan
primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat
kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer atau supaya tidak
terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor-faktor risiko kanker payudara,
seperti yang telah disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya1,2.
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker
payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada
kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan1,2.
Beberapa tindakan untuk skrining adalah:
Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
Mammografi skrining
Mamografi dilakukan secara periodic dengan interval: (rekomendasi American Cancer
Society)
a. Wanita berusia 35-39 tahun dilakukan 1 kali sebagai basal mammogram
b. Wanita berusia 40-49 tahun dilakukan seitan 2 tahun
c. Wanita berusia 50-60 tahun seitan 1 tahun
d. Wanita > 60 tahun biasanya mempunyai compliance yang rendah, tetapi
dianjurkan seitan 1 tahun.
2.11 TERAPI
Modalitas terapi pada kanker payudara meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi
biologis (terapi target molekul/terapi imunologi), dan terapi hormonal .
1. Pembedahan
Terapi bedah: terutama untuk kanker payudara stadium awal. Tipe
pembedahan :
- Mastektomi radikal (Halstedt Radical Mastectomy)
- Modified Radical Mastectomy (Patey : memotong m. Pectoralis minor untuk
dapat melakukan diseksi axilla sampai level 3)
- Modified Radical Mastectomy (Unchincloss & Maaden) : mempertahankan m.
Pectoralis mayor dan minor)
26
- Mastektomi simple (Mc Whirter) ditambah radioterapi t.u. pada axilla
- BCS (Breast Conserving Surgery) : eksisi tumor primer dengan atau tanpa
diseksi axilla dan radioterapi.
Pembedahan pada kanker payudara2:
a. Mastektomi
- Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) adalah tindakan pengangkatan tumor
payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai
diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi
MRM antara lain kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan
pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan
tumor.
- Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level
I, II, III secara en bloc. Indikasi mastektomi radikal klasik yakni (1) Kanker
payudara stadium IIIB yang masih operable, atau (2) Tumor dengan infiltrasi ke
muskulus pektoralis mayor
- Mastektomi dengan teknik onkoplasti adalah rekonstruksi bedah yang dapat
dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun ahli bedah yang
kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah
onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog
seperti flap latissimus dorsi (LD) atau flap transverse rectus abdominis
myocutaneous (TRAM); atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi
dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue
expander sebelumnya.
- Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi mastektomi
simple adalah Phyllodes tumour besar, keganasan payudara stadium lanjut dengan
27
tujuan paliatif menghilangkan tumor, penyakit Paget tanpa massa tumor, dan
DCIS
- Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila. Indikasi mastektomi subkutan antara lain
mastektomi profilaktik, dan prosedur onkoplasti.
2. Radioterapi3
28
Radioterapi merupakan terapi loko-regional dan pada umumnya eksternal dengan Co60
ataupun terapi dengan sinar X. Radioterapi dengan brachytherapy hanya dikerjakan pada
kasus selektif dan hanya pada senter yang mempunyai fasilitas.
Radioterapi dapat dilakukan sebagai:
a. Radioterapi neoadjuvant (sebelum pembedahan)
b. Radioterapi adjuvant (setelah pembedahan)
c. Radioterapi palliative diberikan sebagai terapi paliatif, baik pada tumor primer
ataupun pada metastatis tulang, cerebral, dan sebagainya.
3. Kemoterapi 3
Kemoterapi diberikan sebagai obat kombinasi. Kombinasi kemoterapi yang telah menjadi
standar adalah:
- CMF (Cyclophosphamide-Methotrexate-5Fluoro Uracil)
- CAF; CEF (Cyclophosphamide-Adriamycin/Epirubicin-5Fluoro Uracil)
- TA (Taxanes-Adriamycin)
- Gapecitabine (Xeloda-oral)
- Beberapa kemoterapi lain, seperti Navelbine, Gemcitabine (+cisplatinum)
digunakan sebagai obat kemoterapi lini ke 3
29
- Kemoterapi neoadjucant : 3 siklus
- Kemoterapi terapeutik : Diberikan sampai metastatis hilang atau terjadi
intoksikasi
- Kemoterapi paliatif : diberikan jangka panjang dengan tujuan paliatif
CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Diulang setiap 3 minggu / 21 hari
CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Diulang setiap 3 minggu / 21 hari
AC
- Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
- Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Diulang setiap 3 minggu
TA (Taxane – Doxorubicin)
- Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
Atau
- Docetaxel 90mg/m2, hari 1
- Doxorubicin 90 mg/m2, hari 1
Diulang setiap 3 minggu
CMF
- Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
Diulang setiap 3-4 minggu
30
4. Obat-obat target (molecular targeting therapy) 3
Ditujukan terutama jika ada indikasi yaitu adanya ekspresi protein tertentu pada jaringan
kanker, seperti:
Ekspresi Her2/Neu protein : Trastuzumab (diberikan minimal 1 tahun)
Ekspresi VEGF/R : Bevacizumab
Pada umumnya, molecular targeting therapy diberikan bersama kemoterapi
5. Terapi Hornomal 3
Pemberian terapi hormonal terutama pada penderita kanker payudara dengan reseptor
hormonal (steroid receptors) yang positif, teruma ER (estrogen receptor) dan PR
(Progesteron receptor) positif. Idealnya pemberian terapi hormonal diberikan pada ER +,
dan PR +, tetapi pada kombinasi dengan salah satu reseptor negative juga dapat
dilakukan. Adanya reseptor hormonal ER/PR positif pada wanita premenopause dan
postmenopause juga berbeda dan memerlukan pertimbangan tersendiri. Kombinasi
ER/PR positif yang disertai dengan HER2/NEU yang positif memerlukan pertimbangan
tersendiri.
Pemberian terapi hormonal dapat bersifat :
- Additive (memberikan terapi hormonal tambahan)
- Ablative (menghilangkan sumber hormonal tertentu)
Beberapa obat-obat tertentu yang dipergunakan sebagai terapi hormonal adalah:
- Tamoxifen
- Aromatase inhibitors (Letrozole, Anastrozole & Exemestan)
- GnRH (Gonadotropin Releasing Hormones)
31
2.12 PROGNOSIS2
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Berikut 5 years
survival berdasarkan stadium tumor:
Stadium T N M 5 years survival
0 Tis N0 M0 100 %
I T1 N0 M0 100%
IIA T0 N1 M0 92%
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0 81%
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0 67%
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
IIIB T4 N0 M0 54%
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Tiap T N3 M0 40%
IV Tiap T Tiap N M1 20%
32
Daftar Pustaka
1. Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Komite Penanggulangan
Kanker Nasional. 2014.
2. Manuaba T.W. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid: PERABOI 2010; Pg 17-48.
Jakarta: SagungSeto.
4. Roche. Breast Cancer A Guide for Jounalists on Breast Cancer and its Treatment. 2016
5. Kabel AM, Baali FH. Breast Cancer : Insights into Risk Factors , Pathogenesis ,
Diagnosis and Management. J Cancer Res Treat [Internet]. 2015;3(2):28–33. Available
from: http://pubs.sciepub.com/jcrt/3/2/3
6. Price SA., Wilson LM., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Volume 1 Edisi . 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Haryono S.J, Sukasah C, Swantari N.M, Manuaba T.W, Bisono. Payudara. Dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah De Jong. Ed: 3; P 471-497. 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
33
34