Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teoritis
1. Section Cesarean
a. Defenisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim
(Mochtar, 2008 ). Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan
sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical
atau mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010).
Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah pembedahan untuk
mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut
dan dinding rahim (Angraini, 2008). SC adalah suatu pembedahan
guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus
persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding
perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Harnawatiaj, 2008). Prawirohardjo(2005), berpendapat
bahwa SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio
Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus

b. Anatomi Dan Fisiologi


Gambar 2.1 anatomi system reproduksi perempuan
Syaifuddin (2009 ) , anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita :
1) Genetalia eksterna
Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya
pembungkus atau penutup vulva terdiri dari :
a) Mons pubis ; Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak
di atas simpisis pubis
b) Labia mayora ; Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan
jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah
sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi
perinium
c) Labia minora merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang
terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora tidak
memiliki lemak subkutan.
d) Klitoris merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang
terletak pada titik temu labia minora di sebelah anterior ,
sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.
e) Vestibulum adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora
f) Perinium : struktur ini membentang dari fourchette ( titik
temu labia minora di sebelah posterioranus
2) Genetalia interna
a) Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang
membentang ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus.
Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm. Fungsi vagina : Lintasan bagi spermatozoa ,
Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan, Saluran keluar darah haid
b) Uterus berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam.
Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.
Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai
tempat janin berkembang. Uterus terdiri dari fundus uteri korpus
uteri. Fungsi uterus adalah :
(1). Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang
suadah di buahi untuk menanamkan diri.
(2). Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika
korpus luteum dipertahankan oleh kehamilan, maka
estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya
tetap berada di atas nilai ambang perdarahan haid dan
amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk
kehamilan.
(3). Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau
janin sampai matur.
(4). Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
(5). Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan
plasenta melalui kontraksi otot-otot.
c) Tuba fallopi disebut juga dengan oviduct, saluran ini
terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari kornu
uteri ke arah dinding lateral pelvis.
d) Ovarium merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang
masing-masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam
kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung
fibria tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi
hormon dan ovulasi.

c. Etiologi
Manuaba (2007), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
(1). Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
(2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
(3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna (Saifuddin, 2002).

d. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan
yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Wiknjosastro
(2010), antara lain :
1) Nyeri akibat ada luka pembedahan
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea
tidak banyak)
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-
800ml
6) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11) Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya
kurang paham prosedur
12) Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

e. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan,
misalnya Fetal Distress, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang
akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

f. Phatway
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo (2008), meliputi ;
1) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4) Urinalisis / kultur urine
5) Pemeriksaan elektrolit.

h. Penatalaksanaan Medis
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut
(Prawirohardjo, 2007) diantaranya:
1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya
dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

i. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut
(Prawirohardjo, 2007) diantaranya:
1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
4) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi
j. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC
menurut Wiknjosastro (2010) :
1) Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu
tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat
seperti peritonitis, sepsis.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan
jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya
jaringan parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri
pada kehamilan berikutnya

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada
luka jahitan, takut bergerak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:\
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
5) Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
6) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
7) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
8) Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
9) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
10) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
11) Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi penyakit
d. Kerusakan integritas kulit
e. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,
proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

Anda mungkin juga menyukai