Para peternak pembibit tetap menerapkan kawin alamiah sebab mereka tak mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai ilmu reproduksi unggas dan inseminasi
buatan. Penerapan inseminasi buatan jelas akan lebih menguntungkan, baik dari segi nilai
bibit maupun dari segi ekonomis. Dengan melakukan inseminasi buatan, maka bibit yang
dihasilkan bisa dikontrol dengan cara ketat dan diketahui dengan cara tentu induk dan
penjantan yang menurunkanya. Dengan cara ini jelas akan lebih hemat dan menguntungkan,
sebab dengan inseminasi buatan hanya membutuhkan sedikit pejantan (1 pejantan bisa
melayani 25 ekor induk dalam sekali penampungan semen). Jumlah pejantan sedikit berarti
akan efisien dalam pemakaian petak kandang dan mengurangi anggaran pakan dan anggaran
produksi lain. (Suyatno, 2003).
Teknologi inseminasi buatan pada ayam mudah dipelajari dan diterapkan. Tidak hanya itu
alat yang dipakai juga sangat sederhana, yaitu bisa dibuat dari spuit (alat suntik ) ukuran 1 ml.
Alat suntik yang telah dimodifikasi dengan menghapus jarumnya bisa dipakai untuk
menampung semen dan sekaligus untuk inseminasi buatan. Bagianan-tahapan inseminasi
buatan mulai dari penyadapan semen, penampungan, pengeceran hingga memasukkan semen
ke dalam vagina ayam relatif mudah diperbuat. Faktor yang menentukan kesuksesan IB ini
hany pada keterampilan peternak yang bisa dilatih berkali-kali. (Suyatno, 2003)
Menurut Sastrodiharjo (1996) teknik IB pada ayam buras adalah suatu teknik mengawinkan
secara buatan dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan pengenceran
tertentu ke dalam saluran reproduksi ayam betina yang sedang bertelur. Pemanfaatan teknik
IB pada industri pembibitan ayam ras telah lama dikembangkan, sedangkan pada ayam buras
baru dikenalkan pada awal tahun 1990. Keuntungan pemanfaatan teknik IB pada ayam buras
ini disamping untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan, menanggulangi rendahnya
fertilitas akibat kawin alam, untuk mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul tetuanya
(induk dan pejantan), meningkatkan jumlah produksi telur tetas, serta upaya pengadaan anak
ayam (DOC) dalam jumlah banyak, umur seragam dan waktu yang singkat. Toelihere (1993)
melaporkan bahwa sejauh ini IB pada unggas hanya menggunakan semen segar dengan atau
tanpa bahan pengencer, hal ini mempunyai kendala, karena semen sesudah ditampung pada
suhu kamar harus dipakai dalam waktu tidak lebih dari 2 jam. Penundaan dalam beberapa
jam dapat menurunkan fertilitas telur.
Para peternak pembibit masih menerapkan kawin alami karena mereka tidak
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang ilmu reproduksi unggas dan
inseminasi buatan. Penerapan inseminasi buatan akan lebih menguntungkan, baik dari sisi
kualitas bibit maupun secara ekonomis. Dengan melakukan inseminasi buatan, maka bibit
yang dihasilkan dapat dikontrol secara ketat dan diketahui secara pasti induk dan penjantan
yang menurunkanya. Secara ekonomis lebih menguntungkan, karena dengan inseminasi
buatan hanya membutuhkan sedikit pejantan (1 pejantan dapat melayani 25 ekor induk dalam
sekali penampungan semen). Jumlah pejantan sedikit berarti akan efisien dalam penggunaan
petak kandang dan mengurangi biaya pakan serta biaya produksi lain. (Suyatno, 2003).
Pelaksanaan IB
Sebelum melaksanakan inseminasi spermatozoa ayam pejantan ke ayam betina, persiapan-
persiapan yang dilakukan adalah:
a. Persiapan alat-alat IB
– Corong plastic atau gelas dilapisi paraffin pada bagian lobangnya.
– Tabung penampung.
– Tuberculine pipet/spuite 1 cc.
b. Bahan
– Larutan Nacl / Air kelapa untuk pengencer Sperma
Pejantan harus dipisahkan sekurang-kurangnya 1 hari dari betina sebelum diambil air maninya.
Ayam pejantan harus diperlakukan secara halus dan perlakuan yang kasar dapat mengakibatkan
kegagalan memperoleh air mani. Makanan ayam jantan yang dipakai harus terdiri dari banyak
makanan butir-butiran.
1. Pengambilan semen dengan mesage
Cara ini memerlukan 2 orang, yakni: Orang pertama memegang ayam jantan pada
bagian antara dua kaki dengan tangan kiri dan tangan kanan menarik kedua sayapnya
ke bawah. Orang kedua dengan tangan kirinya mengadakan urutan dari muka ke
belakaung sambil mengangkat ekornya dan mengadakan sedikit tekanan pada bagian
akhirnya. Bersamaan dengan hal tersebut diatas, dilakukan pula urutan di sekitar
kloaka dengan jari telunjuk dan ibu jari secara teratur dan terus menerus sampai si
ayam jantan memberikan respon dengan keluarnya penis pada kloaka. Pada saat itu
pula akan berejakulasi dan mengeluarkan semen. Semen ini ditampung dalam tabung
reaksi yang selanjutnya siap diinseminasikan
2.
Semen yang diperoleh diencerkan dengan NaCl physiologis atau bahan pengencer lain
dengan perbandingan 1:1, dan segera dilakukan inseminasi.
Untuk melakukan inseminasi buatan diperlukan 2 orang pelaksana, yakni: Orang
pertama memegang ayam betina yang diinseminasikan pada bagian antara kedua paha
dengan tangan kiri dan menjepitnya di ketiak dengan kepala ayam meghadap ke
belakang. Tangan kanan mencari vagina dengan mengadakan tekanan pada bagian
abdomen sekitar kloaka dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Setelah tampak ada dua lubang di dalam kloakanya (sebelah kanan adalah lubang
akhir dari usus dan sebelah kiri adalah vagina), maka semen segera dimasukkan ke
dalam lubang vagina sekurang-kurangnya 0,05 cc dengan menggunakan spuit 1cc
atau spuit tuberculine kira-kira sedalam 2 cm. Bersamaan dengan ini tekan pada
abdomen (perut) ayam di kuarangi, agar semen yang masuk tidak keluar lagi.
Inseminasi buatan ini dilakukan dengan interval seminggu sekali tiap betina