Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan suatu unit yang kompleks tersusun dari
bermiliaran sel yang bergabung memberntuk jaringan, organ sistem organ yang
memiliki anatomi dan fisiologi. Salah satu sistem tersebut adalah sisitem
muskuloskletal. Sistem muskulo skeletal adalah sistem yang berfungsi dalam
pergerakan manusia, terdiri dari muskulo (otot) dan skeletal (tulang).
Sistem muskulo atau otot adalah organ yang merupakan alat gerak aktif
manusia yang bersama tulang-tulang (sistem skeletal) sebagai alat gerak pasif,
bekerja bersama-sama dalam menopang tubuh, menciptakan gerakan dan sebagai
tempat metabolisme zat yang diperlukan tubuh seperti darah dan metabolisme
karbohidrat.
Perlunya pengetahuan akan sistem muskuloskeletal bagi mahasiswa perawat
baik dari anatomi, fisiologi, serta biokimia dari sistem muskulo skeletal agar dapat
mengetahui keadaan patologis serta memberikan asuhan keperawatan dengan tepat
pada klien nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi sistem muskuloskletal?
2. Bagaimana fisiologi dari sistem muskuloskletal?

1
2

BAB II
LANDASAN TEORI

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan dalam menunjang,


melindungi, dan menggerakan tubuh. Rangka merupakan bingkai bagi struktur tubuh
dan melindungi organ internal yang rentan dari kerusakan. Otot dengan bantuan
sendi, ligamen, dan tendon memungkinkan tulang rangka bergerak. Komponen
muskuloskeletal terdiri dari : tulang, otot, ligamen, tendon, fascia, bursae dan
persendian.

A. MUSKULO (OTOT)
1. Anatomi
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot
tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan
sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit (Ethel. 2004).
Otot skeletal secara volunter dikendalikan oleh sistem saraf pusat dan
perifer. Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal
sebagai motor end-plate. Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi
utama untuk kontraksi dan menghasilkan pergerakan sebagian atau seluruh
tubuh (Suratun, 2008).
a. Struktur
Setiap serat otot skelet adalah sel tunggal yang mengandung banyak
miofibril. Miofibril terdiri dan filamen aktin dan miosin. Miofibril dibentuk
dari gabungan sarkomer pada ujung filamen. SeraI otot terorganisasi menjadi
fasikulus. Fasikulus terorganisasi menjadi otot dengan bantuan jaringan
pengikat (Lesmana,2017).

b. Kelompok Otot
1) Otot Lurik
2
3

Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti
banyak. Letaknya dipinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50
mikron. Sel otot lurik ujung selnya tidak menunjukan batas yang jelas
dan miofibril tidak homogen, akibatnya tampak adanya serat-serat
lintang. Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka:
Otot lurik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : otot rangka, otot
kulit, otot lingkar. Otot-otot rangka mempunyai hubungan dengan tulang
dan berfungsi menggerakan tulang. Otot ini bila dilihat dibawah
mikroskop, maka tampak susunanya berupa serabut-serabut panjang yang
mengandung banyak inti sel, dan tampak adanya garsi-garis terang
diseling gelap yang melintang.
Otot-otot kulit seperti yang terdapat pada roman muka termaksuk
otot lurik,berada dibawah kehendak kita. Perlekatanya pada tulang dan
kulit, tetapi ada juga yang terdapat dalam kulit seluruhnya. Otot-otot yang
merupakan lingkaran disebut otot lingkar, misalnya otot yang
mengelilingi mulut dan mata.
Cara kerja otot lurik :
Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi pendek dan setiap
serabut turut bergerak dengan berkontraksi. Otot-otot jenis ini hanya
berkontraksi jika dirangsang oleh rangsangan saraf sadar (otot volunter).
Kerja otot lurik adalah bersifat sadar, karena itu disebut otot sadar, artinya
berkerjannya menurut kemauan atau perintah otak. Reaksi kerja otot lurik
terhadap rangsangan cepat, tetapi tidak tahan kelelahan. (Irianto,2004)

2) Otot Polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya
seperti gelendong, dibagian tengah terbesar dan kedua ujungnya
meruncing. Otot polos memiliki serat arahnya searah dengan panjang sel
disebut miofibril. Serta miofibril terdiri dari miofilamen dan masing-
masing miofilamen terdiri dari protein otot yaitu aktin dan miosin.
4

Sel otot polos dilapisi oleh selaput yang disebut yang disebut
sarkolema, dan protoplasmanya disebut sarkoplasma. Otot polos memiliki
serat yang arahnya serah dengan panjang sel disebut miofibril. Serat
miofibril terdiri dari miofilamen dan masing-masing miofilamen terdiri
dari protein otot yaitu aktin dan miosin.
Sel otot polos dilapisi oleh selaput yang disebut sarkolema, dan
protoplasmanya disebut saekoplasma. Otot polos memiliki inti, letaknya
di tengah dengan miofibril yang homogen, panjangnya 15-500 mikron
dengan diameter 20 mikron. Otot polos merupakan otot tak sadar, karena
bekerja diluar kesadaran kita, dan dipengaruji oleh susunan saraf otonom.
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi
untuk berkontraksi.
a) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar,
pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot
erektor pili rambut.
b) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan
mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat
bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
Cara kerja otot polos :

Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot
menjadi pendek. Kerutan itu terjadi lambat. Bila otot itu mendapa suatu
rangsangan, maka reaksi terhadap rangsangan berasal dari susunan saraf
tak sadar (otot involunter). Oleh karena itu otot polos tidak berada
dibawah pengaruh kehendak. Jadi, bekerjanya diluar kesadaran kita.
(Irianto,2004)
5

3) Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot istimewa. Otot ini bentuknya seperti otot
lurik. Perbedaannya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung
satu sama lain, berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan kemauan.
Otot ini hanya terdapat pada jantung, bekerja terus-menerus setiap saat
tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap
kali berdenyut. Struktur Mikroskopis Otot Jantung mirip dengan otot
skeletal (Irianto,2004)

c. Jenis serabut otot


Otot rangka memiliki 3 serabut otot yang berbeda dalam kecepatan
berkontraksi, resistensinya terhadap keletihan dan kemampuan untuk
menghasilkan ATP, diantaranya:
1) Serabut merah kedut lambat: Serabut ini berdiameter kecil dan dikelilingi
oleh banyak kapiler yang menyediakan oksigen dan nutrisi. Serabut
merah kedut lambat mengandung konsentrasi pigmen merah pernapasan
yang sangat banyak yang mengikat molekul oksigen untuk memfasilitasi
pernapasan aerob(mioglobin). Kontraksi lambat dan resisten terhadap
keletihan.
2) Serabut putih kedut cepat : Serabut putih kedut cepat tidak memiliki
mioglobin, mitokondria, dan kapilarnyalebih sedikit tetapi simpanan
glikogen dan enzimnya lebih banyak sehingga dapat meningkatkan
kapasitasnya untuk melakukan glikolisis anaerob. Serabut ini lebih tebal,
mampu menghasilkan ATP dengan kecepatan tinggi tetapi cepat letih jika
simpanan glikogennya menipis serta serabut ini sesuai untuk melakukan
aktifitas muscular yang melonjak seperti berlari.
3) Serabut pertengahan: serabut ini berwarna merah, mengandung
mioglobin, memiliki sifat dan resistensi keletihan tingkat menengah
dibadingan kedua serabut sebelumnya. Rasio serabut kedut cepat ke
6

lambat yang mungkin ditentukan secara genetic bertanggung jawab


terhadap variasi kemampuan atletik seseorang (Corwin, 2009)

d. Kontraksi Otot
Otot berkontraksi jika ada rangsangan. Energi kontraksi berasal dari
pemecahan adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium. Beberapa tipe kontraksi
otot, yaitu:
1) Tonik
yaitu kontraksi sebagian otot secara terus-menerus, yang penting dalam
mempertahankan postur tubuh.
2) Isotonik
adalah kontraksi otot yang menyebabkan otot menjadi tegang, tetapi
kontraksi tersebut tidak mengubah otot, hanya mengubah panjang otot
(otot lebih pendek).
3) Isometrik
Pada isometrik ketegangan otot meningkat, namun otot menjadi lebih
pendek.
4) Twich
adalah reaksi sentakan (refleks) pada suatu stimulus.
5) Tetanie
adalah kontraksi yang lebih menopang daripada twich yang dihasilkan
akibat rangkaian stimulus yang cepat.
6) Treppe
adalah kontraksi twich yang lebih kuat dalam merespons stimulus yang
terus-menerus berulang secara konstan dan kuat.
7) Fibillation
adalah kontraksi asinoronus pada setiap otot individu.
8) Konvulsi
adalah kontraksi titanik yang tidak terkoordinasi secara normal pada
kelompok otot tertentu (Suratun, 2008).
e. Perlekatan Otot
Sebagian besar otot kedua ujungnya melekat pada tulang. Beberapa
melekat pada struktur lain pada tulang rawan atau kulit. Origo otot
merupakan titik yang Iebih terfiksasi pada perlekatannya. Insersio otot
7

biasanya merupakan bagian yang bergerak. Kadang-kadang, untuk kerja


yang berbeda, aturan ini terbalik. Perlekatan pada tulang dapat berupa:
1) Serat otot yang berjalan ke dalam periosteum dimana tulang di bawahnya
licin, misalnya bagian depan femur.
2) Campuran Serat otot dan jaringan fibrosa dimana tulang di bawahnya
kasar, misalnya linea aspera pada bagian belakang femur,
3) Tendon; tulang dapat tertarik ke luar pada tuberkulum atau penonjolan
besar, misalnya tuberkulum biceps pada radius untuk melekatnya otot
biceps (Gibson, 2003).
f. Persarafan
Neuron motorik membawa potensial aksi ke otot skelet, melalui
neuromuscular junction. Neuron melepaskan asetilkolin, yang akan terikat
pada reseptor di membran sel otot. Hal ini menimbulkan potensial aksi dan
menyebabkan otot berkontraksi (Lesmana,2017).

2. Fisiologi otot kerangka


Sel otot dapat di rangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk
menimbulkan suatu potensi aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel. Sel
ini mengandung protein kontraktil dan mempunyai mekanisme yang diaktifasi
oleh potensial aksi. Kira-kira 40% dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka,
kontraksi dapat diterapkan pada semua jenis otot (Corwin, 2009).
a. Fungsi Otot Skelet
Fungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur
tubuh, dan menghasilkan panas.
1. Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespons
stimulus. Stimulus biasanya dihantarkan oleh neurotransmiter yang
dikeluarkan oleh neuron dan respons yang ditransmisikan dan dihasilkan
oleh potensial aksi pada membran plasma dari sel otot.
8

2. Kontraktibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus


dengan memendek secara paksa.
3. Ekstensibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus
dengan memperpanjang dan memperpendek serat otot saat relaksasi
ketika berkontraksi dan memanjang jika rileks.
4. Elastisitas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat
yang lama setelah memendek dan memanjang (Suratun, 2008).

b. Kerja Otot
1. Tonus: ketegangan akibat mengerutnya otot (kontraksi).
2. Fleksi: membengkokkan
3. Ekstensi: meluruskan
4. Abduksi: menjauhi badan
5. Adduksi: mendekati badan
6. Elevasi: ke atas
7. Supinasi: memutar telapak tangan menengadah
8. Pronasi: menelungkup (Risnanto, 2014).

c. Tonus otot
Tonus otot adalah derajat rendah tegangan otot pada setiap waktu. Tonus
itu tidak menghasilkan pemendekan otot. Dipertahankan oleh hantaran saraf
neuron pada unit motor neuron yang hanya sejumlah kecil unit ini bekerja
pada suatu waktu, unit tertentu berubah-ubah sehingga dapat mcncegah
kelelahan. Derajat tonus diperlukan untuk bekerja melawan gravitasi, untuk
mempertahankan posisi tegak, dan untuk mempertahankan kepala pada
bahu. Rangsangan sensorik yang menstimulasi timbulnya respons motorik
ini diperoleh dari:
1) Muscle spindle (organ sensorik pada otot),
2) Mata,
3) Organ vestibularis (organ keseimbangan di dalam os temporale)
(Gibson, 2003).
9

d. Kontraksi otot
Otot yang terlibat dalam setiap gerakan dengan kerja yang melawan atau
berbalikkan. Kelompok-kelompok yang terlibat adalah:
1) Penggerak Utama
Merupakan otot yang terutama terlibat dalam membuat gerakan
2) Antagonis
Merupakan otot dengan aksi berlawanan dengan penggerak utama.
Dengan berelaksasi secara progresif ketika penggerak utama
berkontraksi, mereka membantu mengontrol aksi dan mencegah reaksi
berlebihan
3) Otot Fìksasi
Dengan meningkatkan tegangan (mis. Meningkatkan aksi lebih banyak
motor neuron) sendi-sendi fiksasi yang harus difiksasi bila sebuah aksi
akan dilaksanakan dengan benar.
Kontraksi otot misalnya, dalam fleksi tengan bawah
1) Biceps dan brachioradialis di bagian depan lengan adalah penggerak
utama,
2) Triceps pada bagian belakang lengan, adalah antagonis,
3) Otot di bagian depan dan bawah bahu adalah otot fiksasi yang
memfiksasi bahu sehingga sendi bahu tidak bergerak (Gibson, 2003).

e. Mekanisme Umum Kontraksi Otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut:
Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujung serat saraf. Setiap ujung saraf menyekrasi substansi neurotransmiter
yaitu asetil kolin dalam jumlah sedikit. Asetilkolin bekerja untuk area
setempat pada membran saraf otot guna membuka saluran asetilkolin
melalui molekul-molekul protein dalam membran serat saraf. Terbukanya
saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir
kebagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
menimbulkan potensial aksi serat saraf.
Potensial aksi berjalan seoanjang membran saraf otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf. Potensial
10

aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, berjalan dlam serat
otot ketika potensial aksi menyebakan retikulum sarkolema melepas
sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril.
Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi.
Setelah kurang dari satu detik kalsium di pompakan kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot
yang baru lagi (Ganong. 2008).

g. Kendali Saraf pada Kontraksi Otot Rangka


Saraf untuk otot terdiri dari serat motorik dan sensorik dalam proporsi
yang seimbang. Serat saraf motorik keluar dari substansia grisea medulla
spinalis atau medulla oblongata dan menginervasi sekelompok serat otot,
mengirimkan sebuah cabang untuk setiap serat. Setiap cabang tersebut
berakhir pada motor end plate, sebuah struktur yang terdapat pada serat otot.
Serat saraf sensorik keluar dari muscle spindel, struktur tipis panjang yang
terletak diantara serat otot di dekat perlekatan otot dengan tendonnya
(Gibson, 2003).
h. Kontraksi Isometrik dan Isotonik
1) Kontraksi isometrik adalah kontraksi yang terjadi saat otot membentuk
daya atau tegangan tanpa harus memendek untuk memindahkan suatu
beban. Aktivasi crossbridge berlangsung, tetapi miofilamen tidak
bergeser saat kontraksi isometrik berlangsung. Tegangan yang terbentuk
dalam otot-otot postural berfungsi untuk mempertahankan kepala tetap
tegak dan tubuh tetap berdiri merupakan contoh kontraksi isometrik.
2) Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek
untuk mengangkat atau memindahkan suatu beban (melakukan
pekerjaan). Otot-otot dalam tubuh dapat berkontraksi secara isometrik
11

atau secara isotonik. Sebagian besar kontraksi merupakan kombinasi


kedua jenis kontraksi tersebut. Berjalan atau berlari, misalnya, memakai
keduanya (Corwin. 2009).
i. Sumber dan Metabolisme Tenaga
Kontraksi otot memerlukan tenaga. Otot merupakan suatu mesin untuk
mengubah tenaga kimia ke mekanik. Sumber cepat tenaga ini merupakan
metabolism antara karbohidrat dan lipid hidrolisis ATP untuk memberikan
tenaga bagi kontraksi. ATP disintesis ulang dari ADP oleh tambahan suatu
gugusan fosfat pada keadaan normal tenaga untuk reaksi endotermi
diberikan oleh pemecahan glukosa ke CO2 dan H2O di dalam otot ada
senyawa fosfat yang kaya tenaga lainnya dinamakan fosforilkreatin yang
membentuk ATP dari ADP sehingga memungkinkan sehingga kontraksi
berlanjut
a) Pemecahan karbohidrat : Banyak tenaga bagi sintesis ulang ATP dan
fosforilkreatin berasal dari pemecahan menjadi glukosa menjadi CO2 dan
H2O suatu bagian lintasan metabolic utama. Glukosa dalam aliran darah
memasuki sel melalui serangkaian reaksi kimia ke piruvat sumber lain
bagi glukosa intrasel berasal dari glikogen, polimer karbohidrat yang
sangat banyak dalam hati dan otot kerangka. Bila ada O2 yang adekuat
maka piruvat memasuki siklus asam sitrat dan dimetabolisme melalui
siklus lintasan enzim pernapasan, dinamakan glikolisis anaerobic.
b) Produksi panas dalam otot : Secara termodinamik tenaga yang diberikan
ke otot harus sama dengan pengeluaran tenaga dalam kerja yang
dilakukan otot. Efisiensi mekanik keseluruhan kerja otot rangka
mengeluarkan tenaga sampai 50%, sementara mengangkat beban selama
berkontraksi isotonik pada hakekatnya 0%. Selama berkontraksi
isometrik, simpanan tenaga dalam ikatan fosfat merupakan faktor kecil
dan panas yang dihasilkan dalam otot dapat diukur secara tepat dengan
termokopel yang cocok.
12

c) Panas istirahat merupakan manifestasi luar proses metabolic basal. Panas


yang dihasilkan dalam kelebihan panas istirahat selama kontraksi
dinamakan panas awal yang membentuk panas aktivasi. Setelah
berkontraksi produksi panas melebihi panas istirahat kontinu selama 30
menit. Selanjutnya akan terjadi pemulihan panas karena panas dilepas
oleh proses metabolisme. Pelepasan panas ketika pemulihan otot pada
keadaan sebelum otot berkontraksi kira-kira sama dengan panas awal
yang dihasilkan selama pemulihan.
d) Pembentukan energi pada kontraksi otot: Bila suatu otot berkontraksi
melawan beban, dikatakan otot ini melakukan kerja. Artinya energi yang
dipindahkan dari otot ke beban eksternal untuk mengangkat suatu objek
ke tempat yang lebih tinggi atau mengimbangi tahanan pada waktu
melakukan gerak, dibutuhkan energi untuk melakukan kerja dalam sel
otot selama berkontraksi. Sebagian besar energi ini dibutuhkan untuk
menjalankan mekanisme untuk memompakan kalsium dari sarkoplasma
ke dalam reticulum sarkoplasmik. Dan setelah kontraksi berakhir,
memompakan ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serat otot
mempertahankan lingkungan yang cocok untuk pembentukan potensial
aksi (Corwin. 2009).

B. Sendi

Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu
ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi
adalah memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian
ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi
berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan (Suratun, 2008).

1. Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:


13

a. Sendi Sinartrosis
Adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali. Contohnya, sutura tulang
tengkorak.
b. Sendi Amfiartrosis
Yaitu sendi yang bergerak terbatas. Contohnya, pelvik., simfisis, dan tibia.
c. Sendi Diartrosis/Sinovial
Sendi yang bergerak bebas. Contohnya, siku, lutut, dan pergelangan tangan.

Sendi sinovial dapat membuat berbagai macam gerakan, yaitu:

a. Abduksi., yaitu menggerakkan tungkai menjauhi bagian tubuh.


b. Adduksi, yaitu menggerakkan tungkai mendekati tubuh.
c. Ekstensi, yaitu meluruskan tungkai pada persendian.
d. Fleksi, yaitu membengkokkan tungkai pada sendi.
e. Dorso-fleksi, yaitu membengkokkan pergelangan agar kaki ke atas.
f. Plantar-fleksi, yaitu meluruskan pergelangan ke arah bawah.
g. Pronasi, yaitu memutar lengan atas sehingga telapak tangan berada di
bawah.
h. Supinasi, yaitu memutar lengan atas sehingga telapak tangan berada di
atas.
i. Eversi, yaitu memutar keluar.
j. Inversi, yaitu memutar ke dalam.
k. Sirlrumduksi, yaitu bergerak dalam lingkaran.
l. Internal rotasi, yaitu bergerak ke dalam pada sumbu pusat.
m. Eksternal rotasi, yaitu bergerak ke luar pada sumbu pusat (Suratun, 2008).

2. Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas:

a. Fibrosa.
Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya,
sutura pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.
b. Karlilago,
Sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin,
disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi
menjadi:
14

1) Sinkondrosis, yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi


oleh tulang rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.
2) Simfisis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan
fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti
permukaan sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang
punggung.
c. Sendi sinovial
Yaitu sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis
sendi yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang
merupakan membran yang menyekresi cairan sinovial untuk lumbrikasi dan
absorpsi syok. Sendi sinovial rnempunyai strukrur anatomi, yaitu:
1) Ball and socket joint (bahu dan pinggul) membuat pergerakan ke
segala arah.
2) Hinge joints (siku) membuat pergerakan fleksi dan ekstensi.
3) Lutut seringkali diklasifikasikan sebagai hinge joints, tetapi berputar
sebaik fleksi dan ekstensi.
4) Pergerakan yang luwes dan lembut di pergelangan tangan dikenal
sebagai biaxialjoints.
5) Pivot joint hanya berotasi di daerah radio-ulnar (Suratun, 2008).

C. Skeletal
1. Anatomi Skletal
Skeletal, atau disebut juga sebagai sistem rangka, yang tersusun atas tulang-
tulang. Tubuh manusia memiliki sekitar 206 tulang yang membentuk rangka.
Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup (matriks).
Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang). Osteoblas membuat dan
mensekresi protein kolagen dan garam mineral. Jika pembentukan tulang baru
dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas
akan berubah menjadi osteosit (sel tulang dewasa). Sel tulang yang telah mati akan
dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang). Jaringan tulang terdiri atas jaringan
kompak (sistem harvesian: matrik dan lacuna, lamella intersisialis) dan jaringan
15

Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan pembuluh darah)


(Suratun, dkk. 2009).
a. Struktur Tulang
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus
(trabekular atau spongiosa). Tulang kompakta secara makroskopis terlihat
padat. Akan tetapi, jika diperiksa dengan mikroskop terdiri dari sistem Havers.
Sistem Havers terdiri dari kanal Havers. sebuah kanal Havers mengandung
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe, lamela (lempengan tulang yang
mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang di antara lamela yang mengandung
sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe), dan kanalikuli (saluran kecil yang
menghubungkan lakuna dan kanal sentral). Saluran ini mengandung pembuluh
limfe yang membawa nutrien dan oksigen ke osteosit.
Tulang kanselus juga keras seperti tulang kompakta, tetapi secara
makroskopis terlihat berlubang-lubang (spons). Jika dilihat dengan mikroskop
kanal Havers, tulang kanselus. terlihat lebih besar dan mengandung lebih
sedikit lamela sel-sel penyusun tulang terdiri dari:
1) Osteoblas
Berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi sejumlah besar
fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan
fosfat ke dalam matriks tulang.
2) Osteosit
Adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini mengliasilkan enzim proteolitik yang
memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah (Suratun, 2008).

b. Klasifikasi Tulang Berdasarkan Penyusunnya


1) Tulang Kompak: Padat, halus dan homogen. Pada bagian tengah terdapat
medullary cavity yang mengandung ’yellow bone marrow”. Tersusun atas
16

unit : Osteon: Haversian System. Pada pusat osteon mengandung saluran


(Haversian Kanal) tempat pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh
lapisan konsentrik (lamellae). Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh
membran tipis yang disebut periosteur, membran ini mengandung: Bagian
luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang serta
Osteoblas
2) Tulang Spongiosa: Tersusun atas ”honeycomb network’ yang disebut
trabekula. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung
pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang. Contoh, tulang pelvis,
rusuk, tulang belakang, tengkorak dan pada ujung tulang lengan dan paha
(Risnanto, 2014).

c. Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya


1) Tulang Panjang
Tulang panjang bentuknya silindris dan berukuran panjang seperti
batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan kedua ujungnya
berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang kanselus. Tulang diafisis
memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yang mengelilingi sebuah
rongga tengah yang disebut kanal medula yang mengandung sumsum
kuning. Sumsum kuning terdiri atas lemak dan pembuluh darah, tetapi
suplai darah atau eritrositnya tidak begitu banyak. Tulang epifisis terdiri
dari tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah yang isinya
sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang
kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang
disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang
menembus tulang.
Ada tiga kelompok pembuluh darah yang menyuplai tulang panjang,
terdiri dari:
a) Sejumlah arteri kecil menembus tulang kompakta untuk menyuplai
kanal dan sistem Harvers.
17

b) Banyak arteri lebih besar menembus tulang kompakta untuk


menyuplai tulang spongiosa dan sumsum merah.
c) Satu atau dua arteri besar menyuplai kanal medula. Arteri ini dikenal
sebagai arteri nutrien yang kemudian masuk melalui lubang besar
pada tulang yang disebut foramen nutrien.
Periosteum memberi nutrisi tulang di bawahnya melalui pembuluh-
pembuluh darah. Jika periosteum robek, tulang di bawahnya akan mati.
Periosteum berperan untuk pertambahan ketebalan tulang melalui kerja
osteoblas. Periosteum berfungsi protektif dan merupakan tempat
perlekatan tendon. Periosteum tidak ditemukan pada permukaan sendi.
Di sini, periosteum digantikan oleh tulang rawan hialin (tulang rawan
sendi) contoh tulang panjang yaitu humerus, femur, radius, dan ulna.
2) Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya hampir sama dengan tulang panjang,
tetapi bagian distal lebih kecil daripada bagian proksimal, serta
berukuran pendek dan kecil, contoh tulang pendek yaitu tulang
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
3) Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan
melindungi organ vital dan lunak di bawahnya, Tulang pipih terdiri atas
dua lapisan tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat lapisan
spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periosteum yang dilewati oleh
dua kelompok pembuluh darah menembus tulang untuk menyuplai
tulang kompakta dan tulang spongiosa, contoh tulang pipih yaitu tulang
tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum.
4) Tulang Tidak Beraturan
Tulang yang tidak beraturan mempunyai bentuk yang unik sesuai
fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang
dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi
periosteum, kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang pipih.
Periosteum ini memberi dua kelompok pembuluh darah untuk menyuplai
18

tulang kompakta dan spongiosa, contoh adalah vertebra, tulang muka,


dan pelvis.
5) Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersarna tendon
dan jaringan fasia, misalnya patella (kap lutut) (Risnanto, 2014).

d. Secara Umum Rangka Manusia Dibagi Menjadi Tiga


1. Rangka Aksial
Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh
dan melindungi organ-organ kepala, leher dan thorax. Menurut Pearce
(2009), rangka aksial di bagi secara garis besar menjadi:
a) Tengkorak
Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka
kepala. Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun
kepala dan empat belas tulang yang menyusun bagian wajah. Tulang
tengkorak bagian kepala merupakan bingkai pelindung dari otak. Jenis-
jenis tulang tengkorak adalah:
1) Kranium
Kranium adalah tulang yang membungkus otak, terdiri dari
i. Tulang frontal
Membentuk dahi, langit-langit dan orbita
ii. Tulang temporal
Merupakan dasar dari cranium, terdiri dari
- Bagian squamosal
Terdiri dari tulang pipih yang membentuk pelipis serta tulang
zigomatikum membentuk arkus zigomatikum
- Bagian petrous
Teletak didasar tengkorak bagian dalam sehingga tidak Nampak
dari luar. Membentuk struktur telinga tengah dan dalam.
- Bagian mastoid
Tonjolan membulat tulang yang berada di belakang telinga.
- Bagian timpani
Merupakan saluran telinga dan memiliki prosesus stiloid.
iii. Tulang Occipital.
19

Tulang yang berada di daerah belakang dari tengkorak disebut


occipital. Terdiri dari foramen magnum (lubang oval penghubung
rongga cranial dan rongga spinal), protuberans oksipital eksternal
dan kondilus oksipital (tulang oksipital yang beratikulasi dengan
tulang vertebra pertama).
iv. Tulang Parietal membentuk sisi dan langit-langit cranium.
v. Tulang Ethmoid adalah tulang struktur penyangga terpenting dari
hidung. Tulang ethmoid merupakan tulang yang berada di belakang
tulang nasal dan lakrimal. Beberapa bagian dari tulang ethmoid
adalah crista galli (proyeksi superior untuk perlekatan meninges),
cribriform plate (dasar crista galli, dengan foramen olfaktori yang
melewatkan nervus olfaktori), perpendicular plate (bagian dari
nasal septum) dan konka. Selain itu terdapat juga sinus ethmoid,
yang membuka ke rongga hidung.
vi. Tulang sphenoid berbentuk seperti kelewar dengan sayap terdiri
dari badan sphenoid, sayap besar dan sayap kecil, dan prosesus
pterigoid. Tulang sphenoid merupakan tulang yang membentang
dari sisi fronto-parieto-temporal yang satu ke sisi yang lain. Secara
umum tulang sphenoid dibagi menjadi greater wing dan lesser
wing, di mana greater wing berada lebih lateral dibanding lesser
wing. Kanalis optikus dibentuk oleh tulang ini (lesser wing). Selain
itu terdapat juga sella turcica (yang melindungi kelenjar hipofisis)
dan sinus sphenoid (suatu sinus yang membuka ke rongga hidung).
vii. Osikel auditori terdiri dari tulang pendengaran, yaitu malus, inkus
dan stappes
viii. Tulang wormian adalah tulang kecil berbagai bentuk didalam
sutura.

Sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi


mati yang disebut sutura.
20

2) Tulang Wajah
i. Tulang nasal
Tulang nasal merupakan tulang yang membentuk jembatan pada
hidung dan berbatasan dengan tulang maksila.
ii. Tulang palatum
Tulang palatin merupakan tulang yang membentuk bagian posterior
palatum.
iii. Tulang zigomatikum
Tulang zigomatikum merupakan tulang pipi, yang berartikulasi
dengan tulang frontal, temporal dan maksila.

iv. Tulang maksila


Tulang maksila merupakan tulang rahang atas. Maksila meliputi
antara lain prosesus palatin yang membentuk bagian anterior
palatum dan prosesus alveolar yang memegang gigi bagian atas.
v. Tulang lakrimal
Tulang lakrimal merupakan tulang yang berbatasan dengan tulang
ethmoid dan tulang maksila, berhubungan duktus nasolakrimal
sebagai saluran air mata.
vi. Tulang vomer
Tulang vomer merupakan bagian bawah nasal septum (sekat
hidung).
vii. Konka nasal inferior
viii. Mandibula
Mandibula merupakan tulang rahang bawah, yang berartikulasi
dengan tulang temporal melalui prosesus kondilar.
3) Tulang hyoid
Merupakan tulang yang tidak beratikulasi dengan tulang lain dan
hanya di topang oleh ligament prosesus stiloideus temporal dan
berbentuk seperti tapal kuda.
4) Sinus paranasal
Terdiri dari sinus frontal, etmidal, ssfenoidal dan maxilar yang berupa
ruang-rung udara dalam tulang tengkorak (Pearce,2009).
b) Kolumna vertebra
21

Kolumna vertebra terbentuk dari tulang-tulang individual yang


disebut sebagai vertebra. Terdapat sekitar 26 vertebra, meliputi 7
vertebra servikal, 12 vertebra torakal, 5 vertebra lumbar, 1 vertebra
sakral (yang terdiri atas 5 vertebra individual) dan 1 vertebra koksigeal
(yang terdiri atas 4-5 koksigeal kecil).
Secara umum, bentuk vertebra terdiri atas korpus vertebra,
lengkung vertebra, foramen vertebra, prosesus transversus, prosesus
spinosa, prosesus artikular inferior, prosesus artikular posterior,
pedikulus dan lamina. Terdapat sedikit perbedaan antara vertebra segmen
servikal, torakal, dan lumbal (Pearce,2009).

Pada vertebra segmen servikal, korpus berukuran relatif lebih kecil


dibandingkan segmen torakal dan lumbar. Pada prosesus transversus
terdapat foramen (lubang) transversus, yang fungsinya untuk
melewatkan arteri vertebralis. Artikulasi antara satu vertebra servikal
dengan vertebra servikal lainnya (melalui sendi apophyseal) membentuk
sudut sekitar 45 derajat. Khusus untuk segmen C1 (atlas), terdapat facies
artikulasi untuk dens axis (C2) serta facies artikulasi yang agak besar
untuk perlekatan dengan oksipital. Sedangkan pada segmen C2 (axis),
terdapat dens axis yang akan berartikulasi dengan atlas (C1).
Pada vertebra segmen torakal, korpus berukuran relatif lebih besar
dibandingkan segmen servikal namun lebih kecil dibandingkan dengan
segmen lumbar. Tidak ada foramen transversus. Khas pada vertebra
segmen torakal adalah adanya facies untuk artikulasi dengan tulang iga
22

(kostal). Facies ini ada yang terletak di prosesus transversus dan ada
yang terletak di prosesus spinosa.
Pada vertebra segmen lumbar, korpus berukuran relatif lebih besar
dibandingkan dengan korpus pada segmen servikal dan torakal. Adanya
prosesus asesorius pada prosesus transversus dan prosesus mamilaris
pada prosesus artikulasi superior menjadi ciri khas pada segmen lumbar.
Pada vertebra segmen sakral, bentuknya khas seperti sayap yang
melebar dengan penonjolan ke depan pada artikulasi lumbo-sakral yang
disebut sebagai promontory. Vertebra segmen sakral terdiri atas 5
vertebra individual, yang dihubungkan satu sama lain melalui celah
transversus dan memiliki 8 foramen sakral. Di bagian posterior terdapat
celah yang disebut hiatus sakralis. Pada vertebra segmen koksigeal,
terdiri atas 4-5 segmen koksigeal individual yang terhubung dengan
vertebra segmen sakralis.
Dilihat secara lateral, kolumna vertebra yang tersusun mulai dari
servikal hingga koksigeal membentuk lengkung yang khas, yaitu lordosis
servikal, kyphosis torakal, lordosis lumbar dan kyphosis sakral. Lordosis
servikal terbentuk ketika seorang bayi mulai belajar menegakkan
kepalanya (usia 3 bulan), sedangkan lordosis lumbar terbentuk ketika
seorang anak mulai belajar berdiri (Pearce,2009).
c) Kerangka thorax
Kerangka thorax termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada,
pada sisi kiri dan kanan terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama
dengan rusuk, tulang dada memberikan perlindungan pada jantung, paru-
paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan
23

Secara garis besar dibagi menjadi:


a) Tulang sternum yang terdiri dari:
i. Tulang hulu/manubrium yaitu tulang yang terletak di bagian atas
dari tulang dada, tempat melekatknya tulang rusuk yang pertama
dan kedua.
ii. Tulang badan/gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat
melekatnya tulang rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang
rusuk ke delapan sampai sepuluh.
iii. Tulang xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada.
Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
b) Sternum yang terdiri dari:
i. Costa Vera (rusuk sejati 1-7)
ii. Costa spuriae (rusuk 8-10)
iii. Costa fluctuates (rusuk melayang 11 dan 12) (Pearce,2009).

2. Rangka Apendikular
a) Girdle pectoral
1) Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior, dan
berartikulasi dengan klavikula melalui akromion. Selain itu, skapula
juga berhubungan dengan humerus melalui fossa glenoid.terdiri dari 3
24

bagian, yaitu: Spina(yang mendekati bahu), procesus akromion


(berartikulasi dengan klavikula dan menggantung pada bahu), fosa
glenoid ( bahan yang mempertahankan letak)
2) Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula melalui
akromion, dan di ujungnya yang lain berartikulasi dengan manubrium
sternum.
b) Girdle pelvis
Tulang pelvis terdiri atas dua buah tulang pelvis. Pada anak anak tulang
pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian atas),
tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang pubis (bagian tengah). Dibagian
belakang dari gelang panggul terdapat tulang sakrum yang merupakan
bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan terdapat
simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua
tulang pubis. Fungsi tulang pelvis terutama untuk mendukung berat badan
bersama-sama dengan ruas tulang belakang.melindungi dan mendukung
organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan
sebagai tempat tumbuh kembangnya janin (Pearce,2009).
c) Tulang lengan
1) Humerus
Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang
berhubungan dengan skapula melalui fossa glenoid. Di bagian
proksimal, humerus memiliki beberapa bagian antara lain leher
anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel minor dan sulkus
intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki beberapa bagian
antara lain condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear,
epicondyle medial dan fossa olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna
akan berartikulasi dengan humerus di fossa olecranon, membentuk
sendi engsel. Pada tulang humerus ini
juga terdapat beberapa tonjolan, antara lain tonjolan untuk otot
deltoid.
2) Radius
25

Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral


pada posisi anatomis. Di daeraha proksimal, radius berartikulasi
dengan ulna, sehingga memungkinkan terjadinya gerak pronasi-
supinasi. Sedangkan di daerah distal, terdapat prosesus styloid dan
area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain tulang scaphoid
dan tulang lunate.
26

3) Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial
pada posisi anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan
humerus melalui fossa olecranon (di bagian posterior) dan melalui
prosesus coronoid (dengan trochlea pada humerus). Artikulasi ini
27

berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya gerak fleksi-


ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral.
Artikulasi ini berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak
pronasi-supinasi. Di daerah distal, ulna kembali berartikulasi dengan
radial, juga terdapat suatu prosesus yang disebut sebagai prosesus
styloid.
4) Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan
ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang
metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser.
Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum,
piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
5) Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan
dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-
tulang karpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan
metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari,
sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal
memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang
telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu.
Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk)
terdapat tulang sesamoid
6) Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs
di setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-
masing jari lainnya (phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel
yang terbentuk antara tulang phalangs membuat gerakan tangan
menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu
(Pearce,2009).
d) Tulang tungkai
1) Femur
28

Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang


panggul sampai ke lutut, di bagian proksimal berartikulasi dengan
pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles.
Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor
dan trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di
bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial
untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di
bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar (Pearce,2009).

2) Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle
29

medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi


dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan
kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk
perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi
dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
3) Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi
dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus
lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
4) Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula
dan tibia
30

di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal,


yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3).
Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah berdiri (Pearce,2009).
5) Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang
metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
6) Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs
di ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak
ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak
sefleksibel ibu jari tangan (Pearce,2009).
e. Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan
hormon yang meliputi:

1) Kalsium dan Fosfor.


31

Jumlah kalsium (Ca) dalam tulang 99% dan fosfor 90%. Konsentrasi
kalsium dan fosfor mempunyai ikatan yang erat. Jika kadar Ca meningkat,
jumlah fosfor berubah. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan
oleh kalsitonin dan hormone paratiroid (PTH).
2) Kalsitonin
Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca serum. Jika
jurnlah kalsitonin meningkat di atas normal, kalsitonin menghambat
absorpsi kalsium dan fosfor dalam tulang serta meningkatkan ekskresi
kalsium dan fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor.
3) Vitamin D
Terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan, dan mentega. Tubuh
manusia juga dapat menghasilkan vitamin D. Sinar ultraviolet dari sinar
matahari dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi vitamin D. Vitamin
D diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan
digunakan tubuh. Defisiensi vitamin D mengakibatkan defisit mineralisasi,
deformitas, patah tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia
pada orang dewasa.
4) Hormon Paratiroid (PTH).
Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH meningkat dan menstimulasi
tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan
kalsium ke darah. Jika kadar Ca meningkatkan sekresi PTH diminimalkan,
hormon tersebut mengurangi ekskresi Ca di ginjal dan memfasilitasi
absorpsinya dari usus halus. Hal ini untuk mempertahankan suplai Ca di
tulang. Respons ini merupakan contoh umpan-balik sistem loop yang
terjadi dalam sistem endokrin.
5) Horman Pertumbuhan
Horman pertumbuhan yang bertanggung jawab meningkatkan panjang
tulang dan menentukan jurnlah matriks tulang dibentuk sebelum masa
pubertas. Sekresi yang meningkat selama masa kanak-kanak menghasilkan
gigantisme dan menurunnya sekresi menghasilkan dwarfisme. Pada orang
32

dewasa, peningkatan tersebut menyebabkan akromegali yang ditandai oleh


kelainan bentuk tulang dan jaringan lernak.
6) Glukokortikoid
Hormon glokukortikoid mengatur metabolisme protein. Pada saat
dibutuhkan, hormon dapat meningkatkan atau menurunkan katabolisme
untuk mengurangi atau mengintensifkan matriks organik di tulang dan
membantu dalam pengaturan kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.
7) Horman seksual
a) Estrogen menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung
menghambat peran hormon paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat
menopause sehingga penurunan kadar kalsium pada tulang dalam waktu
lama menyebabkan osteoporosis.
b) Androgen, seperti testosteron, meningkatkan anabolisme dan massa
tulang (Suratun, 2008).

2. Fisiologi Sistem Skletal


a. Fungsi Sistem Skeletal
1. Memberi struktur dan bentuk tubuh
2. Mendukung jaringan sekitarnya (otot dan tendon)
3. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru, dan jaringan lunak)
4. Membantu pergerakan melalui pergerakan otot dan pembentukan sendi
5. Membentuk sel-sel darah merah dalam sumsum tulang merah
6. Sebagai tempat penyimpanan garam mineral, seperti kalsium dan fosfor
(Suratun, 2008).

D. Struktur Lain Dalam Sistem Muskuloskeletal


1. Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir
dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang. Beberapa tipe ligament yaitu
Ligamen Tipis dan ligament jaringan elastik kuning. Ligamen tipis adalah ligamen
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan, ligament ini sebagai pembungkus tulang dan kartilago. Ligamen
jaringan elastik kuning merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang
33

membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang
lengan atas.
2. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus
ini dibatasi oleh membran sinovial yang memberi lumbrikasi untuk memudahkan
pergerakan tendon.
3. Fasia
Fascia merupakan pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot saraf, dan pembuluh darah. Beberapa serabut otot bergabung
membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium.
Beberapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa
perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia)
4. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan di
atas bagian yang bergerak. (mis, antara kulit dan tulang, antara tendon dan
tulang/otot). Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak
(missal bursae olekranon yang terletak di antara presesus dan kulit (Suratun,
2008).

E. Kelainan Sistem Muskuloskletal

F. Masalah Keperawatan Yang Sering Muncul

Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada pasien gangguan sistem


musculoskeletal menurut Suratun (2008), antara lain:

1. Nyeri yang berhubungan dengan gang guan muskuloskeletaL


2. Perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan respons fisiologis
cedera dan pembengkakan.
3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
4. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan integritas tubuh.
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan perawatannya
34

Sedanghkan menurut Risnanto (2014), masalah keperawatan yang umum terjadi pada
gangguan sistem muskuloskeletal adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan mobilitas fisik


2. Nyeri
3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
4. Resiko terhadap disfungsi neurovaskuler perifer
5. Gangguan perfusi jaringan perifer
6. Kurang perawatan diri
7. Resiko terhadap cedera
8. Intoleransi aktivitas
9. Keletihan
10. Ansietas/cemas
11. Perubahan penampilan peran
12. Gangguan harga diri dan atau citra diri
13. Koping individu tidak efektif, ketidakberdayaan
14. Perubahan proses keluarga
35

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem musculoskeletal terdiri dari sitem muskulo (otot) dan siatem skelet
(tulang).
2. Secara anatomi dan fisiologis otot dibagi menjadi tiga, yaitu otot halus, otot
lurik dan otot jantung.
3. Pergerakan otot di dasari aktivitas aktin dan myosin.
4. Sistem skeletal dibagi atas:
a. Penyusun tulang; spongiosa dan tulang kompak.
b. Bentuk tulang:
1) Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna
2) Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
3) Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
4) Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis
c. Letak
i. Aksial : sebagai sumbu tubuh terdiri dari atas tulang-tulang penyusun
tengkorak, penyusun dada dan vertebra.
ii. Apendikular terdiri dari tulang scapula dan ekstremitas atas serta tulag
pubis dan ekstremitas bawah.
j. Persedian adalah hubungan antar tulang terdiri dari persendian sinartrosis,
amphiatrosis, dan diartrosis.

B. Saran
Perlunya lebih banyak membaca dan sumber yang banyak dapat mengasah dalam
mengingat dan memahami materi anatomi fidiologi muskuloskeletal.

37
36

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth, J. 2009. Patologi Buku Saku. Jakarta: EGC


Ganong, William F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung.
Yrama Widya.
Lesmana Ronny, Hanna Goenawan, dan Rizky Abdulah. 2017. Fisiologi Dasar untuk
Mahasiswa Farmasi, Keperawatan, dan Kebidanan.Yogyakarta: CV.Budi Utama
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia:
Jakarta
Risnanto dan Uswatun Isnani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskletal. Yogyakarta: Deeppublisher.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Suratun, dkk. 2008. Klien gangguan Sistem Muskulo Skeletal Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai