Anda di halaman 1dari 6

ANALISA TINDAKAN 4

PEMBERIAN OBAT MELALUI NEBULIZER


DI RUANG PUSPANIDRA RSUD KARDINAH TEGAL

OLEH :

NAMA : ARIROHYATI

NIM : 180104018

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN 2018

1. Tindakan Pemberian Obat Melalui Nebulizer


2. Indikasi Dilakukan Nebulizer
a. Batuk, untuk mengeluarkan lendir
b. Pilek, untuk melancarkan pernafasan
c. Asma, untuk melonggarkan saluran nafas
d. Alergi yang mengakibatkan batuk-batuk
3. Rasionalisasi Pemberian Nebulizer
Nebulizer adalah suatu alat yang mengubah obat dalam bentuk larutan
menjadi uap secara terus menerus dengan menggunakan tenaga listrik yang
berguna dalam penggunaan obat secara inhalasi atau penghirupan melalui tarik
nafas dalam.
4. Anatomi dan Fisiologi Sistem Terkait Pemberian Nebulizer
a. Anatomi Sistem
1) Sistem Pernafasan
b. Fisiologi Sistem
1) Rongga hidung (cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan
udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering
ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen
saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (co2),
belerang (s), dan nitrogen (n2). Selain sebagai organ pernapasan,
hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan
kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas
yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri
dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya
akan mengalir ke faring.
2) Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian
belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak)
tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).masuknya udara melalui
faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke
saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut
sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar
peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
3) Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar
dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara
dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan
cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing
( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor)
4) Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10-12 cm dengan
diameter 2,5 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga
dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia
ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan.
Trakea tetap terbuka karena terbentuk dari adanya 16-20 cincin
kartilao berbentuk huruf c yang membentuk trakea.
5) Cabang-cabang bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
primer (kanan dan kiri). Bronkus kiri lebih tinggi dan cenderung
horizontal daripada bronkus kanan, karena pada bronkus kiri terdapat
organ jantung. Bronkus kanan lebih pendek dan tebal dan bentuknya
cenderung vertical karena arcus aorta membelokkan trakea
kebawah.Masing-masing bronkus primer bercabang lagi menjadi 9-12
cabang untuk membentuk bronkus sekunder dan tersier (bronkiolus)
dengan diameter semakin menyempit.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang
lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna.
6) Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga
dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura
berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga
pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis
dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran
gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan
diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan
bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang
disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak
bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya
dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum dalton).
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk
kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.
Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong
kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau
mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ
banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi
gas pernapasan.
5. Alat dan Bahan Tindakan Nebulizer
a. Masker inhalasi
b. Bengkok
c. Tissue
d. Mesin nebulizer
e. Kassa secukupnya
f. Handscoon
g. Obat inhalasi
6. Prinsip Tindakan Nebulizer
Prinsip dalam melakukan tindakan Nebulizer memperhatikan prinsip
bersih dalam melakukan tindakannya.
7. Prosedur Tindakan Nebulizer
a. Fase pra interaksi
1) Catatan medis dan perawat
2) Persiapan alat dan bahan
b. Fase interaksi
1) Memberikan salam
2) Melakukan validasi nama pasien, dan memperkenalkan diri
3) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topic pertemuan
c. Fase Kerja
1) Menjaga privasi pasien
2) Mencuci tangan
3) Menggunakan handscone
4) Atur posisi klien
5) Hubungkan kabel ke power listrik, pastikan mesin nebulizer menyala
6) Masukan obat sesuai dosis yang diberikan
7) Hidupkan mesin, kemudian monitor uap apakah sudah keluar uap
8) Mengenakan face mask dengan benar pada pasien
9) Menanyakan apakah sesak sudah berkurang
10) Bila selesai rapikan alat
d. Fase terminasi
1) Evaluasi repon pasien
2) Tentukan rencana tindak lanjut
3) Kontrak yang akan datang
4) Pendokumentasian
8. Respon Pasien Setelah Dilakukan Tindakan
a. Respon objektif
Pasien tampak tenang, nafas pasien tidak cepat dengan RR 21 x/menit
b. Respon subjektif
Pasien mengatakan sesak nafas yang dialami berkurang

9. Analisis Keberhasilan
Pada tindakan pemberian obat melalui nebulizer tidak ada masalah yang
terjadi, baik pada pasien, perawat dan alat yang digunakan, obat diberikan
sampai habis dengan waktu yang dibutuhkan kurang lebih 10 - 15 menit.
10. Refleksi Diri
a. Kekurangan selama fase pra interaksi
Pada fase ini kekurangannya pada penyiapan alat yang salah dalam
pengambilan selang face mask.
b. Kekurangan selama fase kerja
Pada fase ini tidak ada kekurangan yang dialami saat melakukan tindakan.
c. Kekurangan selama fase terminasi
Pada fase ini kekurangan yang dilakukan tidak mengadakan kontrak waktu
setelah melakukan tindakan dan topik yang akan dilakukan.
d. Kekurangan selama fase setelah interkasi
Pada fase ini tidak ada kekurangan

Anda mungkin juga menyukai