Refkas Dr. Pandih - Disentri
Refkas Dr. Pandih - Disentri
Disusun oleh:
Muhamad Faishal Rizki
30101307001
Pembimbing:
dr. Harancang Pandih, Sp. A
NIM : 30101307001
Pembimbing
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. S
Umur : 12 bulan
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Karang Lo 53 Pedurungan Kota Semarang
Bangsal : Bima
No. CM : 437xxx
Masuk RS : 6 Mei 2018
1. ANAMNESIS ( ALLOANAMNESIS )
Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita pada tanggal 8 Mei 2018 di
ruang Bima 4.2
a. Keluhan Utama
Diare sejak 5 hari SMRS
b. Keluhan tambahan
Demam naik turun , mula , muntah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD KRMT Wongsonegoro hari kamis 6
mei 2018. Ibu pasien mengeluhkan pasien mengalami diare sejak 5
hari SMRS, dalam sehari pasien bisa diare 3-4 kali. Diare cair,
berampas dan berlendir, darah disangkal. Selain itu,pasien juga
mengeluhkan mual disertai muntah kurang lebih 4 kali dalam sehari,
muntahan berisi makanan (ASI), demam semlenget sejak 4 hari SMRS,
demam naik turun semakin tinggi saat menjelang pagi hari. Batuk pilek
disangkal , nyeri perut positif dan ketika perutnya dipegang pasien
menangis, ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien menangis
kesakitan setia kali BAB. Pasien masih bisa minum dan masih bisa
buang air kecil namun sedikit.
1,2
HAZ : 75– 82.4 = -2,4 (pendek)
3.00
0.8
k. Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
Polio : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
BCG : 1 kali, usia 0 bulan
DTP : 3 kali, usia 2,3,4 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap dilakukan di puskesmas,
hanya berdasarkan aloanamnesa dengan ibu pasien. Buku KMS tidak
dibawa.
l. Riwayat Makan dan Minum Anak :
ASI diberikan sejak lahir sampai usia sekarang berdampingan
dengan susu formula. Setelah usia bulan, selain ASI anak juga
mendapat susu formula. Frekuensi minum susu setiap 2-3 jam sekali
per hari. Beberapa hari sejak sakit nafsu makan pasien menurun.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 8 Mei 2018, di ruang bima RSUD
KRMT Wongsonegoro, Semarang.
Keadaan Umum : kompos mentis, tampak sakit sedang, rewel
a. Tanda Vital
i. Nadi : 90 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
ii. Pernapasan : 22 x/menit
iii. Suhu : 36° celcius
b. Status Gizi
Anak laki laki usia 18 bulan
Berat Badan : 8,1 kg
Panjang Badan : 75 cm
1,2
3.00
0.8
c. Status Internus
Kepala : Mesocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit
kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata, tidak
ada kaku kuduk
Kulit : Tidak sianosis, turgor agak melambat, petechie (-)
Mata : Cekung (+), Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
normal, konjungtiva bulbi anemis (-/-),injeksi konjungtiva (-/-)
Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : Bibir kering (+) berdarah (-), sianosis (-), pendarahan gusi
(-), lidah kotor (-), tidak tremor
Tenggorok: tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak
melebar, hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe mandibula (-).
Thorax
1. Paru
Inspeksi: Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam
keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal,
intercostal dan epigastrial (-).
Palpasi : sterm fremitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi :suara dasar vesikuler suara tambahan : ronki
(-/-), wheezing (-/-)
2. Jantung
Inspeksi: pulsasiIctus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea
mid clavicula sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
Perkusi batas jantung: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising
(-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) meningkat
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, defense muscular (-), nyeri tekan
(+) tidak terlokalisir ,turgor menurun.
Genitalia: laki-laki, tidak ada kelainan
Ekstremitas :
Superior Inferior
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Feses rutin
Makroskopis
Warna Coklat
Konsistensi Lembek
Bau Khas
Mikroskopis
Eritrosit 2-3/lpb
Leukosit 15-20/lpb
Bakteri Positif +1
Jamur Negatif
Serologi
III. RESUME
Seorang anak laki laki usia 18 bulan datang ke IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang dengan keluhan utama diare dan keluhan tambahan
demam naik turun (+); mual (+); muntah (+), masih bisa minum dan BAK tapi
sedikit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 90x/menit, pernapasan
0
22x/menit, dan suhu 36 C (Axilla). Pada pemeriksaan status internus
didapatkan anak tampak rewel, tampak sakit sedang, mata cekung (+), turgor
kulit melambat, bibir kering , nyeri tekan pada abdomen yang tidak bisa
dilokalisir.
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis utama : Disentri basiler
2. Diagnosis komorbid : Dehidrasi sedang
3. Diagnosis komplikasi :-
4. Diagnosis gizi : gizi kurang
5. Diagnosis social ekonomi : Cukup
6. Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
7. Diagnosis Tumbuh Kembang : Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai
umur
VII. PROGNOSIS
Qua ad vitam = ad bonam
Qua ad sanam = ad bonam
Qua ad fungsional = ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar
dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). (2)
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2)
II.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari
500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di Bagian
medis, dari 748 kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh
disentri basiler. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di
Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita
dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman,
dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual
anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat dan kurangnya
II.3 Etiologi
kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel
Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak
10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat
gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal (dapat sampai
Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab
terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh
manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam
sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus
a. Disentri basiler
Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang
ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat
Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat
melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, dan lalat
yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman
ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. (2)
terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid,
sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan
mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa
ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada
selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus
ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan
kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan
pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang
menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5 cm sehingga dinding usus
menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan
peritoneum. (6)
b. Disentri Amuba
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat
berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan menimbulkan
ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan
yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan
permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal.
Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian
usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum,
a. Disentri Basiler
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari
sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai
demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih
mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. (6)
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran
tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating
cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat,
berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah,
suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal
bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor
tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan.
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma
uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka
ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan.
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih
yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang
menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara menahun. Kejadian ini jarang
b. Disentri Amuba
Carrier (Cyst Passer)
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke
dinding usus.
mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat
timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja
bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang
Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan (subfebris).
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan, tetapi
pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanya disertai lendir
dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diare disertai
darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (40 0C-40,50C) disertai
diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
a. Disentri amoeba
1. Pemeriksaan tinja
penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan
ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat
pengobatan.
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari
bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan
langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya
sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan
lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila
dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja
yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung
darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak
aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja
berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak
disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan
tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan
didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,
tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan
barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik
dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif).
Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan
negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif,
b. Disentri basiler
1. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman
diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil
besar penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan
E.coli.
5. Aglutinasi. Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai.
1. Disentri amuba
Timbulnya penyakit biasanya perlahan-lahan, diare awal tidak
biasanya sigmoid dan dapat juga menyerang ileum. Biasanya daerah yang
akan menebal.
3. Eschericiae coli
II.8 Diagnosis
a. Disentri basiler
Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan
dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau hapus rektal. Pada fase akut
Perbedaan utama adalah kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang
penyakit lain karena amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain.
Oleh karena itu, apabila penderita amebiasis yang telah menjalani pengobatan
spesifik masih tetap mengeluh nyeri perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan tinja.
dengan abses piogenik. Salah satu caranya yaitu dengan dilakukannya pungsi
abses. (2)
II.9 Komplikasi
a. Disentri amoeba
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus. Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke dinding usus besar
Ameboma. Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi
operasi segera.
Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri kronik akibat terbentuknya
Komplikasi ekstraintestinal
Amebiasis hati. Abses hati merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling sering
terjadi. Abses dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi
amoeba sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus
Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati
kemudian timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung
menjadi satu, membentuk abses tunggal yang besar. Sesuai dengan aliran darah vena
porta, maka abses hati ameba terutama banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi
nanah kental yang steril, tidak berbau, berwarna kecoklatan (chocolate paste) yang
terdiri atas jaringan sel hati yang rusak bercampur darah. Kadang-kadang dapat
Abses pleuropulmonal. Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati.
Kurang lebih 10-20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini. Abses paru
juga dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat
pula terjadi hiliran (fistel) hepatobronkhial sehingga penderita batuk-batuk dengan
Abses otak, limpa dan organ lain. Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi ameba
langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang
terjadi.
Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar dengan
membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding perut. Dapat
pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
b. Disentri basiler
Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada pasien yang
berada di negara yang masih berkembang dan seringnya kejadian ini dihubungkan
dengan infeksi S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien dengan status gizi buruk.
Komplikasi lain akibat infeksi S.dysentriae tipe 1 adalah haemolytic uremic syndrome
(HUS). SHU diduga akibat adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh
Shigella. Biasanya HUS ini timbul pada akhir minggu pertama disentri basiler, yaitu
pada saat disentri basiler mulai membaik. Tanda-tanda HUS dapat berupa oliguria,
penurunan hematokrit (sampai 10% dalam 24 jam) dan secara progresif timbul anuria
dan gagal ginjal atau anemia berat dengan gagal jantung. Dapat pula terjadi reaksi
Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya muncul pada
masa penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut. Hal ini dapat
terjadi pada kasus yang ringan dimana cairan sinovial sendi mengandung leukosit
atau iridosiklitis. Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada usus
menyembuh, bahkan dapat pula terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini jarang terjadi.
Neuritis perifer dapat terjadi setelah serangan S.dysentriae yang toksik namun hal ini
Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rectal dan perforasi juga
dapat muncul. Akan tetapi peritonitis karena perforasi jarang terjadi. Kalaupun terjadi
biasanya pada stadium akhir atau setelah serangan berat. Peritonitis dengan perlekatan
yang terbatas mungkin pula terjadi pada beberapa tempat yang mempunyai angka
kematian tinggi. Komplikasi lain yang dapat timbul adalah bisul dan hemoroid. (2)
II.10 Pengobatan
a. Disentri basiler
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,
mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika.
Cairan dan elektrolit
Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan
rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan
terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan
cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa
ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis 4 x 500
yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan
b. Disentri amuba
1. Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali
selama 5 hari.
3. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg
tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5
tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari selama 2
II.11 Prognosis
dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya
prognosis amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa komplikasi. Prognosis
Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan
pengobatan dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah;
bentuk dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun dalam
bentuk yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian yang rendah. (2)
II.12 Pencegahan
a. Disentri amoeba
kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum
sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan 50 0C selama 5
menit.
Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier
dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan
makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian
kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak
dianjurkan. (2)
b. Disentri basiler
basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih
seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi,
KESIMPULAN
1. Disentri merupaka peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut
dan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah.
2. Etiologi dari disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh
dan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir.
4. Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah dan
tenesmus jarang.
5. Diagnosis dari disentri dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lanjutan.