Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun (
Wilson, 1991 ) . Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak /
tahun . Untuk insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk
pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000
penduduk pertahun ( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) .
Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair
selama bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari
33 penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang
menderita AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa
pengertian mengenai Leukemia maka penulis berpendapat bahwa leukemia
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel
leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Leukemia?
2. Bagaimanakah klasifikasi penyakit Leukemia?
3. Apakah Etiologi penyakit Leukimia?
4. Bagaimanakah manifestasi klinik penyakit Leukemia?
5. Bagaimanakah patofisiologi penyakit Leukemia?
6. Apa sajakah pemerisaan penunjang penyakit Leukimia?
7. Bagaimanakah Penatalaksanaan penyakit Leukemia?
8. Bagaimanakah konse asuhan keperawatan penyakit Leukimia?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Leukemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Leukemia
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit Leukimia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik penyakit Leukemia
5. Untuk mengetahui penyakit Leukemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit Leukimia
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Leukemia
8. Untuk mengetahui konse asuhan keperawatan penyakit Leukimia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Leukimia

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah.


Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan
lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-
sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan
mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru
ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati
seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Beberapa pengertian menurut para ahli :
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer,
S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain.(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

3
2.2 Klasifikasi Leukemia
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe
sel asal yaitu:
2.2.1 Leukemia Akut
Leukemia Akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-
rata dalam 4 – 6 tahun.
1. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam)
dan kegagalan organ.
Leukemia Limfositik Akut lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%)
daripada umur dewasa (18%). Insiden Leukemia Limfositik Akut akan mencapai
pucaknya pada umur 3 – 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan
hidup 2 - 3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan
sumsum tulang.
2. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia Mieolistik Akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hemopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. Leukemia
Mielositik Akut merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Leukemia Mielositik Akut atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)
lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak
(15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, Leukemia Mieolistik Akut
fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

4
2.2.2 Leukemia Kronik
Leukemia Kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
1. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfositik kecil yang berumur
panjang.
Leukemia Limfositik Kronik cenderung dikenal sebagai kelainan ringan
yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan
2 : 1 untuk laki-laki.
2. Leukemia Ganulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik (LGK/ LMK)
Leukemia Granulositik Kronik/ Leukemia Mielositik Kronik adalah
gangguan mieloproliteratif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid
(seri granulosit) yang relatif matang.
Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan
(40 – 50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90 – 95% penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia
Mielositik Kronik.
Sebagaian besar penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia
Mielositik Kronik akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut
fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas / promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah
merah yang amat kurang.

2.3 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia.

5
2.3.1 Host
1. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. Leukemia
Limfositik Akut merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-
anak, dengan puncak insiden antara usia 3-7 tahun, Leukemia Mielositik
Akut terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan Leukemia Mielositik
Kronik banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. Leukemia Limfositik
Kronik merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun).
Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat
insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih)
dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang
9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa
10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia
terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak,
hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
2. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital,
sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia
Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi
D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara
kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada
kembar identik.

6
2.3.2 Agent
1. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai
salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan
dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di
dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA,
telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan
jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di
Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan
Amerika Serikat.
2. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian Leukemia Mielositik Akut dan
Leukemia Granulositik Kronik jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif
digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli
radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai
insidensi Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia Granulositik Kronik
sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun
setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
3. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18

7
Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya
Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena
leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37)
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar
benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
4. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita
leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut.
5. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan
kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah
tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%
adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI
= 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali
bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.

2.4 Manifestasi Klinik


1. Gejala yang khas adalah pucat, panas dan perdarahan (perdarahan dan anemia
adalah manifestasi utama).
2. Limfadenopati dan hepatosplenomegali
Hal ini disebabkan karena ekstramedular juga terlibat (sel kanker menyebar ke
seluruh hingga limfe, hati, dan limpa menaikkan produksi sel darah putih).

8
3. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalah-
tasfirkan sebagai penyakit reumatik.
4. Gangguan pada sistem saraf pusat
Dapat terjadi sakit kepala, muntah, kejang dan gangguan penglihatan.
5. Gejala lain
Leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang
pada leukimia serebral.
Perdarahan pada leukemia dapat berupa ekimosis, petekie, perdarahan
gastrointestinal.
Manifestasi klinis yang dapat dilihat atau dilaporkan klien atau keluarga secara
langsung :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pusat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam, anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptecie, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang / persendian
g. Nyeri abdomen (Brunner dan Suddarth, 2005)

2.5 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih
pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel
darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi
sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga
merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom
dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh

9
kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan
tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga
bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening,
ginjal, dan otak.
Proses patofisiologi leukimia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologik atau turunannya. Proliferasi sel ganas induk ini menghasilkan sel
leukimia akan mengakibatkan :
1. Penekanan hemopoeisis normal sehingga terjadi bone marrow failure.
2. Infiltrasi sel leukimia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali.
3. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik

10
Pathway:
Agent Host

(virus, zat kimia, sinar radioaktif,dll) (genetik,umur, jenis kelamin, ras)

Proliferasi lokal dari sel


neoplastik dalam
sumsum tulang

Akut limfa blastik


leukimia

Proliferasi sel darah


putih imatur

Imunosupresi pada Pansitopeni Kemoterapi


sumsum tulang

Eritropeni Lekopeni
Gangguan rasa Asam Alopesia
nyaman nyeri lambung
Hb Agropulosi
tosis
Suplai O2 Gangguan
dalam darah Infeksi Mual, citra tubuh
meningkat Risiko muntah
infeksi
Jaringan < O2
Trombositopeni
Kelemahan Splenohep Perdarahan
atomegali

Anoreksia, Risiko kurang


mual, volume
muntah cairan
Intolerasi
aktivitas
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

11
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Pemeriksaan laboratorium
1. Darah tepi
Gejala yang terlihat berdasarkan kelainan sumsum tulang yaitu berupa
pansitopenia, limfositosis yang dapat menyebabkan gambaran darah tepi
monoton dan terdapatnya sel blast. Terdapatnya leukosit yang imatur.
2. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.
3. Sumsum tulang
Hanya terdiri dari sek limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder).
Aspirasi sumsum tulang = hiperseluler terutama banyak terdapat sel mudah.
2.6.2 Pemeriksaan lain
1. Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan
limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit, pulp cell.
2. Lumbal puksi
Untuk mengetahui apakah SSP terinfiltrasi yang dapat dilihat dari
peningkatan jumlah sel patologis dan protein. Kelainan ini dapat terjadi setiap
saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remis atau pada keadaan
kambuh.
3. Sitogenik
Pemeriksaan pada kromosom baik jumlah maupun morfologisnya (Doenges,
2000).
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaan Medis
1. Transfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar hb < 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat
dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit, jika ada tanda
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) dapat diberi heparin.

12
2. Kortikosteroid
(Prednison, kortison) deksametason dsb. Setelah dicapai remisi dons
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
predison. Efek ; alopesia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder
(kandidiasit).
4. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang baru, imunoterapi diberikan jika telah
tercapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106).

2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.8.1 Pengkajian
1. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada
usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat,
sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b. Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemiayaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda
leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri
( Lawrence, 2003).

13
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
d. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit
e. Riwayat psikososial
- Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap
penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari
keluarga dan perawat.
- Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan
tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang
membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
f. Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
 Anemi normokrom normositer
 Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
 Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
 Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
 Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
 SDP : 60.000/cm (50.000)
 PT/PTT : memanjang
 Copper serum : meningkat
 Zink serum : menurun
g. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil

14
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan.

2.8.3 Intervensi
1. DX 1: Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
 Tujuan : pasien bebas dari infeksi
 Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
 Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2) Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

15
4) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi
5) Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme.
7) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler
8) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. DX 2: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat


anemia
 Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
 Kriteria hasil :
- klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
 Intervensi :
1). Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2). Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

16
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3). Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4). Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5). Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di
dalam darah klien.

3. DX 3: Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan


penurunan jumlah trombosit
 Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
 Kriteria hasil :
- HB 12gr/%
- Tidak anemis
 Intervensi :
1). Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2). Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3). Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4). Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5). Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun,
denyut nadi cepat, dan pucat)

17
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi
perdarahan
6). Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7). Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan

4. Dx. 4 : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


mual dan muntah
 Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami
mual dan muntah
 Kriteria hasil :
- klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
 Intervensi :
1). Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2). Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3). Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4). Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5). Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6). Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

18
5. Dx. 6 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
samping kemoterapi dan atau stomatitis
 Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
 Kriteria hasil :
- klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat
 Intervensi :
1). Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari mual dan muntah serta kemoterapi
2). Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3). Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4). Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5). Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6). Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang
adekuat
7). Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

19
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal

6. Dx. 7 : Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


 Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima klien
 Kriteria hasil : - skala nyeri 3
 Intervensi :
1). Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan atau keefektifan intervensi
2). Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu
non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3). Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan
sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu
pemberian atau obat
4). Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5). Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

7. Dx. 9 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau


perubahan cepat pada penampilan.
 Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
 Kriteria hasil :
- keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat

20
 Intervensi :
1). Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2). Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih,
pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3). Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
4). Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
2.8.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.

2.8.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang
diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
3. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

21
4. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman
6. Masukan nutrisi adekuat
7. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan
tidak nyaman.
8. Kulit tetap bersih dan utuh
9. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, klienmembantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih,
rapi, dan berpakaian menarik.
10. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya.
Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan
meluangkan waktu bersama klien.
11. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga danklien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan
dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang berlebihan dari
sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Klasifikasi leukemia dibedakan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal. Yang
dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik. Leukemia Akut
dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia Mielositik
Akut (LMA). Leukemia Kronik dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik
Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik (LMK).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain pada host yaitu umur,
jenis kelamin, ras dan faktor genetik serta pada agent yaitu virus, sinar radioaktif, zat
kimia, merokok dan lingkungan.
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Pada tiap stadium
diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum
diketahui penyebabnya. Bila terjadi, maturasi dapat terganggu sehingga jumlah sel
muda meningkat dan menekan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal.
3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat setelah menegetahui apa yang
dimaksud dengan penyakit Leukemia dapat mengerti bahwa penyakit ini cukup

23
berbahaya dan mematikan. Sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
apabila menemui orang dengan gejala yang telah dijabarkan.

24

Anda mungkin juga menyukai