A. Pengertian
Gambar 1. (kanan) dokter sedang sedang melakukan atroscopy shoulder dengan melihat
monitor sebagai panduan. (kiri) dokter bedah memasukan arthroscope dan alat bedah dengan incisi
kecil disebut “Portals”.
B. Epidemiologi
Gambar 2. (kiri) menunjukan shoulder joint dalam keadaan normal. Sementara yang (kiri)
menunjukan adanya inflamasi akibat frozen shoulder.
D. Anamnesis
Pasien pria dengan usis 42 tahun datang dengan keluhan sakit pada bahu
bagian kanan, dan sering melakukan latihan tennis selama 4 bulan terakhir. Dan
mengeluh bahwa ada nyeri ketika melakukan gerakan tangan kebelakang dan
mengangkat tangan dan nyeri saat menggerakan bahunya kearah internal rotasi.
E. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Oedema
b. Atrofi otot
c. Asimetris shoulder
d. Adanya bekas luka
e. Ecchymosis
2. Palpasi
a. Nyeri
b. Atrofi otot
c. Joint tenderness
3. Tes gerak
G. Rencana penatalaksanaan
1. Tujuan
Mencegah kelemahan otot, menurunkan nyeri dan mengembalikan aktifitas
fungsional.
1. Prinsip
a. Menurunkan nyeri
b. Meningkatkan ROM
c. Meningkatkan kekuatan otot
d. Perbaikan posture
2. Edukasi
Menyarankan kepada pasien untuk melakukan pola latihan sendiri apabila
sudah di izinkan pulang ke rumah latihan Menggerakan flexi shoulder,
abduksi shoulder, dan internal rotasi shoulder maupun eksternal rotasi.
3. Penatalaksanaan fisioterapi
Gunakan sling selama 1-2 minggu setelah operasi kecuali dinyatakan
lain.
Pemeliharaan posisi postural yang baik ketika melakukan semua
exercise
Pengondisian aerobik selama proses rehabilitasi
Semua active exercise harus dipantau secara hati-hati untuk
meminimalkan substitusi atau kompensasi.
a. Pada minggu pertama post-op
i. Manual :
1. Mobilisasi jaringan lunak ke jaringan sekitarnya, effleurage untuk
oedema.
2. Passive ROM untuk semua bidang sebagai ditoleransi.
ii. Exercise :
1. Fleksi & ekstensi elbow, wrist dan penguatan lengan bawah.
2. Stretch cervical, scapular squeezes, dan lower trap squeezes
3. Penting untuk lepas dari sling untuk fleksi & ekstensi elbow selama
10-15 kali, setiap kali untuk meminimalkan adanya pembengkakan
pada tangan maupun lengan.
4. Latihan kardiovaskuler
b. Minggu 2-5
i. Manual :
1. Lanjutkan treatment jaringan lunak, pasive ROM, glide scapula, dan
mobilisasi ringan pada shoulder
2. Kontrol nyeri ( cryotherapy, massage, electrical stimulation )
ii. Exercise :
1. Latihan isometrik
2. Lakukan gerakan active ROM
3. Latihan kekuatan scapula dengan therabend
4. Lakukan gerakan trunk fleksi & ekstensi
c. Minggu 4-6
i. Manual :
1. Lanjutkan sesuai kebutuhan jaringan lunak fascia, dan mobilitas sendi
ii. Exercise :
1. Latihan strengthening dengan weight bearig, therabend,dan latihan
gym
d. Minggu 6-8
i. Manual :
1. Lanjutkan sesuai kebutuhan jaringan lunak fascia, dan mobilitas sendi
ii. Exercise :
1. Lakukan penguatan rotator cuff dalam berbagai bidang gerak ( wall
ball dribbling, step ups / downs in plank, prone scapula strengthening
with weight )
e. Minggu 8+
i. Mulailah pelatihan khusus olahraga yang ditoleransi tanpa
rasa sakit
ii. Lanjutkan strengthening, latihan endurance, dan kebugaran
secara keseluruhan.
4. Sarana & prasarana
a. Sarana
Bed, mitela
b. Prasarana
Ruang fisioterapi
5. REFERENSI
https://verywellhealth.com/exercises-after-shoulder-arthroscopy
https://orthoinfo.aaos.org/en/treatment/shoulder-arthroscopy/
Health Information and Quality Authority An tUdaras Um
Fhaisneis agus Coiliocht Slainte, (2014). Assessment of
Scheduled Procedures Shoulder arthroscopy.
Anita G. Rao, MDa, Atsushi Yokota, MD, PhD Edward G.
McFarland, MD, Department of Orthopedic Surgery, Northwest
Permanente PC, Physicians and Surgeons, PC, 500 NE
Multnomah, Suite 100, Portland, OR 97232, USA, Department of
Orthopedic Surgery, Oregon Health and Science University,
Portland, OR, USA, ivision of Sports Medicine and Shoulder
Surgery, Department of Orthopedic Surgery, The Johns Hopkins
University, 10753 Falls Road, Suite 215, Lutherville, MD 21093,
USA. Shoulder arthroscopy: principles and practice, Physical
medicine and rehabilitationclinics of North America.
Laminectomy
Kode ICD : 03.09
Kode ICF :
A. Pengertian
Laminectomy adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan tekanan
pada saraf tulang belakang. Laminektomi melibatkan menghapus suatu bagian dari
tulang mencakup lebih dari bagian belakang kanal tulang belakang, hal ini memerlukan
tekanan dari saraf tulan belakang. Laminektomi juga dapat dilakukan untuk menghapus
taji tulang pada tulang belakang Anda. Laminektomi membuka kanal tulang belakang
Anda sehingga saraf tulang belakang Anda memiliki lebih banyak ruang, ini dapat
dilakukan bersama dengan diskectomy, foraminotomy, dan fusi tulang belakang,
Laminektomi juga sering dilakukan untuk mengobati stenosis tulang belakang.
B. Epidemiologi
Aplikasi retrospektif dari kriteria untuk 196 pasien yang menjalani operasi
untuk herniasi lumbar menunjukkan bahwa hanya 48% yang memiliki indikasi
yang tepat dan bahwa dalam 29% pilihan adalah samar-samar. 23% dari pasien
dianggap memiliki operasi yang tidak sesuai bisa menjadi bukti penggunaan
laminektomi yang terlalu liberal, tetapi hasil kami berbeda dengan hasil yang
dipublikasikan sebelumnya belajar menggunakan kriteria yang dikembangkan
pada tahun 1987 di Amerika Serikat. Ketika kami menerapkan kriteria 1987 ini ke
196 kasus yang sama, menemukan bahwa perawatan bedah dianggap tepat hanya
pada 26% kasus, samar-samar pada 33% dan tidak sesuai pada 41%. Perbedaan
besar ini membuktikan kebutuhan untuk memperbarui kriteria secara periodik dan
berkelanjutan.
C. Etiologi
D. Anamnesis
Pasien bernama pungpung berusia 54 tahun, perempuan dengan pekerjaan
penjual nasi sayur. Mengeluh nyeri punggung bawah kanan dan kiri, terasa
kesemutan di kedua kaki dan menjalar dari punggung bawah ke paha
depan sampai jari-jari kaki, semakin kebawah terasa tebal.
E. Pemeriksaan fisisk
a. Inspeksi
Atrofi otot
b. Palpasi
Nyeri
Atrofi otot
c. Tes gerak
Gerakan fleksi terbatas ekstensi lumbal
d. Pemeriksaan penunjang
F. Penegakan diagnosa
a. Activity limitation
Kesulitan posisi duduk ke berdiri
Kesulitan berjalan jauh
Kesulitan dalam dressing ( khususnya memakai celana )
b. Body function & structure impairment
Nyeri punggung bawah
Spasme m. Quadratus lumborus & m. erector spine
Atrofi otot
c. Participation restriction
Keterbatasan dalam bekerja
Keterbatasan dalam nerolahraga
Keterbatasan dalam beribadah secara normal
d. Faktor internal & eksternal
Faktor internal
e. Diagnosa fisioterapi
Adanya keterbatasan gerak fungsional berjalan, duduk ke berdiri
yang disebabkan karena adanya degenerasi dan laminektomi
G. Rencana penatalaksanaa
1. Tujuan
Tujuan nya adalah menjaga kapasitas fisik dan kondisi pasien dalam
menghadapi sebelum, saat dan setelah dilakukan operasi, mencegah
komplikasi tirah baring lama, menurunkan nyeri dan spasme otot,
menjaga dan meningkatkan kekuatan otot, menjaga dan meningkatkan
lingkup gerak sendi, serta menjaga dan meningkatkan kemampuan
fungsional.
2. Prinsip
Menurunkan nyeri
Meningkatkan kekuatan otot
Meningkatkan lingkup gerak sendi
Menurunkan spasme otot .
3. Edukasi
Menyarankan kepada pasien untuk melakukan pola latihan sendiri
apabila sudah di izinkan pulang ke rumah latihan duduk berdiri.
H. Penatalaksanaan fisioterapi
a. Deep breathing exercise
Merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur pernapasan
secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek rileksasi.
Pada saat relaksasi terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya
pengiriman impuls ke saraf otak, menurunnya aktifitas otak, dan
fungsi tubuh yang lain.
J. Referensi
Azzahro Qurratan Ayuni, progrm studi diploma III Fisioterapi
Fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta,
2016. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
PRE OPERATIVE CANAL STENOSIS AKIBAT
SPONDYLOLISTHESIS VERTEBRA LUMBAL IV DAN V DI
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA.
https://bumrungrad.com/id/spine-institute-surgery-bangkok
thailand-best-jci/procedures/laminectomy
https://www.terapisyarafkejepit.com/laminektomi.htm
MayfieldClinic.com, Spinal decompression : Laminectomy &
Laminatomy. Mayfield Brain & spine