08e00411 PDF
08e00411 PDF
TESIS
Oleh
DWI LESTARI P.
057014003/FM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
UJI TOLERANSI LAMBUNG TERHADAP FERO SULFAT YANG
DIBERIKAN DALAM CANGKANG KAPSUL ALGINAT PADA PENDERITA
ANEMIA DEFISIENSI BESI
TESIS
Oleh
DWI LESTARI P.
057014003/FM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Judul Tesis : UJI TOLERANSI LAMBUNG TERHADAP FERO SULFAT
YANG DIBERIKAN DALAM CANGKANG KAPSUL
ALGINAT PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI
BESI
Nama Mahasiswa : Dwi Lestari P.
Nomor Pokok : 057014003
Program Studi : Ilmu Farmasi
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH) (Dr. Edy Suwarso, SU, Apt)
Anggota Anggota
(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Telah diuji pada
Tanggal 22 April 2008
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
ABSTRAK
Kata kunci : FeSO4, kapsul alginat, toleransi, efek samping saluran cerna, anemia
defisiensi besi, hemoglobin, feritin
i
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
ABSTRACT
The use of conventional oral iron preparations FeSO4, generally may cause
gastrointestinal side-effects such as epigastric discomfort, nausea, vomiting,
abdominal pain or cramp, constipation, heartburn and sometimes also diarrhoea. This
study was done to evaluate the tolerance of stomach to the FeSO4 that given in
alginate capsule by the patients of iron deficiency anemia with normal stomach
(based on endoscopic investigation). FeSO4 was given once a day with a dose 300 mg
(~60 mg Fe) for 4 weeks. This work was done by randomized and double-blind study;
and the control of the study was FeSO4 that given in gelatin capsule. This study was
done to 26 patients with iron deficiency anemia that was randomized to receive a
daily dose of 300 mg FeSO4 in gelatin capsule (13 women, control group) and
alginate capsule (13 women, tested group). The capsule was taken one hour before
breakfast for 4 weeks everyday. The baseline characteristics of subjects (age,
hemoglobin, and serum ferritin concentration) were not different significantly
between control and tested groups. The side-effects assessed were nausea, heartburn,
fully stomach, vomiting, constipation, diarrhoea, and abdominal pain. Subjects were
interviewed at the 7th, 14 th, 21th, and 28th days after the patiens filled the daily card of
side effects to obtain the clarification of side-effects and to assess degree of
compliance. As a secondary data, at the end of study, the hemoglobin and serum
ferritin concentrations were determined. This clinical study shown that of those seven
side-effects assessed, nausea occured significantly more frequent in the subjects that
taken FeSO4 in gelatin capsule; it was different significantly to those subjects that
taken FeSO4 in the alginate capsule, base on χ2 (chi-square) test. The compliance
(ratio between observed and recommended capsules intake) was higher in the subjects
taken FeSO4 in alginate capsules (94,5%) compare to the subjects taken FeSO4 in the
gelatin capsules (83,79%). The increase of hemoglobin concentration in the patiens
taken FeSO4 in gelatin and that taken FeSO4 in alginate capsules were 0,46 ± 0,57
g/dL and 0,51 ± 0,46 g/dL, respectively. The increase of serum ferritin concentration
in the patients taken FeSO4 in gelatin and that taken FeSO4 in alginate capsules were
29,28 ± 18,9 μg/L and 16,68 ± 12,95 μg/L, respectively. These two hematologic
parameters were not significantly different between two groups, base on independent
t-test. In conclusion, FeSO4 in dose 300 mg given in alginate capsule could be
tolerated by the patiens of iron deficiency anemia with normal gaster, give higher
compliance, and also give the equivalent therapeutic effect as FeSO4 given in gelatin
capsule.
ii
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Uji Toleransi
Lambung Terhadap Fero Sulfat Yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat
dalam cangkang kapsul alginat dapat ditoleransi oleh penderita anemia defisiensi besi
dengan lambung normal. Dengan penelitian ini diharapkan bahwa hasil penelitian ini
dapat menjadi acuan bagi pengembangan produk antianemia yang tidak menimbulkan
efek samping saluran cerna sehingga dapat digunakan secara aman dan nyaman oleh
Dengan selesainya tesis ini, penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
DTM&H; Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. T.
Chairun Nisa B., MSc beserta Ketua Program Studi Magister Farmasi, Prof. Dr.
Sumadio Hadisahputra, Apt atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, dan
Dr. Edy Suwarso, SU, Apt., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
iii
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
banyak membantu dalam memberikan sumbang saran dan koreksi kepada penulis
Prof. dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, dr. Mabel HM Sihombing, SpPD-
Departemen Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu
dalam memberikan bimbingan dan saran pada peneliti serta membantu dalam
Para dokter dan staf di Instalasi Patologi Klinik serta Poli Penyakit Dalam
RSUP H. Adam Malik Medan, dr. Nancy Hutagalung dan staf di Puskesmas
Simalingkar Medan, Bidan Diana Simanjuntak, Dra. Nurminda Silalahi, MSi, Apt.,
serta Dra. Isma Pane, MSi, Apt., yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
DP3M Dirjen Dikti atas bantuan penelitian melalui Hibah Tim Pascasarjana.
anak-anak, beserta keluarga besar, rekan-rekan sejawat, serta kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penelitian ini. Penulis berharap bahwa tesis ini
Penulis
iv
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Teladan 01 Pekanbaru/SDN Tanjung Duren XI Pagi Jakarta :
1981- 1987
2. SMP Negeri 111 Jakarta/SMP Negeri 13 Bandung : 1987 – 1990
3. SMA Negeri 3 Bandung : 1990 – 1993
4. Sarjana Farmasi (S1) Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung : 1993 - 1997
5. Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Teknologi Bandung : 1998 – 1999
Riwayat Pekerjaan :
1. Store Manager/Apoteker pada outlet Century Healthcare, Jakarta/Bandung :
1999 – 2001
2. Apoteker Pengelola Apotek pada Apotek Lestari, Medan : 2006 - sekarang
v
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT.......................................................................................................... II
KATA PENGANTAR .......................................................................................... III
RIWAYAT HIDUP............................................................................................... IV
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... x
vi
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
2.10 Sediaan Zat Besi Tanpa Efek Samping Yang Telah Beredar Di
Perdagangan.................................................................................... 43
2.11 Penelitian Sediaan Zat Besi Tanpa Efek Samping......................... 44
2.12 Kapsul Alginat ............................................................................... 47
2.13 Alginat............................................................................................. 48
vii
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR TABEL
viii
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR GAMBAR
ix
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
x
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu keadaan penurunan jumlah sel darah merah (hematokrit)
atau kadar hemoglobin (protein pengangkut O2) di dalam sel darah merah di bawah
nilai normal sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah untuk
mengangkut oksigen (Berkow, 1997; Kennedy, et.al., 2007). Dalam hal ini defisiensi
besi merupakan masalah nutrisi yang paling sering terjadi di seluruh dunia dan
menjadi penyebab anemia yang paling umum di seluruh dunia; WHO memperkirakan
sekitar 30% populasi mengalami anemia defisiensi besi (ADB) termasuk yang
disebabkan oleh masalah gastroenterologi (Khusun, et.al., 1999; Little, et.al., 1999;
Beard, 2000; Gasche, et.al., 2004; NIH/ODS, 2005). Tidak seperti halnya dengan
masalah gizi lainnya, anemia cukup sering terjadi baik di negara berkembang maupun
industri (FAO, 2006); yang dapat diderita oleh seluruh kelompok umur mulai dari
bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Asia Tenggara
memiliki prevalensi anemia pada wanita yang paling tinggi di seluruh dunia, dengan
80% dari wanita hamil mengalami anemia (Kennedy, et.al., 2005), sedangkan di
Afrika, anemia dialami oleh 47% wanita hamil, 39% di Amerika Latin, 65% di
Mediterania Timur, dan 4% di Pasifik Barat. Di negara industri seperti Eropa dan
Amerika Utara, prevalensi anemia defisiensi adalah 1% pada pria dewasa dan 14%
1
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
2
pada wanita dewasa dengan penyebab utama masalah perdarahan yang berlangsung
kronis (menstruasi berat ataupun masalah saluran cerna) (Troost, et.al., 2003). Di
Amerika Serikat, defisiensi besi umum terjadi pada anak-anak usia 1 - 2 tahun yaitu
sebesar 7% serta pada remaja putri dan wanita yang mengalami haid (9 - 16%)
(NAAC, 2005).
defisiensi besi (ADB) pada balita 0 - 5 tahun adalah sekitar 47%, anak usia sekolah
dan remaja sekitar 26,5%, dan wanita usia subur (WUS) berkisar 40%. Melihat
beberapa hasil survei ini, maka ADB masih merupakan masalah gizi utama pada
anak-anak, ibu hamil, dan wanita pada umumnya. Penelitian yang dilakukan PT
Merck pada 2004 di tiga kota di Sumatera Utara, yaitu di Medan, Pematang Siantar
dan Kisaran dari 9377 orang yang diperiksa darahnya, 33% di antaranya menderita
kesehatan masyarakat yang tidak hanya nyata oleh karena penyebarannya sangat luas
di seluruh dunia, yaitu diperkirakan dialami oleh 2,15 milyar orang di seluruh dunia
(Viteri, 1997; Khusun, et.al., 1999), tetapi juga karena konsekuensi kliniknya yang
serius baik pada orang dewasa maupun anak-anak (Kennedy, et.al., 2005). Berbagai
darah yaitu seperti mudah lelah, lemah, lesu, muka pucat, kuku mudah pecah, kurang
selera makan, nafas pendek, hingga menurunkan ketahanan serta kinerja fisik,
seperti konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya tangkap pada anak-anak
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
3
usia sekolah, remaja putri dan kelompok usia lainnya (Suartika, 1999; Zavaleta, et.al.,
energi dan depresi sistem kekebalan sehingga meningkatkan resiko terhadap infeksi
kandungan, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan kematian ibu hamil saat
Oleh karena berbagai konsekuensi klinis di atas maka perlu dilakukan segera
intervensi untuk mengatasi kondisi anemia defisiensi besi. Manajemen ADB adalah
dengan pemberian sediaan zat besi secara oral sebagai rute pilihan; terutama bila
kadar besi tubuh terlalu rendah untuk diatasi hanya dengan perbaikan pola makan
yang mengandung zat besi selain juga bahwa fortifikasi makanan kurang praktis bagi
parenteral digunakan secara sangat selektif oleh karena harganya yang mahal dan
memiliki insidensi yang besar untuk terjadi reaksi yang tak diinginkan seperti reaksi
(fero sulfat, fero fumarat, atau fero glukonat) yang memiliki bioavailabilitas yang
lebih baik daripada garam feri oleh karena memiliki kelarutan yang lebih tinggi dan
mampu diabsorpsi tubuh 3 kali lebih tinggi daripada garam feri, terutama pada
kondisi lambung kosong (USPDI 1989; Gillman, 1996; Troost, et.al., 2003). Garam
fero utama yang banyak digunakan adalah fero sulfat (FeSO4) oleh karena harganya
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
4
yang relatif lebih murah daripada bentuk garam fero lainnya selain juga memberikan
efektivitas dan tolerabilitas yang setara dengan fero fumarat ataupun fero glukonat
umumnya berkaitan dengan tingginya kejadian efek samping pada saluran cerna
mengakibatkan penanganan ADB menjadi kurang efektif (Cook, et.al., 1990; Yip,
1996; Harvey, et.al., 1998; Beard, 2000; Hyder, et.al., 2002; Gastearena, et.al., 2003).
Efek samping pada saluran cerna tersebut umumnya berupa ketidaknyamanan pada
epigastrik, mual, muntah, nyeri ataupun kram pada abdomen, konstipasi, heartburn,
dan terkadang juga diare (USPDI, 1995; Gillman, 1996; Yip, 1996 Beard, 2000;
Zlotkin, et.al., 2001; ASHP, 2002; Makrides, et.al., 2003; Troost, et.al., 2003;
Katzung, 2004; GPAC, 2004). Intoleransi terhadap sediaan besi oral tersebut adalah
fungsi dari jumlah zat besi ionik yang terlarut (dose-dependent) pada saluran cerna
bagian atas (Cook, et.al, 1990; Gillman, et.al., 1996, Yip, 1996; ASHP, 2002).
Efek samping pada saluran cerna tersebut kemungkinan adalah karena iritasi
kerusakan oksidatif yang diinduksi oleh besi (Beard, 2000; Troost, et.al., 2003;
Gasche, et.al., 2004). Sifat iritasi tersebut terutama terjadi di lambung dan duodenum
proksimal yang memiliki pH rendah yang merupakan kondisi bagi besi fero untuk
dapat terlarut dalam konsentrasi tinggi di satu area akibat dilepaskannya secara
serentak dari sediaan (USPDI, 1989; Gennaro, 2000). Selanjutnya sediaan besi fero
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
5
yang terdapat di saluran cerna tersebut dapat menimbulkan efek samping akibat
terjadinya inisiasi dan propagasi radikal bebas hidroksil dengan besi sebagai
Fe 2 + ⎯oksidasi
(di lumen usus)
[ ]
⎯ ⎯→ Fe 3 + + e − kemudian e − + O 2 → O 2− ⎯ +⎯→
e
[H 2 O 2 ] ⎯+2H
−
+e
⎯→ + OH
−
−
+ OH •
radikal hidroksil
hidroksil dengan adanya anion radikal superoksida dan hidrogen peroksida yang
merupakan hasil metabolisme normal. Radikal hidroksil yang terbentuk itulah yang
lipida, protein, dan DNA mengalami kerusakan. Produksi spesies oksigen reaktif
(SOR) seperti radikal anion superoksida, radikal hidroksil, dan hidrogen peroksida
sebenarnya secara normal akan diimbangi oleh sistem antioksidan tubuh. Namun,
epitel mukosa. Mekanisme ini telah diteliti oleh Troost, et.al. dalam penelitiannya
tentang kerusakan oksidatif di usus kecil manusia akibat pemakaian zat besi. Dalam
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
6
menyerupai konsumsi zat besi oral yang terlarut lebih dahulu dalam cairan lambung
2003). Dengan demikian, pada penderita yang telah mengalami gangguan saluran
disease ataupun coeliac disease, konsumsi besi oral dapat menyebabkan kerusakan
oksidatif mayor; demikian pula pada penderita kolitis, ataupun gangguan usus
pada berbagai penelitian untuk menemukan bentuk sediaan besi oral baru yang dapat
Selama ini strategi untuk mengurangi efek samping saluran cerna adalah
absorpsi besi; terapi besi pada dosis rendah dengan frekuensi lebih sering atau mulai
dari dosis lebih rendah lalu ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai dosis yang
diinginkan pada penderita yang sulit mentoleransi besi, atau mencoba bentuk sediaan
garam besi organik (Yip, 1996; ASHP, 2002; GPAC, 2004); ataupun dengan terapi
yang diperpanjang dengan regimen besi oral sehari sekali yang dapat menjadi pilihan
ketidakpatuhan (Mumtaz, et.al., 2000; Zavaleta, et.al., 2000; Zlotkin, et.al., 2001;
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
7
seminggu dua kali sebagai alternatif bagi penderita yang tak dapat mentoleransi efek
samping saluran cerna pada regimen sehari sekali (deSouza, et.al., 2004).
untuk meminimalkan konsentrasi puncak zat besi di lumen saluran cerna dengan
formulasi besi yang memodifikasi bentuk sediaan, pelepasan, maupun jenis garam
besi yang digunakan. Bentuk sediaan fero sulfat yang baru tersebut umumnya
dirancang dapat menunda pelarutan zat besi di saluran cerna yaitu dengan melepaskan
besi dengan kecepatan rendah akibat kerja cairan lambung pada pembawa obat
sehingga dapat mengurangi bolus load Fe yang masuk ke saluran cerna (Beard,
2000). Memang, kemudian efek samping dapat berkurang secara nyata, kemungkinan
oleh karena berkurangnya jumlah besi yang diabsorpsi. Penggunaan sediaan lepas
tunda seperti salut enterik yang paling awal dikembangkan telah terbukti memiliki
bioavailabilitas yang rendah akibat pelepasan Fe ditunda hingga tidak lagi di daerah
absorpsinya yang maksimal selain harga yang lebih mahal (Rudinskas, et.al., 1989;
Bentuk sediaan besi khusus yang terbaru dikembangkan adalah FeSO4 yang
dikombinasi dalam gastric delivery system (GDS) yang dapat memperpanjang waktu
retensi besi di lambung. Penelitian Cook, et.al. pada 1990 membuktikan bahwa
sediaan ini memberikan absorpsi yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan besi
pada dosis yang sama tanpa GDS oleh karena besi dilepaskan secara lebih lambat ke
saluran cerna. Pendekatan GDS ini sesuai untuk zat besi yang bersifat larut asam.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
8
done, selulosa mikrokristal, gom xantan, bubuk talk, Mg-stearat, dan silikon hidroko-
yang dapat menahan FeSO4 terus terapung dalam cairan lambung hingga desintegrasi
lapisan melingkar terhidrasi yang mencegah masuknya air ke inti (Cook, et.al., 1990).
Alternatif lain untuk mengurangi efek samping adalah menggunakan zat besi
dalam bentuk garam atau pun kompleks yang berbeda; di antaranya adalah beberapa
sediaan yang baru tersedia di beberapa negara yaitu seperti ferric iron polymaltose
complex, ferric trimaltol, atau haeme iron polypeptide. Besi feri diketahui memiliki
sifat pro-oksidan yang kurang potensial namun bersifat kurang larut dan umumnya
ketersediaanhayatinya rendah (Harvey, et.al., 1998; Gasche, et.al., 2004). Selain itu
terdapat pula kompleks besi yang terikat pada inti protein yang mana Fe akan
dilepaskan secara bertahap dan terus-menerus sebagai besi ion yaitu seperti
mencegah efek toksik besi terhadap mukosa saluran cerna (Gastearena, et.al., 2003).
serta akibat klinisnya yang serius, maka suplementasi besi merupakan hal yang cukup
penting. Maka dengan pendekatan yang hampir mirip dengan GDS, namun dengan
menggunakan jenis bahan baku yang lebih sedikit maka dirancanglah sistem
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
9
menggunakan kapsul alginat yang tahan asam lambung (gastric resistant capsule)
(Bangun, dkk., 2005). Kapsul alginat menggunakan bahan baku natrium alginat yang
untuk tujuan farmasetika terutama sebagai pembawa obat yang dapat mencegah iritasi
lambung. Kapsul alginat memiliki sifat tidak pecah di lambung namun hanya
mengembang membentuk pori-pori sebagai jalan bagi zat besi untuk keluar dari
kapsul secara bertahap sehingga zat besi tidak langsung dilepaskan dalam jumlah
besar dalam satu waktu, namun dilepaskan sedikit demi sedikit (Sumaiyah, 2006).
Dengan demikian dosis zat besi sebagian besar sudah terlarut di lambung sebelum
dilepaskan secara bertahap ke bagian usus untuk dapat diabsorpsi di duodenum dan
jejunum atas. Selain itu produksi sediaan kapsul relatif ekonomis, tidak mengandung
bahan dari hewan, serta dengan bentuk kapsul dapat dimasukkan sejumlah zat untuk
Alginat merupakan suatu polimer linier dengan sifat dapat membentuk gel yang
(G) dengan rumus umum (C6H8O)n. Alginat telah digunakan secara luas dalam
berbagai formulasi oral maupun topikal. Pada formulasi controlled release, telah
koaservat hidrokoloid dari asam alginat-gelatin. Natrium alginat juga telah digunakan
dalam sediaan sustained-release oral oleh karena dapat menunda disolusi obat dari
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
10
alginat dalam bentuk dispersi (Shiraisi, 1991), enkapsulasi (Bangun, 2002), kapsul
alginat (Sinurat, 2005; Hutabarat, 2006; Susanti, 2006) maupun matriks alginat
(Lavinur, 2006) untuk membawa obat-obat NSAID yang terbukti tidak menyebabkan
iritasi lambung pada lambung hewan percobaan (kelinci dan tikus). Selain itu juga
telah dilakukan beberapa penelitian pendahuluan berkaitan dengan fero sulfat dengan
sulfat dalam kapsul alginat yang memberikan hasil bahwa profil disolusi fero sulfat
dari cangkang kapsul alginat adalah lebih lambat daripada dari kapsul gelatin
sehingga membuktikan bahwa cangkang kapsul alginat dapat mencegah pelepasan zat
besi secara serentak di satu area pada lambung sehingga dapat mencegah terjadinya
iritasi lambung (Sagala, 2005). Penelitian lain melaporkan bahwa fero sulfat yang
diformulasi dalam cangkang kapsul alginat tidak mengurangi absorpsi fero sulfat di
daerah lambung yang dibuktikan dengan terdapatnya korelasi yang erat antara
pelepasan FeSO4 secara in-vitro dengan absorpsi FeSO4 secara in-vivo pada kelinci
mencegah efek iritasi lambung dari FeSO4 selain juga memberikan bioavailabilitas
sediaan yang baik sehingga dapat memberikan efek terapi yang diharapkan. Pada
penelitian praklinis oleh Lisda (2007, belum dipublikasi) tentang disolusi dan efek
iritasi lambung terhadap tablet salut film FeSO4 yang direformulasi dalam cangkang
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
11
kapsul alginat dan dibandingkan dengan yang dimasukkan dalam cangkang kapsul
gelatin maupun tetap pada bentuk tablet salut film, memberikan hasil yang sama.
Maka merupakan hal yang menarik untuk melihat toleransi sediaan fero sulfat
yang diberikan dalam bentuk cangkang kapsul alginat tersebut pada manusia
sehingga nantinya dapat digunakan pada praktek klinik sehari-hari. Untuk itu peneliti
defisiensi besi dengan kondisi lambung normal pada penggunaan sediaan fero sulfat
yang diberikan dalam bentuk cangkang kapsul alginat. Secara lebih singkat kerangka
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
12
MANAJEMEN ANEMIA
(1) atasi penyebab untuk mencegah kehilangan Fe lebih lanjut, (2) perbaiki kondisi anemia & kembalikan cadangan besi tubuh
PENANGGULANGAN MASALAH :
FORMULASI SEDIAAN DENGAN PELEPASAN ZAT BESI DIPERLAMBAT DI
LAMBUNG (slow release gastric delivery system)
namun tetap mencapai Cmax yang dipersyaratkan di pH lambung sehingga efektivitas >>> dengan efek samping <<<<
SEDIAAN FERO SULFAT DALAM KAPSUL ALGINAT YANG TAHAN ASAM LAMBUNG
Ö tidak pecah di lambung namun melalui pori-porinya besi dapat keluar sedikit demi sedikit sebagai bentuk terlarut
Ödiabsorpsi di bagian proksimal usus sebagai tempat absorpsi besi yang maksimal.
(Catatan : Sumaiyah, 2006 telah melakukan penelitian sediaan ini pada hewan percobaan kelinci)
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
13
penelitian ini adalah apakah fero sulfat yang diberikan dalam cangkang kapsul alginat
dapat ditoleransi oleh penderita anemia defisiensi besi/defisiensi besi dengan kondisi
lambung normal.
1.3 Hipotesis
bahwa sediaan fero sulfat yang diberikan dalam cangkang kapsul alginat dapat
lambung normal.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mencari alternatif bentuk sediaan baru
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa sediaan fero sulfat yang
diberikan dalam cangkang kapsul alginat dapat ditoleransi oleh penderita anemia
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
14
samping pada saluran cerna sehingga dapat digunakan secara lebih nyaman dan aman
terhadap regimen obat untuk meningkatkan efektivitas terapi anemia defisiensi besi.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zat besi merupakan salah satu logam yang penting bagi hampir semua bentuk
kehidupan termasuk manusia. Zat besi merupakan unsur yang penting bagi manusia
oleh karena memegang peranan dalam banyak proses metabolisme; yaitu sebagai
bagian integral dari banyak protein dan enzim. Dalam hal ini zat besi merupakan
komponen penting dalam pembentukan hemoglobin normal, yaitu bahwa zat besi
harus tersedia dalam jumlah yang memadai agar proses eritropoiesis berlangsung
(terutama otak dan otot) pun berlangsung efektif (Sacher, 2004). Zat besi juga penting
bagi pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi sel. Adanya defisiensi besi akan
kinerja tubuh yang buruk, dan menurunnya kekebalan tubuh. Namun di lain pihak, zat
Jumlah zat besi pada orang dewasa adalah sekitar 2,5 – 5 g, yang mana dua
pertiganya adalah sebagai bagian dari hemoglobin yang mengangkut oksigen. Peran
pengangkutan oksigen tersebut juga dilakukan oleh zat besi dalam proses
terdapat di dalam sel-sel otot. Mioglobin yang berikatan dengan oksigen inilah yang
15
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
16
menyebabkan daging dan otot berwarna merah. Selain itu zat besi juga berperan
sebagai kofaktor berbagai enzim penting seperti sitokrom, xantin oksidase, katalase
Zat besi dalam tubuh terdapat dalam bentuk fungsional dan yang berupa
kofaktor dan besi transpor. Sedangkan bentuk lainnya tersimpan dalam bentuk feritin
dan hemosiderin. Feritin adalah suatu molekul protein bulat berukuran besar yang
terdiri dari sebuah selubung apoferitin dan inti bagian dalam feri oksihidroksida. Jika
besi diserap pada saat simpanan feritin tubuh berlebih, maka besi tersebut diendapkan
Tempat penyimpanan zat besi yang paling penting adalah sel retikuloendotel.
Besi parenkim terdapat sebagai gugus prostetik dalam banyak enzim seluler seperti
Jumlah total zat besi pada orang dewasa adalah 2,5 – 5 g (rata-rata 3,5 g).
Jumlah zat besi pada pria lebih tinggi (50 mg/kgBB) daripada wanita yang hanya 38
mg/kgBB. Distribusi zat besi dalam tubuh dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
17
memiliki empat residu hem yang mengandung besi. Hilangnya darah sebanyak 100
Zat besi yang terdapat dalam makanan tersedia dalam dua bentuk, yaitu besi
hem dan besi non-hem. Besi hem dapat diabsorpsi lebih baik yaitu hingga 35%
daripada besi non-hem yang hanya sekitar 5%. Besi non-hem paling banyak terdapat
dalam bentuk feri sehingga perlu direduksi terlebih dahulu ke bentuk fero untuk dapat
diabsorpsi (Tripathi, 2004). Besi hem berasal dari hemoglobin sehingga dapat
ditemukan di sumber pangan hewani (daging sapi, ikan, ayam, dan hati). Absorpsi
besi hem sebagian besar tak tergantung pada makanan lain yang dikonsumsi secara
bersamaan. Sedangkan besi non hem merupakan bentuk zat besi utama dalam
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
18
gandum dan kentang); yang absorpsinya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
adanya zat pereduksi seperti asam askorbat (misalnya dari brokoli, stroberi, tomat,
bayam, jeruk), yang dapat mereduksi besi feri menjadi fero sehingga mempermudah
disolusi zat besi. Meskipun jumlah besi non-hem yang dapat diabsorpsi sangat
hingga 1,5 – 2 kali, tergantung kebutuhan relatif tubuh terhadap besi (Ivey, 1986;
NIH/ODS, 2005). Faktor penghambat absorpsi besi adalah tanin (terdapat dalam teh),
kalsium, polifenol (dalam kopi, teh herbal, minuman mengandung coklat), fitat
(terdapat dalam havermut, kacang, bubuk coklat, ekstrak vanilla, buncis), kalsium dan
fosfat (terdapat dalam antasida dan tablet kalsium), yaitu dengan membentuk
kompleks dengan besi, serta adanya makanan lain di lambung (NIH/ODS, 2005).
Untuk mengimbangi kehilangan zat besi per hari, maka kebutuhan pada tiap
kelompok usia adalah 0,5 – 1 mg untuk pria dewasa, 1 - 2 mg untuk wanita dewasa
mana 10 - 20% (~1 mg) dapat diabsorpsi tubuh. Pada kondisi defisiensi, absorpsi besi
dapat meningkat hingga 20 - 30% (Ivey, 1986). Sedangkan pada individu yang non-
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
19
defisiensi, 3 – 10% besi yang dikonsumsi dapat diabsorpsi (USPDI, 1989). Absorpsi
besi terutama terjadi di duodenum dan jejunum proksimal. Dan absorpsi lebih efisien
jika besi dikonsumsi dalam bentuk fero pada kondisi lambung kosong. Jika diberikan
bersama makanan, jumlah besi yang diabsorpsi berkurang hingga 1/2 - 1/3-nya
Kemampuan absorpsi besi tiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
oleh tingkat simpanan besi tubuh, jenis besi yang dikonsumsi, serta makanan lain
yang dikonsumsi bersamaan dengan zat besi. Absorpsi zat besi meningkat untuk
menghadapi peningkatan kebutuhan tubuh akan zat besi seperti pada kehamilan,
absorpsinya yang paling utama adalah pada bagian duodenum dan jejunum proksimal
(USPDI, 1989) oleh karena kondisi asamnya akan mendorong terbentuknya fero
sehingga meningkatkan absorpsi zat besi (Sacher, 2004). Jumlah zat besi tubuh
zat besi dalam jumlah yang berlebihan ke dalam tubuh. Secara molekuler absorpsi zat
besi di usus dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
20
Absorpsi zat besi pada mamalia memerlukan proses transpor besi melintasi
masuk ke dalam epitel usus melalui transporter brush-border yaitu Divalent Metal
Transporter (DMT1), yang jumlahnya meningkat jika terjadi defisiensi besi, dan
keluar melewati membran basolateral. Bentuk besi yang dapat diabsorpsi adalah
bentuk Fe(II); maka Fe(III) harus diubah dahulu oleh duodenal cytochrome b (Dcytb)
sebelum diterima oleh DMT1 pada membran brush-border apikal. Bagian basolateral
yang mengandung tembaga) dan protein transpor IREG1. Sebagian zat besi ini tetap
berada di dalam sel untuk digunakan di sana atau untuk disimpan dalam feritin.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
21
Besi yang dilepaskan kemudian harus dioksidasi untuk dapat berikatan dengan
Sedangkan proses absorpsi besi hem, dimediasi oleh HCP1 (Heme Carrier
Protein 1) yang juga terdapat pada membran apikal pada usus proksimal, sebagai
tempat absorpsi besi hem yang utama. Sejumlah hem kemudian dikatabolisme oleh
mengalami hal yang sama dengan besi non-hem. Keberadaan protein eksporter yaitu
Bcrp dan FLVCR, meningkatkan kemungkinan bahwa hem transit di dalam enterosit
penggunaan, transpor, penghancuran dan penggunaan kembali zat besi oleh tubuh.
Pengelolaan besi dalam tubuh adalah proses yang sangat dinamik. Besi diserap di
mengalir ke duodenum. Di usus ini apotransferin terikat pada besi bebas dari
Transferin mengikat besi dalam bentuk feri. Dari sekitar 3 gram total zat besi pada
pria dewasa, sekitar 3 mg atau 0,1%-nya bersirkulasi dalam plasma sebagai suatu
exchangeable pool (Gambar 2.2). Jumlah ini didaur ulang sepuluh kali setiap harinya
(turnover besi adalah sekitar 30 mg/hari) (Tripathi, 2004). Pada dasarnya secara
normal seluruh besi plasma yang bersirkulasi terikat pada transferin. Pengikatan ini
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
22
berperan untuk menjadikan zat besi solubel pada kondisi fisiologis, mencegah
toksisitas dari radikal besi bebas, dan memfasilitasi transpor besi ke dalam sel.
enzim
5 mg/hari
mioglobi
2700 mg makanan
10 mg Fe
hemoglobin
24 mg/hari
usus
1000 mg
Besi Transpor (transferin)
dalam plasma (turnover 30
Penyimpanan mg/hari)
(feritin) 1-2 mg/hari
(http://sickle.bwh.harvard.edu/iron_transport.html).
Zat besi diangkut ke dalam sel melalui ikatannya dengan transferin ke reseptor
spesifik yang terdapat pada membran sel. Proses molekuler pengikatan dan pelepasan
zat besi dari kompleks transferin – reseptor transferin dapat dilihat pada Gambar 2.3.
2.2 Anemia
Anemia adalah suatu keadaan terjadinya penurunan jumlah sel darah merah
(hematokrit) atau kadar hemoglobin (protein pengangkut O2) di bawah normal untuk
darah merah untuk mengangkut oksigen (Berkow, 1997; Kennedy, 2007). Kriteria
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
23
WHO untuk diagnosa anemia adalah kadar Hb < 13 g/dL pada pria dewasa dan 12
g/dL pada wanita (Mukhopadhyay, 2002). Nilai normal untuk hematokrit dan
hemoglobin bervariasi pada tiap jenis kelamin dan kelompok umur yang dapat dilihat
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
24
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoiesis tidak cukup, ditandai de-
ngan gambaran eritrosit hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan saturasi transferin
menurun, kapasitas ikat besi total tinggi, dan cadangan besi besi dalam sumsum
tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (NAAC, 2005).
adanya kesetimbangan besi yang negatif, yaitu saat asupan besi tidak dapat meme-
nuhi kebutuhan harian zat besi. Kesetimbangan negatif ini pada awalnya akan
Gambaran jumlah cadangan besi pada tiap tahap perkembangan defisiensi besi
dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pada tahap awal, mulai terjadi kekurangan zat besi
yang bersifat laten; zat besi yang hilang melebihi dari asupan zat besi, sehingga mulai
menipiskan cadangan besi di sumsum tulang dan kadar feritin serum pun menurun
namun Hct dan Hb masih normal. Selanjutnya besi serum mulai menurun dan dan
tetapi hanya terjadi sedikit sedikit penurunan pada Hct dan Hb. Hilangnya zat besi
yang berlanjut terus dan pengambilan besi cadangan tak dapat memenuhi kebutuhan
untuk pembentukan eritrosit, maka jumlah eritrosit yang diproduksi menjadi lebih
sedikit. Selanjutnya pada akhirnya sintesis hemoglobin menjadi terganggu dan gejala
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
25
anemia menjadi lebih jelas; sumsum tulang berusaha mengkompensasi kurangnya zat
ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang menjadi ciri khas ADB. Pada akhirnya
besi jaringan pun mulai hilang yaitu yang berada di hati, kulit maupun otot. Sejalan
dengan terus berlanjutnya defisiensi besi maka gejala anemia pun mulai dirasakan
Normal
Penipisan Fe
Anemia defisiensi
besi awal
Anemia defisiensi
besi tahap akhir
Anemia defisiensi
besi jaringan
Penyebab anemia defisiensi besi yang paling umum adalah karena pola makan
yang tidak memadai terutama kurangnya asupan zat besi yang berasal dari makanan
terutama pada masa pertumbuhan yang cepat seperti pada anak-anak, bayi, pubertas,
kehamilan (FAO/WHO, 2002), masalah malabsorpsi zat besi serta adanya kehilangan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
26
darah secara kronis yaitu terutama perdarahan akibat luka peptikum, karsinoma kolon
daktinomisin), adanya infeksi parasit, serta perdarahan pada saluran kemih (terutama
pada pria dewasa dan wanita pascamenopause) maupun kondisi menstruasi yang
berat (terutama pada wanita usia 15 - 45 tahun) (Ivey, 1986; Gennaro, 2000).
Individu yang mengalami gagal ginjal terutama yang harus didialisis, beresiko
memproduksi eritropoietin dalam jumlah yang cukup untuk dapat membentuk sel
darah merah. Baik zat besi maupun eritropoietin dapat hilang saat dialisis. Oleh
karena itu penderita dialisis harus diberi tambahan zat besi dan eritropoietin sintetis
anemia. Pada kasus perdarahan kronik dan lambat, tubuh beradaptasi terhadap
peningkatan anemia yang lambat dan penderita dapat mentoleransi kadar Hb yang
sangat rendah (Gasche, et.al., 2004; Provan, 2007). Berbagai gejala anemia
seperti mudah lelah, lemah, lesu, muka pucat, kuku mudah pecah, kurang selera
makan, nafas pendek, hingga menurunkan ketahanan serta kinerja fisik, sehingga
menurunkan kapasitas kerja selain juga dapat dapat mempengaruhi fungsi kognitif
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
27
seperti konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya tangkap pada anak-anak
usia sekolah, remaja putri dan sebagainya (Suartika, 1999; Zavaleta, et.al., 2000;
AHFS, 2002). Defisiensi besi selanjutnya dapat menyebabkan kekurangan energi dan
depresi sistem kekebalan sehingga meningkatkan resiko terhadap infeksi dan penyakit
dengan berat badan rendah, dan kematian ibu hamil saat melahirkan. (Suartika, 1999;
Defisiensi besi kemungkinan juga akan menimbulkan gejala yang khas yaitu
pika/geofagia (memakan bahan non-nutrisi seperti sampah dan tanah liat), glositis,
dan pecah-pecah pada pinggir mulut (kheilosis) dan di kuku jari sehingga tampak
seperti sendok (koilonisia); hal ini terutama terjadi pada defisiensi besi kronik
(Berkow, 1997). Pada anemia yang parah, dapat terjadi takikardia dan gagal jantung.
Namun terkadang tidak ada keluhan yang dirasakan bila penderita mengalami
anemia defisiensi besi ringan yang akan baru diketahui mengalami anemia bila
dibuktikan melalui tes darah yang menunjukkan bahwa kadar hemoglobin (Hb) cukup
rendah (< 12 g/dL pada wanita; < 13 g/dL pada pria). Gejala biasanya baru tampak
jika anemia berada pada tingkat moderat ataupun parah (Mukhopadhyay, 2002).
pemeriksaan darah serta sumsum tulang bila perlu. Untuk memudahkan keseragaman
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
28
diagnosis anemia defisiensi besi, WHO menetapkan kriteria seperti yang dapat dilihat
Feritin serum yang rendah merupakan indikator defisiensi besi terbaik oleh
karena merupakan parameter pertama yang mengalami penurunan dan lagipula kadar
feritin serum mencerminkan status cadangan besi (GPAC, 2004; PSC, 2005).
sangat tinggi. Kadar feritin serum kurang dari 15 μg/L menunjukkan bahwa cadangan
besi benar-benar telah deplesi. Jika kadar feritin serum di atas 20 μg/L hingga 30
μg/L menunjukkan bahwa masih ada zat besi di tempat penyimpanan tetapi
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
29
Dalam beberapa kasus, tes monitoring terapi besi dengan dosis dewasa 180 mg
Jika defisiensi besi telah dipastikan, maka perlu dilakukan penelusuran klinis
atau adanya malabsorpsi (misal pada penyakit seliak) untuk memastikan penyebab
terhadap penyebab mendasar ADB dan terapi dengan zat besi (Provan, 2007). Prinsip
terapi anemia adalah berusaha mengatasi penyebab anemia untuk mencegah kehi-
langan zat besi lebih lanjut. Sedangkan sebagai tujuan dari terapi ADB adalah untuk
adalah beratnya defisiensi yang terjadi, adanya penyakit lain yang menyertai,
kemampuan penderita untuk menerima dan mengabsorpsi sediaan besi. Terapi yang
efektif diikuti oleh meningkatnya produksi sel darah merah (Wibowo, 2006).
Suplementasi besi dipilih jika dengan makanan saja tidak dapat mengembalikan
kadar besi ke nilai normal dan ini menjadi penting jika penderita telah mengalami
gejala klinik dari ADB. Dalam hal ini terapi penggantian besi secara oral merupakan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
30
cara utama yang dipilih untuk terapi ADB. Jika penderita tidak memberikan respon
terapi yang memadai, tidak dapat mentoleransi sediaan besi oral, adanya masalah
dengan pemberian sediaan besi oral, maka pemberian melalui rute parenteral dapat
retikulosit. Respon positif jika ditemukan kenaikan konsentrasi Hb 0,1 – 0,3 g/dL
atau kenaikan Ht 1% pada hari keempat. Retikulosit meningkat dalam 3-5 hari
dimulai pengobatan, mencapai puncaknya pada hari ke-7 – 10 (Lubis, 2004). Untuk
kadar Hb mencapai nilai normal, maka terapi besi terus dilanjutkan paling tidak
efek samping yang timbul akibat pemakaian sediaan besi oral terutama efek samping
pada saluran cerna yang umumnya berupa mual, muntah, nyeri epigastrik, diare,
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
31
defisiensi besi. Namun sebagai catatan adalah bahwa penyebab defisiensi besi yang
Sediaan besi oral umumnya mengandung besi non-heme dalam bentuk garam
fero; yang umumnya merupakan senyawa fero anorganik dan organik sederhana
ataupun senyawa kompleks fero. Garam fero lebih dipilih karena memiliki kelarutan
yang lebih tinggi daripada garam feri sehingga lebih mudah diabsorpsi daripada
garam feri (ASHP, 2002) yaitu 3 kali lebih tinggi daripada garam feri, terutama pada
saat lambung kosong (Goodman dan Gilman, 1996; USPDI 1989). Perbedaan
diantara berbagai macam sediaan besi salah satunya adalah dalam hal iritasi lokal dan
kerja astringennya; yang biasanya tidak diberikan oleh senyawa kompleks besi.
Semua senyawa fero dioksidasi dalam saluran cerna dengan melepaskan radikal
hidroksil yang akan menyerang dinding saluran cerna dan menghasilkan berbagai
Sedangkan sebagai obat pilihan utama dalam manajemen ADB adalah sediaan
fero sulfat oral. Sediaan alternatif lainnya yang dapat digunakan adalah fero glukonat
dan fero fumarat. Ketiga bentuk tersebut dapat diabsorpsi dengan baik dan memiliki
efektivitas yang setara jika diberikan dalam dosis Fe elemental yang ekivalen selain
juga memberikan efek samping pada saluran cerna yang tidak berbeda secara
signifikan jika diberikan pada dosis besi elemental yang setara (McDiarmid dan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
32
Johnson, 2002; Ibrahim, 2005). Perhitungan dosis sediaan besi harus selalu
berdasarkan jumlah besi elementalnya, seperti seperti yang dapat dilihat pada Tabel
Dalam hal bentuk sediaan, bentuk tablet ataupun kapsul, lebih disukai daripada
bentuk cair seperti sirup. Sediaan besi dalam bentuk sirup, yang umumnya ditujukan
Sediaan besi oral paling baik diabsorpsi jika dikonsumsi 30 menit sebelum
makan. Secara umum, satu tablet sehari sudah cukup memadai, namun terkadang
diperlukan hingga 2 tablet per hari. Oleh karena kemampuan usus untuk
mengabsorpsi besi terbatas, maka dosis yang lebih besar akan tidak berguna dan
Sediaan zat besi oral yang umum digunakan di Indonesia untuk pencegahan
maupun terapi defisiensi besi biasanya merupakan sediaan yang mengandung besi
dalam bentuk fero sulfat, fero fumarat, dan fero glukonat. Secara khusus, pemerintah
hamil di seluruh Indonesia dengan memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) yang
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
33
mengandung 60 mg Fe elemental dalam bentuk fero sulfat dan 250 μg asam folat
dengan aturan pakai sehari satu tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa
kehamilan. Dengan demikian pemakaian fero sulfat di Indonesia relatif lebih luas.
Kelarutan : mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol, sangat mudah
larut dalam air mendidih
Stabilitas : pada udara lembab, fero sulfat dengan cepat dioksidasi dan
menjadi feri sulfat berwarna kuning kecoklatan yang tidak
semestinya digunakan sebagai obat. Kecepatan oksidasi akan
dipercepat bila terdapat alkali atau terpapar cahaya (ASHP,
2002).
Ikatan protein besi adalah sangat tinggi (90% atau lebih) yaitu terbagi dalam
serta pada feritin dan hemosiderin juga rendah. Sedangkan untuk mekanisme
eliminasi, tidak ada sistem fisiologi untuk mengeliminasi besi. Besi dapat
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
34
terakumulasi dalam tubuh menjadi jumlah toksik. Namun, sejumlah kecil besi akan
hilang dari tubuh melalui kulit yang terkelupas, pernafasan, ASI (0,5 – 1 mg per hari),
darah haid, dan urin. Kehilangan darah per hari pada pria dan wanita pascamenopause
adalah 1 mg, dan pada wanita pre-menopause sehat 1,5 mg (USPDI, 1989).
2.6.2 Farmakologi
yang efektif, serta produksi mioglobin. Zat besi juga merupakan kofaktor dari
beberapa enzim yang penting dalam metabolisme, termasuk sitokrom yang terlibat
Sediaan besi oral umumnya harus diberikan di antara waktu makan (misal 30
menit – 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan) untuk absorpsi besi yang
maksimal. Tetapi untuk meminimalkan efek samping pada saluran cerna dapat
dikonsumsi dengan makanan. Pada penderita yang sulit mentoleransi sediaan besi
oral dapat dicoba untuk diberikan dalam dosis kecil dengan frekuensi pemberian lebih
sering pada awalnya lalu dosis ditingkatkan secara bertahap atau dengan mengganti
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
35
Dosis terapi yang umum untuk dewasa adalah 50 – 100 mg besi elemental tiga
kali sehari. Dosis yang lebih kecil (60 – 120 mg Fe per hari) juga direkomendasikan
terutama untuk meminimalkan intoleransi saluran cerna. Pemberian dosis kecil ini
kemungkinan akan diikuti dengan kecepatan pengembalian zat besi yang lambat dan
pada wanita hamil. Dosis remaja dan dewasa (untuk pencegahan pada wanita serta
terapi untuk pria dan wanita adalah 60 mg Fe/hari jika anemia ringan. Dosis
Dengan pemberian dosis terapi yang biasa, maka gejala yang berkaitan dengan
defisiensi besi akan membaik dalam beberapa hari, retikulosis puncak terjadi dalam 5
meningkat dengan kecepatan 0,1 – 0,2 g/dL per hari; kadar Hb normal akan dicapai
dalam 2 bulan; kecuali bila perdarahan masih terus berlangsung. Pada anemia parah,
terapi dapat berlangsung paling tidak sampai 6 bulan. Jika respon yang diharapkan
tidak tercapai dalam 3 minggu, maka harus ditinjau kembali adanya ketidakpatuhan,
perdarahan yang terus berlangsung, adanya faktor komplikasi lain, atau diagnosa
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
36
Efek samping biasanya dapat muncul pada dosis terapi dan hal ini berkaitan
dengan jumlah kandungan besi elemental dan kerentanan tiap individu terhadap efek
samping yang berbeda satu sama lain. Masalah yang paling sering dikeluhkan pada
penggunaan sediaan oral fero sulfat adalah gangguan saluran cerna terutama akibat
iritasi pada lambung dan duodenum bagian atas yang memiliki pH rendah sehingga
dapat memperparah luka peptik, enteritis lokal, kolitis ulseratif, dan gangguan saluran
cerna lainnya seperti nyeri abdomen ataupun lambung, kram, yang kadang perlu
Gennaro, 2000).
Efek samping lain yang mungkin timbul yang biasanya tidak terlalu
memerlukan perhatian medis kecuali bila efek samping berlanjut terus dan
mengganggu (biasanya efek samping akan segera berlalu sepanjang pengobatan oleh
karena tubuh mulai beradaptasi terhadap pemberian suplemen besi) adalah konstipasi
(diduga akibat kerja astringen dari besi) yang lebih umum dialami daripada diare
(kemungkinan karena kerja iritan besi pada saluran cerna), mual dan/atau nyeri
epigastrik yang dialami oleh sekitar 5-20% penderita (ASHP, 2002). Namun diduga
pula bahwa terjadinya konstipasi ataupun diare adalah akibat perubahan pada flora
usus normal (Tripathi, 2004). Namun efek samping biasanya akan berkurang dalam
beberapa hari (ASHP, 2002). Tinja pun biasanya menjadi berwarna hijau gelap atau
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
37
hitam saat penderita mengkonsumsi sediaan besi oral. Hal ini disebabkan oleh adanya
zat besi yang tidak diabsorpsi dan hal ini bukanlah sesuatu yang membahayakan.
Namun, pada kasus yang jarang, tinja yang berwarna hitam dengan konsistensi
yang lengket dapat saja terjadi akibat adanya perdarahan di saluran cerna yang
gejalanya disertai dengan adanya garis-garis merah pada tinja, kram, nyeri hebat, atau
nyeri yang tajam di daerah abdomen ataupun lambung. Bila hal ini yang terjadi, maka
harus segera diperiksa dokter untuk mengevaluasi penyebab pastinya (USPDI, 1995).
2.6.6 Kontraindikasi
Obat-obat yang dapat menurunkan efek sediaan besi adalah tetrasiklin, antasida,
susu, sediaan kalsium, kopi, telur, obat-obat yang mengandung karbonat, bikarbonat,
oksalat, atau fosfat; teh, sereal (mengandung asam fitat) karena menghambat absorpsi
suplemen Zn (dosis besar besi menurunkan absorpsi Zn). Sedangkan obat yang dapat
meningkatkan efek besi adalah asam askorbat yang diberikan bersamaan dengan besi
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
38
Gejala keracunan besi meliputi iritasi saluran cerna, erosi mukosa saluran cerna,
gangguan hati dan ginjal, koma, hematemesis, dan asidosis. Overdosis besi yang
parah dapat diatasi dengan pemberian deferoksamin yang diberikan secara intravena.
2.6.9 Formulasi
Sedangkan fero sulfat eksikatus menyediakan lebih kurang 30% besi elemental. Fero
sulfat umumnya diformulasi dalam kapsul atau tablet salut untuk melindunginya dari
udara dan kelembaban. Garam fero sulfat terkadang juga dicampur dengan glukosa
esofagus, lambung, duodenum, usus halus, usus besar (meliputi kolon dan rektum),
dan anus. Selain itu terdapat organ-organ lain yang terlibat dalam pencernaan
makanan (accessory organs) yaitu kelenjar ludah di mulut, hati, pankreas, dan
pencernaan. Gambar sistem pencernaan dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan 2.6.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
39
hati
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
40
berfungsi menerima dan mencampur makanan dari esofagus dengan cairan lambung
dan mendorong makanan ke usus kecil. Makanan memasuki lambung dari esofagus
dengan melewati otot berbentuk cincin yang disebut sfingter yang dapat membuka
bagian yaitu daerah kardia, fundus, badan lambung dan pilorus. Kardia merupakan
merupakan bagian yang berbentuk saluran yang berfungsi sebagai katup antara
lambung dan usus kecil. Gambar bagian lambung dan lapisan dinding lambung
mukus, HCl, dan prekursor pepsin. Mukus yang dihasilkan oleh sel mukus
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
41
oleh enzim dan asam. Rusaknya lapisan mukus misalnya oleh infeksi Helicobacter
pylori atau karena aspirin, dapat menyebabkan kerusakan yang mengarah pada ulser
lambung. Asam klorida yang dihasilkan oleh sel parietal menyediakan lingkungan
asam yang dibutuhkan pepsin untuk menguraikan protein, serta sebagai penghalang
masuknya infeksi bakteri. Sekresi asam lambung distimulasi oleh impuls saraf,
gastrin (hormon yang dilepaskan lambung), dan histamin. Sedangkan chief cell yang
2.8 Endoskopi
alat endoskop untuk mendiagnosis kelainan organ di dalam tubuh antara lain di sa-
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
42
luran cerna, rongga mulut, rongga abdomen, dan lain-lain. Gastroskopi adalah peme-
Endoskop adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ dalam
tubuh manusia secara visual dengan cara mengintip dengan alat tersebut atau
langsung melihat pada layar monitor sehingga kelainan pada organ tersebut dapat
dilihat dengan jelas. Endoskop dapat dimasukkan ke dalam tubuh melaui mulut
panjang dengan sistem optik pada bagian ujungnya. Gambaran mukosa yang didapat,
diteruskan ke bagian okuler melalui serabut serat optik, Cahayapun disalurkan dari
endoskop (www.pinehurstmedical.com/.../endoscopy.htm).
Penggunaan zat besi secara berulang dalam jangka waktu lama dapat menim-
bulkan efek samping terutama pada saluran cerna. Hal ini disebabkan oleh efek toksik
langsung besi pada epitel glandular pada gastroduodenum (Gastearena, et.al., 2003).
Garam fero sulfat yang larut dalam larutan yang asam dapat mengiritasi
lambung oleh karena dilepaskannya zat besi secara serentak pada satu tempat
1989) sehingga bersifat toksik pada lambung dengan mekanisme kerusakan oksidatif
yang diinduksi oleh sediaan besi secara in-vivo pada usus kecil manusia yang
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
43
kemudian diteliti oleh Troost et.al pada 2003. Zat besi dapat menginduksi stres oksi-
datif pada usus karena perannya sebagai katalisator dalam reaksi kimia Fenton
pembentukan radikal hidroksil dengan adanya anion radikal superoksida dan hidrogen
peroksida yang sebenarnya adalah hasil metabolisme normal. Radikal hidroksil yang
terbentuk itulah yang bersifat sangat reaktif yang menyebabkan kerusakan pada
kemudian lipida, protein, dan DNA dapat mengalami kerusakan (Troost, et.al., 2003).
Selain itu disebutkan pula bahwa fero sulfat bersifat astringen sehingga dapat
menimbulkan efek samping pada saluran cerna terutama konstipasi (Gennaro, 2000;
Tripathi, 2004) yang lebih umum dialami daripada diare (kemungkinan karena kerja
iritan besi pada saluran cerna). Namun diduga pula bahwa terjadinya konstipasi
ataupun diare adalah akibat perubahan pada flora usus normal (Tripathi, 2004).
2.10 Sediaan Zat Besi Tanpa Efek Samping Yang Telah Beredar di Perdagangan
Beberapa sediaan zat besi dirancang untuk dapat melepaskan zat besi secara
perlahan selama sediaan melewati usus sehingga jumlah besi di lumen usus pada tiap
waktu lebih kecil. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi efek samping di
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
44
Sulfate® (FeSO4 300 mg), Novoferrosulfate® (FeSO4 300 mg). Sediaan besi lainnya
dengan pelepasan yang dimodifikasi adalah tablet fero sulfat extended-release (Fero-
1989; ASHP, 2002). Memang, kemudian efek samping dapat berkurang secara nyata,
kemungkinan oleh karena berkurangnya jumlah besi yang diabsorpsi. Namun dalam
rendah akibat pelepasan zat besi ditunda hingga tidak lagi di daerah absorpsinya yang
maksimal selain harga yang lebih mahal. Sehingga selanjutnya penggunaannya dalam
terapi anemia defisiensi besi tak dianjurkan. (Rudinskas, et.al., 1989; Walker, et.al.,
untuk dapat menunda pelarutan zat besi di saluran cerna yaitu dengan melepaskan
besi fero dengan kecepatan rendah sehingga dapat mengurangi bolus load Fe yang
masuk ke sistem saluran cerna; dengan demikian dapat mengurangi efek samping
memodifikasi bentuk sediaan, pelepasan, maupun jenis garam besi yang digunakan.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
45
Bentuk sediaan besi khusus yang terbaru dikembangkan adalah FeSO4 yang
dikombinasi dalam gastric delivery system (GDS) yang dapat memperpanjang waktu
retensi besi di lambung. Penelitian Cook, et.al. pada 1990 membuktikan bahwa
sediaan ini memberikan absorpsi yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan besi
pada dosis yang sama tanpa GDS oleh karena besi dilepaskan secara lebih lambat ke
saluran cerna. Pendekatan GDS ini sesuai untuk zat besi yang bersifat larut asam.
FeSO4 berada dalam matriks polimer yang akan terus terapung dalam cairan lambung
membentuk lapisan melingkar terhidrasi yang mencegah masuknya air ke inti (Cook,
et.al., 1990). Sediaan GDS tersebut terbukti memberikan absorpsi besi yang lebih
tinggi dan tidak menimbulkan efek samping pada saluran cerna dibandingkan dengan
sediaan FeSO4 konvensional (Cook, et.al., 1990; Simmons, et. al., 1993). Sediaan
GDS ini adalah berupa matriks yang terdiri dari sejumlah komponen yang didominasi
crospovidone, selulosa mikrokristal, gom xantan, bubuk talk, Mg-stearat, dan silikon
matriks. Sedangkan Samanta et. al, 1995 mencoba untuk membuat sediaan sustained
hingga kini masih pada tahap in-vitro. Jadi, dari segi materi dan kepraktisan produksi,
GDS dan FeSO4 sustained release memerlukan cukup banyak bahan serta proses
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
46
persiapannya yang lebih rumit karena harus dipastikan bahwa semua bahan
Alternatif lain untuk mengurangi efek samping adalah menggunakan zat besi
dalam bentuk garam lain atau pun kompleks; di antaranya adalah beberapa sediaan
yang baru tersedia di beberapa negara yaitu seperti ferric iron polymaltose complex,
ferric trimaltol, atau haeme iron polypeptide. Ferric iron polymaltose complex
merupakan senyawa besi yang diketahui tidak memiliki potensi oksidatif terhadap
lipoprotein pada subyek sehat dan memberikan tingkat kepatuhan yang lebih baik
daripada sediaan FeSO4 konvensional namun belum didukung oleh data efikasi yang
memadai. Haeme iron polypeptide menguntungkan dalam hal absorpsinya yang lebih
cepat dan lebih baik sehingga memberikan ketersediaan hayati yang baik pula.
Namun sediaan ini terkait dengan isu berbahan dasar hewan selain juga belum diteliti
pada skala yang lebih besar (Harvey, et.al., 1998; Gasche, et.al., 2004). Selain itu
terdapat pula kompleks besi yang terikat pada inti protein yang mana Fe akan
dilepaskan secara bertahap dan terus-menerus sebagai besi ion yaitu seperti
mencegah efek toksik besi terhadap mukosa saluran cerna (Gastearena, et.al., 2003).
Secara umum sediaan-sediaan tersebut dapat diabsorpsi dengan baik dan tingkat
kejadian efek samping saluran cerna yang rendah (akibat kandungan besi yang lebih
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
47
Cangkang kapsul alginat dibuat dari bahan baku natrium alginat yang
Alginat merupakan kopolimer linier dari asam β-D-manuronat dan asam α-L-
besi lainnya yang dikembangkan untuk mengurangi efek samping, sediaan kapsul
alginat memiliki beberapa keuntungan seperti proses produksi yang ekonomis, tidak
Kapsul alginat yang dapat dibuat adalah baik dalam bentuk kapsul cangkang
keras (hard capsule) seperti yang digunakan dalam penelitian ini maupun dalam
bentuk kapsul lunak (soft capsule). Kapsul keras alginat mulai diteliti dan
(2005). Pengujian yang dilakukan terhadap kapsul keras alginat yang dihasilkan
menunjukkan bahwa kapsul keras alginat tidak pecah dalam cairan lambung buatan,
tetapi pecah atau melarut dalam cairan usus buatan. Hal ini menunjukkan bahwa
kapsul keras alginat tahan terhadap cairan lambung sehingga dapat digunakan sebagai
pembawa zat-zat aktif yang mengiritasi lambung tanpa menimbulkan efek samping
pada lambung (Sinurat, 2005; Susanti, 2006; Hutabarat, 2006; Sumaiyah, 2006)
Kapsul lunak alginat juga masih dalam tahap pengembangan produksi (oleh
FMC Magenta, Amerika Serikat). Kapsul alginat ini cocok untuk dosis zat aktif yang
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
48
besar, zat aktif yang sensitif terhadap asam, oksigen serta yang bersifat mengiritasi
lambung (www.fmcmagenta.com).
2.13 Alginat
Alginat merupakan suatu polimer linier dengan sifat dapat membentuk gel yang
Alginat telah digunakan secara luas dalam berbagai formulasi oral dan topikal.
alginat juga telah digunakan dalam sediaan sustained-release oral oleh karena dapat
menunda disolusi obat dari tablet, kapsul, dan suspensi aqueous (Rowe, et.al., 2003).
Salah satu sifat dari alginat adalah dapat membentuk gel alginat dengan segera
bila bereaksi dengan kalsium klorida yang terjadi karena pengkelatan antara rantai
guluronat dan ion kalsium (Thom, dkk.,1980). Gel ini merupakan jaringan taut silang
yang tersusun dari kalsium alginat yang membentuk konformasi kotak telur seperti
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
49
yang dapat dilihat pada Gambar 2.10 (Belitz dan Grosch, 1987). Gel ini bersifat tahan
asam sehingga tidak akan melepaskan obat secara serentak di satu tempat, namun
akan mengembang membentuk pori-pori yang dapat dilalui oleh molekul obat yang
Alginat pertama kali diisolasi oleh ilmuwan Skotlandia, Dr. E.C.C. Stanford
pada 1883. Alginat dapat diperoleh dari beberapa spesies alga coklat seperti
dalam skala industri diawali di Amerika Serikat sekitar tahun 1930. Sejak saat itu
asam alginat dan turunannya telah digunakan sebagai hidrokoloida dalam berbagai
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
50
Sedangkan saat ini alginat telah banyak diteliti dalam perannya sebagai
AINS seperti yang dilakukan Arica, 2004 yang membuat butiran alginat berisi
natrium alginat adalah berwarna putih sampai coklat kekuningan, berbentuk butiran,
granul atau serbuk. Natrium alginat larut lambat dalam air, membentuk larutan kental,
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
BAB III
METODOLOGI
telah memenuhi syarat internal yang mengandung tablet FeSO4 300 mg yang telah
Uji toleransi ini dimaksudkan untuk menilai efek samping yang dirasakan oleh
3.3 Subyek
Subyek yang akan diikutkan dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang
a. kriteria inklusi
51
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
52
b. Hb < 13 g/dL (pria dewasa); < 12 g/dL (wanita dewasa tak hamil)
efek samping pada saluran cerna seperti aspirin, ibuprofen, dan golongan
b. kriteria eksklusi
1. sedang hamil
submukosa lambung
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
53
4. memiliki riwayat penyakit hati kronik, penyakit gagal ginjal kronik, DHF,
subyek (usia, status pernikahan, suku bangsa, kebiasaan merokok, tingkat pendidikan,
sediaan garam fero konvensional maupun obat-obat lain yang diketahui mengiritasi
lambung, pola menstruasi, pola asupan makanan, pemeriksaan status besi dengan
Jumlah pasien anemia defisiensi besi yang diperoleh adalah 34 orang. Dari
jumlah tersebut terdapat 26 orang yang tidak memiliki riwayat gangguan saluran
cerna. Kelompok pasien ini dibagi dalam dua kelompok secara acak; yaitu kelompok
pasien yang memperoleh FeSO4 300 mg dalam kapsul gelatin sebanyak 13 orang
sebagai kelompok kontrol dan kelompok pasien yang memperoleh FeSO4 300 mg
dalam kapsul alginat sebanyak 13 orang sebagai kelompok uji. Dari masing-masing
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
54
Dari 34 pasien anemia defisiensi besi yang semula diperoleh, ternyata setelah
diberikan FeSO4 300 mg dalam kapsul alginat untuk uji toleransi FeSO4 300 mg
dalam kapsul alginat pada pasien anemia defisiensi besi dengan lambung tidak
normal (gastritis).
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
55
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Kapsul Gelatin Transparan yang mengandung FeSO4 300 mg;
(b) Kapsul Alginat Transparan yang mengandung FeSO4 300 mg
Sukarelawan diinstruksikan untuk minum obat satu butir tiap pagi, 1 jam
sebelum makan. Obat dikonsumsi setiap hari selama 4 minggu. Para sukarelawan
dibekali kartu harian untuk mencatat gejala yang terjadi sepanjang penggunaan obat
serta memberikan tingkat skala keparahan gejala dan jumlah hari dirasakannya gejala.
Pada hari ke-7 setelah minum obat, penderita diwawancara mengenai gejala
efek samping saluran cerna, tingkat keparahan, jumlah hari dirasakannya gejala serta
Skala keparahan gejala dinyatakan dalam skala 0 (tidak ada gejala), 1 (keluhan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
56
kembali dilakukan pada hari ke-14, 21, dan 28. Alur penelitian secara jelas dapat
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
57
1. Variabel bebas adalah FeSO4 300 mg dalam cangkang kapsul gelatin dan
1. Level 1 adalah tingkat keparahan yang digunakan dalam uji statistik untuk
tingkat keparahan sedang (2) hingga berat (3) yang berlangsung minimal
3. Skala keparahan efek samping yang muncul dibagi dalam 4 kategori, yaitu :
a. Skala 0 : tidak ada gejala
b. Skala 1 : keluhan ringan
c. Skala 2 : keluhan terasa pada tingkat sedang
d. Skala 3 : keluhan parah
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
58
dengan jumlah obat yang seharusnya diminum untuk jangka waktu yang
yaitu :
Data yang dikumpulkan meliputi data keluhan efek samping, data kepatuhan
dan data hematologi. Penilaian dilakukan dengan wawancara pada hari ke-7, 14, 21,
penggunaan, serta untuk menilai kepatuhan maka jumlah kapsul yang tersisa dalam
oleh penderita saat mengkonsumsi obat terutama yang berupa keluhan efek
samping pada saluran cerna. Data yang diperoleh diolah sebagai data
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
59
proporsi subyek yang melaporkan efek samping. Selain itu juga dicek
b. Data Kepatuhan
c. Data Hematologi
Data hematologi yang diambil adalah kadar Hb dan feritin pada skrining
awal. Sebagai data tambahan kadar Hb dan feritin serum juga diperiksa
subyek pada masing-masing kelompok kapsul gelatin dan alginat yaitu dalam hal
usia, kadar Hb dan feritin serum sebelum diberikan FeSO4 300 mg.
dingkan proporsi subyek yang melaporkan efek samping saluran cerna pada
kelompok gelatin dan alginat. Hasil pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat
dianalisis secara terpisah. Data dianalisis pada dua tingkat keparahan dan berdasarkan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
60
lamanya gejala dirasakan. Level 1 didefinisikan sebagai gejala yang dirasakan selama
2 hari atau lebih dengan skala keparahan berapapun. Level 2 berarti gejala yang
dirasakan dengan skala keparahan 2 atau lebih yang berlang-sung minimal selama 3
hari atau lebih. Sedangkan, analisis keluhan efek samping interkelompok dari minggu
Data keluhan efek samping ini juga diolah ke dalam bentuk skoring untuk
menjumlahkan nilai skala keparahan harian sesuai dengan yang diisi masing-masing
penderita pada kartu harian efek samping. Kriteria skoring keluhan efek samping
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik awal subyek pada kedua kelompok perlakuan untuk variabel usia,
kadar Hb dan feritin serum awal dianalisis dengan menggunakan uji statistika
independent samples t-test yang memberikan hasil bahwa kedua kelompok tidak
pembandingan antara kelompok kapsul gelatin dan kapsul alginat dapat terhindar dari
bias karena perbedaan karakteristik dua kelompok. Seluruh subyek dalam penelitian
61
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
62
ini adalah wanita. Kelompok wanita hamil dan menyusui eksklusi dalam penelitian
Secara umum subyek berpendidikan relatif rendah (paling tinggi tamat SMP)
yaitu sebesar 77% dengan distribusinya di tiap kelompok seperti pada Tabel 4.1.
Pekerjaan subyek penelitian sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang juga
merangkap bekerja di rumah tangga lain, dengan penghasilan rata-rata kurang dari
mengalami defisiensi besi ataupun anemia defisiensi besi seperti kelompok wanita
hamil dan menyusui, remaja putri, maupun kelompok WUS (wanita usia subur). Usia
rata-rata subyek pada penelitian ini yang mengalami anemia adalah pada rentang usia
subur. Hal ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian maupun survei prevalensi anemia
yang menunjukkan bahwa angka kejadian anemia defisiensi besi tinggi pada
kelompok wanita dibandingkan pada pria; terutama pada kelompok wanita usia subur
masih menjadi masalah bagi masyarakat (Khusun, et. al., 1999; Beard, 2000; Gasche,
et. al., 2004, FAO, 2006). Penyebab kondisi ADB pada kelompok ini terutama karena
pola makan yang tidak memadai sehingga asupan zat besi dari makanan tidak dapat
terjadi secara kronis, malabsorpsi besi, yang juga diperparah dengan kondisi
perdarahan berat yang terjadi saat kondisi menstruasi berat (terutama di usia 15- 45
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
63
gizi besi ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sosial ekonomi,
pendidikan, status gizi dan pola makan. Dengan demikian anemia defisiensi besi
hanya dapat ditanggulangi dengan tuntas jika intervensi dilakukan terhadap penyebab
4.2 Toleransi Lambung terhadap Fero Sulfat pada Subyek dengan Lambung
Normal
Keluhan efek samping saluran cerna secara umum lebih sering terjadi pada
kelompok gelatin yang meliputi mual (dilaporkan oleh 92% penderita dari kelompok
gelatin), lambung terasa penuh (69%), perut nyeri (69%), dan hilang selera makan
(54%). Hasil ini duji secara statistik menggunakan metode χ2 (chi-square) yang
tersebut berbeda secara bermakna (p < 0,05) dengan kelompok alginat pada pengujian
minggu pertama hingga minggu kedua dan ketiga dengan tingkat keparahan yang
semakin menurun. Pada kelompok alginat hampir tidak ada lagi yang melaporkan
keluhan di saluran cerna sejak minggu kedua. Pada minggu keempat hampir tidak ada
Jika diuji pada level 2, hanya keluhan mual yang terasa nyata dirasakan oleh
kelompok gelatin. Pada kelompok alginat tidak ada yang merasakan mual ataupun
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
64
LEVEL 1
Mual 0,92* 0,23 < 0,05 0,92* 0,08 < 0,05 0,38* 0 < 0,05 0,08 0 > 0,05
Rasa Panas
0,00 0,00 > 0,05 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
di Perut
Lambung
terasa 0,69* 0,15 < 0,05 0,15 0,00 > 0,05 0,08 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
penuh
Muntah 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
Konstipasi 0,31 0,08 > 0,05 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
Diare 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
Perut terasa
0,69* 0,08 < 0,05 0,38* 0,00 < 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
nyeri
Hilang
selera 0,54* 0,08 < 0,05 0,31 0,00 > 0,05 0,08 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
makan
LEVEL 2
Mual 0,46* 0,00 < 0,05 0,08 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
Perut nyeri 0,23 0,00 > 0,05 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
Hilang
selera 0,15 0,00 > 0,05 0,00 0,00 > 0,05 0,00 0 > 0,05 0,00 0 > 0,05
makan
Keterangan :
n : 13 (kelompok kapsul gelatin); 13 (kelompok kapsul alginat)
* : p < 0,05 (antara kelompok gelatin dan alginat berbeda signifikan)
Level 1 : gejala dirasakan pada skala keparahan berapapun selama minimal 2 hari atau lebih
Level 2 : gejala dirasakan pada skala keparahan minimal 2 atau lebih selama minimal 3 hari atau lebih
Efek samping saluran cerna lainnya seperti muntah dan diare tidak ada
dilaporkan oleh kedua kelompok pada dosis 60 mg Fe ini. Konstipasi terjadi hanya di
minggu pertama pada level 1, namun tak berbeda bermakna antara kedua kelompok.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
65
Jika kelompok gelatin ditinjau dari minggu ke minggu, keluhan efek samping
seperti mual, lambung terasa penuh, konstipasi, dan perut nyeri pada level 1 antara
minggu pertama dan kedua tidak berbeda secara nyata. Pada minggu ketiga sudah
selera makan, proporsi subyek yang melaporkannya dari minggu ke minggu tidak
berbeda secara nyata. Pengujian pada level 2, hanya keluhan mual yang tetap ada
hingga minggu kedua namun dengan frekuensi yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan pada minggu pertama. Perbedaan antar minggu pada tiap kelompok perlakuan
menjadi hitam dan timbul rasa kantuk. Sedangkan pada subyek yang tidak mengeluh-
kan efek samping saluran cerna melaporkan bahwa nafsu makan mereka meningkat.
Para subyek penelitian ini tidak memiliki riwayat gangguan saluran cerna
dari kedua kelompok tersebut yang menyanggupi untuk diendoskopi. Hal ini
keberatannya untuk dilakukan tindakan endoskopi. Jadi total sepuluh orang yang
diendoskopi pada penelitian ini. Hal ini mengacu pada penelitian Troost, et.al., 2003
yang menggunakan enam orang subyek untuk meneliti efek samping pemberian
FeSO4 pada saluran cerna. Hasil endoskopi menunjukkan bahwa lambung mereka
semua normal pada saat sebelum pemberian FeSO4 300 mg; sesuai dengan riwayat
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
66
kesehatan mereka yang tanpa riwayat keluhan saluran cerna (Lampiran 6). Pada akhir
penelitian, hanya dua orang dari kelompok kapsul gelatin dan satu orang dari
Jika dilihat dari gambaran endoskopi setelah 4 minggu pemberian FeSO4 300
mg maka pada subyek di kelompok kapsul gelatin ditemui adanya gambaran gastritis
pada bagian antrum lambung yaitu tampak pada bagian antrum dan prepilorus
pilorus pilorus
gastritis
(a) (b) gastritis (c) (d)
(a) Lambung penderita (Ka) sebelum pemberian FeSO4 300 mg dalam kapsul gelatin:
normal
(b) Lambung penderita (Ka) setelah 4 minggu pemberian FeSO4 300 mg dalam
kapsul gelatin : gastritis antrum
(c) Lambung penderita (St) sebelum pemberian FeSO4 300 mg dalam kapsul gelatin :
normal
(d) Lambung penderita (St) setelah 4 minggu pemberian FeSO4 300 mg dalam kapsul
gelatin: gastritis
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
67
Sedangkan pada subyek yang menerima zat besi dalam kapsul alginat tidak
pilorus pilorus
(a) Sebelum pemberian FeSO4 300 mg dalam kapsul alginat : lambung normal
(b) Setelah 4 minggu pemberian FeSO4 300 mg dalam kapsul alginat : lambung
normal
(c) Duodenum setelah pemberian FeSO4 300 mg dalam kapsul alginat selama 4
minggu : normal
Hasil ini sejalan dengan apa yang ditemukan pada laporan efek samping; yaitu
bahwa pada kelompok gelatin muncul keluhan mual yang nyata dibandingkan dengan
kelompok kapsul alginat dan ternyata secara endoskopis tampak gambaran gastritis.
Sedangkan pada kelompok kapsul alginat yang tanpa keluhan saluran cerna yang
berarti, setelah dipastikan dengan endoskopi tidak tampak gambaran patologis pada
Dari data laporan keluhan efek samping, dilakukan pula perhitungan jumlah
total skor keluhan efek samping yang dialami oleh subyek penelitian setelah satu
bulan minum FeSO4. Kemudian berdasarkan jumlah skor yanag diperoleh, tingkat
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
68
keparahan keluhan efek samping setelah satu bulan diklasifikasikan ke dalam lima
kategori yang lebih terperinci seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.3.
18 17
16
14 Gelatin
Sk o r K e lu h a n
12 Alginat
10 Kriteria Skoring :
8 0–7 = sangat ringan (keluhan tak nyata)
6 8 – 17 = ringan
6 18 – 34 = sedang (gastritis)
4
4 35 – 68 = berat
2
69 – 85 = sangat berat
2
0 0 0 0 > 85 = sangat berat sekali
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Gambar 4.3 Grafik Skoring Rata-rata Keluhan Efek Samping Mingguan Selama
Pemberian FeSO4 300 mg Pada Kelompok Kapsul Gelatin dan Alginat
Pada akhir penelitian (minggu ke-4), kelompok kapsul gelatin berada pada
kriteria sedang (skor rata-rata = 25) yang bila dikaitkan dengan hasil endoskopi,
gastritis (Gambar 4.1) dan secara umum subyek di kelompok kapsul gelatin ini
kurang dapat mentoleransi efek samping yang muncul yang nantinya diketahui
keluhan berada pada kriteria yang sangat ringan (skor rata-rata = 4), dan dari
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
69
(Gambar 4.2), serta secara umum seluruh subyek kelompok kapsul alginat dapat
pun lebih baik. Skoring keluhan efek samping tersebut berubah dari minggu ke
minggu dengan kecenderungan makin berkurang. Keluhan paling nyata dialami pada
awal pemberian FeSO4 300 mg yaitu terutama selama minggu pertama. Hal ini dapat
skor efek samping yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu 25 (kelompok kapsul ge-
latin) maka klasifikasi jumlah skor 18 – 34 (kriteria sedang) sesuai dengan gambaran
berada pada kriteria sangat ringan (0 – 7) sesuai dengan hasil endoskopi normal.
Hasil tersebut masih merupakan data awal yang masih harus diteliti lebih lanjut
dengan jumlah subyek yang lebih banyak sehingga untuk semua kriteria tersebut
diharapkan dapat menjadi suatu alat bantu untuk menilai kondisi saluran cerna
khususnya setelah konsumsi FeSO4 tanpa harus melakukan tindakan endoskopi yang
Suplementasi besi dapat diberikan dengan biaya yang relatif rendah namun
dengan bioavailabilitas yang cukup tinggi dengan menggunakan garam FeSO4 namun
dapat bermasalah dalam hal toleransi lambung dan kepatuhan oleh karena adanya
masalah efek samping pada saluran cerna (Cook, et.al., 1990; Harvey, et.al., 1998;
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
70
Beard, 2000; Hyder, et.al., 2002; McDiarmid dan Johnson, 2002; Gastearena, et.al.,
2003; Zimmermann, 2007). Terutama bila harus diberikan pada kondisi lambung
kosong, saat absorpsi FeSO4 lebih baik (USPDI, 1989; ASHP, 2002).
Cangkang kapsul alginat yang pada penelitian ini digunakan untuk membawa
FeSO4 memberikan keuntungan berupa tidak terjadi atau berkurangnya efek samping
di saluran cerna. Meskipun berbagai sediaan oral besi lepas lambat ataupun lepas
tunda lainnya telah banyak dikeluarkan oleh berbagai perusahaan farmasi dalam
kesehatan. Hal ini disebabkan oleh karena bioavailabilitas yang rendah karena zat
besi baru dilepaskan setelah melewati tempat absorpsi besi yang maksimal di usus;
selain harga yang lebih mahal (Rudinskas, et.al., 1989; Walker, et.al., 1989;
perlahan di lambung) (Bangun, dkk., 2005). Hal ini dimungkinkan oleh karena kapsul
alginat memiliki sifat tidak pecah di lambung namun hanya mengembang membentuk
pori-pori sebagai jalan bagi zat besi untuk keluar dari kapsul secara bertahap. Dengan
demikian zat besi tidak langsung dilepaskan dalam jumlah besar dalam satu waktu di
satu area di lambung, namun dilepaskan sedikit demi sedikit sehingga dapat
mengurangi bolus load Fe yang masuk ke sistem saluran cerna (Makrides, et. al.,
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
71
Hal tersebut sesuai untuk zat besi yang larut di lingkungan asam sehingga zat
besi yang sudah terlarut di lambung akan tersedia dalam bentuk siap diabsorpsi di
usus halus proksimal. Dengan demikian keluhan efek samping di saluran cerna dapat
dikurangi oleh karena zat besi dikeluarkan secara perlahan dari sediaan kapsul
alginat. Hal ini sesuai dengan yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa keluhan efek
samping di saluran cerna hampir tak dialami oleh kelompok alginat dibandingkan
dengan kelompok gelatin (Tabel 4.2). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian pre-
2006). Dengan demikian hal ini menambah alternatif jenis sediaan gastric delivery
system (GDS) untuk sediaan antianemia defisiensi besi yang aman bagi lambung;
dalam matriks hidrokoloid juga dapat mengurangi keluhan efek samping saluran
Intoleransi saluran cerna terhadap sediaan besi oral merupakan fungsi dari
jumlah zat besi ionik yang terlarut, tergantung dosis, pada saluran cerna bagian atas
(Cook, et.al, 1990; Yip, 1996; ASHP, 2002; Makrides, et. al., 2003). Berdasarkan
data pustaka, dosis 30-60 mg Fe per hari cukup dapat ditoleransi oleh lambung yaitu
dengan tingkat kejadian efek samping saluran cerna yang rendah (Hyder, et.al.,
2002). Namun dari penelitian ini yang juga menggunakan dosis FeSO4 300 mg (60
mg Fe/hari), efek samping saluran cerna yang terutama dialami oleh kelompok
gelatin berupa mual yang nyata telah dapat menyebabkan kepatuhan terhadap terapi
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
72
menjadi berkurang. Pada dosis penelitian ini keluhan muntah maupun diare tidak
terjadi.
Efek samping Fe pada saluran cerna diduga adalah karena iritasi langsung
oksidatif yang diinduksi oleh Fe dalam reaksi kimia Fenton (Beard, 2000; Troost,
et.al., 2003; Gasche, et.al., 2004). Diduga bahwa selama terapi besi oral
lumen usus yang tersedia untuk reaksi kimia Fenton yang berperan dalam
biologis yang salah satunya berupa peroksidasi lipida mukosa di saluran cerna
(Troost, et.al., 2003). Jadi semakin tinggi dosis Fe maka akan makin tinggi efek
pemberian dosis zat besi 60, 120, dan 240 mg Fe/hari masing-masing menimbulkan
efek samping pada 32, 40, dan 72% wanita (Beard, 2000).
Penelitian ini dirancang untuk menilai efek samping yang dirasakan setelah
mengkonsumsi fero sulfat dalam kapsul gelatin atau alginat, sehingga para subyek
harus meminum obat satu jam sebelum makan. Diharapkan pada saat lambung
kosong tersebut selain absorpsi besi optimal, keluhan efek samping yang dirasakan
pun tak dipengaruhi oleh keberadaan makanan lain di lambung yang mungkin dapat
Selanjutnya hal ini dipastikan melalui pemeriksaan endoskopi pada subyek pada
kelompok alginat maupun gelatin pada akhir minggu keempat. Dari Gambar 4.1 dan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
73
4.2 tampak perbedaan bahwa di kelompok alginat kondisi lambung tetap normal pada
sebelum dan sesudah minum FeSO4 300 mg dalam cangkang kapsul alginat.
Sedangkan pada kelompok gelatin tampak adanya gastritis di bagian antrum lambung
setelah minum FeSO4 300 mg dalam cangkang kapsul gelatin. Hal ini menunjukkan
bahwa zat besi dilepaskan secara serentak dari kapsul gelatin yang bersifat larut
jenuh Fe di satu area, menimbulkan kerusakan oksidatif yang intensif di area tersebut
yang mengganggu keseimbangan pro- dan antioksidan tubuh (Troost, et.al., 2003).
Pada kondisi penelitian ini (60 mg Fe/hari selama 4 minggu), gastritis hanya tampak
di antrum lambung; tak ditemukan kondisi patologis di bagian lain saluran cerna.
Posisi antrum yang merupakan bagian melengkung dari lambung membuat obat
terjebak di sana, sehingga menjadikannya tempat yang paling sering bagi terjadinya
gastritis. Gastritis yang diinduksi oleh Fe pada kondisi penelitian ini tampak ringan
Produksi radikal bebas yang diinduksi oleh Fe sebenarnya secara normal akan
diimbangi segera oleh sistem antioksidan tubuh. Diduga bahwa zat antioksidan ini
sudah tersedia dalam suatu kompartemen pernyimpanan di usus halus yang akan
segera dilepaskan jika ada kerusakan oksidatif (Troost, et.al., 2003). Hal ini dapat
menjelaskan bahwa sepanjang terapi besi oral dalam penelitian ini dari minggu ke
minggu efek samping yang dirasakan semakin berkurang. Dapat dikatakan pula
bahwa dengan cara ini tubuh mulai beradaptasi terhadap pemberian suplemen besi
(ASHP, 2002). Selain juga kemungkinan karena faktor persepsi subyek terhadap efek
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
74
samping yang bersifat subyektif. Diketahui pula dari penelitian Gastearena, et. al.,
keuntungan tidak terjadinya efek samping di saluran cerna selain juga memberikan
efektivitas pengobatan yang cukup baik. Dengan demikian akan mengurangi biaya
penderita karena sakit baik oleh karena kondisi anemianya maupun karena efek
setiap hari selama empat minggu. Pada akhir minggu keempat, dihitung total jumlah
obat yang diminum tiap penderita untuk menilai kepatuhan penderita terhadap terapi
besi ini. Kepatuhan rata-rata kelompok alginat adalah 94,51% sedangkan, kelompok
Subyek dikategorikan patuh jika rasio antara jumlah obat yang diminum dengan
yang direkomendasikan lebih besar dari 90%. Dengan demikian kelompok alginat
Kepatuhan pada kelompok yang melaporkan efek samping terutama mual ternyata
juga kurang yaitu 85,5% dibandingkan dengan yang tak ada keluhan mual (95%). Hal
ini menunjukkan adanya kaitan antara jenis sediaan obat dengan kemungkinan efek
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
75
jenis variabel subyek seperti tingkat pendidikan, kadar Hb awal maupun kadar feritin
Dalam hal kepatuhan terhadap terapi, tentunya di kelompok alginat lebih patuh
oleh karena adanya keuntungan utamanya bahwa keluhan di saluran cerna tidak
terjadi. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang mengamati kaitan
antar kepatuhan dan efek samping (Cook, et.al., 1990; Yip, 1996; Harvey, et.al.,
Bila dikaitkan dengan tingkat pendidikan, maka pada kelompok subyek yang
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
76
berpendidikan lebih tinggi. Apalagi jika pada kelompok ini juga mengalami efek
samping mual, kepatuhannya menjadi sekitar 81,12%. Pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan terutama mengenai gejala anemia dan akibatnya bagi kesehatan secara
diberikan padanya. Dalam hal ini sudah seharusnya obat yang diberikan padanya
dapat dirasakan manfaatnya dan efek samping hendaknya tak dirasakannya sehingga
kepatuhan terhadap pengobatan dapat terjaga. Maka diharapkan FeSO4 dalam kapsul
nilai normal relatif lebih tinggi, yaitu berturut-turut 90,91 dan 96,87%. Hal ini dapat
dikatakan bahwa nilai Hb dan feritin yang rendah menjadi salah satu motivasi untuk
motivasi pada penderita oleh karena terapi anemia ini harus dijalani rutin setiap hari
selama jangka waktu hingga 3 sampai 6 bulan; selain menggunakan sediaan tanpa
efek samping. Apalagi umumnya tingkat pendidikan penderita anemia relatif rendah
dengan kemampuan ekonomi yang juga relatif rendah sehingga harus diberikan
edukasi dan informasi yang jelas tentang kondisi anemianya untuk meningkatkan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
77
4.4 Hasil Intervensi Pemberian FeSO4 300 mg terhadap Kadar Hemoglobin dan Feritin
Hasil pemeriksaan kadar rata-rata hemoglobin dan feritin penderita pada akhir
minggu keempat dapat dilihat pada Tabel 4.4. Secara umum pada kelompok gelatin
maupun alginat terjadi peningkatan kadar Hb dan feritin. Jika dilihat kemampuan
meningkatkan Hb maupun feritin, baik pada kelompok gelatin maupun alginat tidak
berbeda bermakna secara statistika (p > 0,05; independent t - test). Namun jika dilihat
feritin serum lebih tinggi di kelompok gelatin (29,28 ± 18,90) daripada di kelompok
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
78
Dengan sistem slow-release gastric delivery system dari kapsul alginat ini
memungkinkan terjadinya peningkatan fraksi besi yang diabsorpsi oleh karena besi
Transporter1) (Anderson, 2002; Andrews, 2005). Pada mekanisme transpor aktif ini
dapat terjadi kondisi kejenuhan transporter sehingga menyebabkan zat besi terlarut
yang telah berada di lumen usus tak dapat diabsorpsi; dengan demikian mengurangi
fraksi besi yang diabsorpsi (Zimmermann, 2007). Hal ini juga dapat menjadi
Meskipun secara statistik tidak berbeda bermakna dengan kelompok gelatin, tetapi ini
dapat menjadi indikasi bahwa tingkat absorpsi yang lebih tinggi dari dosis sediaan
alginat Fe 60 mg/hari dengan sistem slow-release gastric delivery system ini akan
dapat setara dengan absorpsi dari terapi sehari 2-3 kali untuk indikasi anemia sedang
hingga berat. Hal ini diharapkan seperti yang ditemukan oleh Cook, 1990 dengan
sediaan GDS-nya. Namun hal ini masih harus diteliti lebih lanjut dengan jumlah
penderita yang lebih banyak dan kondisi penelitian yang lebih terkendali; sehingga
kapsul alginat FeSO4. Oleh karena penelitian ini tidak dirancang secara optimal untuk
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
79
cadangan besi. Selain itu perlu dicoba pula untuk menggunakan dosis Fe yang lebih
Dalam hal feritin, variabilitas individual dalam hal fisiologis feritin sangat
alginat lebih rendah daripada di kelompok gelatin; meskipun secara statistik hal ini
tak berbeda bermakna. Selain juga bahwa kondisi-kondisi lainnya yang dapat
mempengaruhi naik ataupun turunnya feritin dalam penelitian ini memang tak
4.5 Pemberian FeSO4 300 mg dalam Cangkang Kapsul Alginat Pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi dengan Gangguan Lambung
defisiensi besi yang mengalami gangguan lambung, yang pada umumnya berupa
gastritis antrum. Oleh karena itu sebagai tambahan dalam penelitian ini, dilakukan
penilaian terhadap keluhan gejala pada saluran cerna pada saat kondisi defisiensi besi
Pada kesembilan orang tersebut diberikan lansoprazol sehari satu kali yang
alginat FeSO4 300 mg, yang diharapkan lebih aman bagi lambung dibandingkan
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
80
Setelah dievaluasi pada tiap akhir minggu, umumnya tidak ada keluhan yang
nyata dirasakan oleh kelompok ini. Umumnya mereka dapat mentoleransi pemberian
FeSO4 dalam kapsul alginat ini (Lampiran 11). Keluhan yang sempat dilaporkan
sebatas mual. Kepatuhan rata-rata kelompok ini pun cukup baik yaitu 94,4%
(Lampiran 12).
Terdapat 1-2 orang yang melaporkan tercium bau seperti amis ataupun bau
metal saat menelan obat sehingga menimbulkan rasa mual. Hal ini dapat saja terjadi
oleh karena kapsul alginat masih diproduksi secara manual yang dapat menyebabkan
variasi ketebalan cangkang yang dibuat sehingga kapsul yang dihasilkan kurang rapat
memberikan celah bagi isi kapsul untuk masuk di ruang antara badan dan tutup
diteliti lebih lanjut dengan rancangan penelitian lain yang sesuai; termasuk
pemeriksaan Hb dan feritin sehingga dapat dinilai efektivitas dan keamanan terapi
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
BAB V
5.1 Kesimpulan
2. keluhan efek samping saluran cerna secara umum lebih sering terjadi pada
kelompok gelatin), lambung terasa penuh (69%), perut nyeri (69%), dan
pertama.
81
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
82
5.2 Saran
1. dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah penderita yang lebih banyak
pada kelompok usia lainnya, waktu yang lebih panjang, dan kondisi
alginat FeSO4
digunakan untuk dosis Fe yang lebih tinggi untuk terapi anemia sedang
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, G.J., Frazer, D.M., McKie, A.T., Wilkins, S.J., dan Vulpe, C.D. (2002).
The Expression and Regulation of The Iron Transport Molecules Hephaestin
and IREG1 : Implications for The Control of Iron Export from The Small
Intestine. Cell Biochem Biophys. 36(2-3):137-146.
Andrews, C.N. (2005). Understanding Heme Transport. The New England Journal of
Medicine. Boston. 353(23):2508-2509.
Anonim. (2006). Iron Transport and Cellular Uptake. Diperoleh dari http://sickle.
bwh.harvard. edu/iron transport.html pada 25 Agustus 2006.
Arica, B., Calis, S., Atilla, P., Durlu, T.N., Cakar, N., Kas, S.H., dan Hincal, A.A.
(2005). In Vitro and In Vivo Studies of Ibuprofen-Loaded Biodegradable
Alginate Beads. Journal of Microencapsulation. 22(2):153 – 165.
ASHP. (2002). AHFS Drug Information. Bethesda : American Society of Health
System Pharmacists, Inc.
Bangun, H. (2002). The Preparation of Indometacin Capsules without
Gastrointestinal Side Effect. The 32nd Korean Society Annual Meeting, Seoul,
Korea. The Korean Society of Pharmaceutics. Pharmaceutics in Asia. 28-29
Nov.
Bangun, H., Tarigan, P., Simanjuntak, M.T., dan Ismanelly, T. (2005). Pembuatan
dan Karakterisasi Kapsul Alginat yang Tahan Terhadap Asam Lambung.
Media Farmasi. 13(1):70–79.
Barbaroux, O. (2007). Production, Properties, and Uses of Alginate, Carageenan, and
Agar. FAO Corporate Document Repository. Diperoleh dari www.fao.org/
docrep/field/003/ AB728E/AB728E09.htm pada 5 Desember 2006.
Beard, L.J. (2000). Effectiveness and Strategies of Iron Supplementation During
Pregnancy. American Journal of Clinical Nutrition. 71 (suppl)
Belitz, H.D dan Grosch, W. (1987). Food Chemistry. Edisi Kedua. Berlin : Springer
Verlag
Berkow, R.(1997). The Merck Manual of Medical Information. New York : Pocket
Books Health.
Cook, D.J., Carriaga, M., Kahn, G.S., Schalch, W., dan Skikne, S.B. (1990). Gastric
Delivery System for Iron Supplementation. The Lancet. 335(8698):1136–1139.
Delorme, M.A., Inwood, M.J., dan Gwadny-Shridar, F. (1990). Letter : Enteric
Coated Iron tablets. Canadian Medical Association Journal. 142(1).
83
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
84
DepKes RI. (2005). Anemia Gizi Anak Salah Satu Masalah Gizi Utama di Indonesia.
Artikel online.
deSouza, I.A., Filho, B.M., Fereira, CO.L., dan Figueiroa. The Effectiveness of Three
Regimens Using Ferrous Sulfat to Treat Anemia in Pregnant Women. Rev
Panam Salud Publica. 15(5).
Dhungana, S., Taboy, H.C., Zak, O., Larvie, M., Crumbliss, L.A., dan Aisen,
B.(2004). Redox Properties of Human Transferrin Bound To Its Receptor.
Biochemistry. 43(205).
DitJen POM.(2001). Informatorium Obat Nasional (IONI). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
DitJen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta:Departemen Kesehatan
RI.
FAO. (2006). Human Nutrition in The Developing World. FAO Corporate Document
Repository. Diperoleh dari www.fao.org/docrep/W0073E/w007e05.htm pada
25 Agustus 2006.
FAO/WHO.(2002). Human Vitamin and Mineral Requirements. Report of a Joint
FAO/WHO Expert Consultation, Rome. Diperoleh dari www.fao.org/
DOCREP/005/y8346m/ y8346m02.htm pada 23 Maret 2007.
Gasche, C., Lomer, E.C.M., Cavill, I., dan Weiss, G. (2004). Iron, Anaemia, and
Inflammatory Bowel Disease : Review Article. Gut. 53:1190-1197.
Gastearena, I.A.M., Gil, G.A., Azqueta, A., Coronel, P.M., dan Gimeno, M. (2003).
A Comparative Study on The Gastroduodenal Tolerance of Different
Antianemics Preparations. Human & Experimental Toxicology. 22:137-141.
Gennaro, R.A. (1990). Pharmaceutical Sciences. Edisi 18. Pennsylvannia : Mack
Publishing Company.
Gennaro, R.A. (2000). Remington : The Science and Practice of Pharmacy. Edisi 20.
Pennsylvannia : Mack Publishing Company.
Gillman, A.G., Hardman, J.G., dan Limbird, L.E. (1996). The Pharmacological Basis
of Therapeutics. Edisi 9. New York : Pergamon Press.
GPAC (Guidelines and Protocol Advisory Committee).(2004). Investigation and
Management of Iron Deficiency. Victoria : British Columbia Medical
Association. Diperoleh dari www.healthservices.gov.bc.ca/msp/protoguide.
Groves, M.J. (1989). Drug Information for Healthcare Professional. Edisi 9. Volume
IA. USA : USP Convention, Inc.
Harvey, J.S.R., Reffitt, M.D., Doig, A.L., Meenan, J., Ellis, D.R., Thompson, H.P.R.,
dan powell, J.J. (1998). Ferric Trimaltol Corrects Iron Deficiency Anemia in
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
85
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
86
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
87
Suartika, W.I. (1999). Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Bualemo
Sulawesi Tengah. Cermin Dunia Kedokteran. 124:44 – 45.
Sumaiyah. (2006). Uji Pelepasan, Bioavailabilitas dan Iritasi Akut Terhadap
Lambung Kelinci dari Fero Sulfat yang Diformulasi dalam Kapsul Alginat.
Tesis. Program Magister Ilmu Farmasi. Medan : Sekolah Pascasarjana USU.
Susanti, E. (2006). Uji Efek Analgetika dan Keamanan Terhadap Lambung dari
Aspirin yang Diberikan dengan Cangkang Kapsul Alginat Dibandingkan
dengan Kapsul Gelatin Yang Diberikan Pada Hewan Coba Kelinci. Tesis.
Program Magister Ilmu Farmasi. Medan : Sekolah Pascasarjana USU.
Thom, D., Grant, G.T., Morris, E.R., dan Rees, D.A. (1982). Characterisation of
Cation Binding and Gelation of Polyuronates by Circular Dichroism.
Carbohydrate Research. 100:29-42.
Timmcke, J.Q.(2005). A New Approach to Deliver Iron to A Deficient Population :
Formulation Focus. Diperoleh dari www.
Tripathi, K.D.(2001).Essential of Medical Pharmacology. India : Jaypee Brothers
Medical Publisher.
Troost, J.F., Saris, M.H.W., Haenen, G., Bast, A., dan Brummer, M.J.R. (2003).New
Method to Study Oxidative Damage and Antioxidants in The Human Small
bowel : Effects of Iron application. American Journal of Physiology -
Gastrointestinal and Liver Physiology. 285:G354-G359.
USPDI. (1989). Drug Information for The Health Care Professional. Edisi 9. Vol.
IA. United States Pharmacopeial Convention, Inc.
USPDI. (1995). Advice for Patient Drug Information in Lay Language. Edisi 15. Vol.
II. United States Pharmacopeial Convention, Inc.
Viteri, E.F. (1997). Iron Supplementation for The Control of Iron Deficiency in
Population at Risk. Nutrition Reviews. 55(6):195-209.
Wahyuni, A. S.(2004). Anemia Defisiensi Besi Pada Balita. USU Digital Library.
Walker, E.S., Paton, W.T., Cowan, H.D., Manuel, A.M., dan Dranitsarisa, G. (1989).
Bioavailability of Iron in Oral Ferrous Sulfate Preparation in Healthy
Volunteers. Canadian Medical Association Journal.141(6):543-547.
Yip, R. (1996). Iron Supplementation During Pregnancy : Is It Effective?. American
Journal of Clinical and Nutrition. 63:853-855.
Zavaleta, N., Respicio, G., dan Garcia, T,. (2000). Efficacy and Acceptability of Two
Iron Supplementation Schedules in Adolescent School Girls in Lima, Peru. The
Journal of Nutrition. 130:462S-464S.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
88
Zimmermann, M.B., Hurrell, R.F. 2007. Nutritional Iron Deficiency. The Lancet.
370(9586):511-520.
Zlotkin, S., Arthur, P., Antwi, Y.K., dan Yeung, G. (2001a). Randomized, Controlled
Trial of Single versus 3-times-daily Ferrous Sulfat Drops for Treatment of
Anemia. Pediatrics. 108(3):613-616
Zlotkin, S., Arthur, P., Antwi, Y.K., dan Yeung, G. (2001b). Treatment of Anemia
with Microencapsulated Ferrous Fumarate Plus Ascorbic Acid Supplied as
Sprinkles to Complementary (weaning) Foods. Am J Clin Nutr. 74.
http://sickle.bwh.harvard.edu/iron_trans-port.html
www.cybercolloids.net/.../introduction.php
www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=483&Itemid=2
www.drugs.com
www.fmcmagenta.com
www.pinehurstmedical.com/.../endoscopy.htm
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 1
89
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 2
Saya konfirmasikan bahwa saya telah menjelaskan bentuk dan tujuan penelitian
tersebut kepada yang bersangkutan. Untuk mendapatkan persetujuannya, telah
dipahami resiko, maupun manfaat atas prosedurnya secara keseluruhan dan kemudian
menandatanganinya di hadapan saya.
90
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 3
Simpangan Simpangan
12,99 2,09 8,99 - 10,50 2,26 9,87
Baku Baku -
Keterangan :
0 = tidak sekolah
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = Universitas
91
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
92
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
93
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
94
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
95
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 6
96
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
97
(e)
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 7
gastritis
98
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
99
gastritis
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 8
100
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
101
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
102
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 11
(a) Jum : pada antrum mukosa hiperemis (b) Jmh : pada antrum mukosa hiperemis
dan erosi (gastritis antrum) (gastritis antrum)
(c) Kam : pada antrum mukosa (d) Rhn : pada antrum mukosa hiperemis
hiperemis dan erosi (gastritis (gastritis antrum)
antrum)
103
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
104
(e)
(f) Tin : pada korpus mukosa hiperemis (g) Sra :pada antrum prepilorik mukosa
dan snakeskin appearance, antrum hiperemis, oedema dan ulkus (+)
mukosa hiperemis, pre pilorik ulkus dengan dasar kotor (ulkus pada
dengan mukosa putih dasar antrum pre pilorik )
kemerahan (ulkus pre pilorik +
gastropati + gastritis antrum)
(h)Srk : pada antrum tampak (i) Sum: pada pilorik dijumpai ulkus
mukosa hiperemis (gastritis (+) dasar putih tidak hiperemis
antrum) (ulkus pilorik)
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
105
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
106
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
107
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
108
Lampiran 14
Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation
Mean
gelatin 13 42,1538 12,93475 3,58745
Usia
alginat 13 35,9231 10,49969 2,91209
gelatin 13 11,9769 2,08533 ,57837
Hb
alginat 13 11,6031 2,26209 ,62739
gelatin 13 20,2908 8,99204 2,49394
Ferritin
alginat 13 16,4992 9,86962 2,73734
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
109
Crosstab
Count
mual minggu 1
non level1 level1 Total
perlakuan gelatin 0 13 13
alginat 10 3 13
Total 10 16 26
Chi-Square Tests
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
110
Crosstab
Count
mual minggu 2
non level1 level1 Total
perlakuan gelatin 1 12 13
alginat 12 1 13
Total 13 13 26
Chi-Square Tests
Count
mual minggu 3
non level1 level1 Total
perlakuan gelatin 8 5 13
alginat 13 0 13
Total 21 5 26
Chi-Square Tests
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
111
Count
mual minggu 4
non level1 level1 Total
perlakuan gelatin 12 1 13
alginat 13 0 13
Total 25 1 26
Chi-Square Tests
2.2 Analisis Statistika Mual Level 1 Kelompok Gelatin Antar Minggu 1,2,3,4
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 mual1 & mual2 13 . .
Pair 2 mual2 & mual3 13 -,365 ,220
Pair 3 mual3 & mual4 13 ,365 ,220
Pair 4 mual1 & mual3 13 . .
Pair 5 mual1 & mual4 13 . .
Pair 6 mual2 & mual4 13 ,083 ,787
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
112
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 mual1 1,00 13 ,000 ,000
mual2 ,92 13 ,277 ,077
Pair 2 mual2 ,92 13 ,277 ,077
mual3 ,38 13 ,506 ,140
Pair 3 mual3 ,38 13 ,506 ,140
mual4 ,08 13 ,277 ,077
Pair 4 mual1 1,00 13 ,000 ,000
mual3 ,38 13 ,506 ,140
Pair 5 mual1 1,00 13 ,000 ,000
mual4 ,08 13 ,277 ,077
Pair 6 mual2 ,92 13 ,277 ,077
mual4 ,08 13 ,277 ,077
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 mual1 - mual2 ,077 ,277 ,077 -,091 ,245 1,000 12 ,337
Pair 2 mual2 - mual3 ,538 ,660 ,183 ,139 ,937 2,941 12 ,012
Pair 3 mual3 - mual4 ,308 ,480 ,133 ,017 ,598 2,309 12 ,040
Pair 4 mual1 - mual3 ,615 ,506 ,140 ,309 ,921 4,382 12 ,001
Pair 5 mual1 - mual4 ,923 ,277 ,077 ,755 1,091 12,000 12 ,000
Pair 6 mual2 - mual4 ,846 ,376 ,104 ,619 1,073 8,124 12 ,000
2.3 Analisis Statistika Mual Level 1 Kelompok Alginat Antar Minggu 1,2,3, 4
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair mual1 ,23 13 ,439 ,122
1 mual2 ,08 13 ,277 ,077
Pair mual2 ,08 13 ,277 ,077
2 mual3 ,00 13 ,000 ,000
Pair mual3 ,00 a 13 ,000 ,000
3 mual4 ,00 a 13 ,000 ,000
Pair mual1 ,23 13 ,439 ,122
4 mual3 ,00 13 ,000 ,000
Pair mual1 ,23 13 ,439 ,122
5 mual4 ,00 13 ,000 ,000
Pair mual2 ,08 13 ,277 ,077
6 mual4 ,00 13 ,000 ,000
a. The correlation and t cannot be computed because the
standard error of the difference is 0.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
113
N Correlation Sig.
Pair 1 mual1 & mual2 13 -,158 ,606
Pair 2 mual2 & mual3 13 . .
Pair 4 mual1 & mual3 13 . .
Pair 5 mual1 & mual4 13 . .
Pair 6 mual2 & mual4 13 . .
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 mual1 - mual2 ,154 ,555 ,154 -,181 ,489 1,000 12 ,337
Pair 2 mual2 - mual3 ,077 ,277 ,077 -,091 ,245 1,000 12 ,337
Pair 4 mual1 - mual3 ,231 ,439 ,122 -,034 ,496 1,897 12 ,082
Pair 5 mual1 - mual4 ,231 ,439 ,122 -,034 ,496 1,897 12 ,082
Pair 6 mual2 - mual4 ,077 ,277 ,077 -,091 ,245 1,000 12 ,337
Count
mualevel21
non level2 level2 Total
perlakuan gelatin 7 6 13
alginat 13 0 13
Total 20 6 26
Chi-Square Tests
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
114
Count
mualevel22
non level2 level2 Total
perlakuan gelatin 12 1 13
alginat 13 0 13
Total 25 1 26
Chi-Square Tests
Count
Chi-Square Tests
mualevel24
non level2 Total Value
perlakuan gelatin 13 13 Pearson Chi-Square .a
alginat 13 13 N of Valid Cases 26
Total 26 26 a. No statistics are computed
because mualevel24 is a constant.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
115
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair mualevel21 ,46 13 ,519 ,144
1 mualevel22 ,08 13 ,277 ,077
Pair mualevel22 ,08 13 ,277 ,077
2 mualevel23 ,00 13 ,000 ,000
Pair mualevel23 ,00a 13 ,000 ,000
3 mualevel24 ,00a 13 ,000 ,000
Pair mualevel21 ,46 13 ,519 ,144
4 mualevel23 ,00 13 ,000 ,000
Pair mualevel21 ,46 13 ,519 ,144
5 mualevel24 ,00 13 ,000 ,000
Pair mualevel22 ,08 13 ,277 ,077
6 mualevel24 ,00 13 ,000 ,000
a. The correlation and t cannot be computed because the standard error
of the difference is 0.
N Correlation Sig.
Pair 1 mualevel21 & mualevel22 13 ,312 ,300
Pair 2 mualevel22 & mualevel23 13 . .
Pair 4 mualevel21 & mualevel23 13 . .
Pair 5 mualevel21 & mualevel24 13 . .
Pair 6 mualevel22 & mualevel24 13 . .
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 mualevel21 - mualevel22 ,385 ,506 ,140 ,079 ,691 2,739 12 ,018
Pair 2 mualevel22 - mualevel23 ,077 ,277 ,077 -,091 ,245 1,000 12 ,337
Pair 4 mualevel21 - mualevel23 ,462 ,519 ,144 ,148 ,775 3,207 12 ,008
Pair 5 mualevel21 - mualevel24 ,462 ,519 ,144 ,148 ,775 3,207 12 ,008
Pair 6 mualevel22 - mualevel24 ,077 ,277 ,077 -,091 ,245 1,000 12 ,337
2.6 Analisis Statistika Mual Level 2 Kelompok Alginat Antar Minggu 1,2,3, 4
Warnings
The Paired Samples Correlations table is not produced.
The Paired Samples Test table is not produced.
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
116
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair mualevel21 ,00a 13 ,000 ,000
1 mualevel22 ,00a 13 ,000 ,000
Pair mualevel22 ,00a 13 ,000 ,000
2 mualevel23 ,00a 13 ,000 ,000
Pair mualevel23 ,00a 13 ,000 ,000
3 mualevel24 ,00a 13 ,000 ,000
Pair mualevel21 ,00a 13 ,000 ,000
4 mualevel23 ,00a 13 ,000 ,000
Pair mualevel21 ,00a 13 ,000 ,000
5 mualevel24 ,00a 13 ,000 ,000
Pair mualevel22 ,00a 13 ,000 ,000
6 mualevel24 ,00a 13 ,000 ,000
a. The correlation and t cannot be computed because the standard error
of the difference is 0.
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 HbGelatin1 11,9846 13 2,09199 ,58021
HbGelatin2 12,4462 13 1,83740 ,50960
Pair 2 HbAlginat1 11,6031 13 2,26209 ,62739
HbAlginat2 12,1162 13 2,26438 ,62803
Pair 3 FeritinGelatin1 20,2908 13 8,99204 2,49394
FeritinGelatin2 49,5754 13 22,57429 6,26098
Pair 4 FeritinAlginat1 16,4992 13 9,86962 2,73734
FeritinAlginat2 33,1792 13 21,07069 5,84396
N Correlation Sig.
Pair 1 HbGelatin1 & HbGelatin2 13 ,966 ,000
Pair 2 HbAlginat1 & HbAlginat2 13 ,979 ,000
Pair 3 FeritinGelatin1 &
13 ,575 ,040
FeritinGelatin2
Pair 4 FeritinAlginat1 &
13 ,899 ,000
FeritinAlginat2
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
117
Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
PeningkatanHb gelatin 13 ,4615 ,57233 ,15874
alginat 13 ,5131 ,46363 ,12859
PeningkatanFeritin gelatin 13 29,2846 18,89910 5,24167
alginat 13 16,6800 12,94728 3,59093
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
Lampiran 13
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.
AT - GASTRITIS
Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita
Anemia Defisiensi Besi.
USU e-Repository © 2008.