Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

Sistem Penyaluran tenaga listrik melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Pembangkit

Pembangkit adalah tempat dibangkitkannya energi listrik peralatan

utama pada pembangkit adalah turbin dan generator. Pembangkit berfungsi

untuk mengkonversikan sumber daya energi primer menjadi energi listrik.

2. Transmisi

Saluran transmisi berfungsi untuk mengirim atau mentransmisikan

energi listrik dari pusat pembangkit sampai pada gardu distribusi dengan

menggunakan tegangan tinggi dan menengah.

3. Distribusi

Saluran distribusi berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik

dari gardu distribusi ke konsumen dengan menggunakan tegangan rendah.

Menurut Daman Suswanto (2009:1), Penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya

melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi

listrik, disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari

gardu induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan

melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR), tenaga

listrik dialirkan ke konsumen. Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik

berfungsi membagikan tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan


tegangan rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran transmisi berfungsi untuk

menyalurkan tenaga listrik bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban dalam

daya yang besar (melalui jaringan distribusi).

2.2 Keandalan dan Kualitas Listrik

Keandalan merupakan tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau

bagian dari sistem, Untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada periode

waktu dan dalam kondisi operasi tertentu. Untuk dapat menentukan tingkat

keandalan dari suatu sistem, harus diadakan pemeriksaaan dengan cara melalui

perhitungan maupun analisa terhadap tingkat keberhasilan kinerja atau operasi

dari sistem yang ditinjau, pada periode tertentu kemudian membandingkannya

dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.

Untuk dapat melayani pelanggan dengan baik, PT.PLN (PERSERO)

mempunyai standar kualitas dalam penyaluran tenaga listrik, yaitu:

1. Tenaga listrik arus bolak-balik yang disalurkan baik satu fasa maupun tiga

fasa mempunyai frekuensi 50 Hz, dengan penyimpangan ±0,5 Hz.

2. Pada jaringan tegangan rendah, tegangan nominalnya adalah : ¾ Antara

fasa dengan netral : 220 volt ¾ Antara fasa dengan fasa : 380 volt

3. Pada jaringan tegangan menengah, tegangan nominalnya adalah 20 kV.

4. Variasi tegangan yang diperbolehkan adalah maksimum 5% nominal dan

minimum 10% nominal, baik tegangan rendah maupun tegangan

menengah.
Pemadaman listrik dapat dibedakan menjadi:

a. Pemadaman yang direncanakan (Planned Interruption/scheduled

interruption); adalah pemadaman yang terjadi karena adanya pekerjaan

perbaikan atau perluasan jaringan pada sistem tenaga listrik.

b. Pemadaman yang tidak direncanakan (Unplanned Interruption); adalah

pemadaman yang terjadi karena adanya gangguan pada sistem tenaga

listrik seperti hubung singkat (short circuit).

Parameter-parameter yang menentukan keandalan dan kualitas listrik

sebagaimana dijelaskan diatas adalah sesuatu yang meyakinkan (measureable) dan

dapat diminimalkan dengan cara mengkoreksi terhadap konfigurasi dan peralatan

pada sistem, manajemen serta sumber daya manusia yang handal dari perusahaan

yang menjual energi listrik.

2.3 Indeks Pengukuran Keandalan Listrik

Indeks keandalan yang dimaksud adalah indeks yang berorientasi

pelanggan seperti System Average Interruption Frequency Index (SAIFI), System

Average Interruption Duration Index (SAIDI), Customer Average Interruption

Duration Index (CAIDI), Average Service Availability Index (ASAI) dan Average

Service Unvailability Index (ASUI). Namun yang akan dibahas pada penulisan

tugas akhir ini hanya SAIFI dan SAIDI.

1. Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI)

SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari

perkalian frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah


pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini gambaran mengenai frekuensi

kegagalan rata-rata yang terjadi pada bagian-bagian dari sistem bisa

dievaluasi sehingga dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat

keandalannya. Satuannya adalah pemadaman per pelanggan. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

SAIFI = Jumlah dari Perkalian Frekuensi Padam dan Pelanggan Padam

Jumlah Pelanggan

2. Sistem Average Interruption Duration Index (SAIDI)

SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari

perkalian lama padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah

pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini, gambaran mengenai lama

pemadaman rata-rata yang diakibatkan oleh gangguan pada bagian-bagian

dari sistem dapat dievaluasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut :

SAIFI = Jumlah dari Perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam

Jumlah Pelanggan

2.4 Zero Down Time

Zero down time merupakan istilah yang digunakan untuk sistem yang

membutuhkan keandalan pasokan. Salah satu sistem yang sangat membutuhkan

keandalan adalah sistem kelistrikan. Sistem kelistrikan diharapkan selalu andal

dan selalu menyalurkan listrik ke pelanggan tanpa ada hambatan (padam) baik itu

padam disebabkan oleh gangguan maupun padam karena pemeliharaan. Ada


beberapa syarat suatu kawasan yang layak dibangunkan konsep jaringan Zero

Down Time adalah:

1. Kawasan VIP

2. Kawasan bisnis

3. Kawasan yang memiliki beban yang cukup besar

4. Kawasan industri.

Syarat yang harus dipenuhi untuk menjalankan konsep jaringan Zero down

time adalah sebagai berikut:

1. 2 Penyulang harus beroperasi normal secara parallel dan bersumber dari

trafo yang sama (dalam 1 busbar)

2. Beban masing-masing penyulang yang diparalel harus lebih kecil dari

50% dari nilai setting proteksi.

3. Beban (trafo pelanggan) harus tercluster/terpusat di Gardu distribusi

(GD)/GH.

4. PMT di GH/ Gardu distribusi harus CBO (Circuit Breaker Otomatic)

5. Menggunakan relai differensial sebagai relai utama (main relai)

6. Jalur komunikasi antara CT relai harus memiliki avaibility yang sangat

tinggi.
2.5 Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik

Sebab – Sebab Timbulnya Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik. Dalam

sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan–gangguan arus lebih yang mungkin

terjadi adalah sebagai berikut yaitu :

a. Gangguan beban lebih (overload)

Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila

dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang

dialiri arus tersebut. Pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir

melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan pengaman yang terpasang.

b. Gangguan hubung singkat

Gangguan hubung singkat dapat terjadi dua fasa, tiga fasa, satu

fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, atau 3 fasa ke tanah. Gangguan hubung

singkat ini sendiri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu

gangguan hubung singkat simetri dan gangguan hubung singkat tak simetri

(asimetri). Gangguan yang termasuk dalam hubung singkat simetri yaitu

gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan yang lainnya

merupakan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan ini

akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu dan juga akan

dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu.

Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah

gangguan tidak simetri. Gangguan tidak simetri ini terjadi sebagai akibat

gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, gangguan hubung singkat

dua fasa, atau gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah.


Gangguan-gangguan tidak simetri akan menyebabkan mengalirnya

arus tak seimbang dalam sistem sehingga untuk analisa gangguan

digunakan metode komponen simetri untuk menentukan arus maupun

tegangan di semua bagian sistem setelah terjadi gangguan. Gangguan ini

akan mengakibatkan arus lebh pada fasa yang terganggu dan juga akan

dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu.

Gangguan dapat diperkecil dengan cara pemeliharaannya.

Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya gangguan hubung

singkat tersebut antara lain:

1. Rusaknya peralatan listrik yang berada dekat dengan gangguan yang

disebabkan arus-arus yang besar, arus tak seimbang maupun tegangan-

tegangan rendah.

2. Berkurangnya stabilitas daya sistem tersebut.

3. Terhentinya kontinuitas pelayanan listrik kepada konsumen apabila

gangguan hubung singkat tersebut sampai mengakibatkan bekerjanya

CB yang biasa disebut dengan pemadaman litrik.

c. Gangguan tegangan lebih

Gangguan tegangan lebih diakibatkan karena adanya kelainan pada

sistem. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi antara lain karena :

- gangguan petir

- gangguan surja hubung, di antaranya adalah penutupan saluran tak

serempak pada pemutus tiga fasa, penutupan kembali saluran dengan


cepat, pelepasan beban akibat gangguan, penutupan saluran yang

semula tidak masuk sistem menjadi masuk sistem, dan sebagainya.

2.6 Relai Differensial

1. Pengertian Relai Differensial.

Relai differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya

berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus

sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal

peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Penggunaan relay

differensial sebagai relay pengaman, antara lain pada generator,

transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay differensial

digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada

transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan

transformator bila terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif

dan sistem kerjanya sangat cepat.

2. Prinsip Kerja Relai Differensial

Sebagaimana disebutkan diatas, Relay differensial adalah suatu alat

proteksi yang sangat cepat bekerjanya dan sangat selektif berdasarkan

keseimbangan (balance) yaitu perbandingan arus yang mengalir pada

kedua sisi trafo daya melalui suatu perantara yaitu trafo arus (CT).

Dalam kondisi normal, arus mengalir melalui peralatan listrik yang

diamankan (generator, transformator dan lain-lainnya). Arus-arus

sekunder transformator arus, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui jalur


IA. Jika relay pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2, maka

dalam kondisi normal tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya.

Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Pengawatan Dasar Relay Differensial

Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik yang

diamankan (external fault), maka arus yang mengalir akan bertambah

besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan pada kondisi

normal, sehingga relay pengaman tidak akan bekerja untuk gangguan

luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal fault), maka

arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan

keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan

mengalir melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal

2. Selama arus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka

tidak akan ada arus yang mengalir melalui kumparan kerja (operating

coil) relay pengaman, tetapi setiap gangguan (antar fasa atau ke tanah)

yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu, akan

menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman,

maka relai pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus


(tripping) kepada circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau

instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari sistem tenaga listrik.

Seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.2 Sistem Pengaman Relay Differensial

2.6 Digsilent PowerFactory 15.1

Digsilent merupakan akronim dari DIgital SImuLation of Electrical

NeTworks. Digsilent adalah sebuah program komputer rekayasa untuk analisis

transmisi distribusi, dan sistem tenaga listrik industri. Software ini telah dirancang

sebagai paket perangkat lunak yang terintegrasi dan interaktif canggih

didedikasikan untuk sistem tenaga listrik dan analisis control dalam rangka

mencapai tujuan utama dan perencanaan dan operasi optimalisasi. Dari penjelasan

tersebut dapat dikatakan bahwa Digsilent merupakan program khusus rekayasa

yang menganalisis permasalahan dalam sistem tenaga listrik. Penjelasan untuk

fitur utama dari Digsilent juga dapat dilihat pada panduan penggunaan Digsilent.

Untuk mengatasi pengguna sistem tenaga persyaratan analisis, PowerFactory

dirancang sebagai alat rekayasa terpadu untuk menyediakan rangkaian lengkap.


fungsi analisis sistem tenaga dalam program executable tunggal. Fitur utama

termasuk:

1. Fungsi inti PowerFactory: definisi, modifikasi dan organisasi kasus,

rutinitas numerik inti, dan fungsi dokumentasi output.

2. Garis grafis dan data penaganan kasus tunggal interaktif terpadu.

3. Elemen daya sistem dan database pada studi kasus-kasus dasar.

4. Fungsi perhitungan terintegrasi (misalnya garis dan perhitungan

parameter mesin berdasarkan informasi geometris atau papan

nama/nameplate).

5. Sistem tenaga konfigurasi jaringan dengan akses interaktif atau

terhubung/online ke sistem SCADA.

6. Antarmuka yang generik untuk sistem pemetaan berbasis komputer.

Anda mungkin juga menyukai