PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil Mola Hidatidosa menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data dasar pada ibu hamil Mola Hidatidosa.
b. Menginterprestasikan data dasar pada ibu hamil Mola Hidatidosa.
c. Mengindentifikasi diagnosa potensial pada ibu hamil Mola Hidatidosa
d. Menetapkan kebutuhab dan tindakan segera pada ibu hamil Mola Hidatidosa
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Mola Hidatidosa.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Mola Hidatidosa.
g. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ibu hamil Mola Hidatidosa
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Pembuatan asuhan kebidanan ini diharapkan dapat digunakan peneliti dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil Mola Hidatidosa.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Pembuatan asuhan kebidanan ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penanganan ibu hamil khususnya dalam penanganan ib hamil Mola
Hidatidosa
b. Penulisan asuhan kebidanan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga
kesehatan khususnya bidan untuk dapat memberikan pengetahuan tentang
penanganan asuhan pada ibu hamil Mola Hidatidosa.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil asuhan kebidanan ini diharapkan sebagai sumber inspirasi maupun
referensi untuk asuhan kebidanan selanjutnya. Bagi mahasiswa/dosen dapat
menambah wawasan tentang penatalaksanaan pada kehamilan patologi dan
menambah kepustakaan.
2
1.5 Metode Pengumpulan Data
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kehamilan Normal
a. Pengertian
Kehamilan normal adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Pudiastuti, 2012).
b. Klasifikasi kehamilan
1. Kehamilan Trimester I antara 0-12 minggu
2. Kehamilan Trimester II antara 12-28 minggu
3. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu (Lukluk, 2013; Aspuah; 2013).
c. Proses terjadinya kehamilan
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan. Pembuahan sering disebut
fertilisasi, pembuahan dimulaai dengan terbentuknya zigot setelah inti sel telur bertemu
dengan inti sel sperma. Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6 sampai 8
hari untuk berjalan kedalam uterus (Hutahean, 2013).
d. Tanda-tanda kehamilan
Menurut (Winkjosastro, 2005), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (terlambat datang bulan), gejala ini penting karena wanita hamil
tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk
menentukan tuanya kehamilan.
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis), sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak
selalu.
c) Mengidam terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin
tuanya kehamilan.
d) Mammae menjadi tegang dan membesar.
e) Sering kencing terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta
yang merangsang melanofor dan kulit
f) Anoreksia (tidak nafsu makan)
g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun
4
h) Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta
yang merangsang melanofor dan kulit.
2) Tanda kemungkinan kehamilan
a) Pembesaran perut, sesuai dengan tuanya hamil
b) Uterus membesar
c) Tanda Hegar (hipertropi ismus, menjadi panjang dan lunak)
d) Tanda Chadwick (hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, tampak lebih
merah dan kelam)
e) Tanda Picaseck (uterus membesar ke salah satu jurusan)
f) Kontraksi Braxton Hicks (kontraksi-kontraksi kecil)
g) Teraba Ballotement.
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian hasil tesnya
kemungkinan positif palsu.
(Hutahean, 2013)
3) Tanda pasti kehamilan
a) Adanya denyut jantung janin.
b) Adanya pergerakan janin (usia 19 minggu).
c) Visualisasi fetus dalam USG (usia 5-6 minggu). (Hutahean, 2013)
e. Asuhan pada ibu hamil
Pelayanan antenatal adalah salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang
sehat pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan
dengan minimal pemeriksaan 3 kali selama kehamilan, yaitu pada usia kehamilan
trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga, itupun jika kehamilan normal.
Sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal yang meliputi 9T yaitu timbang berat
badan, ukur tinggi badan, pemeriksaan urine, pemeriksaan detak jantung janin,
pemeriksaan dalam, pemeriksaan perut (palpasi), pemeriksaan kaki, pemeriksaan darah,
uji TORCH (Toksoplasma Rubella Cytomegalovirus Herpesimpleks) (Hutahean, 2013;
Saifuddin, 2005)
Tujuan asuhan antenatal
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi.
5
3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
tumbuh kembang secara normal. (Pudiastuti, 2012)
Jadwal pemeriksaan :
a) Usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir sampai 28 minggu : 4 minggu
sekali
b) 28-36minggu : 2 minggu sekali
c) Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor resiko yang memerlukan
penatalaksanakan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
f. Kebutuhan gizi ibu hamil
Pada wanita, masa hamil merupakan saaat dimana zat gizi diperlukan didalam
jumlah yang lebih banyak, secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan saat
tidak hamil. Asupan zat gizi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan juga
untuk tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Tabel 2.1 Kebutuhan zat gizi ibu hamil
Makanan Normal Hamil
Kalori (kal) 2500 2500
Protein (gram) 60 85
Kalsium (gram) 0,8 1,5
Feerum (Fe) (mg) 12 15
Vitamin A (IU) 5000 6000
Vitamin B (mg) 1,5 1,8
Vitamin C (mg) 70 100
Vitamin D (SI) 2,2 2,5
Riboflavin (mg) 15 18
Sumber : Manuaba (2009)
6
2. Mola Hidatidosa
a. Pengertian
Mola hidatidosa adalah suatu tumor plasenta yang terjadi saat perkembangan
embrionik, berasal dari sel trofoblas yang bekembang dalam plasenta. Mola diyakini
sebagai penyebab aborsi paling spontan pada trimester pertama (Morgan, 2009)
b. Faktor resiko
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1) Umur
Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur di bawah 20
tahun dan di atas 35 tahun.
2) Etnik
3) Genetik
4) Gizi
7
5) Penggunaan kontrasepsi oral
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan mola hidatidosa.
6) Paritas tinggi.
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada
terbentuknya mola hidatidosa. (Sastrawinata, 2004; Norwitz, 2010)
c. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast : Teori missed abortion. Mudah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu
terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi
dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel
trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi
cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga timbul gelembung-gelembung. Studi dari
Herting lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi
cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke
tiga dan kelima. Adanya sirkulasi material yang terus menerus dan tidak adanya fetus
menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan
cairan (Morgan, 2009).
d. Klasifikasi
8
2) Mola hidatidosa parsialis, yaitu sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili
korialis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan
sampai aterm (Manuaba, 2009).
e. Gambaran klinis
Gambaran klinik dari mola hidatidosa dapat dilihat dari tanda dan gejala yang muncul,
serta diagnosis yang telah ditegakkan.
d) Perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi pada 12 minggu
kehamilan. Mungkin terus- menerus atau intermiten, biasanya berwarna
kecoklatan, dan tidak banyak.
e) Uterus kerap bertambah besar dari usia kehamilan karena pertumbuhan mola yang
cepat (terjadi kurang lebih pada sepertiga kasus).
f) Sesak napas.
Mungkin anemik sekunder akibat kehilangan darah dan/atau nutrisi yang buruk
karena hiperemesis. (Morgan, 2009; Yulianti, 2005; Murkoff, 2005)
9
2. Diagnosis
b) Terdapat komplikasi
(b) Hipertensi/Preeklamsia
2) Pemeriksaan palpasi
a) Uterus
c) Pemeriksaan USG
10
f. Prognosis
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretase. Bila
hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa berulang dapat terjadi, tetapi
jarang. Walaupun demikian, 15-20% dari penderita pasca mola hidatidosa dapat
mengalami degenerasi keganasan menjadi tumor trofoblas gestasional, baik berupa mola
invasif, koriokarsinoma, maupun placental site trophoblastic tumors (Duff, 2004).
Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama setelah terjadinya mola yang
terbanyak dalam enam bulan pertama. Mola hidatidosa parsial lebih jarang menjadi ganas
(Sastrawinata, 2004).
g. Penatalaksanaan
11
(1) Evakuasi jaringan mola hidatidosa
Pada mola hidatidosa dengan umur muda dan jumlah anak sedikit, rahim perlu
diselamatkan dengan tindakan evakuasi jaringan mola.
Evakuasi jaringan mola dilakukan sebanyak dua kali dengan interval satu
minggu, dan jaringan diperiksa kepada ahli patologi anatomi (Manuaba, 2009).
Pada kasus mola hidatidosa yang belum keluar gelembungnya, harus dipasang
dahulu laminaria swift (12 jam sebelum kuret), sedangkan pada kasus yang sudah
keluar gelembungnya, dapat segera dikuret setelah keadaan umumnya distabilkan.
Bila perlu dapat diberikan narkosis neuroleptik (Sastrawinata, 2004).
(2) Histerektomi
Dengan pertimbangan umur relatif tua (35 tahun) paritas diatas 3, dan uterus
yang sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih, pada penderita mola
hidatidosa dilakukan tindakan radikal histerektomi. Pertimbangan ini didasarkan
kemungkinan keganasan koriokarsinoma menjadi lebih tinggi. Hasil operasi
diperiksakan kepada ahli patologi anatomi (Manuaba, 2009).
12
b) Actinomycin D 1 flc/hari, 5 hari berturut-turut. (Sastrawinata, 2004; Manuaba,
2009)
d) Pengawasan lanjutan
e) Komplikasi
Menurut Yulaikhah (2008) komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan mola
yaitu :
1) Perdarahan hebat sampai syok, yang jika tidak segera ditangani dapat berakibat fatal.
3) Infeksi sekunder.
5) Menjadi ganas pada kira-kira 15-20% kasus, yang akan menjadi mola destruens atau
koriokarsinoma.
13
B. Teori Manajemen Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasar ilmu dan kiat
kebidanan (Kepmenkes, 2007).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah
lahir serta keluarga berencana (Sofyan, 2006).
Proses manajemen yang dipakai oleh bidan mengacu pada tujuh langkah Varney yang
terdiri dari:
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien yang meliputi data subjektif, objektif,
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya dan
valid (Salmah, 2006).
1) Data Subjektif
14
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien (Wildan, 2008; Hidayat 2008)
(1) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk mengetahui identitas pasien
dan penanggung jawab, sedangkan umur untuk mengetahui pengaruh fertilitas
dan prognosis terjadinya kehamilan. Wanita hamil berumur di bawah 20 tahun
dan di atas 35 tahun mempunyai risiko lebih besar terjadi kehamilan mola
hidatidosa.
(2) Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena pada umur 20
tahun, alat reproduksi belum siap mnerima kejadiannya. Pada umur lebih dari
25 tahun kerja jantung meningkat karena adanya hemodilusi dan kemungkinan
terjadinya perdarahan.
(3) Suku/bangsa
(4) Agama
(5) Pendidikan
15
(6) Pekerjaan
b) Keluhan Utama
c) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi penting untuk mengetahui pada umur berapa ibu mulai
menstruasi, apakah menstruasinya normal, dan apakah lama siklus menstruasi normal. Ini
merupakan beberapa petunjuk mengenai fertilitas dan keseimbangan hormon wanita
tersebut. Hari pertama menstruasi terakhir dicatat, sehingga hari prakiraan lahir (HPL)
dapat ditaksir. Hari tersebut penting untuk menilai lamanya kehamilan dalam
hubungannya dengan besar uterus selama kehamilan (Varney, 2007). Pada penderita mola
hidatidosa mengalami amenorea.
d) Riwayat perkawinan
Ditanyakan untuk mengetahui umur ibu saat menikah, merupakan perkawinan yang
ke-berapa, lama menikah dan merupakan istri atau suami yang ke-berapa (Depkes RI,
2013).
Riwayat kehamilan yang lalu dikaji, apakah ibu pernah mengalami kehamilan
patologis, jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, bidan
dapat mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya (Varney, 2007).
16
Pada wanita yang pernah mengalami hamil mola hidatidosa pada kehamilan
sebelumnya serta wanita dengan paritas tinggi, terdapat peningkatan risiko terjadi mola
hidatidosa pada kehamilan selanjutnya (Walsh, 2007).
Riwayat kehamilan yang perlu dikaji meliputi ANC (tempat dan frekuensi), imunisasi
TT, keluhan selama kehamilan, gerakan janin, penatalaksanaan dan terapi yang diberikan
(Depkes RI, 2013). Pada trimester pertama kehamilan, biasanya penderita mola hidatidosa
mengalami keluhan mual, muntah, pusing, kadang-kadang berlanjut lebih hebat (Manuaba,
2009)
Data yang diperlukan dari riwayat kontrasepsi adalah pengetahuan tetang pilihan
penggunaan kontrasepsi, metode kontrasepsi yang sebelumnya digunakan (tipe, lama
penggunaan masing-masing kontrasepsi, efek samping masing-masing kontrasepsi, dan
alasan penghentian kontrasepsi). Menurut Norwitz (2010) penggunaan kontrasepsi oral
dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan mola
hidatidosa.
h) Riwayat Kesehatan
Adakah riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang atau yang lalu seperti
masalah kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus, malaria, HIV/AIDS dan lain- lain
(Salmah, 2006).
17
i) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola kebiasaan sehari-hari berkaitan dengan kebiasaan, baik sebelum hamil maupun
saat hamil dalam segi pola makan, pola personal hygiene, kebiasaan hidup, beban kerja
dan kegiatan sehari-hari (Salmah, 2006).
(1) Nutrisi
(2) Eliminasi
Dikaji untuk menggambarkan pola eliminasi meliputi kebiasaan BAB dan BAK serta
masalah yang dialami atau dikeluhkan selama kehamilan (Ambarwati, 2010).
Dikaji untuk mengetahui kegiatan ibu dalam kesehariannya, karena pola istirahat dan
aktivitas ibu hamil sangat mempengaruhi kehamilan (Ambarwati, 2010)
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama daerah
genetalia (Ambarwati, 2010)
Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami istri dan kapan boleh
melakukannya (Ambarwati, 2008)
Kehamilan akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga dan setiap anggota keluarga
harus beradaptasi, yang prosesnya bergantung pada budaya lingkungan yang sedang
menjadi tren masyarakat (Salmah, 2006).
18
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan (vital sign) dan
pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki (head to toe) serta pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan jika diperlukan.
a) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum : pada pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan
umum dan kesadaran, pengukuran tanda-tanda vital yang
meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (Varney,
2007).
(4) Suhu : untuk mengetahui suhu basal pada ibu hamil, suhu badan yang
normal adalah 360C sampai 370C (Wikjosastro, 2005).
(5) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit,
batas normal 60-100 x/menit (Wiknjosastro, 2005)
b) Pemeriksaan Sitematis
(1) Inspeksi
19
(a) Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe.
(c) Mata : konjungtiva merah muda atau tidak, adakah kuning pada sklera.
(d) Hidung : untuk menilai adanya kelainan, adakah benjolan, adakah hidung
tersumbat.
(f) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada karies dan karang gigi
tidak.
(g) Leher : perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar gondok atau
tidak, ada pembesaran getah bening atau tidak, dan ada tumor atau tidak.
Adakah benjolan pada payudara atau tidak, payudara simetris atau tidak, puting
susu menonjol atau tidak, pengeluaran ASI/kolostrum sudah keluar atau belum
(Nursalam, 2004).
(a) Mamae : untuk mengetahui apakah ada nyeri, dischage putting, gumpalan,
biopsy (Varney, 2007)
(b) Axilla : untuk mengetahui apakah ada tumor atau nyeri tekan (Varney, 2007)
(3) Abdomen
Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi apa tidak,
striae gravidarum, linea nigra, apakah bagian-bagian janin sudah teraba apa belum.
(Wiknjosastro, 2005).
(4) Ekstermitas
Apakah terdapat odema atau tidak, adakah varises, betis merah atau lembek
atau keras, reflek patella positif atau negatif (Wiknjosastro, 2006)
(5) Genetalia
20
Untuk mengetahui daerah genetalia ekterna yang meliputi kesimetrisan labia
mayora dan labia minora, ada atau tidak varises dan odema, pembesaran kelenjar
bartholini, dan cairan yang keluar berbau busuk atau tidak (Saifuddin, 2005). Pada
mola hidatidosa terjadi perdarahan sedikit demi sedikit atau mendadak berdarah
sambil mengeluarkan jaringan seperti buah anggur. (Wiknjosastro, 2006)
(6) Palpasi
(c) Leopold III : untuk menentukan bagian janin pada bagian terbawah
(7) Auskultasi
21
(Saminem, 2008). Pada pemeriksaan auskultasi penderita mola hidatidosa tidak
terdengar bunyi denyut jantung janin (Varney, 2007).
(8) Perkusi
3) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang adalah data atau fakta yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan rontgen, USG dan lain-lain. Dalam pemeriksaan penunjang
ibu hamil dengan mola hidatidosa dilakukan oleh laboratorium yaitu dengan pemeriksaan
darah lengkap, foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara, Foto rontgen
abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 – 4 bulan), β-HCG urin
atau serum : pada mola terdapat peningkatan kadar β-HCG darah atau urin, USG (tanpa
gambaran janin) : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janin (Manuaba, 2009)
Interpretasi data adalah proses identifikasi yang akurat atas masalah atau diagnosis
serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus, masalah sering kali
berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan diagnosisnya dan ini sering kali
bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang
(Varney, 2007). Interpretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan pada langkah
pengkajian data mengacu pada:
22
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Salmah, 2006).
Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
data penunjang antara lain : umur, gravida, para, abortus, jumlah anak hidup, dan diagnosa
medis. Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus ibu hamil dengan mola
hidatidosa yaitu Ny. F umur 18 tahun G1P0A0 umur kehamilan 12 minggu dengan mola
hidatidosa. Dasar diagnosa tersebut adalah :
a) Data subjektif
(1) Ibu mengatakan sudah hamil berapa kali dan apakah pernah mengalami
keguguran.
(2) Ibu mengatakan gejala yang dialaminya antara lain amenorea, mual muntah
yang berlebihan.
(4) Ibu mengatakan apakah sering mengkonsumsi kontrasepsi oral dalam jangka
waktu lama.
(5) Ibu mengatakan tentang keluhan yang dialami yaitu : terjadi perdarahan tanpa
nyeri yang hilang timbul ataupun terus menerus berwarna kecoklatan, rahim
lebih besar dari umur kehamilan (Murkoff, 2006).
b) Data objektif
(2) Palpasi : pada mola hidatidosa biasanya rahim lebih besar dari umur
kehamilan.
(3) Auskultasi :pada mola hidatidosa biasanya tidak terjadi denyut jantung janin.
(4) Genetalia : pada mola hidatidosa biasanya terjadi perdarahan sedikit demi
sedikit atau mendadak berdarah sambil mengeluarkan jaringan seperti
buah anggur.
23
(5) Pemeriksaan dalam : pada mola didapatkan seberapa besar ukuran rahim, rahim
terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat
perdarahan.
(6) Data Penunjang : pada mola biasanya ibu hamil dilakukan pemeriksaan oleh
laboratorium yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap, foto
thoraks pada mola ada gambaran emboli udara, Foto Rontgen
abdomen tidak terlihat tulang- tulang janin (pada kehamilan 3
– 4 bulan), HCG urin atau serum pada mola terdapat
peningkatan kadar beta hCG darah atau urin, USG (tanpa
gambaran janin) pada mola hidatidosa akan terlihat badai salju
(snow flake pattern) dan tidak terlihat janin.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Salmah, 2006). Masalah yang muncul
pada ibu hamil dengan mola hidatidosa berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap
perdarahan yang dialami sewaktu kehamilan muda (Saifuddin, 2006).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Salmah, 2006)
24
potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan
yang aman (Salmah, 2006).
Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan mola hidatidosa adalah terjadinya
perdarahan serta potensi terjadi tumor ganas dari trofoblast yang disebut juga
koriokarsinoma (Sastrawinata, 2004).
Yang bisa dilakukan bidan adalah dengan mengobservasi keadaan umum, vital sign
serta perdarahan pervaginam. Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Salmah, 2006).
Kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu hamil dengan mola hidatidosa adalah
melaksanakan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan USG dan pemberian
terapi, yaitu : pemberian infus, uterotonik dan pelaksanaan tindakan kuretase. Selain itu
juga melakukan kolaborasi dengan bagian laboratorium untuk cek darah lengkap
(Manuaba, 2009).
Rencana asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan mola hidatidosa
antara lain :
(1) Berikan informasi tentang keadaan kehamilan dan tindakan yang mungkin dilakukan
kepada ibu dan keluarga.
(2) Berikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga dalam
perawatan.
25
(3) Observasi keadaan umum, vital sign, dan pengeluaran pervaginam.
(4) Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan USG dan rontgen.
(5) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan umum, pengeluaran
jaringan mola hidatidosa, kemoterapi, dan pengawasan lanjutan.
(6) Kolaborasi dengan bagian laboratorium untuk cek darah. (Saifuddin, 2006; Sinclair,
2009).
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah keenam ini, rencana dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Apabila tidak dapat
melakukannya sendiri bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi
benar-benar dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi
kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat
mengambil tanggung jawab mengimplementasikan rencana perawatan kolaborasi yang
menyeluruh. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah
pendokumentasian secara berkala, akurat dan menyeluruh (Varney, 2007).
Pelaksanaan asuhan yang sesuai dengan perencanaan yang ditujukan untuk kehamilan
dengan mola hidatidosa antara lain :
(1) Memberikan informasi tentang keadaan kehamilan dan tindakan yang mungkin
dilakukan kepada ibu dan keluarga.
(2) Memberikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga
dalam perawatan.
(3) Melakukan observasi keadaan umum, vital sign, dan pengeluaran pervaginam.
(4) Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan USG dan rontgen.
(5) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam perbaikan keadaan umum, pengeluaran
jaringan mola hidatidosa, kemoterapi, dan pengawasan lanjutan.
26
g. Langkah VII : Evaluasi
1) Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaan kehamilannya dan tindakan yang akan
dilakukan.
3) Observasi keadaan umum baik, vital sign normal dan sudah tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
4) Hasil pemeriksaan radiologi membaik, hasil USG tidak ada mola hidatidosa lagi.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif, jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya (Salmah, 2006).
4. Data perkembangan
S : Subyektif
O : Obyektif
27
A : Assessment
P : Planning
28
DAFTAR PUSTAKA
TOSCA Enterprise
Lukluk, Z.A, Aspuah, S. 2013. Anatomi Fisiologi dan Obsgyn. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Murkoff H. 2006. Kehamilan : Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan, Ed.3.
Jakarta : Arca
29
30