PELAYANAN PPI
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KARUNIA KASIH
NOMOR : 098/PER/DIR/RSIAKK/II/2016
TENTANG
Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit melalui
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
KETIGA : Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSIA Karunia Kasih dimaksud
dalam Diktum Kedua harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan di RSIA
Karunia Kasih.
KEEMPAT : Hal-hal lain terkait dengan kebijakan ini akan dijelaskan dalam pedoman atau
panduan
KELIMA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam Surat Keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan :BEKASI
PadaTanggal : 11 Februari 2016
Direktur
RSIA Karunia Kasih
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita sehingga kita dapat menyusun
buku Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS).
Rumah Sakit Ibu dan Anak Karunia Kasih sebagai sarana kesehatan yang saat ini
makin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dilain pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Karunia Kasih juga dihadapi
tantangan yang makin besar yaitu tuntutan agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada masyarakat, khususnya
bagi jaminan keselamatan pasien (patient safety). Untuk hal tersebut Rumah Sakit
Ibu dan Anak Karunia Kasih perlu meningkatkan pelayanannya khususnya dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna. Untuk itu kami harapkan
masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian hari.
Penyusun
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya masalah penularan penyakit, meminta pembenahan pelayanan
di seluruh RumahSakit di Indonesia dengan melakukan peningkatan
pengelolaan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit sebagai upaya
menekan atau menurunkan angka infeksi ke tingkat yang serendah-rendahnya.
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terdapat di sarana kesehatan.
Pemeliharaan yang pernah dilakukan di Indonesia terhadap 11 RumahSakit di
DKI Jakarta tahun 2004, menyatakan bahwa 9,8% pasien rawat inap terinfeksi
virus baru selama dirawat. Penularan infeksi bias saja terjadi antara pasien,
petugas pelayanan kesehatan dan pengunjung Rumah Sakit.
Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Karunia Kasih, pencegahan dan pengendalian
infeksi menjadi prioritas perbaikan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Oleh karenanya, Rumah Sakit Ibu Dan Anak Karunia Kasih melakukan
pengelolaan program pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit
(PPIRS) dengan terorganisir, teratur, dan berkesinambungan melalui
identifikasi penurunan resiko-resiko infeksi yang di dapat, menerapkan
kebijakan dan prosedur yang memadai dari pelatihan dan pendidikan staff,
serta berkoordinasi dengan seluruh unit di lingkungan Rumah Sakit.
Beberapa kasus penularan yang pernah terjadi di Rumah Sakit. Sebagian besar
kasus penularan terjadi karena ketidakpatuhan dalam menerapakan prosedur
standard precaution secara menyeluruh. Namun demikian, ada kekhawatiran
bahwa penularan yang terjadi di Rumah Sakit selain dari standart precaution
yang tidak di lakukan dengan baik dapat disebabkan juga oleh fasilitas yang
belum memadai. Tenaga kesehatan lebih berisiko tertular karena lebih sering
terpapar, buruknya praktik-praktik pencegahan infeksi. Dengan latar belakang
tersebut, Rumah Sakit perlu mempersiapkan diri mempersiapkan diri dalam
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan umum
Menyiapkan agar Rumah Sakit Ibu Dan Anak Karunia Kasih dapat
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga dapat
melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit
menular (emerging infectious disease) yang mungkin timbul khususnya
dalam menghadapi kemungkinan pandemic influenza.
2. Tujuan khusus
Memberikan informasi pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Karunia Kasih mengenai :
1. Fakta penyakit menular yang perlu diketahui
2. Pencegahan dan pengendalian infeksi penyakit menular
3. Perawatan pasien dalam isolasi
4. Menjaga kebersihan tangan
5. Penggunaan alat pelindung diri
6. Kesiapan menghadapi pandemic flu ataupun penyakit menular lain
yang akan muncul.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3495)
2. UndangUndang Repunlik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembar Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4431)
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2001 tentang
Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/
Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.
Pada tanggal 11 Mei 1988 didirikan Rumah Bersalin yang bernama RB Bunda
Setia yang beralamat di Jl. Raya Jatiwaringin No. 133 Pondok Gede Bekasi
17411. Rumah bersalin tersebut dipimpin oleh dr Wawan selaku pemilik RB
Bunda Setia. RB Bunda Setia khusus melayani tentang kesehatan obgyn seperti
periksa kehamilan, membantu proses melahirkan, kontrol KB, imunisasi dan
sebagainya.
Dari tahun ke tahun RB Bunda Setia semakin berkembang dan semakin dikenal
oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah
kunjungan pasien setiap tahunnya. Karena semakin ramai, RB Bunda Setia pun
menambah fasilitas pelayanannya yaitu pelayanan rawat jalan untuk pasien anak.
Dengan berubahnya status menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak, maka RSIA Bunda
Setia dapat melayani dan merawat gangguan kesehatan ibu selain masalah
kehamilan dan persalinan, dapat melayani dan merawat gangguan kesehatan anak
yang lain dalam setiap tahap tumbuh kembangnya, tidak hanya melayani bayi baru
lahir saja. Dengan demikian fasilitas RSIA Bunda Setia pun mengalami
penambahan seperti penambahan kamar rawat inap, instalasi farmasi, penambahan
kamar operasi dengan dilengkapi peralatan sesuai dengan standar.
Pada bulan Juli 2007, RSIA Bunda Setia berpindah kepemilikan yaitu dari dr
Wawan kepada pihak lain yang diwakili oleh dr Komar, dr Olive, dr Ruwin dan dr
Ririn. Dengan berpindah kepemilikan maka RSIA Bunda Setia berganti nama
Pada bulan Juni 2010, PT Karunia Bunda Setia berpindah tangan lagi
kepemilikannya yaitu oleh PT Rumah Kasih Indonesia. Dalam masa peralihan ini
banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi, seperti penambahan fasilitas
penunjang kesehatan diantaranya fasilitas Laboratorium, Radiologi dan
Fisioterapi. Untuk fasilitas kesehatan lain juga ada penambahan seperti Poli
Internis, Poli Bedah, Poli Kesehatan Kulit, Poli THT dan Poli Gigi. Dibawah
kepemilikan PT Rumah Kasih Indonesia, RSIA Karunia Bunda semakin
menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukan pada awal
tahun 2011, RSIA Karunia Bunda melakukan renovasi bangunan yang semula
hanya 2 lantai menjadi 3 lantai. Disamping itu juga ada penambahan ruang operasi
baru yang semula hanya 1 menjadi 2 ruang operasi.
Pada tanggal 22 April 2013 RSIA Karunia Bunda berganti nama menjadi RSIA
Karunia Kasih sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia no : AHU-21570.AH.01.02. tahun 2013.
VISI
MISI
K.A.S.I.H
1. KOMITMEN
Kita berkomitmen untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat,
perusahaan dan mencapai pelayanan prima.
2. AKUNTABILITAS
Kami mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap semua
tindakan kami.
3. SERVICE DENGAN HATI
0 Kami memberikan perhatian kepada semua pasien, dokter dan rekan
kami.
0 Kami membahagiakan pelanggan kami dengan melampaui harapan
mereka dan tanggapan kami yang sepenuh hati.
0 Kita memperlakukan pelanggan kami dengan penuh hormat dan
menghargai.
1. Kewaspadaan Standar
Oleh karena sebagian besar orang yang terinfeksi virus melalui darah
seperti HIV dan Hepatipis B tidak menunjukkan gejala setelah tertular,
maka kewaspadaan standar dirancang untuk perawatan bagi semua orang,
pasien, petugas,atau pengunjung tanpa menghiraukan apakah mereka
terinfeksi atau tidak. Termasuk bagi orang-orang yang terinfeksi dengan
penyakit menular melalui cara lain dan belum menunjukkan gejala.
Kewaspadaan standar diterapkan untuk sekreta pernapasan, darah dan
semua cairan tubuh lainnya serta semua ekskreta (kecuali) keringat., kulit
yang tidak utuh dan membrane mukosa. Penerapan ditujukan untuk
mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme dari sumber
infeksi yang diketahui ataupun tidak diketahui dalam sistem pelayanan
kesehatan seperti pasien, benda yang tercemar, jarum atau spuit yang telah
digunakan.
Pertimbangan Praktis
0 Perlakukan baik pasien atau petugas sebagai individu yang potesial
menularkan dan rentan terhadap infeksi.
0 Cuci tangan prosedur paling penting untuk mencegah pencemaran silang
dari dari orang ke orang atau dari objek yang tercemar oleh orang
0 Gunakan sarung tangan pada kedua tangan sebelum dan sebelum
menyentuh kulit yang luka,,membrane mukosa,darah, cairan tubuh
sekreta, dan eksreta atau peralataqn otor dan bahan sampah yang
tercemar atau sebelum melakukan prosedur invasive.
0 Gunakan Alat Diri / APD (sarung tangan, masker, pelindung muka,
kacamata dan apron pelindung) jika ada kemungkinan tertumpah darah
atau percikan cairan tubuh (sekreta dan ekskreta), seperti memebersihkan
peralatan dan barang-barang yang tercemar.
0 Gunakan antiseptic berbasis alcohol untuk memebersihkan kulit atau
membrane mukosa sebelum pembedahan, membersihkan luka, serta
melakukan penggosokan tangan surgical handsrub.
0 Terapkan cara kerja aman, tidak memasang kembali penutup jarum, atau
membengkokan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.
0 Buang sampah infeksius ke tempat yang aman untuk melindugi dan
mencegah penularan atau infeksi kepada masyarakat.
0 Proses peralatan, sarung tangan dan barang-barang lain dengan terlebih
dahulu melakukan dekontaminasi pencucian kemudian melakuakn
Petugas wajib mengganti APD dan mencuci tangan jika meninggalkan area isolasi
Perawatan pasien di ruang isolasi menjadi sulit, jika sumber daya tidak
mencukupi, paisen tidak memiliki kebiasaan menjaga kebersihan, sengaja
mencemari lingkungan atau tidak dapat diharapkan bekerja sama dalam
menerapkan tindakan pencegahan infeksi dan transmisi mikroorganisme. Hal
ini dapat ditemukan misalnya pada anak-anak, pasien dengan mental yang
berubah-ubah atau orang lanjut usia.
5. Tata Cara
A. Memasuki Ruangan
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan
2. Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis alcohol
3. Pakai APD
4. Masuk ruangan dan tutup pintu
B. Meninggalkan Ruangan
Di pintu keluar, lepaskan APD dengan urutan yang benar :
1. Sarung tangan : lepas dan buang kedalam tong sampah medis
2. Kaca mata atau pelindung wajah : letakan kedalam peralatan bekas
pakai
3. Gaun : dengan tidak memegang bagian luar gaun, masukkan kedalam
tempat cucian
4. Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis
alcohol
5. Tinggalkan ruangan
6. Lepaskan masker atau respirator dengan memegang elastic di belakang
telinga, jangan memegang bagian depan masker
7. Setelah keluar ruangan, gunakan kembali handrub berbasis alcohol
atau cuci tagan dengan air mengalir
8. Petugas mandi yang telah disediakan di kamar ganti sebelum
meninggalkan ruangan dan menggunakan pakaian rumah
Penyebaran Resistensi
Rute Kategori
Infeksi Di Rumah Antibioti Faktor Variable Waktu Isolasi
Transmisi Resiko
Sakit ka
Varicella Airbone Sering Sedikit Ante-natal/post-natal/Neonatus Samapai versikel Tinggi
Pasien onkologi atau menjadi krusta Tinggi
Immunucompromised
Clostridium Fecal-Oral Sedang Sedikit Fecal incontinence Diare berhenti Medium
dificile selama 48 jam
Diare Fecal-Oral Sering Sedikit Fecal incontinence Diare berhenti Medium
(infektif) selama 48 jam
Hepatitis B Bloodborne Jarang Sedikit Hindari paparan dengan darah Tidak diperlukan Rendah
dan cairan tubuh kecuali dengan
perdarahan yang
tidak terkontrol
HIV/AIDS Bloodborne - Sedikit Tergantung organism/infeksi Rujukan Rendah/
yang spesifik mirobilogist Tingg
Rendah
MRSA Kontak sering Serius Penyakit kulit deskuamasi Tidak dapat Tinggi
(eczema, psoriaris) kolonisasi ditentukan
sputum
Kolonisasi > 1 tempat
Karier nasal Tidak ditemukan medium
lagi pada Rendah
screening
TB (BTA Airborne Sering sedikit 2 minggu Tinggi
positif)
MDR TB Airborne Sering Serius Merujuk pada kebijakan Sampai BTA Tinggi
(atau high tuberkolosis negatif
probality)
Respiratory Droplet dan Sering - Situasi non epidemic Sampai gejala Medium
Synctial kontak Situasi epidemic hilang
Virus
Varicella 13-21 hari 1-5 hari sebelum muncul rash hingga vesikel
mengalami krustasi
Measles 7-18 hari Dari awal gejala prodromal hingga 4 hari stelah
muncul rash
Mumps 12-25 hari 1 minggu sebelum dan hingga 9 hari setelah muncul
pembengkakan
Rubella 14-23 hari 7 hari sebelum hingga 4 hari setelah muncul rash
RSV 3-7 hari 3 hari sebelum muncul gejala hingga asimptomatis
Influenza 1-5 hari 1 hari sebelum hingga 4 hari setelah muncul gejala
klinis
Avian Influenza 1-4 hari Dewasa : 7 hari bebas panas
Anak-anak : (<12 tahun) : 21 hari bebas panas
Pertussis 7-10 hari 21 hari setelah muncul paroxysmal
Rotavirus 1-3 hari Dari muncul gejala hingga 5 hari setelah resulusi
Herpes Simplex 2-11 hari Infeksi primer : 3-4 minggu
Virus Infeksi sekunder : 3-5 hari
Hepatitis A 15-50 hari 7 hari setelah muncul jaundice
Penyakit 2-10 hari 24 jam setelah pemberian terapi adekuat
Meninggococcal
Difteri 2-5 hari Mendapat terapi : 3 hari
Tidak mendapat terapi : 28 hari
1. DEFINISI
a. Agen anti septic atau mikroba (istilah yang digunakan bergantian)
Bahan kimia yang diaplikasikan diatas kulit atau jaringan hidup lain
untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang
sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi
jumlah hitung bakteri total.
Contohnya :
0 Alcohol 60-90% (etildan isopropyl atau metal alcohol)
0 Klorheksidin glukonat 2-4% (hibiclens, Hibiscrub, Hibitane)
0 Klorheksidin glukonat dan centrimide, dalam berbagai kosentrasi
(savlon)
b. Air Bersih
Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga
aman untuk diminum, serta untuk pemakain lainnya ( misalnya
mencuci tangan dan membersihkan instrument medis) karena
memenuhi syarat standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada
keadaan minimal, air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan
memilih turbiditas rendah (jernih, tidak berkabut).
c. MencuciTangan
Proses secara mekanik melepaskan kotoran dan debu dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih (atau handrub antiseptic) setelah
Melepas sarung tangan karena pada saat tersebut mungkin sarung tangan ada lubang kecil
Atau robek, sehingga bakteri dapat dengan cepat berkembang biak pada tangan akibat
lingkungan yang lembab dan hangat didalam sarung tangan (CDC 1989, Korniewicz et al
1990).
Teknik Mencuci Tangan Dengan Sabun Dan Air Mengalir harus dilakukan
seperti dibawah ini :
1. Buka kran dan basahi tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
Ingat !
Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan
SARUNG TANGAN
Apakah kontak Tidak RUMAH TANGGA atau
dengan pasien ? SARUNG TANGAN
Y
SARUNG TANGAN
Tidak BERSIH
Apakah kontak Atau
dengan jaringan
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung
tangan atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, tenaga
pembantu keperawatan (TPK) serta petugas yang menangani dan
membuang limbah medis.
1. Pelindung kaki
2. Apron, Gaun pelindung dan Topi
3. Masker
4. Kacamata atau pelindung wajah
5. Sarung tangan
6. *kombinasi APD akan mempengaruhi urutan-lakukan dengan cara praktis
1. Sarung Tangan
0 Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
0 Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
0 Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan
0 Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan
0 Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
0 Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius
2. Kacamata atau pelindung wajah
0 Ingat bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi
0 Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
0 Letakkan di wajah yang telah disediakann untuk diproses ulang atau dalam
tempat sampah infeksius
3. Gaun Pelindung
0 Ingat bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi
0 Lepas tali
0 Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja
0 Balik gaun pelindung
0 Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk dip roses ulang atau buang di tempat sampah infeksius
DIINGINKAN
(pakai segera/simpan)
DEFINISI
0 Dekomentasi : proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani
oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivaksi HBV, HBC,
dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi.
0 Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua debu yang tampak,
kotoran, darah atau cairan tubuh lain dari benda mati ataupun membuang
1. Mengurangi resiko perlukan aksi dental atau terpapar darah atau cairan
tubuh terhadap petugas pembersih dan rumah tangga
2. Memberikan hasil akhir berkualitas tinggi (umpamanya peralatan atau
benda lain yang steril atau yang didesinfeksi tingkat tinggi (DTT)
5.PENGELOLAAN SAMPAH
a. Definisi
0 Bahan berbahaya : Setiap unsur peralatan, bahan atau proses yang
mampu atau berpotensi menyebabkan kerusakan
0 Benda-benda tajam : Jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau scapel,
gunting, benang kawat, pecahan kaca dan benda lain yang dapat menusuk
dan melukai.
0 Insinerasi : Pembakaran sampah padat, cair atau gas mudah terbakar
yang terkontrol untuk menghasilkan gas dan sisa yang tidak atau tinggal
sedikit mengandung bahan mudah terbakar.
0 Sampah infeksius : Bagian dari sampah medis yang dapat menyebabkan
penyakit infeksi
b. Pengelolaan Sampah
Benda-benda tajam sekali pakai (jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau
scalpel) memerlukan penanganan khusus karena benda-benda ini dapat
melukai petugas pembuangan sampah umum.
Insinerasi adalah proses pembakaran dengan suhu tinggi untuk
mengurangi isi dan berat sampah. Proses ini biasanya dipilih untuk
menangani sampah terkontaminasi, sampah yang tidak dapat didaur
ulang, dipakai lagi, atau dibuang ketempat pembuangan sampah atau
tempat kebersihan perataan tanah.
e. Sampah Farmasi
Dalam jumlah yan sedikit sampah farmasi (obat dan bahan obat-obatan),
dapat dikumpulkan dalam wadah dengan sampah terinfeksi dan dibuang
dengan cara yang sama insinerasi, enkapsulisasi atau dikubur secara aman.
Perlu dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam insinerasi kamar tunggal
sperti tong atau incinerator dari bata adalah tidak cukup untuk
mengahancurkan total sampah farmasi ini, sehingga tetap berbahaya.
Sampah farmasi dapat dibuang secara metode berikut :
0 Pelayanan daur ulang tersedia (melalui industry pabrik). Ini adalah pilihan
terbaik jika ada.
0 Enkapulasi. Jika daur ulang tidak mungkin maka pembuangan sampah
enkapulasi dapat dilakukan, jika tersedia.
Tidak Positif
Pajanan Positif Regimen
Diketahui Resiko Tinggi
0 Pajanan darah atau carian tubuh dalam jumlah besar, ditandai dengan :
0 Luka yang dalam
0 Terlihat jelas darah
0 Prosedur medis yang menggunakan jarum
0 Sumber pajanan adalah pasien stadium AIDS
Monitoring
0 Profilaksis harus diberikan selama 28 hari
0 Dibutuhkan dukungan psikososial
0 Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui infeksi HIV dan
untuk memonitor toksisitas obat
0 Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan
4. Pemulangan Pasien
0 Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa
penularan
0 Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai
terkena penyakit menular melalui udara / airbone harus diisolasi didalam
rumah selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu
penularan atau sampai diagnosa alternative dibuat atau hasil uji diagnosa
menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut.
keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan
pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
0 Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan
tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara
penularan infeksi yang diderita pasien.
0 Pembersih dan desinfeksi ruangan yang benar harus dilakukan setelah
pemulangan pasien
Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk untuk duduk pada jarak 1
meter dari yang lainya diruang tunggu. Pada pintu masuk dan diruang fasilitas
rawat jalan seperti ruang gawat darurat, ruangan dokter, klinik rawat jalan, perlu
dipasang instruksi untuk pasien dan pengantarnya agar mempraktekkan kebersihan
alat pernafasan dan etika batuk serta memberitahukan pada petugas sesegera
mungkin mengenai gejala penyakit yang diderita. Bagi orang yang batuk harus
disediakan masker.
2. Tujuan
a. Menurunkan angka infeksi nosocomial (HAIs) di RSIA Karunia
Kasih.
b. Memndapatkan data dasar infeksi nosocomial (HAIs).
c. Mengidentifikasi risiko infeksi nosocomial (HAIs) pada pasien
yang mendapat paparan infeksi tertentu di RSIA Karunia Kasih.
d. Dapat menyakinkan petugas medis untuk menerapkan pencegahan
infeksi seperti menerapkan prinsip precaution universal pada
tingkatan invasif dan non invasasif.
e. Sebagai pemberi informasi kepada petugas tentang resiko
terjadinya infeksi nosocomial (HAIs) pada setiap tindakan yang
dilakukan.
f. Mengantisipasi tuntutan terhadap malpraktek/kelalaian.
Identifikasi Pembuatanl
Pengolahan Analisadani
masalahinfe Pengumpul aporanreko
danpenyajia ntepretasi
ksinosokom an data mendasida
n data data
ial (HAIs) ntindaklanju
t
Penerapans
urveilansinf
eksi
nosocomial
(HAIs)
Potensi bahaya di Rumah Sakit selain penyakit infeksi juga berpotensi bahaya
penyakit lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi kerja di Rumah Sakit
tersebut yaitu kebakaran, peledakan , kecelakaan, ra.diasi ,bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas anestesi dll hal ini jelas mengancam jiwa petugas, pasien dan
pengunjung RS.
Keselamatan kerja yang di lakukan bagi karyawan agar merasa sehat aman dan
nyaman, keselamatan kerja terkait dengan PPIRS adalah patensial terjadi
penularan infeksi
Pengendalian mutu di lakukan oleh seluruh unit yang terkait dan di kelola oleh
unit mutu agar perumahan dan dokumen dapat di kendalikan dengan baik.
Pemantauan mutu di lakukan secara terus menerus dan di laporkan secara berkala.