Anda di halaman 1dari 16

RESUME TUTORIAL

“GOYANGAN MAUT”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Matakuliah Blok 4.3 Manajemen Bencana dalam Keperawatan
Dosen Tutor: Ns. Christin Wiyani, S.Kep., MSN

Disusun Oleh Kelompok 4 (A 12.3) :


NILAM SARI UMANAILO : 15130124

ST RAMLAH : 15130125

FENI MARDATILA NGANGUN : 15130127

YULA KRISTIANI : 15130128

KOMANG MERRY SETIAWATI : 15130129

ADE RINA DIANA YUDHA : 15130130

SERLA ERLIANA PERMATASARI : 15130131

ANTIKA CAHYATI : 15130134

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018
SKENARIO 1
Goyangan Maut

Kekuatan 7,6 SR mengguncang lepas pantai daerah X, pada pukul


17:16:10 WIB tanggal 30 September sekitar 50 km barat laut Kota X. Gunjangan
menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah. Pada hari Rabu 30 September
terjadi gunjangan berkekuatan 7,6 pada SR dengan pusat (episentrum) 57 km di barat
daya Kota X (00,84 LS 99,65 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km. Pada hari
Kamis 1 Oktober terjadi lagi gunjangan kedua dengan kekuatan 6,8 SR, kali ini berpusat
di 46 km tenggara Kota X pada pukul 08.52 WIB dengan kedalaman 24 km.Setelah
kedua gunjangan ini terjadi rangkaian gunjangan susulan yang lebih lemah. Gunjangan
pertama terjadi pada daerah patahan Mentawai (di bawah laut) sementara gunjangan
kedua terjadi pada patahan Semangko di daratan. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak
1.117 orang tewas akibat guncangan ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten, korban
luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang.
Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah
rusak ringan. Peringatan tsunami sempat dikeluarkan namun segera dicabut dan terdapat
laporan kerusakan rumah maupun kebakaran Sejumlah hotel. Upaya untuk mencapai
daerah lain cukup susah akibat terputusnya komunikasi
Korban meninggal akibat gunjangan terus bertambah, dikhawatirkan mencapai
ribuan orang. Namun, hinggatanggal 4 Oktober , angka resmi yang dikeluarkan BNPB
adalah 603 orang korban meninggal dan 343 orang dilaporkan hilang. Pada tanggal 13
Oktober , angka korban meninggal meningkat menjadi 6.234 jiwa. Pertolongan yang
sangat dibutuhkan oleh korban gempa terutama adalah kekurangan makanan, obat-
obatan, pakaian, air bersih, listrik, dan telekomunikasi, serta mengevakuasi korban
lainnya.

Diskusikanlah masalah tersebut dengan menggunakan seven jumps.


A. Kata Sulit
1. Hiposentrum :
Titik pusat terjadinya gempa bumi & berada di bawah lapisan tanah.
2. Patahan Mentawai:
Pergeseran lempeng tektonik di bawah tanah lautan pulau mentawai
3. Episentrum :
Gelombang gempa yang dapat dirasakan di permukaan bumi. Selain itu,
gelombang yang merupakan hasil perambatan dari hiposentrum
4. Satkorlak PB :
Satuan Koordinasi Pelaksana penanganan bencana.
5. Patahan Semangko :
Bentuk geologi yang membentang di pulau sumatra dari utara ke selatan,
dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan ini
membentuk pegunungan barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat
pulau ini.
6. SR :
Skala Richter (SR) adalah logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum,
yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (Seismogram) wood anderson pada jarak 100 km dari pusat
gempanya. Skala ini di ususlkan oleh Fisikiawan Charles Richter.

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Manajemen Bencana Gempa?”.

C. Pertanyaan
1. Bagaimana peran perawat untuk menangani bencana pada kasus ?
a. Pra Bencana : memberikan edukasi, pelatihan atau simulasi bencana
kepada masyarakat
b. Saat bencana :
1) Melakukan pencarian dan penyelamatan
2) Triase
3) Memberikan pertolongan pertama
4) Melakukan proses pemindahan korban
5) Memberikan perawatan bila di Rumah Sakit
6) Berperan dalam tim RHA
7) Peran perawat dalam posko pengungsian dan posko bencana
c. Pasca bencana
Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui
proses konsultasi atau edukasi. Membantu memulihkan kondisi fisik
yang memerlukan penyembuhan jangka waktu yang lama untuk normal
kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi (Putra, dkk,
2018).
2. Bagaimana manajemen korban bencana pada kasus ?
Menurut Pasal 48 Undang-Undang Penanggulangan Bencana
menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

3. Apa saja profesi yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana ?


a. Tim kesehatan
b. Polisi
c. TRC
d. Tim sar
e. Tim RHA (Jurenzy, Thresa. 2011)
4. Apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk penanganan bencana gempa bumi
?
a. Makanan dan minuman
b. Alat kesehatan
c. Pakaian
d. Sanitasi air bersih
e. Tempat penginapan
f. Obat-obatana (Jurenzy, Thresa. 2011).
5. Apa prinsip penyelamatan pasien pada saat bencana ?
a. Perhatikan keselamatan diri, lalu lingkungan dan selamatkan pasien
b. Triase
c. Evakuasi
d. Pengobatan di RS Bencana (Tim PSBA UGM, 2010).
6. Bagaimana peran pemerintah pra bencana & pasca bencana ?
Pemerintah berperan penting dalam melaksanakan percepatan rehabilitas
dan rekontruksi pasca bencana gempa bumi, peran-peran pemerintah antara
lan :
a. Bertanggungjawab dalam menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan
rehabilitas dan rekonstruksi
b. Melakukan pendataan kerusakan rumah warga dan fasilitas pelayanan
public
c. Menyediakan ketersediaan lahan
d. Menyediakan APBD dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
e. Melakukan koordinasi dengan kementerian/ lembaga terkait
f. Menerima asset hasil kegiatan rehabilitas dan rekontruksi
g. Mengawasi dan melaporkan kemajuan pelaksanaan kepada pemerintah
pusat melalui kepala BNPB (Anggraini, & Paolo).
7. Bagaimana cara evakuasi korban gempa ?
Saat melakukan evakuasi gempa bumi perlu diperhatiakan kondisi penolong,
lingkungan, dan pasien, stelah itu menyiapkan alat yang dapat mendukung
untuk melakukan evakuasi, lakukan, triase dan selamatkan pasien yang bisa
diselamatkan terlebih dahulu (Tim PSBA UGM, 2010).
8. Bagaimana Alur SDM dalam penanganan korban bencana di kasus ?

(PTBMKKI Wilayah III, 2016)

9. Bagaimana alur triasenya?


10. Apa yang menyebabkan terjadinya gempa sehingga timbul peringatan
tsunami?
Gempa terjadi diakibatkan karena pelepasan energi yang dihasilkan oleh
lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan tersebut semakin besar dan
pada akhirnya tiba paa kondisi tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan.pergeseran yang terjadi mengakibatkan pendakalan
dasar laut sehingga air tiba-tiba surut dan tekanan yang diberikan harus
semakin besar. selain itu, gempa yang memicu tsunami biasanya
berkekuatan di atas 6,5 skala Richter dan memiliki pola pergerakan (sesar)
naik turun sehingga diberikan peringatan tsunami (Anies 2018)

D. Tujuan pembelajaran
1. Mekanisme koordinasi berbagai pihak
(Depkes, 2002)
2. Manajemen dampak bencana
Manajemen dampak bencana dapat dilakukan setelah terjadinya bencana
dimana dilakukan pengobatan kepada masyarakat dan meberikan apa yang
dibutuhkannya. Manajemen dampak ini sendiri melakukan koordinasi
terhadap pemerintah (Jurenzy, 2011).
Penanganan yang dapat dilakukan paada dampak psikososial yaitu :
a. Advokasi
b. Intervensi Keluarga
c. Pemberian terapi
d. Meningkatkan Pastisipasi (Jurenzy, 2011).
3. Manajemen bencana gempa
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi , aktivitas sesar (patahan), aktivitas
gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat
terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat
menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap
(BNPB, 2017).
a. Prabencana
1) Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi
terjadi.
2) Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi
reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan
terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah
meja.
3) Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan
persediaan obat-obatan.
4) Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan
gempa bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, dapat merenovasi
bagian bangunan yang sudah rentan.
5) Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar
penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah (BNPB, 2017)
b. Saat Bencana
Saat berada di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun
bangunan bertingkat:
1) Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu,
upayakan keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah
meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan
jendela kaca. Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau
berdirilah di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar
rumah.
2) Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan
mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk
mencegah terjadinya kebakaran.
3) Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng,
atau material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke
lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber
listrik atau gedung yang mungkin roboh.
4) Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga
darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam
elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk
panggilan kepada pengelola bangunan.
5) Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada
sudut bangunan.
6) Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas
keamanan, ikuti instruksi evakuasi (BNPB, 2017)
Di dalam mobil:
1) Saat terjadi gempa bumi besar, seseorang akan kehilangan kontrol
terhadap mobil.
2) Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil seseorang di kiri bahu jalan
dan berhentilah.
3) Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan
lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio
atau gawai (BNPB, 2017).
Peringatan tsunami pasca gempa bumi:
Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi
menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi (BNPB,
2017).
c. Pasca Bencana
1) Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
2) Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa
bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang
membahayakan pada saat evakuasi.
3) Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
4) Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.
5) Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan
air. Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari
daerah yang rawan longsor.
6) Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu
lalu lintas (BNPB, 2017).
4. Manajemen resiko bencana
Manajemen resiko bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu
pengetahuan terapan yang mencari dengan melakukan observasi secara
sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan
(measure), terkait dengan pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi),
persiapan, prespon darurat dan pemulihan. Manajemen puncak meliputi
perencanaan (planing), pengorganisasian (coordinating), kepemimpinan
(directing), dan pengendalian (controlling). Tujuan Manajemen Resiko
Bencana yaitu: 1) Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik,
ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan
negara; 2) Mengurangi penderitaan korban bencana; 3) Mempercepat
pemulihan; dan 4) Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau
masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam (Putra,
dkk, 2018).

Tahapan manajemen risiko bencana


1) Pra Bencana
a. Kesiapsiagaan : pelatihan, pendidikan dan simulasi
b. Peringatan dini : penyampaian dini yang disampaikan kepada semua
pihak, khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan
kemugkinan datangnya suatu bencana d daerah masing-masing.
c. Mitigasi : serangkaian upaya yang mengurangi risiko bencaa, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. (pendekatan teknis
diantaranya, membuat material yang tahan gempa; pendekatan
manusia, ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar
mengenai bahaya bencana; pendekatan administratif, penyususnan
tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko
bencana, menyiapkan prsedur tanggap darurat dan organisasi tanggap
darurat; pendekatan kultural, diperlukan untuk meningkatkan
kesadaran mengenai bencana dengan menyesuaikan kearifan lokal
yang telah membudaya sejak lama) (Anies, 2018).

2) Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telahmelalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan dini atau terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau
kerugian dapat diminimalkan (Anies, 2018).

Tanggap Darurat :
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kajian
becana untuk menangani dampak buruk yang di timbulkan, yang
meliputi kegiatan peyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana (Anies, 2018).
Menurut PP no 11, langkah-langkah yang dilakukan dalam
kondisi tanggap darurat antar lain:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
3) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana
sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat
bencana terlalu besar dan dampak luas, mungkin bencana tersebut
dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
4) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana (Anies,
2018).
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi
korban encana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:
1) pemenuhan kebutuhan dasar;
2) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
3) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital (Anies, 2018).

3) Pasca Bencana
a. Rehabiitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua spek pelayanan
public atau masyarakat sampai tingkat memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerntahan dan kehidupan masyarakat
pada wilayah pascabencana (Anies, 2018).
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua saran dan
prasaran, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegitan perekonomian, sosial, dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peranserta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pasca bencana (Anies, 2018).

E. Kesimpulan
Manajemen bencana gempa bumi dapat dilakukan pada 3 tahap
diantaranya pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Pada tahap pra
bencana, perlu dilakkan peningkatan kesiapsiagaan, peringatan dini, mitigasi
yang baik. Disini peran perawat yaitu sebagai edukator yang memberikan
informasi terkait bencana serta pelatihan ataupun simulasi. Pada tahap saat
bencana, maka masuk ke dalam tanggap darurat. Yang perlu dilakukan yaitu
evakuasi korban, kaji kedaan dan berikan pertolongan dan perawatan. Setelah
itu, berlajut ke pasca bencana, pada tahap ini dilakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi. peran peran pada fase pasca bencana yaitu Membantu masyarakat
untuk kembali pada kehidupan normal melalui proses konsultasi atau edukasi.
Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana
kecacatan terjadi.
Selama penanganan bencana atau dapat dikatakan pada saat ketiga
tahapan baik dari pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana semuanya perlu
koordinasi yang baik agar kelancaran dan hasilnya lebih maksimal.

F. Daftar Pustaka
Anggaraini, A. D., & Paolo, B. (2018). “Peran penting pemerintah dalam gempa
Lombok”. http://www.indonesiabaik.id/infografis/peran-penting-
pemerintah-untuk-gempa-lombok . Diakses tanggal 29 November 2018.
Anies.(2018). Manajemen Bencana Solusi untuk Mencegah dan Mengelola
Bencana. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
BNPB, (2017). Buku Saku : Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana
edisi 2017. Jakarta Timur : Graha BNPB
Depkes.(2002). Pedoman Koordinasi Penanggulangan Bencana di Lapangan .
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-
krisis/pedoman_koordinasi_penanggulangan_bencana_di_lapangan.pdf .
Diakses tanggal 29 November 2018.
Jurenzy, Thresa.(2011). Karakteristik Social Budaya Masayarakat dalam
Kaitannya dengan Kesiap-Siagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah
Rawan Bencana.Skripsi. Bandung: Institusi Pertanian Bogor.
PTBMKKI Wilayah III.(2016).Alur Penanggulangan Bencana.
https://ptbmmkiwilayahtiga.wordpress.com/alur-penanggulangan-bencana/
diakses tanggal 29 November 2018.
Putra, dkk.(2018). Peran dan Kepemimpinan Perawat dalam Manajemen
Bencana pada Fase Tanggap Darurat. Idea Nursing Journal,volume
6(1):25-31.
Tim PSBA UGM.(2010). Penaksiran Mulirisiko Bencana di Wliyah Kepesisiran
Parangtritis Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pusat Studi Bencana Alam
UGM.

Anda mungkin juga menyukai