Askep Batu
Askep Batu
OLEH :
Nim : 032013048
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya tentang
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan ‘Kolelitiasis’. Makalah ini
disusun untuk memenuhi proses perkuliahan semester VI tentang Sistem Pencernaan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.1 Defenisi
Kolelitiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) didalam kandung empedu atau saluran
bilier. Batu terbentuk dari unsure-unsur padat yang membentuk cairan empedu (smeltezer dan
bare, 2002 ).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan
komposisi yang bervariasi (potter and perry,2005 ).
2.1.2 Etiologi
Batu empedu belum diketahui penyebab pastinya namun terdapat beberapa factor risiko
yang bisa menyebabkan terjadinya batu empedu antara lain :
Manifestasi klinik pada pasien kolelitiasis sangat bervariasi, ada yang mengalami gejala
asimptomatik dan gejala simptomatik. Pasien kolelitiasis dapat mengalami dua jenis gejala:
gejala yang disebabkan oleh penyakit kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat
obstruksi pada jalan perlintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau
kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada
kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Suratun, 2010 manifestasi klinis dari kolelitiasis :
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi
dan akhirnya infeksi. Pasien akan mengalami panas dan mungkin teraba masa padat
pada abdomen.
2. Ikterus
Ikterus biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledukus. Akibat obstruksi pengaliran
getah empedu ke dalam duodenum maka akan terjadi peningkatan kadar empedu dalam
darah. Hal ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini
sering di sertai dengan gejala gatal – gatal yang mencolok pada kulit.
3. Perubahan warna urin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap. Feses
yang tidak lagi di warnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat.
4. Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin yang larut dalam lemak (
yaitu vitamin A, D, E, dan K ). Karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala
defisiensi vitamin – vitamin ini jika obstruktif bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin K
dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
2. Ultra sonografi
3. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi
Dalam prosedur ini, ini disuntikkan secara intravena. Preparat ini kemudian diambil oleh
hepatosit dan dengan cepat disekresikan ke dalam sistem bilier. Selanjutnya dilakukan
pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan gambar kandung empedu dan
percabangan bilier.
4. Kolesistografi
Kolesistografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji
kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan
isinya,berkontraksi serta mengosongkan isinya.
5. Pemeriksaan Laboratorium
( Suratun, 2010 )
2.1.5 Komplikasi
( Suratun, 2010 )
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologis
2) Efek samping : diare, bersifat hepatotoksik pada fetus sehingga kontra indikasi pada ibu
hamil.
Dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (mono – oktanion atau metil tertierbutil eter/
MTBE) ke dalam kandung empedu. Dapat diinfuskan melalui selang atau kateter yang
dipasang perkutan langsung kedalam kandung empedu, melalui selang atau drain
yang dimasukan melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum
dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui ERCP atau kateter bilier transnasal.
Sebuah kateter dan alat disertai jaringan yang terpasang padanya disisipkan lewat
saluran T tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T tube atau lewat
fistula yang terbentuk pada saat insersi T tube, jaringan digunakan untuk memegang
kepada batu empedu untuk memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen.
2. Pembedahan
a) Kolesistektomi
Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus
diligasi. Sebuah drain di tempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah
b) Minikolesistektomi
Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4cm.
c) Kolesistektomi lapaskopik
Dilakukan lewat insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada
umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk membantu
pemasangan endoskop.
d) Koledokostomi
Insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu
dikeluarkan biasanya dipasang sebuah kateter kedalam duktus tersebut untuk drainase
getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase
gravitas.
3. Manajemen diet
Dengan bantuan endoskopi melalui muara papila Vater kontras dimasukkan kedalam
saluran empedu dan saluran pankreas. Keuntungan lain pada pemeriksaan ini ialah
sekaligus dapat menilai apakah ada kelainan pada muara papila Vater, tumor misalnya
atau adanya penyempitan. Keterbatasan yang mungkin timbul pada pemeriksaan ini ialah
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik. Pada saat pengkajian pada klien kolelitiasis, tenaga kesehatan
khususnya perawat dapat menanyakan keluhan utama klien seperti apakah ada rasa sakit pada
bagian abdomen kanan dan perubahan warna urin dan feses, riwayat penyakit dahulu, kebiasaan
makan dan gaya hidup klien seperti apakah klien senang mengkonsumsi makanan berlemak dan
berkolesterol, untuk klien wanita dapat ditanyakan apakah klien menggunakan kontrasepsi
hormonal atau tidak. Selain itu, perawat dapat mengobservasi warna kulit dan sklera klien
apakah mengalami ikterik atau tidak.
Pada klien yang akan menjalani pembedahan penyakit kandung empedu (kolesistektomi),
anamnesis dan pemeriksaan harus difokuskan pada persoalan yang paling penting bagi klien
serta bagi tim kesehatan yang akan menangani perawatan klien selama dan sesudah pembedahan.
Pengkajian harus difokuskan kepada status pernapasan klien. Jika operasi yang
direncanakan berupa pembedahan tradisional, insisi abdomen yang diperlukan selama
pembedahan dapat mempengaruhi gerakan penuh pernapasan. Riwayat merokok atau masalah
pernapasan sebelumnya perlu diperhatikan. Respirasi dangkal, batuk persisten atau tidak efektif,
dan adanya suara napas tambahan juga harus dicatat. Status nutrisi dievaluasi melalui anamnesis
riwayat diet, pemeriksaan umum dan pemantauan hasil-hasil laboratorium yang didapat
sebelumnya. (Smeltzer dan Bare, 2002)
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi kandung empedu, obstruksi / spasme duktus,
iskemia jaringan / nekrosis
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, prognosis, pengobatan dan perawatan diri
3. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual – muntah,
obstruksi aliran empedu.
( Surantun, 2010 )
Implementasi Keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi dan tujuan yang ingin
dicapai.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan
komposisi yang bervariasi (potter and perry,2005 ).
Manifestasi klinik pada pasien kolelitiasis sangat bervariasi, ada yang mengalami gejala
asimptomatik dan gejala simptomatik. Pasien kolelitiasis dapat mengalami dua jenis gejala:
gejala yang disebabkan oleh penyakit kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat
obstruksi pada jalan perlintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau
kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada
kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng (Smeltzer dan Bare, 2002).
Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan
pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain.batu
empedu umumnya ditemukan didalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat berimigrasi
melalui duktus sistikus kedalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut
sebagai batu saluran empedu sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Potter and Perry. 2005 . Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 4. Volume
II. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002 . Brunner & Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing
vol.2.(8th Ed). (Waluyo, A., Kariasa, M., Julia, Kuncara, A., & Asih, Y.,
Penerjemah). Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher
Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta : Trans
Media