Anda di halaman 1dari 8

Hukum Islam

Smt III/HK.203328/ GASAL

Sumber,Asas Hukum Islam


Pengertian sumber Hukum Islam
Sumber adalah asal sesuatu. Sumber Hukum Islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum Islam. Hukum Islam ini sering disebut ‘dalil’ hukum Islam
atau dasar Hukum Islam. Allah telah menentukan sendiri sumber hukum Islam
yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Setiap muslim wajib mentaati
(mengikuti) kemauan atau kehendak Allah (Surat al-Nisa’ (4) ayat 59),
kehendak rosul dan kehendak ulil amri.

Ulil Amri adalah orang yang mempunyai kekuasaan atau “penguasa”.


Kehendak Allah berupa ketetapan tertulis dalam Al-Qur’an, kehendak rasul
terhimpun dalam al-hadis, kehendak penguasa dimuat dalam peraturan
perundang-undangan atau dalam hasil karya orang yang memenuhi syarat
untuk berijtihad karena mempunyi “kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan
ajaran hukum Islam dari dua sumber yaitu al-Qur’an dan Hadis yang ditetapkan
Allah.
Hadis Mu’az menurut riwayat, pada suatu ketika Nabi Muhammad
mengirim seorang sahabatnya ke Yaman (ke Medinah) untuk menjadi
Gubernur. Sebelum berangkat , Nabi Muhammad menguji Mu’az bin Jabal,
dengan pertanyaan sumber hukum yang aka dipergunakan kelak untuk
memecahkan berbagai masalah dan atau sengketa yang dijumpainya di daerah
baru. Pertanyaan itu dijawab oleh Mu’az dengan al-Qur’an, pertanyaan lagi
kalau tidak ada petunjuk khusus dalam al-Qur’an bagaimana, saya akan
mencarinya dalam sunnah Nabi kalau engkau tidak menemukan dalam sunnah,
kalau demikian saya akan berusaha sendiri mencari sumber pemecahannya
dengan mempergunakan ra’yu atau akal saya, Nabi sangat senang dengan
adanya jawaban dari Mu’az bin Jabal.
Kesimpulannya dari hadis Mu’az bin Jabal bahwa :
1. Sumber hukum Islam ada 3 (tiga) yaitu:
a. Al-qur’a,
b. Al sunnah dan
c. Akal pikiran menusia yang memenuhi syarat untuk bereijtihad
Akal pikiran ini dalam kepustakaan hukum islam disebut “ar-ra’yu”
2. Sehingga dari hadis Mu’az bin Jabal dapat pula kita simpulkan yaitu:
a. Al-Qur’an bukanlah kitab hukum yang memuat kaidah-kaidah hukum
secara lengkap terinci. Pada umumnya hanya memuat kaidah-kaidah
hukum fundamental yang harus dikaji dengan teliti dan
dikembangkan oleh pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk
diterapkan dalam masyarakat.

Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam pertama dan utama, yang


memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji
dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah,
wahyu ini disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh Malaikat Jibril
sedikit demi sedikit selama 22 tahun2 bulan 22 hari, mula-mula di
Makah lebih kurang salama 13 Tahun dan di Madihah selama 10
Tahun.
Ayat al-Qur’an yang disampaikan di Makah disebut (surat Makiyah)
umumnya mengenai Ketuhanan/Tauhid, akhlak dan Hari Akhir.
Sedangkan di Madinah yang berisi tentang norma Hukum.
Ayat pertama diturunkan di gua Hira’, Nabi berusia 40 tahun ini
yang pertama dan kedua pada waktu wukuf di Arofah (63 tahun). Di
gua Qiro’ yang dimulai dengan perkataan iqra’ artinya bacalah.
Membaca adalah salah-satu usaha untuk menambah ilmu
pengetahuan yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan
manusia.
Al-Qur’an, Iman,Ahlakk dan Hukum, ini dpat dibedakan tetapi tidak
dapat dipisahkan, hal ini dapat mempertebal ketaatan dan kepatuhan
hukum seseorang.
Oleh karena itu sebagai orang yang beriman, yakin bahwa segala
gerak-gerik dan tingkah lakunya di catat oleh Malikat dan
eipertanggungjawabkan di akhirat kelak dalam Mahkamah yang
dipimpin oleh hakim yang Maha Adil.

b. Al-hadis sepanjang yang mengenai muamalah, yaitu soal hubungan


antara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, pada
umumnya hanya mengandung kaidah-kaidah umum yang harus
dirinci oleh orang yang memenuhi syarat untuk dapat diterapkan
pada kasus-kasus.
Hukum muamalah itu tidak hanya mengenai hukum perdata, akan
tetapi termasuk hukum pidana, HTN,Hukum Internasional, hukum
ekonomi keuangan dan hukum acara.
Akidah, ahlak atau moral, kenyakinan dan sikap manusia terhadap
lingkungan.
c. Hukum islam yang terdapat dalam Al-qur’an dan As-Sunnah itu perlu
dikaji, dirinci lebih lanjut
d. Hakim atau penguasa tidak boleh untuk menolak untuk
menyelesaikan suatu masalah, dengan alasan bahwa hukumnya tidak
ada

Sumber-sumber Hukum Islam:


1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Akal pikiran (ra’yu) yang memenuhi syarat, dengan mempergunakan
berbagai jalan (metode) atau cara :
- Ijmak; qiyas, Istidal, al-masalih al-mursalah; istihsan; ‘urf

 Al qur’an adalah sumber hukum Islam pertama dan utama, yang


memuat kaidah hukum fundamental yang perlu dikaji dengan teliti dan
dikembangkan lebih lanjut. Berdasarkan penelitian ilmiah Al-qur’an
adalah kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah, seperti yang
disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad sebagai
rosulNya sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari di Makah
kemudian di Madinah
Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan di gua Hira’ yang dimulai dengan
perkataan iqra’ artinya bacalah. Membaca adalah salah satu usaha untuk
menambah ilmu. Al-Qur’an adalah inti sari semua pengetahuan (prinsip-
prinsip)
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia antara lain :
1. Ajaraan yang memberi pengetahuan tentang struktur (susunan)
kenyataan alam semesta dan posisi berbagai makhluk termasuk
manusia. Juga membahas tentang kehidupan akhirat. Ia berisi segala
pelajaran yang diperlukan manusia untuk mengetahui siapa dirinya,
dimana ia berada sekarang (dunia) dan ke mana ia akan pergi (akhirat)
2. Al-qur’an berisi petunjuk yang menyerupai sejarah manusia, rakyat
biasa, raja-rja, orang-orang suci, para nabi dan segala cobaan yang
menimpa mereka.
Tentang siksa-Nya dan yang diberi karunia-Nya selalu ada setiap ruang
dan waktu.
3. Al-qur’an berisi sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dalam bahasa biasa,
karena ayat al-qur’an berasal dari Allah. Apabila seorang muslim
menghadapi kesulitan, ia membaca ayat All-qur’an tertentu untuk
menenangkan dan menghibur hatinya. Mengucapkan salam, ini diambil
dari Al-qur’an.
Al-qur’an adalah kitab yang paling banyak dibaca bahkan dihafal oleh
manusia. Setiap muslim yang melakukan ibadah salat, bulan romadan,
atau malam tertentu sepanjang tahun
Menurut pandangan Islam “hukum-hukum” yang terkandung dalam al-qur’an
adalah:
1. Hukum i’tiqadiyah : hukum yang berkaitan dengan kewajiban para subyek
hukum untuk mempercayai Allah, Malaikat-Nya ,kitab-Nya, rosul-Nya, Hari
pembalasan, kada dan kadar.
2. Hukum akhlak : hukum Allah yang berhubungan dengan kewajiban
seseorang subyek hukum untuk “menghiasi” dirinya dengan sifat keutamaan
dan menjauhkan diri dari sifat yang tercela.
3. Hukum amaliah, hukum yang bersangkutan dengan perkataan, perbuatan,
perjanjian dan hubungan kerja sama antar sesama manusia.
Hukum amaliah dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hukum ibadah
b. Hukum muamalah.

 As-Sunnah atau al-Hadis


As-Sunnah atau Al-Hadis, adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-
Qur’an, berupa :
 perkataan (sunnah qauliyah)
 Perbuatan (sunnah fi’liyah)
 Sikap diam (sunnah taqririyah)
Ucapan, perbuatan dan sikap diam nabi dikumpulkan tepat pada awal
penyebaran Islam. Orang-orang yang mengumpulkan Sunnah nabi
menelusuri seluruh jalur riwayat ucapan, perbuatan dan sikap diam nabi.
Sunnah, terutama ucapan nabi membahas berbgai hal mulai dari
metafisika sampai pada tata tertib di meja makan, segala hal yang
berhubungan dengan rumah tangga, hukum, sosial , ekonomi. Sunnah nabi
yang terikat dengan al-qur’an adalah sumber petunjuk yang paling berharga
yang dimiliki umat Islam, dan keduanya adalah mata air seluruh kehidupan dan
pikiran Muslim.
Melalui kitab-kitab hadis, seorang Muslim mengenal nabi dan isi al-
qur’an, tanpa As-sunnah sebagian besar isi al-qur’an akan tersembunyi dari
mata manusia. Misalnya dalam alqur’an ditulis perintah salat, tampa as-
Sunnah orang tidak akan tahu bagaimana cara mengerjakannya. Solat menjadi
tiang pusat semua ibadah, tidak akan dapat dikerjakan tanpa petunjuk berupa
perbuatan nabi sehari-hari. Pesan nabi pada waktu melakukan haji perpisahan
sebelum beliau wafat, “Kutinggalkan pada kalian dua pusaka yang sangat
berharga. Kalian tidak akan sesat selama-lamanya selama kalian berpegang
teguh kepada kedua pusaka yang sangat berharga itu yaitu al-qur’an dan
Sunnahhku” .

Sunni atau ahlus sunnah wal jama’ah yaitu golongan umat Islam yang
berpegang kepada Sunnah Nabi Muhammad, yang berbeda terutama dalam
ajaran kepemimpinan politiknya (imamah), dengan golongan syi’ah yaitu
golongan umat Islam yang setia yang menjadi pengikut Ali bin Abu Thalib.

Bid’ah adalah pembaharuan atau cara baaru dalam beribadah yang tidak
pernah dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya.

Sunnah rasul atau Sunnah Nabi Muhammad, seperti telah disebut di atas
menjadi sumber hukum Islam kedua. Dasar hukunya “syahadatain” ucapan
dua kalimat syahadat yaitu ikrar keyakinan yang menyatakan bahwa “ Tidak
ada Tuhan lain yang patut disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
rasul-Nya.
Ikrar kenyakinan ini merupakan janji diam-diam dan sepihak yang dibuat
oleh orang yang mengucapkannya bahwa “ Selama hayat dikandung badan, ia
akan hidup sesuai dengan pedoman dan ketetapan-ketetapan Allah seperti
yang terdapat dalam alqur’an dan Sunnah Nabi Muhammad”
Dasar hukum As-sunnah :
1. Al-qur’an surat an-Nisa’ ayat 59
2. Al-qur’an surat Al-Imran ayat 132
Berdasarkan surat tsb Allah dengan tegas menyuruh orang-orang
beriman “ mentaati perintah Allah dan mentaati ketentuan Rasul-Nya” ,
barangsiapa taat kepada (ketentuan) Rasulullah, sesungguhnya ia telah taat
kepada ketetapan Allah ( Q. Surat Al-Nisa’ ayat 80 )
Di dalam kepustakaan Islam sering kita jumpai perkataan sunnah dalam
makna yang berbeda-beda tergantung pada penggunaan kata dalam kalimat
antara lain :
1. Sunnatullah yang berarti hukum atau ketentuan-ketentuan Allah atau
hukum alam atau natural law.
2. Sunnatur rasul yang berarti perbuatan dan sikap diam Nabi Muhammad
sebagai Rasulullah
3. Sunnah atau sunat berarti anjuran, jika dikerjakan mendapatkan pahala
(kebaikan), kalau tidak dilakukan tidak berdosa.
Sunnatur rasul ini menjadi sumber hukum Islam ke dua dasar
hukumnya “syahadatain” ucapan dua kalimat syahadad yaitu ikiar
kenyakinan yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan lain yang patut
disembah selain Allah dan Muhammad adalah rasul-Nya, ikrar keyakinan
ini merupakan janji diam-diam (pactum tacitum) dan sepihak yang
dibuat oleh orang yang mengucapkannya bahwa selama hayat
dikandung badan, ia akan hidup sesuai dengan pedoman dan ketetapan-
ketetapan Allah seperti yang terdapat dalam al-qur’an dan mengikuti
suri teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad melalui sunnahnya.

* Akal Pikiran (al-Ra’yu atau ijtihad)


Sumber hukum Islam ketiga adalah akal pikiran manusia yang memnuhi
syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada
padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang fondamental yang terdapat
dalam al-qur’an, kaidah-kaidah hukum yang bersifat umum yang terdapat
dalam Sunnah nabi dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang
dapat diterapkan pada suatu kasus.
Akal mempunyai beberapa makna, selain pikiran dan intelek (bhs
Indonesia) juga berarti ikatan “ ‘aql “ (bahasa arab). Dalam al-qur’an
perkataan akal dalam kaitan dengan kata lain misalnya kata-kata “ya’qilun”
artinya mereka yang berakal, ta’qilun artinya kamu(yang) berakal, orang
yang tidak bisa berfikir disebut “la ya’qilun” artinya mereka yang tidak dapat
mempergunakan akalnya dengan baik.
Akal adalah kunci untuk memhami agama, ajaran dan hukum Islam. Kita
tidak akan dapat memahami Islam tanpa mempergunakan akal. Oleh karena
itu, Nabi Muhammad menyatakan dengan jelas bahwa agama adalah akal,
tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Jika ungkapan ini
dihubungkan dengan hukum, berarti bahwa hukum dan hukuman itu
berkaitan dengan akal, tidak ada hukum atau hukuman bagi orng yang tidak
berakal atau gila. Oleh karena itu akal mempunyai kedudukan yang tinggi
dalam sistem agama Islam. Karena akal adalah wadah yang menampung
aqidah, syariah dan akhlak.
Sehingga akal ini mempunyai fungsi sangat penting dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu anak-anak yang belum sempurna akalnya atau
orng sakit yang kehilangan akal, dibebaskan dari pertanggungjawaban.
Menurut hukum Islam, orang yang dimintai pertanggungjawaban hanyalah
orang yang berakal dan sempurna akalnya. Manusia yang mempunyai akal
membutuhkan petunjuk Allah.
Akal dan wahyu, wahyu dan akal mempunyai hubungan yang erat dan
merupakan soko-guru ajaran, agama Islam.
Ijtihad merupakan dasar dan sarana pengembangan hukum Islam. Ia
adalah kewajiban umat Islam yang memenuhi syarat :
1. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami al-qur’an dan Hadist
2. Mengetahui isi dan sistem hukum al-qur’an serta ilmu-ilmu untuk
memehami al-qur’an
3. Mengetahui hadist-hadist hukum dan ilmu-ilmu hadis yang berkenaan
dengan pembentukan hukum
4. Mengusai sumber-sumber hukum Islam dan cara cara menarik garis-garis
hukum dari sumber hukum Islam
5. Mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah fikih
6. Mengetahui rahasia dan tujuan-tujuan hukum Islam
7. Jujur dan ikhlas
8. Menguasai ilmu sosial
9. Dilakukan secara kolektif
Orang yang berijtihad disebut “Mujtahid”

Metode berijtihad:
1. Ijmak
Ijmak adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai
suatu masalah pada suatu tempat di suatu masa (Abu Bakar dan
Usman). Sekarang ijmak hanya berarti persetujuan atau kesesuaian
pendapat di suatu tempat mengenai tafsir ayat-ayat yang ada dalam al-
qur’an. Di Indonesia misalnya, ijmak mengenai kebolehan beristri lebih
dari seorang.
2. Qiyas
Qiyas adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat
ketentuannya di al-qur’an dan as-sunnah. Qiyas adalah ukuran yang
dipergunakan oleh akal budi untuk membanding suatu hal dangan hal
lain. Contoh larangan minum khomar (jenis minuman yang
memabukkan)
3. Istidal
Istidal adalah menarik kesimpulandari dua hal yang berlainan. Misalnya
menarik kesimpulan dari adat-istiadat dan hukum agama yang
diwahyukan sebelum Islam, yang dapat ditarik garis hukumnya untuk
dijadikan hukum Islam.
4. Al-masalih al mursalah
Al-masalih al-mursalah adalah cara menemukan hukum sesuatu hal yang
tidak terdapat ketentuannya baik di dlam al-qur’an maupun dalam
hadist. Contoh dalam hal pemungutan pajak untuk kepentingan
masyarakat
5. Istihsan
Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan menyimpang dari
ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial.
Contoh: seorang ahli hukum sering kali terpaksa melepaskan diri dari
aturan yang mengikat karena pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
lebih berat dan lebih perlu diperhatikan. Ihtisan adalah suatu cara untuk
mengambil keputusan yang tepat menurut suatu keadaan. Misalnya
hukum Islam melindungi dan menjamin hak milik seseorang, hak milik
seseorang dapat dicabut kalau disetujui oleh pemiliknya.
6. Istishab
Istidhab adalah menetapkan hukum sesuatu hal menurut keadaan yang
terjadi sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya.
7. ‘urf
‘Urf adalah adat istiadat yang tidak bertentangan dengan hukum Islam
dapat dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang
bersangkutan. Adat istiadat ini tentu saja yang berkenaan dengan soal
muamalah. Contoh kebiasaan yang dilakukan dalam perdagangan,
misalnya melalui inden , Lamaran dengan tanda pengikat..

Anda mungkin juga menyukai