Anda di halaman 1dari 31

MATERI K3LH

Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin meningkat, ter

utama pada organisasi perusahaan yang bergerak di bidang usaha perta nian atau

perkebunan. Kesadaran tentang penerapan K3LH tersebut sejalan dengan

penerapan peraturan sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi organisasi

perusahaan yang memerlukan pengakuan standar Internasional. Untuk

mempermudah pelaksanaan penerapan K3 LH tersebut, perlu di ketahui beberapa

pengertian atau istilah-istilah umum yang biasa diper gunakan yaitu sebagai berikut :

a. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan erat dengan

mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan

lingkungan serta cara-cara me lakukan pekerjaan.

b. Sasaran Program K3

Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. Tempat tempat kerja

tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian/ perkebunan,

peternakan, perikanan, industri pengolahan, pertambangan, perhubungan, jasa dan

sebagainya.

c. Tempat Kerja

Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka,

bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering digunakan oleh

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.Tempat kerja tersebut terdapat sumber-

sumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,

maupun di udara yang menjadi ke wenangan suatu badan usaha atau perusahaan.

Dalam bidang perkebunan, yang disebut dengan tempat kerja adalah tempat dimana
kegiatan perkebunan biasa dilaksanakan, yaitu areal pembibitan, areal penanaman,

termasuk laboratorium, dan bengkel pertanian.

d. Perusahaan

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja

dengan tujuan untuk mencari laba atau tidak, baik milik perorangan, kelompok,

swasta maupun milik negara.

e. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di

dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi standar kebutuhan masyarakat.

f. Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan semua

unsur-unsur yang terdapat da lam suatu instansi atau perusahaan dimana dilakukan

kegiatan kerja. Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua

personil dan suatu instansi atau perusahaan termasuk didalamnya adalah pihak

manajer, tenaga kerja dan orang-orang yang terkait dengan kegiatan perusahaan

tersebut.

g. Penerapan Prosedur K3

Setiap organisasi perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan :

 Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap pe nerapan sistem


manajemennya
 Merencanakan pemenuhan ke bijakan, tujuan dan sasaran pe nerapan K3
 Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pen dukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
K3.
 Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melaku kan tindakan
perbaikan dan pen cegahan.
 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara
berkesinambungan de ngan tujuan meningkatkan kinerja.
B.1. Instruksi Kerja Pengendalian Resiko

Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan dapat terjadi secara tak

terduga. Untuk menghindari dan meminimalkan terjadinya kecelakaan maka perlu

disusun instruksi kerja. Pembuatan instruksi kerja disesuaikan dengan keadaan

peralatan yang dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau disiapkan oleh

perusahaan untuk menghindari ter jadinya kecelakaan kerja, antara lain :

 Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang harus
dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan. Didalam
tata tertib tersebut perlu dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta ancaman sanksi yang akan dikenakan jika melanggar tata tertib.
 Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan instruksi
kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau di
tempat-tempat tertentu sedemiki an rupa, sehingga setiap operator alat yang akan
menggunakan alat dapat membaca petunjulk peng operasian alat. Hal ini untuk
meng hindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat. Selain itu,
dengan adanya pe tunjuk pengoperasian maka siapa pun yang akan
mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan operator atau kerusakan alat.
 Pada setiap ruangan agar dibuat kan poster-poster keselamatan kerja dan label-label
yang me nunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi. Pem buatan label
dan poster tersebut harus dibuat sedemikian rupa se hingga mudah dibaca bagi
setiap orang.
 Bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, fungisida, bakterisida, rodentisida,
herbisida, insektisida, pupuk anorganik dan sebagainya, diberikan label dan tanda
dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada wadah adalah suatu
tindakan pencegahan yang sangat penting.
 Aneka label dan pemberian tanda, diberikan sesuai dengan sifat ba han yang ada.
Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan lambang
yang sudah diketahui secara umum. Dengan demikian masya rakat mudah
mengenal dan me respon maksud dan tujuan label atau tanda atau lambang yang
telah dipasang.
B.2. Dasar-dasar Keselamatan Kerja dan Resiko

Beberapa ketentuan yang mem bahas dasar-dasar keselamatan ker ja dan

resiko adalah sebagai berikut :

Persyaratan Keselamatan untuk Perkakas, Mesin dan Bahan Kimia Berbahaya

Mengingat sangat bervariasinya per kakas, mesin, bahan kimia berbahaya

dan cara kerja yang diguna kan dalam bidang pertanian (perkebunan), maka tidak

semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas, mesin

dan bahan kimia berbahaya tetapi prinsip-prinsip umum akan diuraikan .

a. Syarat-syarat umum

Semua perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam

pertanian (perkebunan) harus ::

 Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sesuai ke tentuan dalam


standar internasional atau nasional dan rekomen dari pihak berwenang, apabila
tersedia;
 Digunakan hanya untuk pekerja an yang telah dirancang atau dikembangkan,
kecuali jika suatu penggunaan tambahan yang diusulkan telah dinilai oleh seorang
yang kompeten dan telah dinyata kan aman penggunaannya.
 Digunakan atau dioperasikan oleh para pekerja yang telah dinilai ber kompeten dan
atau memiliki serti fikat keterampilan yang sesuai.
 Perkakas, mesin dan peralatan harus mempunyai disain dan konstruksi yang baik,
dengan mem pertimbangkan prinsip kesehatan, keselamatan dan ergonomik, dan
mereka harus dipelihara dengan kondisi yang baik.
 Setiap perkakas, mesin dan peralatan harus secara rutin diperiksa berdasarkan
suatu penilaian yang lengkap dari semua kriteria terkait harus digunakan saat
pemilihan suatu mesin. Hal ini membantu untuk menciptakan suatu Iingkung an kerja
yang sehat dan produktif serta memastikan bahwa mesin tersebut tepat untuk tujuan
yang dimaksudkan.
 Pengusaha atau produsen alat dan mesin harus menyediakan instruksi dan
informasi K3 yang jelas dan menyeluruh tentang penggunaan dan pemeliharaan
perkakas dan bahan kimia ber bahaya bagi operator/ pengguna.
 Peralatan harus dirancang agar gampang dan aman dalam peme liharaan dan
sedikit perbaikan di tempat kerja. Para pekerja harus dilatih untuk melakukan pemeli
haraan dan perbaikan kecil pada mesin dan peralatan mereka. Jika tidak bisa
dilakukan, seorang yang kompeten harus mudah dihubungi dari tempat kerja.
Fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan pe ralatan dan perkakas harus di
sediakan. Disarankan penyedia an fasilitas perbaikan dan pemeli haraan peralatan
dan perkakas dekat dengan tempat berteduh atau fasilitas perumahan.
 Pada tempat perbaikan harus disediakan fasilitas bengkel de ngan perkakas dan
peralatan pemeliharaan yang sesuai, agar pekerjaan pemeliharaan dan re parasi
dilaksanakan dalam kondisi aman, tanpa terganggu oleh kon disi cuaca yang buruk,
serta tidak mengganggu lingkungan di sekitar bengkel.
b. Peralatan tangan

Penggunaan peralatan tangan banyak digunakan untuk jenis-jenis pekerjaan

yang ringan dan memerlu kan spesifikasi kerja tertentu. Ada beberapa hal yang

harus diperhati kan dalam penggunaan peralatan tangan, yaitu :

 Peralatan tangan untuk memotong dan memisahkan benda harus dibuat dari baja
berkualitas baik sehingga menjaga sisi pe motongan dan efektivitasnya de ngan
pemeliharaan minimum.
 Bagian alas dari suatu alat untuk memotong dan memisahkan harus dipasang
dengan aman pada tangkai dengan suatu alat efektif, sebagai contoh baji, paku
keling atau baut.
 Tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat dan harus terbuat dari
kayu berkualitas baik atau bahan lain yang sesuai
 Spesifikasi perkakas, seperti ukur an, panjang tangkai dan berat harus sesuai untuk
memenuhi ke butuhan dari pekerjaan dan keada an fisilk dari pemakai.
 Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat yang
sesuai.
c. Mesin portable
 Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus
ditempatkan dengan nyaman dan fungsinya ditandai dengan jelas.
 Posisi dan dimensi tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap kerja
normal.
 Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus serendah
mungkin sesuai dengan kemajuan teknologi.
 Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus da pat dihancurkan secara
biologis (ramah lingkungan) sehingga me ngurangi bahaya polusi gas buang dan
tumpahan.
 Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa
kerusakan yang timbul.
d. Permesinan otomatis atau mesin konvensional

 Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat
disetel sepenuhnya untuk pengemudi dan dipasang sabuk pangaman yang sesuai.
 Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan ukuran
badan operator yang kemungkinan besar meng gunakan mesin tersebut.
 Cara masuk dan keluar dari me sin, seperti anak tangga, tangga dan pintu, harus di
rancang untuk menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu ketinggian dan
jarak yang nyaman.
 Mesin harus dilengkapi dengan struktur perlindungan berguling, .
 Kabin tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan dan dilindungi dari
obyek yang jatuh.,
 Mesin harus dilengkapi suatu alat penyetop yang tidak dapat kem bali sendiri,
mudah dicapai, dan ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.
 Untuk mesin-mesin yang meng gunakan sistem transmisi atau kopling, maka jika
tidak dipakai, persneling harus dalam keadaan tersambung.
 Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat
dioperasikan pada la han yang miring,
 Pipa pembuangan harus dileng kapi dengan penangkap percikan. Mesin yang
dilengkapi dengan turbo chargers tidak memerlukan penangkap percikan.
1. Pakaian dan Peralatan Pelindung Kerja
Penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, sangat dibutuhkan bagi

pekerja. Kesadaran tersebut per lu dipelihara dan ditingkatkan untuk mencapai mutu

keselamatan dan ke sehatan kerja serta lingkungan hidup.

a. Pakaian kerja

Pakaian kerja yang dipakai di lapangan, bagi pekerja bidang pertanian, harus

memenuhi beberapa kriteria, secara umum adalah :

 Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap kering
dan berada pada temperatur yang nyaman. Untuk bekerja di daerah yang ber iklim
panas dan kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari radiasi
panas yang berlebihan dan memudah kan pengeluaran keringat.
 Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan jilka ada suatu resiko radiasi UV
atau potensi bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan binatang.
 Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian untuk
memastikan bah wa para pekerja kelihatan dengan jelas.
 Penggunaan alat pelindung diri harus dianggap sebagal suatu upaya terakhir, bila
pengurangan resiko dengan cara-cara teknis atau organisatoris tidak mungkin
dilakukan. Hanya dalam keadaan ini alat pelindung diri yang berhubungan dengan
resiko spesifik tersebut digunakan.
 Alat pelindung diri untuk pekerjaan bidang pertanian dilapangan harus memiliki
fungsi yang spesifik.
 Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, alat
pelindung diri harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan kimia
ditempat kerja.
 Alat pelindung diri harus meme nuhi standar internasional atau nasional.
b. Alat pelindung diri

Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di

lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain: sarung tangan, sepatu

lapangan, topi pengaman, penutup muka, penutup mata, penutup telinga, dan

penutup mulut .
 Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan bahan
kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan sebagainya.
Untuk jenis sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan yang terbuat dari
karet tidak tem bus bahan cairan. Sedangkan untuk pekerjaan di laboratorium
biasanya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat asbes tahan panas.
 Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang diguna kan adalah jenis
pekerjaan lapang an. Alat ini digunakan untuk me lindungi kaki pada saat bekerja di
lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang berba haya di lapangan.
Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis se patu bot, yang terbuat dari karet atau
plastik.
 Topi pengaman (Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melin dungi kepala dari
kemungkinan benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat memanen buah.
 Penutup bagian muka diperguna kan untuk jenis pekerjaan lapang an, jika kondisi
lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari
 debu yang berterbangan pada saat bekerja. Contoh penutup bagian muka
 Pelindung atau penutup mata. Janis alat ini dipakai untuk me lindungi mata pada
saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari benda-benda yang
berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat bekerja di laboratorium.
Alat pelindung mata sesuai kondisi lapangan
 Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan hidung dari
bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan pestisida, gas be
racun atau debu.
2. Pelaksanaan Kerja Berdasarkan Rekomendasi Aman; Pengujian dan Sertifikasi
Peralatan
Untuk menjamin agar tidak terjadi kecelakaan atau hambatan pada saat kegiatan
dilaksanakan, maka alat alat yang akan dipergunakan harus terlebih dahulu
dilakukan pengecekan yaitu memastikan bahwa alat-alat tersebut berfungsi sesuai
rancangan dan dibuat memenuhi syarat kese lamatan kerja
b. Penyinaran

Terbakarnya bahan-bahan yang ber sifat mudah terbakar oleh benda pijar

atau nyala api, tidak harus terjadi karena persentuhan. Semua sumber panas akan

memancarkan gelom bang elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika gelombang

elektromagnetis me ngenai benda, maka pada benda tersebut akan dilepaskan

energi yang berubah menjadi panas. Akibatnya benda yang disinari akan bertambah
panas dan bila panas tersebut sampai pada titik nyala maka benda tersebut akan

terbakar.

c. Peledakan uap atau gas

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan

menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api maka kebakaran akan terjadi. Besar

kecilnya kebakaran sangat tergantung pada jumlah (volume) gas atau uap.

d. Percikan api

Pencikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakar nya

campuran gas, uap atau debu dan udara dapat menyala. Biasanya percikan api

tidak dapat menyebab kan benda terbakar. Karena tidak cukup energi dan panas

yang ditim bulkan. Percikan api dapat ditimbul kan oleh hubungan arus pendek,

ataupun oleh terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah benda

yang bergerak.

e. Terbakar sendiri

Kebakaran yang terjadi secara sendiri disebabkan karena seonggok an bahan

bakar mineral padat atau zat-zat organik. Kebanyakan, minyak mudah terbakar,

terutama minyak tumbuh-tumbuhah. Banyaknya panas yang tejadi ditentukan oleh

luas permukaan yang bersinggungan de ngan udara. Karena itu perlu diiden tifikasi

bahan-bahan yang mudah terbakar untuk ditempatkan pada tempat yang aman.

f. Reaksi kimia

Reaksi-reaksi kimia dapat menghasil kan panas yang dapat menyebabkan

terjadinya kebakaran. Fospor kuning teroksidasi sangat cepat bila bersing gungan

dengan udara. Natrium dan kalium akan cepat bereaksi bila tercampur dengan air,

dan akan me lepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar jika suhu udara di atas
400 oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menye babkan

terjadinya nyala api.

g. Kebakaran karena listrik

Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang pertanian

khususnya perkebunan ba nyak menggunakan listrik sebagai sumber tenaganya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja listrik

yaitu pedoman keselamatan kerja listrik; menyangkut tenaga kerja, organisasi dan

cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman per tolongan terhadap

kecelakaan. Perlengkapan pakaian kerja bagi tenaga kerja yang berkecimpung

dengan kelistrikan, harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

 Cukup kuat dan tahan gesekan.


 Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada bagian ujung lengan.
 Celana panjang.
 Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
 Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.
 Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki sifat isolator sesuai dengan
tegangan yang dihadapi di lapangan.
 Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki daya isolator yang sesuai.
 Sarung tangan untuk bekerja adalah lemas, kuat, dan tahan gesekan terhadap
kawat penghantar.
Pedoman instalasi dan syarat-syarat perlengkapan listrik yaitu sebagai berikut:

1). Pemasangan peralatan listrik

 Pemasangan transformator, pa nel, sakelar, motor, dan alat-alat listrik lainnya, di


tempat kerja harus dilaksanakan sedemikian se hingga tidak terdapat bahaya kon
tak dengan bagian-bagian yang bertegangan.
 Manakala ruangan dan persyarat an pelayanan memungkinkan, alat alat dan
pesawat listrik harus di tempatkan dalam ruangan ter pisah yang ukurannya
memadai, dan hanya orang-orang berkom peten boleh masuk ke dalam ruang
tersebut.
 Jika alat-alat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat kerja dalam ruang
produksi, ha rus dibuat pagar pengaman untuk melindungi bagian atau penghan tar
yang bertegangan.
 Pagar pengaman berfungsi men cegah kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat
dari kayu, besi pipa, besi siku, kawat baja, besi pelat berlubang atau plastik. Dalam
hal ini, kayu kering atau plastik me miliki sifat yang lebih bailk, karena zat-zat
tersebut tidak menghantar kan listrik. Namun, kayu memiliki kerugian karena mudah
terbakar. Rangka besi harus disertai hu bungan ke tanah secara tepat.
 Perlu dipasang papan tanda la rangan masuk bagi mereka yang tidak
berkepentingan dan disertai peringatan "Awas bahaya listrik". Tanda peringatan di
pasang pada tempat masuk ke ruangan, de ngan huruf yang jelas dan mudah
dibaca.
 Terdapat kesesuaian dalam ba nyak hal mengenai norma-norma bagi pagar
pengaman untuk me sin dan pesawat listrik.
 Petugas perawatan peralatan lis trik harus tahu benar bahaya-bahaya yang
berkaitan dengan instalasi listrik dan peralatan lainnya,
 Bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan tutup
pengaman bagi panel listrik.
 Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan per aturan-peraturan lain tentang ke
selamatan kerja listrik.
 Pemasangan instalasi listrik di perusahaan dan tempat kerja, tergantung dari
konstruksi bangunan, ukuran dan pembagian beban, penempatan mesin-mesin,
pesa wat dan alat listrik, keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab, dan
lain-lain
2). Sakelar

 Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus memenuhi
syarat keselamatan. Sakelar untuk keperluan motor, pesawat listrik, instalasi cahaya
dan tenaga, harus ditutup.
 Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, karena bagian terbuka yang
bertegangan akan menimbulkan bahaya tekanan arus listrik sehingga dapat meng
akibatkan loncatan api, bila sakelar diputuskan arusnya.
 Sakelar tuas harus tertutup, tutup dan poros pegangan (handel) harus dihubungkan
ke tanah
 Sakelar tuas harus di pasang sedemikian rupa sehingga bagian yang dapat
digerakkan dalam ke adaan tidak ada hubungan (tidak bertegangan)
 Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di luar
batas jangkauan tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat
pengaman.
 Bila pemasangan seperti butir 3 dan 4 tidak dimungkinkan, sakelar tersebut harus
tertutup atau di pagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan pela
yanannya tetap dilakukan dengan memakai tongkat pengaman.
 Untuk keperluan pemakaian se cara umum, dianjurkan agar di pakai sakelar putar
dan tombol tekan, karena bagian yang bertegangan berada di tempat tertutup.
Sakelar yang dapat me nimbulkan loncatan api harus di pasang dalam peta
penghubung.
 Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.
3). Sekring dan pengaman otomatis

 Instalasi atau pesawat listrik di amankan dengan penggunaan se kring atau


pengaman otomatis
 Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala ter jadi arus lebih
sebagai akibat ke salahan hubungan tanah, hubung an pendek dan beban lebih.
 Pengaman arus lebih yang di tempatkan pada setiap bagian ins talasi yang
diamankan, harus me miliki jenis dan ukuran yang se suai, yaitu memutus arus
apabila arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya.
 Pemasangan sekring pada me sin-mesin dan peralatan listrik ti dak hanya
ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari
transformator atau generator, kemung kinan terjadinya hubungan tanah, beban lebih
dan hubungan pen dek yang membahayakan.
 Pengaman dengan sekring, melindungi mesin, peralatan, dan tenaga kerja.
 Penggunaan sekring harus dise suaikan dengan kuat arus yang tertera pada
sekring.
 Sebelum pemasangan, kabel- kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan
tegangan.
 Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera terhadap
faktor penyebab nya seperti adanya hubungan pendek atau beban lebih.
 Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama.
 Dilarang menggunakan sekring yang telah rusak dan diperbaiki.
 Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk arus
yang besar, dan juga untuk instalasi tegangan rendah.
Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang

disertai perlengkapan perlam batan waktu. Menurut bekerjanya pengaman otomatis

tergantung pada jenis termis dan jenis magnetis. Pengaman otomatis jenis termis be

kerja atas dasar peningkatan suhu, maka tergantung pada suhu ruang an.

Sedangkan pengaman otomatis jenis magnetis, bekerja atas dasar kuat arus yang

melalui jaringan instalasi.

AIat listrik memiliki ukuran pengaman otomatis untuk dipasang. Perawatan terhadap

pengaman otomatis dilaku kan oleh tenaga ahli yang berpe ngalaman.

4. Pencegahan Kebakaran

Untuk menghindari terjadinya ke bakaran, beberapa hal yang perlu dilakukan

pencegahan dan per lindungan yaitu :

a). Penyimpanan

Dalam pengorganisasian usaha ke selamatan kerja terhadap bahaya

kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain

gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber

utama terjadinya. Dalam perencanaan gudang atau tempat penyimpanan bahan,

baik sifat maupun bentuk bahan harus diperhatikan. Zat cair yang memiliki titik nyala

lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam wadah atau tangki tertutup dan

disimpan dalam tangki dan ditempatkan di tempat yang terpisah atau di luar gudang

dan jauh dari bahan-bahan lain yang mudah terbakar.

b). Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang

berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau ditiadakan.

Jumlah bahan yang mu dah terbakar sedapat mungkin di kurangi dalam

penggunaannya pada proses produksi. Zat padat yang mudah terbakar harus

diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. Bahan cair

yang mudah terbakar harus disalur kan ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur

atau drum-drum yang di lengkapi dengan pompa tangan. Perlu dilakukan

pengaturan agar ba han cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan penempatan

drum- drum pada landasan yang me nampung bahan tertumpah.

c). Meniadakan sumber kebakaran

 Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara
bahan-bahan yang mu dah terbakar dan alat pemanas.
 Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan
pengendalian proses secara tepat.
 Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang
memadai dan sebaiknya disertai dengan sistem kontrol di antara pemanas dan
ventilasi.
 Bahan-bahan yang dapat ter ba kar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada
kenaikan suhu.
 Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi standar
atau ketentuan yang berlaku
 Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas
akibat gesekan.
 Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja
5. Resiko Bahan-bahan Kimia

Bekerja di bidang pertanian atau per kebunan, penggunaan bahan kimia

tidak bisa dihindarkan, terutama da lam pengendalian organisme peng ganggu

tanaman. Untuk menghindari bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut, ada

beberapa hal yang harus diperhati kan, antara lain bacalah etiket kemasan bahan
kimia yang ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia ter sebut, apakah bahan tersebut

dapat menyebabkan gangguan atau iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan guna kan

alat pelindung, baik untuk ta ngan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya

bahan kimia. Penggunaan bahan kimia berbahaya, jika mungkin harus dikurangi.

Jika penggunaannya tidak dapat dihindar kan, maka harus digunakan dalam

batas-batas aman, baik terhadap ma nusia, hasil produksi dan lingkungan.

6. Keracunan Pestisida

Pestisida adalah bahan kimia yang biasa dipergunakan untuk mengen dalikan

hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap

kesehatan karena dapat menyebabkan sakit atau ke matian. Berdasarkan cara

pengguna annya dikenal insektisida yang di semprotkan dalam bentuk aerosol

maupun pengasapan (fumigan). Keracunan insektisida cepat terjadi melalui

beberapa cara, seperti kulit, mulut atau hisapan udara melalui hidung. Keracunan

melalui kulit mudah terjadi jika kulit terbuka. Ka rena itu, proses pembuatan larutan

dan penyemprotan pestisida harus dilakukan secara hati-hati dan meng gunakan

peralatan pelindung agar pestisida tidak terkena tubuh, seperti penggunaan masker,

sarung tangan, pakaian yang tertutup dan lainya.

Beberapa hal penting agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida antara lain :

 Semua pestisida adalah racun berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu harus
dijauhkan dari makanan, minuman dan he wan ternak.
 Jangan mencampur pestisida me lebihi takaran yang ditentukan pabrik pembuatnya.
 Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara pe nyimpanan dan
cara pencampur annya, dan penggunaan.
 Alatt pencampur dan penyimpan pestisida harus diletakkan terpisah dari gudang
dan dijauhkan dari jangkauan anak anak.
 Hindari kontak langsung antara tubuh dengan pestisida. Kontak dengan pestisida
tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi penyerapan melalui
kulit.
 Hindari makan, minum dan me rokok sewaktu menyemprot insektisida.
 Setelah menyemprot dengan pes tisida, cucilah pakaian dan badan dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun.
 Jangan menyemprotkan pestisida berlawanan arah angin
 Jika alat penyemprot pestisida tersumbat, jangan sekali-kali ditiup atau dihisap
dengan mulut.
 Gunakan pelindung badan, ketika melakukan penyemprotan.
Tugas Aplikasi Konsep

1. Lakukan pengamatan dan catat hal-hal berkaitan dengan penerapan prosedur K3 di


perusahaan pertanian atau perkebunan.
2. Berdasarkan data yang Anda kumpulkan berapa jumlah pekerja yang menerapkan
prosedur K3 dan yang tidak menerapkannya.
3. Kumpulkan keterangan/ alasan tentang pekerja yang tidak me nerapkan prosedur
keselamatan kerja
C. Hak dan kewajiban tenaga kerja

Hak Dan Kewajiban Buruh/Pekerja Dalam Pelaksanaan K3 (Pasal 12 Uu

1/1970)

c.1. Kewajiban pekerja :

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli K3.

2. Memakai alat pelindung diri.

3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.

c,2, Hak pekerja :

1. Meminta kepada pengusaha agar melaksanakan semua syarat K3 yang diwajibkan.

2. Menyatakan keberatan untuk bekerja apabila syarat-syarat K3 dan alat pelindung diri
tidak memenuhi syarat.

C3. Hak Perusahaan :


1. Meminta pekerja untuk mentaati syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk K3 Tindakan

Pidana Pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 dengan ancaman hukuman maksimum 3

(tiga) bulan penjara atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000,- (Pasal 15 ayat 2 UU

No. 1/1970).

D. Sistem manajemen kerja

1.2. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP

A. Penerapan SOP K3

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja para pekerja serta dalam

upaya peningkatan kualitas terhadap tingkat kepuasan pelang gan dari suatu

organisasi perusaha an yang menghasilkan produk ba rang atau jasa maka

diperlukan ada nya Standard Operating Procedure (SOP) atau dikenal dengan istilah

Prosedur Operasi Standar (POS). Produk pertanian atau perkebunan memiliki sifat

relatif mudah rusak, baik pengaruh faktor internal maupun eksternal. Akibat

pengaruh faktor internal yaitu bahwa secara alamiah produk pertanian atau

perkebunan bersifat biologis, sehingga pada proses penanganan sejak di kebun/

lahan sampai dengan dipanen terjadi proses metabolisme secara terus menerus.

Sehingga produk tersebut perlu prosedur penanganan atau operasi kerja terstandar

agar produk tidak rusak atau penurunan kualitas. Demikian pula pengaruh faktor

eksternal dapat memicu laju penurunan kualitas produk. Misal pengaruh kekeringan

dapat menimbulkan gangguan fisiologi tanaman yang diusaha kan sehingga dapat

terjadi kematian atau gagal panen. Demikian pula hasil panen yang tidak ditangani

secara baik hingga suhu dan ke lembaban tinggi dalam suatu ruang pasca panen

maka dapat terjadi kerusakan karena infeksi fungi. Memperhatikan fenomena resiko

yang dapat ditimbulkan akibat cara kerja yang tidak baik maka proses kegiatan

pertanian atau perkebunan memerlukan cara-cara kerja yang ber pedoman pada
standar. Penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan

menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang baik dan benar yaitu dikenal dengan

istilah Good Agricultural Practices disingkat GAP. Perusahaan perkebunan besar

biasa nya telah memiliki suatu pedoman kerja dan standar prestasi kerja. Pedoman

kerja atau prosedur ope rasi standar disusun untuk pekerjaan di kebun atau di lahan

dan untuk pekerjaan pengolahan hasil dipabrik. SOP atau POS merupakan uraian

tahapan suatu pekerjaan yang harus diikuti oleh pekerja dalam melakukan suatu

pekerjaan. Sifatnya memberi penjelasan bagaimana suatu proses pekerjaan yang

seharusnya dijalan kan secara konsisten, efektif dan efisien agar dapat dicapai hasil

yang berkualitas. Produk berkualitas ada lah sesuai harapan pelanggan, har ganya

terjangkau dan mudah/cepat diperoleh.

B. SOP budidaya pertanian dan SOP pasca panen

SOP budidaya tanaman perkebunan secara prinsip mencakup uraian

tahapan pekerjaan dimulai dari pe kerjaan:

a. Proses budidaya tanaman

 Penyiapan lahan

 Pembibitan tanaman

 Penanaman tanaman

 Pemeliharaan tanaman

 Pemanenan

b. Standarisasi

c. Sarana budidaya tanaman

d. Pelestarian lingkungan

e. Pengawasan

Sedangkan SOP pada pekerjaan pasca panen meliputi:


a. Proses penanganan pasca panen

b. Standarisasi

c. Sarana pasca panen

d. Pelestarian Lingkungan

e. Pengawasan

SOP budidaya tanaman perkebunan pada setiap komoditas berbeda sub

stansinya. Demikian pula SOP pasca panen pada setiap komoditas ber beda

substansinya. Berikut ini disaji kan contoh kerangka SOP pasca panen kakao.

Anonim ( ) menjelaskan kerangka SOP pasca panen kakao yaitu :

I. Pendahuluan

A. Latar belakang

B. Maksud

C. Tujuan

D. Ruang lingkup

II. Pengertian

III. Proses Penanganan pasca panen kakao

A. Diagram alir/alur proses

B. Panen

C. Sortasi buah

D. Pemeraman atau penyimpanan buah

E. Pemecahan buah

F. Fermentasi biji

G. Perendaman dan pencucian

H. Pengeringan biji

I.Sortasi dan pengkelasan biji kering


J. Pengemasan dan penyimpanan biji

IV.Standarisasi

V. Prasarana dan Sarana Penanganan pasca panen kakao

VI.Pelestarian Lingkungan

VII. Pengawasan

Tujuan yang ingin dicapai dari pe nerapan SOP Penanganan Pasca Panen Kakao

adalah:

a. Mempertahankan dan meningkat kan mutu biji kakao

b. Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kakao

c. Memudahkan dalam pengangkut an hasil kakao

d. Meningkatkan efisiensi proses penanganan pasca panen kakao

e. Meningkatkan daya saing hasil kakao

f. Meningkatkan nilai tambah hasil kakao

Tugas Aplikasi Konsep

Setelah menyimak uraian tentang pelaksanaan kerja sesuai dengan SOP maka

jawablah pertanyaan se bagai berikut :

1. Bila suatu perusahaan perkebun an tidak memiliki SOP kegiatan budidaya tanaman,
kesalahan apa saja yang dapat ditimbulkan oleh pekerja?
2. Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman, apa
manfaat bagi pekerja?
3. Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman, apa
manfaat bagi pengusaha?
4. Bila Anda mengamati dua ke lompok pekerja yang satu me ngikuti SOP dan lainya
bekerja tanpa SOP. Kelompok manakah yang akan melakukan proses dan hasil
kerja yang berkualitas. Jelaskan!
Bila bekerja sesuai SOP maka akan diperoleh hasil yang ber kualitas dan

waktu yang efisien. Mengapa demikian?Jelaskan !

1.3. Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan


Kondisi darurat merupakan keadaan berbahaya, biasanya bersifat semen

tara (relatif singkat). Misalnya ke celakaan, kebakaran, dan sebagai nya. Dalam

kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo tidak ter lalu lama, maka sangat

diperlukan prosedur untuk mengatasinya

A. Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan (Pertolongan Pertama pada


Kecelakaan)
Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi oleh

pekerja dalam bidang pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Resiko tersebut

mulai dari hal-hal yang kecil seperti anggota tubuh terluka, digigit hewan berbisa,

keracunan bahan kimia/ pestisida dan lain-lain yang mungkin terjadi. Bila bekerja di

lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja jauh dari pemukiman. Jika terjadi

kecelakaan maka kepada setiap pekerja harus dibekali kemampuan untuk

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP)

adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan

atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan per olongan dari tenaga

medis. Hal Ini berarti :

a. Pertolongan Pertama harus diberi kan secara cepat walaupun pe rawatan


selanjutnya tertunda.
b. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan
menambah sakit korban.
Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja dalam

kelompok kecil di lokasi ter pisah, sehingga setiap pekerja harus dilatih tentang PP.

Beberapa ke trampilan dasar yang perlu dikuasai adalah bagaimana melakukan

resusitasi jantung paru (RJP), bagaimana mengatasi korban tersedak, bagaimana

mengatasi korban per darahan, bagaimana mengatasi kor ban patah tulang,

bagaimana me ngatasi korban luka bakar dan lain sebagainya. Pelatihan


pertolongan pertama harus dilakukan secara berulang pada interval yang teratur,

untuk memasti kan bahwa ketrampilan dan penge tahuan tidak ketinggalan jaman

atau dilupakan. Ketetapan tentang fasilitas PP dan personil yang terlatih harus

ditetapkan melalui peraturan Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus

siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran, kelembaban dan

ko toran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralat an

PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang lokasi peralatan PPPK dan

prosedur untuk mem peroleh persediaan. Kotak PPPK

B. Prosedur Penanganan Darurat di ikuti Berdasarkan Standar Pe rusahaan dan


Persyaratan Kerja
Bagi organisasi perusahaan perke bunan besar, biasanya dalam pe

nanganan kondisi darurat mengguna kan prosedur sesuai standar yang te lah

ditetapkan. Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di tempat ker ja, ada

beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain :

a. Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi


resiko keselamat an dan kesehatan kerja secara sistematis yang mungkin timbul dari
pekerjaan di bidang pertanian /perkebunan.
b. Identifikasi meliputi potensi baha ya dan resiko yang nyata dan potensi timbulnya
kecelakaan ker ja dan situasi darurat.
c. Untuk masing-masing kegiatan dan tugas harus dilakukan eva luasi resiko. Setiap
resiko harus diidentifikasi dan dicatat.
d. Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan penga ruh dari potensi
bahaya yang ter identifikasi, dengan memperhati kan frekuensi kecelakaan yang
sering terjadi.
e. Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk
menurunkan resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan melaksanakan tindakan
pen cegahan yang sesuai.
f. Para manajer, penyelia dan peker ja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan
pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan atau ling kungan kerja.
Pasmajaya (2008) menjelaskan bah wa prinsip dasar penanganan keada an darurat

di antaranya :

a. Pastikan Anda bukan menjadi kor ban berikutnya. Seringkali lengah atau kurang
berpikir panjang bila menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum menolong korban, pe
riksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
b. Pakailah metode atau cara per tolongan yang cepat, mudah dan efesien.
c. Pergunakanlah sumber daya yang ada; baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila bekerja dalam tim, buatlah pe rencanaan yang matang dan
dipahami oleh seluruh anggota.
d. Buatlah catatan usaha-usaha per tolongan yang telah dilakukan yakni memuat
identitas korban, tempat dan waktu kejadian. Catatan tersebut berguna bagi
penderita untuk mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

Gambar 1.6 Kotak PPPK

Sedangkan tahapan secara umum pertolongan pertama yaitu :

a. Jangan Panik

b. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya

c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.

d. Perhatikan tanda-tanda shock

e. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

f. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Beberapa contoh kasus dan tindakan pertolongan pertama (pasmajaya, 2008) yaitu

sebagai berikut:

a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak

kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan te naga, dehidrasi (kekurangan

cair an tubuh), hiploglikemia, animea.

Gejala Penanganan

 Perasaan limbung  Baringkan korban dalam posisi terlentang


 Pandangan berkunang-kunang  Tinggikan tungkai melebihi ting gi jantung
 Telinga berdenging Longgarkan pakaian yang me ngikat dan
 Nafas tidak teratur hilangkan barang yang menghambat
 Muka pucat pernafasan
 Biji mata melebar  Beri udara segar
 Lemas  Periksa kemungkinan cedera lain
 Keringat dingin  Selimuti korban
 Menguap berlebihan  Korban diistirahatkan beberapa saat
 Tak respon (beberapa menit)  Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi,
 Denyut nadi lambat posisi stabil kemudian rujuk ke instansi ke
sehatan
b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami ke kurangan cairan. Hal ini

terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang ma suk.

Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi

disebabkan ka rena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat

karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.

Gejala Penanganan

Gejala dehidrasi ringan  Mengganti cairan yang


 Kekurangan cairan 5% dari berat badan hilang dan mengatasi shock
 Penderita merasa haus  Mengganti elektrolit yang le
 Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit mah
Gejala dehidrasi sedang  Mengenal dan mengatasi
 Kekurangan cairan antara 5%-10% dari berat kom plikasi yang ada
badan  Memberantas penyebabnya
 Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit  Rutinlah minum jangan
 Nadi lemah tunggu haus
 Sangat haus
Gejala dehidrasi berat
 Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
 Hipotensi
 Mata cekung
 Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
 Kejang-kejang
c. Asma yaitu penyempitan/ gangguan saluran pernafasan

Gejala Penanganan

 Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik Tenangkan korban


nafas  Bawa ketempat yang luas dan sejuk
 Terdengar suara nafas tambah an  Posisikan ½ duduk
 Otot Bantu nafas terlihat me nonjol Atur nafas
(dileher)  Beri (bantu) oksigen bila diperlukan
 Irama nafas tidak teratur
 Terjadinya perubahan warna kulit
merah/pucat/ kebiruan/ sianosis)
 Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
d. Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan

keras

Gejala Penanganan

 Warna kebiruan/merah pada kulit  Kompres dingin


 Nyeri jika di tekan  Balut tekan
 Kadang disertai bengkak  Tinggikan bagian luka
e. Luka yaitu suatu keadaan terputus nya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena

kekerasan/injury.

Gejala Penanganan

 Terbukanya kulit  Bersihkan luka dengan anti septic


 Pendarahan (alcohol/boorwater)
 Rasa nyeri  Tutup luka dengan kasa steril/
plester
 Balut tekan (jika pendarahan nya
besar)
 Jika hanya lecet, biarkan ter buka
untuk proses pengeringan luka
f. Luka bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang

menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar).

Gejala Penanganan

 Matikan api dengan memutuskan suplai Luka ditutup dengan perban atau
oksigen kain bersih kering yang tak dapat
 Perhatikan keadaan umum penderita melekat pada luka
 Pendinginan yaitu dilakukan de ngan Penderita dikerudungi kain pu tih
membuka pakaian penderita/ korban. Luka jangan diberi zat yang tak larut
Kemudian, merendam dalam air atau air dalam air seperti mentega, kecap
mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk Khusus untuk luka bakar di daerah
daerah wajah, cukup di kompres air. wajah, posisi kepala harus lebih
tinggi dari tubuh
g. Gigitan binatang; gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupa kan alat dari

binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang me

ngancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang

berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada

gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.


Gejala Penanganan

 Cucilah bagian yang tergigit dengan



air hangat dengan sedikit antiseptik.
 Bila pendarahan, segera dira wat
kemudian dibalut.
h. Gigitan ular; tidak semua ular ber bisa, akan tetapi hidup penderita/ korban

tergantung dari ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah

sikap menganggap bahwa ular tersebut berbisa. Sifat bisa atau racun ular terbagi

menjadi 3, yaitu :

Gejala Penanganan

 Hematotoksin (keracunan dalam) Terlentangkan/ baringkan pen derita dengan


 Neurotoksin (bisa/racun menye bagian yang ter gigit lebih rendah dari
rang sistem saraf) jantung.
 Histaminik (bisa menyebabkan Tenangkan penderita, agar pen jalaran
alergi pada korban) bisa/racun ular tidak se makin cepat
 Cegah penyebaran bisa pende rita dari
daerah gigitan yaitu:
 Torniquet di bagian proximal daerah gigitan
pembengkak an untuk membendung se
bagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak
menghalangi alir an arteri. Torniquet / toniket
dikendorkan setiap 15 menit selama + 30
detik
 Letakkan daerah gigitan dari tubuh
 Lakukan kompres es
 Usahakan agar penderita se tenang mungkin,
bila perlu berikan petidine 50 mg/im un tuk
menghilangkan rasa nyeri.
 Perawatan luka
 Hindari kontak luka dengan larutan asam
KMn04, yo dium atau benda panas
 Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan
ke dalam lukanya, bila perlu pengeluar an ini
dibantu dengan pe ngisapan melalui breast
pump sprit atau dengan isapan mu lut sebab
bisa ular tidak ber bahaya bila ditelan (selama
tidak ada luka di mulut).
 Bila memungkinkan, berikan suntikan anti
bisa (antifenin)
 Perbaikan sirkulasi darah
 Kopi pahit pekat
 Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
 Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
i. Gigitan lipan
Gejala Penanganan

 Ada sepasang luka bekas gigit an  Kompres dengan air dingin dan cuci
 Sekitar luka bengkak, rasa ter bakar, pegal dengan obat antiseptik
dan sakit biasanya hilang dengan Beri obat pelawan rasa sakit, bila
sendirinya se telah 4-5 jam gelisah bawa ke paramedik
j. Gigitan Lintah dan Pacet

Gejala Penanganan

 Pembengkakan, gatal dan ke merah- Lepaskan lintah/pacet dengan


merahan (lintah) bantuan air tembakau/ air garam
 Bila ada tanda-tanda reaksi
kepekaan, gosok dengan obat atau
salep anti gatal
Kemudian hal yang perlu diketahui seorang pekerja dalam memberikan

pertolongan kepada pihak lain dapat berupa evakuasi korban. Bentuk bantuan

evakuasi korban yaitu me rupakan salah satu tahapan dalam pertolongan pertama

untuk memin dahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman, agar men

dapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

Prinsip evakuasi adalah :

a. Dilakukan jika mutlak perlu


b. Menggunakan teknik yang baik dan benar
c. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk me nyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan
kematian.
Alat Pengangkutan

Untuk melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat

bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan,

kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:

a. Manusia

Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pe

ngangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan. Bila petugas penolong

satu orang maka korban dapat dievakuasi dengan cara :


 Dipondong; untuk korban ringan dan anak-anak

 Digendong; untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang

 Dipapah; untuk korban tanpa luka di bahu atas

 Dipanggul/digendong

 Merayap posisi miring

Bila petugas penolong dua orang maka korban dapat dievakuasi dengan

memperhatikan yaitu pengangkutannya tergantung cidera penderita tersebut dan

diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk

mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung. Karena itu cara

evakuasi dapat dilakukan dengan cara:

 Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan

 Model membawa balok

 Model membawa kereta

b. Alat bantu evakuasi

Selain manusia, alat bantu evakuasi dapat digunakan :

 Tandu permanen

 Tandu darurat

 Kain keras/ponco/jaket lengan panjang

 Tali/webbing

2. Pelaporan, Pencatatan, Penyelidik an dan Pemberitahuan Penyakit dan Kecelakaan


Kerja.
Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang kece

lakaan dan penyakit akibat kerja ha rus dilaksanakan untuk :

a. Menyediakan informasi yang da pat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit


akibat kerja pada tingkat perusahaan.
b. Mengidentifikasi permasalahan ke selamatan dan kesehatan kerja utama yang
timbul dari kegiatan perkebunan.
c. Menentukan prioritas tindakan.
d. Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
e. Memantau keefektifan tingkat ke puasan keselamatan dan kesehat an kerja.
Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh

pengusaha, mengenai pengaturan, pelaporan, pencatatan dan pemberi tahuan

informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keadaan berikut merupakan

hal yang harus dilaporkan dan diberitahukan :

a. Semua kecelakaan fatal


b. Kecelakaan kerja yang menye babkan hilangnya waktu kerja, dan kerugian tidak
bermakna.
c. Semua penyakit akibat kerja, yang terjadi pada setiap orang, apakah orang yang
dipekerjakan atau usaha mandiri.
Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan

pada tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas, yaitu

kecelakaan selama per jalanan pulang pergi, kecelakaan dan kejadian berbahaya

yang tidak me nyebabkan hilangnya waktu kerja.

Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang ke

celakaan dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar. Semua

kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan

menggunakan suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit

akibat kerja yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disaran

kan harus ditetapkan melalui peratur an secara nasional.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang

disyaratkan oleh peraturan, antara lain kepada :

a. Keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin:


b. Otoritas yang kompeten;
c. Otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin
asuransi)
d. Badan/ instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja nasional.
e. Badan/instansi lain yang terkait.
Tugas Aplikasi Konsep

Jelaskan makna dari P3K !

1. Bila Anda seorang pekerja me mahami tentang K3, persiapan apa saja berkaitan
dengan P3K ?
2. Jenis kecelakaan apa saja yang sering terjadi pada kegiatan bu didaya tanaman ?
3. Ketrampilan apa saja yang harus Anda miliki agar dapat mengobati diri sendiri atau
menolong orang lain yang mendapat suatu ke celakaan kerja ?
Tugas Penyelesaian Masalah
1. Para pekerja di perkebunan, biasa nya bekerja secara terpencar sesuai ancak atau
blok-blok tanaman. Da lam melakukan tugasnya, pekerja sering berhadapan dengan
resiko kecelakaan binatang buas dan berbisa. Berkaitan dengan kondisi di atas,
perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan agar Anda selamat dalam bekerja di
lapangan ?
2. Tindakan apa sebagai pertolongan pertama yang akan Anda berikan kepada teman
saudara bila terluka atau terkena gigitan ular ?
Daftar Pustaka
Ali A. & Tanzili, 2006, Pedoman Lengkap Menulis Surat, PT Kawan Pustaka, Depok.

Aviana, 2007, Perbedaan Cara Berkomunikasi Antara Pekerja Jepang dan

Pekerja Indonesia Dalam Penerapan Horenso, tesis S2.

Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Billy, Betty K., 2007,Akuntansi,Arya Duta,
Depok.
Depdiknas, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 Depdiknas,
Jakarta.
________, 2004, Standar Kompetensi Nasional Indonesia Bidang
Sekretaris/Administrasi Bisnis , Depdiknas, Jakarta.
Hamdani D. & Sutisna A., 2002, Surat Niaga & Kearsipan, CV.Yrama Widya,Bandung.
Hendarto H. & Tulusharyono, 2002, Menjadi Sekretaris Profesional, Penerbit P P M ,
Jakarta.
Katayama T., 2005,Tegami No Kakikata Jiten (Ensiklopedia Korespondensi), Daiso,
Hiroshima Japan.
Kitamura, Hiroaki dkk, 1997, Joohoo To Hyoogen (Informasi Dan Ekspresi), Sobunsha
Shuppan, Tokyo Japan.
Madiana, Gina, 2004, Pengarsipan Surat Dan Dokumen Kantor, Cv.Armico,Bandung.
Maruyama, Keisuke dkk, 1999, Writing Business Letters in Japanese, The Japan Times,
Tokyo Japan.
Mulyana, Deddy, 2004, Komunikasi Efektif, P T Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nakamaki H. & Hioki K.,Ed., 1997, Keiei Jinruigaku Koto Hajime (Antropologi Administrasi),
Toho Shuppasn, Osaka Japan.
Nugroho, Adi, 1996, Penuntun Teknis Surat Menyurat., Penerbit Indah, Surabaya. Ooishi,
Yutaka,1998, Komyunikeeshon Kenkyu, (Suatu Penelitian Tentang Komunikasi),
Keio Gijuku Daigaku Shuppankai, Tokyo Japan.
Puspitasari, Devi, 2007, Menangani penerimaan dan pengiriman Surat/ Dokumen, Arya
Duta, Depok.
________, 2007, Mengelola dan Menjaga Sistem Kearsipan, Arya Duta,Depok.
________, 2007, Bekerja Sama Dengan Kolega dan Pelanggan, Arya Duta Depok.
Puspitasari D. & Aulia R., 2007, Berkomunikasi Melalui Telepon, Arya Duta,Depok.
________, 2007, Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi, Arya Duta, Depok.
Sato, Rieko, 2006, Sekkyaku No Kihon Ga Omoshiroi
Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku Pedoman Menarik Tentang Cara Melayani Tamu), Chukei
Shuppan, Tokyo Japan.
Sedarmayanti, 2001,Manajemen Perkantoran, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Sukoco, Badri M., 2002, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern,Erlangga, Jakarta.
Suma’mur, 1987, Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kesehatan, CV. Haji Mas
Agung, Jakarta 1980, Sumpriana, Euis, 2004,Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV.
Armico, Bandung.
Sumpriana, Euis, 2004, Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV. Armico, Bandung.
Takashi, Ryuzaki, 2002, Giin Hisho (Sekretaris Anggota Parlemen), PHP Kenkyuujo, Tokyo,
Japan.
Tim Administrasi Perkantoran, 2005, Administrasi Perkantoran 1 A, PT Galaxy Puspa Mega,
Jakarta.
Tsubosaka, Tatsuya, 2005, Seirisuru Gijutsu Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku
Pedoman Menarik Tentang Teknik Merapikan Barang), Chukei Shuppan, Tokyo Japan.
UU no.1 Th 1970, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
UU no.13 Th 2003,Ketenagakerjaan.
Woworuntu, Tony, 1991, Manajemen Untuk Sekretaris, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wuryantari, Sri, 2007, Melakukan Proses Administrasi Transaksi, Arya Duta Depok.
________, 2007, Melakukan Prosedur Administrasi, Arya Duta, Depok.
________, 2007, Menggunakan Peralatan Kantor, Arya Duta, Depok.
Wuryantari S. & Puspitasari D., 2007, Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Arya
Duta, Depok.
Yoshihara, Yasuhiko, 2006, Fairingu No Kihon Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon
(Buku Pedoman Menarik Tentang Pengarsipan Dokumen), Chukei Shuppan, Tokyo
J

Anda mungkin juga menyukai