PENDAHULUAN
1
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami
kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus
dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka
bakar tertentu.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar luka bakar (combustio)
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan luka bakar (combustio)
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Luka bakar merupakan luka yang terjadi karena terbakar api bisa
secara langsung maupun tidak langsung, juga bisa disebabkan oleh
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, ataupun bahan kimia. Luka
bakar disebabkan oleh api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
karena tersiram air panas banyak dan biasanya terjadi pada kecelakaan dari
rumah tangga (Sjamsuhidayat, 2004).
Luka bakar ialah luka yg disebabkan oleh suhu tinggi, & disebabkan
banyak factor, yakni fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik
yg mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat
(Triana, 2007).
Luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya dari api,
matahari, uap, listrik, bahan kimia, & cairan atau benda panas. Luka bakar
bisa saja hanya berupa luka ringan yg dapat diobati sendiri atau kondisi
berat yg mengancam nyawa yg membutuhkan perawatan medis yg intensif
(PRECISE, 2011)
Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan prosentase.
Pengukuran ini disebut rule of nines dan pada bayi dan anak anak
dilakukan beberapa modifikasi. Rule of nines membagi tubuh manusia
dewasa dalam beberapa bagian dan setiap bagian dihitung 9%.
3
o Kepala = 9%
o Dada bagian depan = 9%
o Perut bagian depan = 9%
o Punggung = 18%
o Setiap tangan = 9%
o Setiap telapak tangan = 1%
o Selangkangan = 1%
o Setiap kaki = 18%
Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan
rule of nine, sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab
permukaan kulit relatif bagus sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan
dan suhu masih baik. Jika luas luka bakar lebih dari 15 – 20% maka tubuh
telah mengalami kehilangan cairan yang cukup signifikan. Jika cairan
yang hilang tidak segera diganti maka pasien dapat jatuh ke kondisi syok
atau renjatan. Semakin luas atau besar prosentase luka bakar maka resiko
kematian juga semakin besar. Pasien dengan luka bakar dibawah 20%
biasanya akan sembuh dengan baik, sebaliknya mereka yang mengalami
luka bakar lebih dari 50% akan menghadapi resiko kematian yang tinggi.
4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
1. Lapisan epidermis
a. Stratum korneum, selnya telah mati, tidak memiliki inti sel, inti
selnya sudah mati & didalamnya mengandung keratin, suatu
protein fibrosa tidak larut yg membentuk barier terluar dari kulit &
memiliki kapasitas untuk dapat mengusir patogen & mencegah
hilangannya cairan yg berlebihan dari dalam tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini biasanya hanya terdapat
pada daerah telapak tangan & telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari beberapa sel pipi
seperti kumparan, sel-sel tersebut umumnya hanya 2-3 lapis yg
sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini adalah lapisan
yg paling tebal & biasanya terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya
terdiri dari sel yg bentuknya poligonal (banyak sudut & memiliki
tanduk).
5
e. Stratum basal/germinatum. Disebut sebagai stratum basal lantaran
sel-sel tersebut terletak pada bagian basal/basis.
2. Lapisan dermis
6
Kelenjar Pada Kulit :
2.1.3 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat terjadi akibat paparan api, baik dengan
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya akibat terkena siraman
air panas yg banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu,
pajanan suhu tinggi dari sinar matahari, listrik maupun bahan kimia juga
dapat menyebabkan terjadinya luka bakar. Secara garis besar, Timbulnya
luka bakar dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Paparan api
a. Flame
7
Akibat adanya kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, & menyebabkan timbulnya cedera langsung ke jaringan
tersebut. Api akan membakar pakaian terlebih dulu baru setelah
itu mengenai tubuh. Serat alami pada pakaian memiliki
kecenderungan untuk dapat terbakar, sedangkan serat sintetik
pada pakaian cenderung meleleh/menyala & menimbulkan
terjadinya cedera tambahan.
Terjadi akibat adanya kontak dengan air panas. Semakin kental cairan
& semakin lama durasi waktu kontaknya, semakin besar risiko
kerusakan yg akan ditimbulkan. Luka yg disengaja/ akibat kecelakaan
dapat dibedakan berdasarkan atas pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan. Sedangkan
pada kasus yg disengaja, luka biasanya melibatkan seluruh ekstremitas
dalam pola sirkumferensial dengan garis yg menandai permukaan
cairan.
3. Uap panas
4. Gas panas
8
Inhalasi dapat menyebabkan adanya cedera thermal lokasi pada
saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat adanya edema.
5. Aliran listrik
2.1.4 Klasifikasi
9
6) Contohnya adalah luka bakar akibat sengantan matahari.
10
lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi
penambalan kulit (skin graft).
11
yang dihitung berdasarkan persentase, misalnya dengan cara Rule of
Nine dari Wallace dan derajat kedalaman luka bakar. Disamping
faktor tersebut ternyata masih terdapat faktor-faktor lain yang
berperan menentukan berat ringannya luka bakar seperti usia,
ada/tidaknya cedera inhalasi, dan sebagainya. Banyak cara
menghitung luas luka bakar, tetapi yang banyak dipakai adalah cara
Rule of Nine dari Wallace, adalah sebagai berikut (untuk dewasa):
TABEL 1
LUAS LUKA BAKAR BERDASARKAN RULE OF NINE
NO AREA %
1 Head and neck 9
2 Anterior trunk 18
3 Posterior trunk 18
4 Genitalia 1
5 Right arm 9
6 Left arm 9
7 Right thigh 9
8 Left thigh 9
9 Right leg 9
10 Left leg 9
Total 100
Perhitungan luas luka bakar untuk anak ≤ 15 tahun ditetapkan
berdasarkan modifikasi dari Rule of Nine sebagai berikut:
TABEL 2
LUAS LUKA BAKAR BERDASARKAN RULE OF NINEUNTUK
USIA ≤ 15 TAHUN
DAERAH
0-1
NO PERMUKAAN 5 TH 15 TH
TH
TUBUH
1 Kepala, muka dan leher 18 % 14 % 10 %
2 Badan sebelah depan 18 % 18 % 18 %
12
3 Badan sebelah 18 % 18 % 18 %
belakang
4 Alat gerak atas kanan 9% 9% 9%
5 Alat gerak atas kiri 9% 9% 9%
6 Alat gerak bawah 14 % 16 % 18 %
kanan
7 Alat gerak bawah kiri 14 % 16 % 18 %
Jumlah total 100 100 % 100
% %
Antara umur 1-5 tahun, tiap tahun tiap tungkai bertambah 0,4 %
dan antara umru 5-15 tahun, tiap tahun tiap tungkai bertambah 0,2 %.
Satu telapak tangan penderita mempunyai luas 1 % dari luas
tubuhnya. Disamping dengan cara Rule of Nine, ada cara yang kadang
dipakai untuk menghitung luas permukaan tubuh yang terkena luka
bakar sesuai dengan golongan usia. Cara ini menggunakan Lund and
Browder Chart.
TABEL 3
LUAS LUKA BAKAR BERDASARKAN LUND AND BROWDER
CHART
AGE-YEARS
NO AREA
0-1 1-4 4-9 10-15 ADULT
1 Head 19 17 13 10 7
2 Neck 2 2 2 2 2
3 Anterior trunk 13 17 13 13 13
4 Posterior trunk 13 13 13 13 13
5 Right buttock 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
6 Left buttock 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
7 Genitalia 1 1 1 1 1
8 Right upper arm 4 4 4 4 4
9 Left upper urm 4 4 4 4 4
10 Right lower arm 3 3 3 3 3
13
AGE-YEARS
NO AREA
0-1 1-4 4-9 10-15 ADULT
11 Left lower arm 3 3 3 3 3
12 Right hand 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
13 Left hand 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
14 Right thigh 5½ 6½ 8½ 8½ 9½
15 Left thigh 5½ 6½ 8½ 8½ 9½
16 Right leg 5 5 5½ 6 7
17 Left leg 5 5 5½ 6 7
18 Right foot 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
19 Left foot 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
Berdasarkan berat / ringan luka bakar, diperoleh beberapa
kategori penderita (Yefta Moenadjat, 2003):
a. Luka bakar berat / kritis (major burn)
1) Derajat II-III > 20% pada klien berusia di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun.
2) Derajat II-III > 25% pada kelompok usia selain disebutkan
pada butir pertama.
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan perineum.
4) Adanya trauma pada jalan napas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar.
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi.
6) Disertai trauma lainnya (misal fraktur iga / lain-lain).
7) Klien-klien dengan risiko tinggi.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III < 10%.
2) Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun
atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III < 10%.
3) Luka bakar dengan derajat III < 10% pada anak maupun
dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.
c. Luka bakar ringan (mild burn)
14
1) Luka bakar dengan luas < 15% pada dewasa.
2) Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut.
3) Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia; tidak mengenai
muka, tangan, kaki dan perineum.
1. Derajat I
Kerusakan epitel minimal ,luka tampak kering, tidak ada lepuh, merah
muda, pucat bila di tekan dengan ujung jari berisi kembali bila
tekanan di lepas dan lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit kembali
normal.
2. Derajat II
Jaringan yang terkena epidermis dan minimal dermis. Karakteristik
lembab,merah,berbentuk lepuh sebagian memucat.Lama
penyembuhan sekitar 24 hari jaringan parut minimal
3. Derajat III
Jaringan yang terkena seluruh epidermis, sebagian dermis,lapisan
rambut,epidermal dan kelenjar keringat. Karakteristaik kering, pucat,
berlilin tidak pucat.Waktu penyembuhannya lama, jaringan parut
hipertropik akhir, pembentukan dan kontraktur jelas.
4. Derajat IV
Jaringan yang terkena semua yang diatas dan bagian dari lemak
subkutan, dapat mengenai jaringan ikat,otot, tulang. Karakteristik
kering disertai kulit mengelupas, pembuluhdarah seperti arang terlihat
di bawah kult yang terkelupas.Jaringan tidak bergenerasi sendiri, perlu
pencagkokan.
2.1.6 Patofisiologi
15
saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yg dalam
termasuk organ visceral akan mengalami kerusakan dikarenakan luka
bakar elektrik/kontak yg cukup lama dengan burning agent. Nekrosis &
keganasan organ dapat terjadi.
16
pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi sebuah iskemia. Komplikasi ini umumnya dinamakan syndrom
kompartemen.
Kasus luka bakar dapat dijumpai adanya hipoksia. Pada luka bakar
berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai
akibat adanya hipermetabolisme & respon lokal. Fungsi dari renal dapat
berubah sebagai akibat dari kurangnya volume darah. Destruksi beberapa
sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas
dalam urin. Bila aliran darah disaat melewati tubulus renal tidak memadai,
hemoglobin & mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga
menimbulkan adanya nekrosis akut tubuler & gagal ginjal.
17
suhu tubuh dalam kondisi rendah, namun pada beberapa jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yg diakibatkan oleh hipermetabolisme
2.1.7 Pathway
18
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
2. Leukosit
4. Elektrolit Serum
5. Natrium Urin
19
6. Alkali Fosfat
7. Glukosa Serum
8. Albumin Serum
11. EKG
2.1.9 Penatalaksanaan
20
Penatalaksanaan luka bakar dibagi menjadi 3 fase :
21
vital,pengumpulan riwayat kesehatan yang akurat dan tindakan
kedaruratan.
3) Perawatan di Unit Perawatan Kritis
Resusitasi cairan adalah intervensi primer pada fase ini. Tujuan
dari fase perawatan ini adalah untuk :
a) Memperbaiki defisit cairan, eletrolit dan protein.
b) Mengganti kehilangan cairan bertujuan dan
mempertahankan keseimbangan ciran .
c) Mencegah pembentukan edema berlebihan
d) Mempertahankan haluan urine pada dewasa 30 sampai 70
ml/jam.
e) Formula untuk pengantian cairan secara umum dilakukan
penggantian kehilangan kristaloid dan koloid. Setelah 24
jam pertama penggantian kehilanagn air evaporatif dengan
dektrosa/air (5DW) 5%untuk pertahanan natrium 140
mEq/L.
a) Rehidrasi cairan
Berikut pedoman dan rumus untuk penggantian cairan
luka bakar :
1) Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau seline lainnya) : 2-4 ml x
kg BBx % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8
22
jam pertama ; sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
2) Rumus Parkland
Larutan RL : 4 ml x kg BB x % luas luka bakar
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama;
separuh dalam 16 jam berikutnya.
Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid.
3) Rumus evens
a) Koloid : 1 ml x kg BBx % luas luka bakar
b) Eletrolit (salin) : 1 ml xkg BB x % luas luka
bakar
c) Glukosa (5 % dalam air) : 2000 ml untuk
kehilangan insensibel
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama ;
separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Hari 2 : separuh dari cairan koloid yang diberikan
pada hari sebelumnya; seluruh pengantian cairan
insensibel.
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam . Luka bakar
derajat II dan III yang melebihi 50 % luas permukaan
tubuh dihitung berdasarkan 50 % luas permukaan
tubuh.
d. Perawatan luka bakar
Penatalaksanaan penyembuhan luka bakar memerlukan :
a) Hidroterapi setiap hari dan teknik dengan teknik
debridemen.
b) Mempertahankan nutrisi yang adekuat
c) Mencegah hipotermia
d) Mengendalikan nyeri
e) Mempertahankan mobilitas sendi
f) Pantau terhadap prosedur –prosedur pengendalian infeksi.
23
g) Pengkajian dan pemantawan yang tajam terhadap luka.
Semua daerah yang terbakar harus dibersihkan sekali atau 2x
dengan deterjen cair anti mikrobial seperti klorheksidin dan
debridemen awal dimuai.Setelah dilakukan hidroterapi harian
luka bakar dengan agen anti mikrobial tipikal.
2.1.10 Komplikasi
1. Kerusakan jaringan
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar
menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel. Sel yang di perifer
masih dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya
mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak.
Pembuluh kapiler yang mengalami trombosis, padahal pembuluh ini
membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik., permeabilitas
kapiler akan meningkat mengakibatkan kebocoran cairan intravaskuler
sehingga terjadi oedem. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan
sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di
persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. ·
2. Inflamasi
Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat adalah erythema, yang
disebabkan karena respon neurovaskular mengakbibatkan vasodilatasi
pembuluh darah. Makin berat kerusakan jaringan, respon inflamasi
yang muncul akan makin lama bertahan. Makrofag akan
menghasilkan mediator inflamasi seperti cytokine dan sel fagosit
nekrotik. Netrofil dan limfosit akan menghalangi terjadinya infeksi.
3. Infeksi
Infeksi dapat terjadi jika bakteri mulai berkembang biak di luka yang
terbuka. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan luka
melepuh yang telah pecah. Beberapa tanda terjadinya infeksi adalah
ketika luka terasa lebih sakit atau menjadi bau. Selain itu, Anda
mungkin mengalami demam dan pembengkakan pada kulit yang
24
terinfeksi. Infeksi biasanya bisa diatasi dengan antibiotik dan obat
pereda rasa sakit. Segera periksakan ke dokter jika Anda mencurigai
luka telah terinfeksi. Luka bakar yang terinfeksi bisa menyebabkan
terjadinya sepsis dan sindrom syok toksik. Sepsis dan sindrom syok
toksik terjadi ketika infeksi telah menyebar ke dalam darah, dan dapat
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
4. Syok hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh darah kapiler yang terpapar suhu tinggi akan
rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya pemeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta
eletrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volumu cairan
intraseluler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan,
cairan yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran
cairan dari kropeng pada luka bakar derajat III.
Bila luas luka bakar < 20 % biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik
dengan gejala yang khas seperti gelisah , pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menutun dan produksi urin
berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan-lahan dan maksimal pada
delapan jam.
5. Udem laring
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka ,
dapat terjadi kerusekan mukosa jalan nafas karena gas , asap, uap
panas yang terhisap, udem yang terjadi dapat menyebabkan gangguan
berupa hambatan jalan nafas karena udem laring. Gejala yang timbul
adalah sesak nafas, takipnea, stridor, suara sesak dan dahak berwarna
gelap karena jelaga.
25
Setelah 12-24 jam, pemebilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah
ini ditandai meningkatnya diuresis.
6. Keracunan gas CO
Dapat terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon
monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kauat sehingga
hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda-tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah.
Pada keracunan yang berat terjadi koma, Bila >60 % hemoglobin
terikat dengan CO,penderita dapat meninggal
7. SIRS (systemic inflammatatory respone syndrome)
Luka bakar sering tidak steril, kontaminasi pada kulit mati , yang
merupaakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman , akan
mempermudah infeksi . Infeksi ini sulit untuk mengalami
penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler
yang mengalami trombosis.Kuman penyebab infeksi berasal dari
kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman dari saluran nafas atas
dan kontaminasi kuman dari lingkungan.Infeksi nosokomial ini
biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap
antibiotik.
8. MOF (Multi Organ Failure)
Adanya perubahan pemaebilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan
gangguan sirkulasi. Di tinggkat seluler , gangguan perfusi
menyebabkan perubahan metabolisme. Pada tahap awal terjadi
gangguan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi dan
penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya
gangguan sirkulasi dan perfusi , sulit mempertahankan kelangsungan
hidup sel, iskemi jaringan akan berakir dengan nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan ka jaringan –
jaringan organ penting terutama otak,,heparparu, jantung ginjal, yang
selanjutnya menyebabkan kegagalan menjalankan fungsinya. Dalam
mekanisme pertahanan tubuh,terjadi gangguan pada sistem
26
keseimbangan tubuh , maka organ yang di maksuddalam hal ini
adalah ginjal.
9. Kontraktur
Kontrktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka ,
terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari
sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot
dan jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan .
Pada tahap penyembukan luka , kontraksi akan terjadi pada hari ke 4
dimana proses ini bersama dengan epitelisasi danproses biokimia da
seluler dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi karena kehilangan
lapisan superfisialdari kulit. Biasanya dilakukan ekstensin dari
jaringan parut yang tidak elastik penuh kembali .
27
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar (Combustio)
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak di bawah 2 tahun dan di
atas 60 Tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2
tahun lebih rentang terkena infeksi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
28
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gabaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-
obatan
5) Keadaan fisik di sekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke rumah sakit
7) Beberapa keadaan lain yang memperberat luka bakar
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
29
adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas permukaan
luka bakar
2) Mata
3) Hidung
4) Mulut
5) Telinga
6) Leher
30
Lihat bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi
dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena
cairan yg masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi,
apakah ada suara nafas tambahan ronchi
8) Abdomen
9) Muskuloskletal
1) Aktivitas/ istirahat :
31
Tanda: penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentan
gerak pada area yang sakit; gangguan masa otot, perubahan
tonus.
2) Sirkulasi:
3) Integritas ego:
4) Eliminasi:
5) Makanan/ cairan:
32
6) Neurosensori :
7) Nyeri / kenyamanan :
8) Pernapasan:
33
9) Keamanan:
e. Pemeriksaan diagnostik:
34
2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium
terdapat peningkatan dalam 24 jam pertam karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3) Gas-gas darah arteri (GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya paada cedera inhalasi asap.
4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5) Urinalisis menunjukan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.
6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap.
35
5. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; bentukan edem;
manifulasi jaringan cedera.
6. Resiko kerusakan ferfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar
melingkari ekstrimitas atau luka bakar llistrik dalam.
7. Gangguan citra tubuh dalam (penampilan peran) berhubungan dengan
krisis situasi; kecacatan; nyeri.
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan
kulit.
2.2.3 Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Kerusakan Tujuan : Pasien 1. Cukur rambut sampai 1. Untuk
integritas kulit menunjukan tanda- kira-kira 5 cm dari tepi menghilangkan
berhubungan tanda penyembuhan luka dan area sekitar resevoir untuk
dengan cidera Luka luka dengan segera imfeksi
panas 2. Bersihkan luka dan kulit 2. Untuk
Kriteria hasil : luka sekitarnya dengan menurunkan
sembuh tampa tanda – seksama dan angkat resiko infeksi
tanda kerusakan atau debris jarigan yang dan untuk
inflamasi mengalami devitalisasi menigkatkan
3. Jaga pasien untuk tidak proses
menggaruk dan penyembuhan
mengorek luka luka
4. Pertahankan perawatan 3. Untuk
luka mempertahank
5. Diet tinggi kalori dan an proses
protein penyembuhan
6. Pantau tanda dan gejala luka
infeksi pada luka 4. Untuk
7. Balut jari-jari tangan dan mempertahank
jari kaki secara terpisah an proses
penyembuhan
luka
5. Untuk
menghindari
kerusakan
jaringan yang
sedang
berepitaksis
danbergranulas
36
i
6. Untuk
memenuhi
kebutuhan
protein dan
kalori yang
meningkat
dikarenakan
penigkatan
metabolisme
dan
katabolisme.
7. Untuk
memastikan
pengenalan dan
terapi yang
tepat
8. Untuk
mencegah
perlekatan
jaringan akibat
kontak yang
lama
Resiko Tujuan : Pasien 1. Pantau dengan cermat 1. Untuk
perubahan mempertahankan tanda dan gejala memastikan
perfusi jaringan sirkulasi yang optimal kompresi sirkulasi pervusi
berhubungan kedaerah distal pada yang berhubungan sirkulasi
dengan luka estrimitas yang dengan edema yang adekuat
bakar terbakar 2. Kaji denyut nadi yang 2. Untuk
sirkumferensial melemah dengan mengetahui
Kriteria hasil : perfusi Doppler dan pengisian adnya
distal yang adekuat kapiler yang penurunan
pada ekstremitas yang memanjang perfusi distal
terbakar dapat 3. Tinggikan ekstrimitas 3. Untuk
dipertahankan lebih tinggi dari mencegah
jantung penurunan
4. Hindari balutan sirkulasi
retraksi pada ekstrimitas
ekstrimitas yang 4. Untuk
cedera mencegah
penurunan
sirkulasi
ekstrimitas
Nyeri Tujuan : Pasien 1. Beri posisi ekstensi 1. Untuk
berhubungan mengalami penurunan 2. Implementasikan meminimalk
dengan cedera nyeri sampai tingkat latihan fisik pasif dan an nyeri
jaringan dan yang dapat diterima aktif akibat latihan
syaraf serta 3. Redakan iritasi fisik yang
37
dampak Kriteria hasil : dilakukan
emosional cedera menunjukan untuk
pengurangan nyeri mendapatkan
sampai tingkat yang kembali
dapat diterima posisi
ekstensi
2. Untuk
meminimalk
an
pembentukan
kotraktur
3. Untuk
mencegah
peningkatan
nyeri
Resiko tinggi Tujuan : Pasien tidak 1. Pertahankan cuci 1. Untuk
infeksi menunjukan tanda- tangan yang seksama meminimalk
berhubungan tanda infeksi luka oleh tim medis dan an pajanan
dengan pengunjung terhadap
pertahanan Kriteria hasil : 2. Lakukan agen
primer tidak1- Kemungkinan pengangkatan krusta imflaksius
adekuat; sumber inflamasi dan lepuhan 2. Untuk
kerusakan dihilangkan 3. Oleskan preparat mengelimina
perlindungan 2- Luka menunjukan antimikroba topikal si resevoir
kulit; jaringan tanda – tanda infeksi dan pasang balutan bagi
traumatik dan minimal atau tidak pada luka sesuai organisme
pertahanan ada tanda-tanda inikasi 3. Untuk
sekunder tidak infeksi 4. Kaji data dasar dan mengendalik
adekuat; lakukan seragkaian an proliferasi
penurunan Hb, diakan luka bakteri
penekanan 5. Pantau dengan cermat 4. Untuk
respon apakah ada tanda- memastikan
implamasi tanda sepsis dan adanya
inflamasi ( peningkatan
disoryentasi, takipnea, atau
suhu di atas 39,5 , penurunan
hipotermia, distensi flora luka
abdomen atau ileus
intestinal, perubahan
pada penanpilan luka)
Resiko ketidak Tujuan : Pasien 1. Kaji keadaan kulit 1. Untuk
efektipan mempertahankan untuk mendeteksi menidentifik
termoregulasi pengaturan panas yang kedinginan, perubahan asi
berhubungan normal warna, dan pengisian penyesuayan
dengan kapiler (akrosianosis, vaskuler
kehilangan panas Kriteria hasil ; suhu warna bantalan kuku, akibat
dan gangguan tubuh pasien tetap dan bercak-bercak) kehilangan
pada mekanisa dalam batas normal 2. Pantau tanda-tanda panas
38
pertahanan kuit sesuai ussianya vital, terutama suhu 2. Untuk
untuk 3. Pantau apakan ada mengidentifi
mempertahankan kedinginan dan kasi
suhu tubuh menggigil kecendrunga
4. Hindari pajanan n yang
terhadap prosedur signifikan
yang menimbulkan 3. Untuk
stress dingin mengidentifi
kasi tanda-
tanda
kehilanga
panas
4. Untuk
mempertahan
kan suhu
tubuh
Kurang volume Tujuan : Pasien 1. Berikan cairan 1. Untuk
cairn mempertahankan kristaloid dan atau menganti
berhubungan status hidrasi cairan cairan koloid per kehilangan
dengan yang adekuat selama protokol ‘, pantu efek cairan yang
penigkatan periode akut pasca dan pertahankan jalur berhubungan
pemeabilitas terbakar vena. dengan lukan
kehilangan 2. Kaji status pengantian bakar
akibat evaporasi Kriteria hasil : cairan 2. Untuk
dari luka resusitasi cairan yang 3. Pantau berat badan mengetahui
adekuat dipertahankan setiap hari keseimbagan
yang ditandai dengan 4. Pantau hasil cairan yang
perfusi jaringan yang pemeriksaan sesuai
adekuat dan laboratorium( 3. Untuk
mempertahankan hemoglobin, mengevaluas
haluaran urine hematokrit, glukosa, i status
kalium serum , natrum retensi cairan
serum, protein serum, atau diuresis
fosfor, dan 4. Untuk
magnesium) mengidentifi
kasi
ketidakseimb
angan cairan
dan eletrolit
Perubahan Tujuan : pasien 1. Sediakan makanan 1. Untuk
nutrisi kurang mendapat nutrisi tinggi kalori dan menghindari
dari kebutuhan optimum protein pemecahan
tubuh 2. Sediakan makanan protein dan
berhubungan Hasil yang yang disukai pasien memenuhi
dengan diharapkan: Pasien 3. Berikan makanan dan kebutuhan
penigkatan mengkomsumsi nutrisi lingkungan yang kalori yang
metabolisme dan dengan jumlah yang menarik meningkat
katabolisme , memadai dan 4. Timbang berat badan 2. Untuk
39
kehilangan selera mempertahankan berat per minggu menstimulasi
makan badan sebelum 5. Catat dengan akurat selera makan
mengalami luka bakar asupan dan haluaran 3. Untuk
6. Pantau diare atau mendorong
konstipasi dan lakukan napsu makan
terapi dengan segera 4. Untuk
7. Berikan pemberian memantau
makanan enteral status nutrisi
tambahan sesuai 5. Untuk
program mengevaluas
i kecukupan
asupan
makanan
6. Untuk
menghindari
intoleransi
makanan
7. Untuk
memenuhi
kebutuhan
yang telah
diukur
40
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
1. Proses (formatif)
Fokus evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil
2. Hasil (sumatif)
41
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar merupakan luka yang terjadi karena terbakar api bisa secara
langsung maupun tidak langsung, juga bisa disebabkan oleh pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik, ataupun bahan kimia. Luka bakar disebabkan
oleh api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya karena tersiram air
panas banyak dan biasanya terjadi pada kecelakaan dari rumah tangga
(Sjamsuidajat, 2004).
3.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43