Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KOLOSTOMI

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Desti Candraning Indah (P27820117001)


Mega Ovalia Putri (P27820117002)
Linda Dwi Safitri (P27820117012)
Amar’atus Laura (P27820117037)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KAMPUS SOETOMO SURABAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulisan makalah ini, mendapat banyak bantuan dan dukungan dari


berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingannya.
2. Kedua orang tua yang memberikan dukungan moral maupun
material.
3. Orang-orang disekitar yang juga telah memberikan dukungan.

Penulisan Makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun , penulis harapkan demi kesempurnaan
Makalah . Semoga Makalah ilmiah bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 7 September 2018

Penulis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kolostomi


Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam
kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feces (Pearce,2009
dalam Nainggolan & Asrizal, 2013). Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah, stoma dapat berfungsi sebagai diversi
sementara atau permanen (Smeltzer,Bare, 2001)

2.2 Jenis-jenis Kolostomi


2.2.1 Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien
sudah tidak memungkinkan untukdefekasi secara normal karena
adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid
atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.
Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan
satu ujung lubang).
2.2.2 Kolostomi tempore/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau
untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan
dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutu kembali. Kolotomi
temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang disebut kolostomi
double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa
mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post
kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma
tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan
tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi
sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan
dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses
yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu
memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti
balutan jika balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan
feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan
kulit pasien disekitarstoma tetap kering, hal ini penting untuk
menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan
pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink
salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap
perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin
perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit
pasien tidak teriritasi.

2.3 Indikasi Kolostomi


a. Penyakit usus ganas seperti carsinoma pada usus
b. Kondisi infeksi tertentu pada colon
c. Trauma kolon dan sigmoid
d. Diversi pada anus malformasi
e. Diversi pada penyakit Hirschprung
f. Diversi untuk kelainan pada rekto sigmoid anal kanal.

2.4 Lokasi Kolostomi


Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kolostomi temporer dibuat dengan
tujuan untuk dekompresi kolon sedangkan kolostomi permanen dibuat
melalui anus untuk pasien yang tidak mampu untuk defekasi yang biasanya
disebabkan karena adanya keganasan, perlengketan atau pengangkatan kolon
sigmoid dan rectum.

2.5 Jenis-jenis Lubang Kolostomi


Franz dan Wright (2004) menyebutkan ada tiga macam kolostomi, sebgai
berikut:
2.5.1 Kolostomi Ujung
Fungsi ujung usus (potongan usus yang tersisa disambungkan ke
saluran gastrointestinal atas) dipindahkan ke permukaan abdomen dan
membentuk stoma (saluran terbuka atas) dipindahkan ke permukaan
abdomen dan membentk stoma (saluran terbuka buatan) dengan
mengikatkan usus ke ujung kulit. Permukaan stoma tampak
berwarnamerah muda dan lembab. Bagian distal usus (tandinya hanya
tersambung ke rektum) kemungkinan diangkat atau salurannya ditutup
dan telah didalam abdomen. Kolostomi ujung biasanya adalah ostomi
permanen disebabkan karena trauma, kanker, atau kondisi patologis
lainnya. Kolostomi ujung biasanya mengeluarkan fese padatsecara
intermiten, hal ini dapat menyebabkan dermatitis kontak pada kulit
disekitarnya (Irving& Hulme, 1996).
2.5.2 Kolostomi dengan saluran ganda (double-barrel clostomy)
Kolostomi jenis ini terbentuk dengan dua stoma yang terpisah pada
dinding abdomen. Stoma proksimal (terdekat) berfungsi sebagai ujung
yang tersambung ke saluran gastrointestinal atas dan akan menyalurkan
feses; stoma distal tersambung ke rektum dan disebut fistula mukosa,
berfungsi menyalurkan sejumlah material mukosa. Kolostomi jenis ini
paling sering, merupakan kolostomi temporer yang dilakukan untuk
mengistirahatkan area usus dan kemudian akan ditutup kembali.
2.5.3 Kolostomi lengkung (loop colostomy)
Pembedahan jenis ini memindahkan lengkunagn usus ke bagian dinding
abdomen yang telah diinsisi. Lengkungan ditempatkan diluar abdomen
dengan menempatkan plastik bertangkai pada bagian bawahnya.
Dilakukan insisi pada usus untuk mengeluarkan feses melaluikolostomi
lengkung. Tangkai penyanggahan diangkat sekitar tujuh sampai sepuluh
hari setelah pembedahan, hal tersebut akan mencegah lengkungan usus
tertarik ke dalam abdomen. Kolostomi lengkung sering dilakukan untuk
membuat stoma temporer, berguna untuk memindahkan feses dari usus
yang telah terblok atau ruptur.

2.6 Komplikasi Kolostomi


2.6.1 Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau
adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk
menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi
kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen
tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya
sendiri di kamar mandi.
2.6.2 Infeksi
Infeksi pada luka stoma sering terjadi karena kontaminasi feses.
Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus dan mengganti
balutan luka secara teratur sangat diperlukan untuk mencegah
infeksi.
2.6.3 Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang
terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk
disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
2.6.4 Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi
struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat
pembedahan. Biasanya akibat obesitas.
2.6.5 Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
2.6.6 Perdarahan stoma
2.6.7 Perforasi
Akibat ketidaktepatan irigasi stoma

2.6.8 Impaksi fekal dan iritasi kulit kebocoran dari sisi anastomotic
Dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah.
Kebocoran dari anastomotic usus menyebabkan distensi abdomen
dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock

2.7 Perawatan Kolostomi


Menurut Brunner dan Suddarth (2000, dalam Fadhila, 2011), ada beberapa
yang harus diperhatikan dalam perawatan kolostomi, yaitu:
2.7.1 Perawatan Kulit
Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering
mencuci area tersebut dengan sabun ringan, memberikan barrier
kulit protektif di sekitar stoma dan mengamankannya dengan
meletakkan kantung drainase. Kulit dibersihkan dengan perlahan
menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut.
2.7.2 Memasang Kantung Drainase
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat.
Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit
dibersihkan sesuai prosedur. Barier kulit peristoma dipasang.
Kantung kemudian diapasangdengan cara membuka kertas perekat
dan menekannya diatas stoma selama 30 detik. Iritasi ringan kulit
memerlukan tebaran bedak Karaya pada kulit atau bedak
stomahesive sebelum kantung dilekatkan.
2.7.3 Menangani Kantung Drainase
Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi dan
diganti dengan balutan yang lebih sederhana. Paien dapat memilih
berbagai bentuk kantung, tergantung pada kebutuhan individu.
Kebanyakan kantung sekali pakai dan tahan bau. Untuk
selanjutnya kantung kolostomi biasanya tidak diperlukan. Segera
setelah pasien belajar evakuasi rutin kantung dapat disimpan dan
kantung kolostomi tertutup. Tidak ada isi usus yang akan keluar
dari lubang kolostomi di antara irigasi karenanya kantung
kolostomi tidak diperlukan.
2.7.4 Mengangkat Alat Drainase
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai
seperempat bagian sehingga isinya tidak menyebabkan kantung
lepas dari diskus perekatnya dan isinya keluar.
2.7.5 Mengirigasi Kolostomi
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon
dari gas, mucus, dan feces. Sehingga pasien dapat menjalankan
aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase fekal.
Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat
sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.

2.8 Merawat Kolostomi


2.8.1 Pengertian
Membersihkan kolostomi dan mengganti kantong kolostomi secara
berkala
2.8.2 Tujuan
1. Menjaga kebersihan pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi dan iritasi
3. Memberikan rasa nyaman
2.8.3 Prosedur
1. Persiapan Alat
 Colostomy bag atau cincin tumit
 Bantalan kapas
 Kain berlubang (duk lubang) dan kain segi empat
 Kapas sublimat
 Kapas kering atau tissue
 Sarung tangan
 Kantong untuk balutan kotor
 Baju ruangan
 Zink zalp
 Gunting
 Plester
 Bengkok
 2 buah kantung plastic
 k/p obat desinfektan
 set ganti baju
2. Persiapan Pasien
 Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
 Menyiapkan lingkungan
 Mengatur posisi tidur pasien
3. Langkah-langkah
 Mencuci tangan
 Memakai sarung tangan
 Mendekatkan bengkok ke tubuh pasien
 Membersihkan daerah sekitar pemasangan kantung
colostomy dengan kapas alcohol
 Membuka kantong kolostomy yang sudah berisi kotoran
dengan hati-hati
 Membersihkan daerah kolostomi dan sekitarnya dengan
tissue
 Pasang kain berlubang
 Membersihkan daerah kolostomi lagi dengan kapas
sublimat
 Beri zink zalp
 Pasang kolostomi bag yang baru
 Bersihkan daerah sekitar kolostomi bag
 Ambil kain berlubang
 Lepas sarung tangan
 Ganti baju pasien
 Rapikan alat-alat
 Perawat mencuci tangan
 Dokumentasikan tindakan
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Perhatikan teknik kenyamanan pasien
2.9 Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Anggota keluarga harus diberitahu tentang prosedur dan perawatan stoma.
Penyesuaian oleh keluarga sangatdiperlukan agar merekaterbiasa dengan ini
pada saat pulang ke rumah. Mereka pelu didorong untuk mengungkapkan
masalah mereka. Mereka juga perlu untuk memahamipentingnya membuat
penyesuaian untukmemungkinkan pasien menghadapi perubahan citra tubuh
dan melakukan perawatan yang tepat terhadap kolostominya.
Sebelum kepulangan pasien dari rumah sakit, perawatan dan irirgasi stoma
secara rutin ditinjau ulang bersama dengan pasien dan keluarga. Literatur
tambahan akan membantu karena hal ini akan menjawab pertanyaa pasien
bila sampai di rumah. Sesorang dalam keluarga harus memegang tanggung
jawab untuk membeli peralatan dan bahan yang akan diperlukan di rumah.
Karena singkatnya masa perawatan, pasien mungkin belum sepenuhnya
terlatih dalah teknik perawatan stoma sebelum pulang. Kebanyakan pasien
belajar dari agensi perawat di rumah sakit atau pelayan lokal perawat
enterostoma yang dirujuk oleh rumah sakit. Perwat kunjungan rumah akan
datang ke rumah untuk memberikan perawatan lanjutdan penyuluhan serta
mengkaji seberapa baik pasien dan keluarga menyesuaikan diri dengan
kolostomi.
DAFTAR PUSTAKA

Ghofar,Abdul.2012, Pedoman Lengkap Keterampilan Perawatan Klinik,


Yogyakarta; Mitra buku
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare.2002. Keperawatan Medika Bedah,
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Rosyidi kholid dan Nila Dewi Wulansari.2013. Buku Saku Prosedur Praktik
Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : CV Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai