PENDAHULUAN
1
asimtomatik. Pada sekitar 80% dari kasus, kolesterol merupakan komponen
terbesar dari batu empedu. Biasanya batu - batu ini juga mengandung kalsium
karbonat, fosfat atau bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini murni dari satu
komponen saja.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit Kolelitiasis (batu kandung empedu)
2.1.1 Pengertian
Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis,
sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.
Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat
atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu
( Marlyn E Doengoes, 2000).
Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu
berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein
(Sylvia A Price,1998).
Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus koledukus)
yang disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu
dan menyebabkan proses inflamasi akut ( Susan Martin Tucker, 1998 ).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat menyimpulkan bahwa kolelitiasis
adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol,
bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein, yang kemudian
menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut.
2.1.2 Klasifikasi
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Tipe kolesterol
2. Tipe pigmen empedu
Batu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan
kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan
kolesterol dalam empedu. Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik
atau investasi E. Coli ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin
diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi
Kristal kalsium bilirubin.
3
2.1.3 Etiologi
1. Kecenderungan keturunan dalam keluarga ( kebiasaan mengkonsumsi
kolesterol yang berlebihan
2. Kegemukan ( mungkin disebabkan kelainan metabolisme lemak)
3. Kehamilan (obat estrogn), pil KB (perubahan hormone dan
pelambatan kontraksi otot kandung empedu. Menyebabkan penurunan
kecepatan pengososngan kandung empedu) angka kejadian meningkat
pada wanita yang hamil berulang.
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari
pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh
bilirubin, kalsium dan protein. Macam-macam batu yang terbentuk antara
lain :
a. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol
dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang berperan dalam
pembentukan batu :
Infeksi kandung empedu
Usia yang bertambah
Obesitas
Wanita
Kurang makan sayur
b. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan
disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan
disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
Faktor Resiko :
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah
ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang,
semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor
resiko tersebut antara lain:
1. Jenis Kelamin
4
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil
kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
2. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia
yang lebih muda.
3. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap
unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan
kontraksi kandung empedu.
4. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.
5. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung
empedu lebih sedikit berkontraksi.
6. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah
crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus
paralitik.
7. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu
tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/
5
nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk
terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.
2.1.4 Manifestasi
1. Sebagian bersifat asimtomatik
2. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang
menjalar kepunggung atau region bahu kanan.
3. Sebagaian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melaikan persisten
4. Mual muntah
5. Demam
6. Ikterus obstruksi pengaliran getah empedu kedalam duodenum akan
menimbulkan gejala khas yaitu getah empedu yang tidak lagi di bawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu
ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan
ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit.
7. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya
infeksi. Pasien akan menderita panas, teraba massa padat pada
abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat
pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan
, rasa nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam
waktu beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan
gelisah dan membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya
bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier semacam ini
disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu.
Dalam keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan
menyentuh dinding adomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan
sepuluh bagian kanan, sehingga menimbulkan nyeri tekan yang
mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam.
8. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta
pekat karena ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
6
9. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat
mengganggu pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus
menyumbat saluran tersebut akan mengakibatkan abses, nekrosis dan
perforasi disertai peritonitis generalisata.
2.1.5 Pathway
Presipitasi (pengendapan)
Peningkatan
kolesterol
Batu pigmen
Supersaturasi kolesterol
Pembentukan kristal
kolesterol
Batu kolesterol
7
Kolelitiasis
Fundus empedu
menyentuh dinding Respon inflamasi Pengeluaran SGPT, SGOT
abdomen pd kartilago (iritatif pada sal.cerna)
koste 9 & 10
Peningkatan
permeabilitas vasa & Merangsang sist.saraf
perubahan hemodinamik parasimpatis
Gesekan empedu
dengan dinding
abdomen Penurunan peristaltik
Penumpukan cairan usus dan lambung
diinterstisial
Nyeri abdomen
kuadran kanan atas Peingkatan tekanan Makanan tertahan di
intraabdomen lambung
9
3. Protrombin menurun, bia aliran dari empedu intestin menurun karena
obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K
4. Amilase serum menignkat (Normal : 17-115 unit/100 ml)
5. USG : dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koledokus yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu
dengan akurasi 95%. Menunjukkan adanya bendungan/hamabtan, hal
iini karena danya batu empedu dan distensi saluran empedu.
6. Endoscopic Retrigrade Choledocho Pancreaticography (ERCP),
brtujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang salluran epedu
melalui ductus duodenum.
7. PTC ( Perkutaneus transhepatik Cholengiografi : Pemberian cairan
kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8. Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG
meragukan.
9. CT Scan : menujukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran
empedu, obstruksi/obstruksi joundice
10. Foto Abdomen : gambaran radiopaque ( erkapuran) galstones,
pengapuran pada saluran atau pemebesaran pada gallblader
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)
a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus,
NGT, analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang
masak, nasi, ketela, kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi
dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur,
krim, daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak,
alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat
(chenodiol, chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu
radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun dari
kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat diberikan dengan
dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme
10
kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya
sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada
dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru
dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 – 12 bulan
untuk melarutkan batu.
d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara
menginfuskan suatu bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier
butil eter ) kedalam kandung empedu. Melalui selang / kateter yang
dipasang perkuatan langsung kedalam kandung empedu, melalui
drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu
yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi
ERCP, atau kateter bilier transnasal.
e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini
menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu
empedu dalam kandung empedu atau duktus koledokus untuk
memecah batu menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut
tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu
piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan
kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan.
Setelah batu pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak
perlahan secara spontan dari kandung empedu atau duktus
koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan
dengan pelarut atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis /
akut. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan
dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan
darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu kedalam kassa
absorben.
11
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka
insisi selebar 4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan,
waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau
luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus
3. Pendidikan pasien pasca operasi
a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan
gejala komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan :
penurunan selera makan, muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan
kenaikan suhu tubuh.
b. Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama
24 sampai 48 jam pertama.
c. Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga
kebersihan luka operasi dan sekitarnya
d. Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
e. Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.
12
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kolelitiasis (batu kandung empedu)
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal MRS, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah
nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal
dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar
kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T)
yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut. Klien sering
mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke punggung , dan
bertambah berat setelah makan disertai dengan mual dan muntah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index
(BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena
penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola
makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat
13
keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding
dengan tanpa riwayat keluarga.
e. Riwayat psikososial
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan
mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah
terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat
sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak
timbul sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
f. Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit kolelitiasis.
Karena kolelitiasis dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup
yang tidak baik.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
3) Perkusi : timpani
5) Sistem endokrin
14
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala:kelemahan.
Tanda : gelisah.
2) Sirkulasi
Gejala/Tanda : takikardia, berkeringat.
3) Eliminasi
Gejala : perubahan warna urine & feses.
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan
atas, urine gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea.
4) Makanan/Cairan
Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak &
makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung
atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan
makan, nyeri mulai tiba-tiba & biasanya memuncak dalam 30
menit.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan
atas ditekan, tanda Murphy positif.
6) Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan
ditandai oleh napas pendek, dangkal.
7) Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal
(pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K).
15
8) Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu,
adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi
usus, diskrasias darah.
16
bertugas supaya
nyeri berkurang
5. Aktifitas yang
berat dapat
meningkatkan
rasa nyeri.
6. Dengan istirahat
mengurangi rasa
nyeri pada klien.
5. Memenuhi
kebutuhan nutrisi
dan
meminimalkan
rangsangan pada
kandungan
17
empedu.
3. Menunjukkan 1. Pertahankan
keseimbangan masukan dan 1. Memberikan
cairan yg haluaran akurat, informasi tentang
adekuat, ditandai perhatikan haluaran status
cairan/volume
dengan : kurang dari masukan, sirkulasi dan
Selaput peningkatan berat kebutuhan
membran yg jenis urine. Kaji penggantian.
lembab. membrane
Turgor kulit mukosa/kulit, nadi 2. Muntah
baik. perifer, dan berkepanjangn,
Urine normal aspirasi gaster,
pengisian kapiler.
dan pembatasan
1500 cc/24 jam 2. Awasi tanda / gejala
pemasukan oral
Out put peningkatan/berlanju dapat
normal, tdk ada tnya mual/muntah, menimbulkan
muntah. kram abdomen, deficit natrium,
kelemahan, kejang, kalium dan
kejang ringan, klorida.
kecepatan jantung
3. Menurunkan
tak teratur,
sekresi dan
parestesia, hipoaktif motilitas gaster.
atau tak adanya
bising usus, depresi 4. Menurunkan
pernapasan. mual dan
3. Kolaborasi : mencegah
Pertahankan pasien muntah.
puasa sesuai
5. Mempertahankan
keperluan.
volume sirkulasi
4. Kolaborasi : Berikan
dan memperbaiki
antimetik. ketidakseimbanga
5. Kolaborasi : Berikan n.
cairan IV, elektrolit,
dan vitamin K.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa
kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein (Sylvia A
Price,1998). Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus
koledukus) yang disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran
empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut ( Susan Martin Tucker,
1998). Dapat disimpulkan bahwa kolelitiasis adalah endapan satu atau lebih
komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu,
kalsium dan protein, yang kemudian menghambat aliran empedu dan
menyebabkan proses inflamasi akut.
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Tipe kolesterol
2. Tipe pigmen empedu
19
3.2 Saran
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih
dalam tentang penyakit kolelitiasis. Kepada para perawat, kami sarankan
untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka
kesakitan penyakit kolelitiasis. Dengan tindakan preventif yang dapat
dilakukan bersama oleh semua pihak, maka komplikasi dari kolelitiasis akan
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
20