INTISARI
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi karkas bangsa sapi Peranakan Ongole
(PO) dan sapi Simmental Peranakan Ongole (SimPO) yang digemukkan secara feedlot. Sapi jantan PO 6 ekor dan sapi
SimPO 6 ekor dengan bobot badan awal PO 315,6±39,46 kg dan SimPO 368,3±17,81 kg digunakan dalam penelitian
ini. Sapi dipelihara selama 3 bulan dengan diberi pakan konsentrat, rumput gajah, kulit kedelai, dan ketela pohon. Pada
akhir penelitian semua sapi dipotong. Varibel yang diamati adalah konsumsi pakan, kecernaan pakan, pertambahan
bobot badan harian (PBBH), konversi pakan, feed cost per gain, kadar urea darah dan kadar glukosa darah, berat
potong, berat karkas, persentase karkas, komponen karkas, dan meat-bone ratio. Data yang diperoleh dianalisis dengan
t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada bobot karkas dan persentase karkas
(P<0,05). Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada konsumsi pakan, kecernaan pakan, pertambahan bobot badan harian,
konversi pakan, feed cost per gain, kadar urea dan glukosa darah, berat potong, komponen karkas, dan meat-bone ratio.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sapi SimPO memiliki bobot karkas dan persentase karkas lebih tinggi, dan
feed cost per gain yang lebih efisien dibandingkan dengan sapi PO.
(Kata kunci: Pertumbuhan, Karkas, Sapi Peranakan Ongole, Sapi Simmental Peranakan Ongole, Feedlot)
ABSTRACT
The purpose of the experiment was to determine the growth and carcass production of Ongole grade cattle (PO)
and Simmental Ongole (SimPO) crossbred cattle kept in a feedlot system. Six PO cattle and six SimPO crossbred
cattle with the respective initial body weight of PO 315.6±39.46 kg and SimPO 368.3±17.81 kg, were kept for 3 months
and fed with concentrates, elephant grass, soybean hulls and cassava. At the end of treatment all cattle were
slaughtered. The observed variables included feed consumption, feed digestibility, daily weight gain, feed conversion,
feed cost per gain, blood urea and blood glucose levels, carcass cuts weight, carcass yield, carcass percentage, carcass
component, and meat-bone ratio. The obtained data were analyzed using the t-test. The treatments significantly affected
carcass weight and carcass percentage (P<0.05), but it did not affect on feed consumption, feed digestibility, average
daily gain, feed conversion, feed cost per gain, blood urea and blood glucose levels, carcass component, and meat-bone
ratio. In conclusion, the SimPO crossbred had higher carcass weight and carcass percentage, and the feed cost per
gain more efficient compared to PO cattle.
(Key words: Growth, Carcass, Ongole grade cattle, Simmental Ongole Crossbred cattle, Feedlot)
38
Mateus da Cruz de Carvalho et al. Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole
Tabel 1. Komposisi nutrien pakan yang digunakan dalam penelitian (nutrients composition of feed used in the
experiment)
39
Buletin Peternakan Vol. 34(1): 38-46, Februari 2010 ISSN 0126-4400
12.00 sampai dengan 13.00. Air diberikan secara ad Feed cost per gain dihitung berdasarkan re-
libitum selama penelitian berlangsung. rata biaya pakan per kg pertambahan bobot badan
Setelah menyesuaikan dengan pakan hijauan harian.
dan konsentrat, penimbangan pakan yang diberikan Untuk kadar glukosa darah dan urea darah,
dan sisanya dicatat untuk mengetahui konsumsi darah diambil dari vena coccygea 2 jam sebelum di-
pakan. Penimbangan ternak dilakukan 2 minggu berikan pakan. Analisis kadar glukosa darah di-
sekali untuk mengetahui pertambahan bobot badan lakukan dengan metode Randox (Vernon dan
harian. Pada akhir penggemukan, sapi PO dan Peaker, 1983). Analisis kadar urea darah dilakukan
SimPO di potong dirumah potong hewan untuk dengan metode Berthelot-Reaction (Roseler et al.,
mengetahui produksi karkas. 1993).
Berat potong diperoleh dari penimbangan
Pelaksanaan penelitian ternak pada saat sebelum dilakukan pemotongan.
Selama penelitian berlangsung ternak men- Berat karkas diperoleh dengan cara me-
dapat pakan dan air minum seperti pada periode nimbang karkas setelah dipisahkan dari non karkas.
adaptasi. Pakan dari hijauan dicacah dengan ukuran Persentase karkas diperoleh dari hasil bagi
kurang lebih 5-10 cm agar memudahkan ternak antara bobot karkas segar dengan bobot potong di-
untuk mengkonsumsi sedangkan ketela pohon di- kalikan dengan 100%.
giling halus dan semua pakan ditimbang sebelum Bobot komponen karkas (otot dan tulang) di-
diberikan pada ternak. peroleh dengan jalan menimbang masing-masing
Koleksi feses dari tiap ternak dilakukan komponen yang diambil atau dipisahkan dari
dengan cara koleksi total pada 7 hari menjelang ber- karkas.
akhirnya penelitian untuk analisis kecernaan pakan Rasio daging dan tulang (meat-bone ratio) di-
yang dikonsumsi. Sebelum koleksi feses, ternak di- peroleh dengan cara membandingkan antara bobot
tempatkan dalam kandang yang dilengkapi dengan daging dengan tulang.
tempat pakan dan minum berbeda, yang telah di-
lengkapi dengan perangkat alat penampung feses. Analisis data
Setiap feses dikumpulkan dan ditimbang bobot Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
segarnya, selanjutnya dikeringkan dan ditimbang. analisis variansi dengan menggunakan SPSS for
Sampel untuk dianalisis diamati sebanyak 20% dari windows version 16 prosedur t-test (Sugiyono
total feses harian. 2000).
40
Mateus da Cruz de Carvalho et al. Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole
Tabel 2. Kecernaan pakan pada sapi PO dan SimPO yang dipelihara secara feedlot (nutrient digestibility of
PO and SimPO crossbred cattle raised in the feedlot system)
41
Buletin Peternakan Vol. 34(1): 38-46, Februari 2010 ISSN 0126-4400
Tabel 3. Bobot badan awal, bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan harian sapi PO dan SimPO yang
dipelihara secara feedlot (initial body weight, final body weight, and average daily gain of PO and SimPO
crossbred cattle raised in the feedlot system)
PO 58,82±0,83 dan SimPO 57,06±0,89. Dari hasil itu sapi PO mempunyai kemampuan dalam me-
penelitian terlihat nutrisi tercerna sangat variatif manfaatkan pakan lebih baik dan efisien pada pem-
antara sapi PO dan SimPO. Tinggi rendahnya daya berian pakan berkualitas (Guntoro, 2002). Menurut
cerna pakan sangat dipengaruhi oleh komposisi Soeparno (2005) bahwa faktor yang mempengaruhi
bahan pakan, perlakuan bahan pakan dan jumlah pertumbuhan antara lain genotip, jenis kelamin,
pakan yang diberikan serta kondisi fisiologis ternak hormon, dan kastrasi. Jenis, komposisi kimia, dan
(Tillman et al., 1998). konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan. Konsumsi protein dan
Bobot badan awal, bobot badan akhir dan PBBH energi yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan
Rerata bobot badan awal, bobot badan akhir yang cepat.
dan PBBH sapi PO dan SimPO selama periode
penggemukan tersaji pada Tabel 3. Hasil analisis Konversi pakan dan feed cost per gain
statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat per- Rerata konversi dan feed cost per gain sapi
bedaan pertambahan bobot badan harian yang nyata PO dan SimPO jantan dapat dilihat pada Tabel 4.
dari kedua bangsa sapi yang digunakan dalam Pakan mempunyai peranan yang sangat penting
penelitian. Rerata pertambahan bobot badan harian pada peningkatan produksi, baik untuk pertumbuh-
sapi PO adalah 0,86±0,18 kg/ekor/hari dan SimPO an maupun untuk proses produksi yang lain. Besar-
adalah 0,99±0,20 kg/ekor/hari. Perbedaan yang ti- nya nilai konversi pakan merupakan cerminan dari
dak nyata ini diduga karena pakan yang diberikan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan
pada kedua kelompok kualitasnya sama. Hasil pe- atau menaikkan PBBH 1,0kg/ekor/ hari, yaitu per-
nelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang di- bandingan antara pakan yang dikonsumsi (BK)
lakukan oleh Yudhanto (2008), PBBH sapi PO dengan PBBH yang dihasilkan. Rerata konversi
0,58±0,13 dan sapi SimPO 1,05±0,24. Pertambahan pakan tersaji pada Tabel 4.
bobot badan harian pada penelitian Hasbullah Hasil analisis statistik pada Tabel 4 me-
(2003) berbeda jauh yaitu PBBH pada sapi PO nunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
0,36±0,25 dan pada sapi SimPO 0,71±0,51. nyata antara konversi pakan pada sapi PO dan kon-
Jenis pakan, konsumsi dan komposisi kimia versi pakan pada sapi SimPO. Perbedaan yang tidak
pakan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan, nyata ini diduga kedua perlakuan pakan yang di-
konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan gunakan untuk penelitian kualitasnya sama. Rerata
menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat konversi pakan sapi PO lebih tinggi dari sapi
(Soeparno, 2005). Secara umum disebutkan bahwa SimPO, tetapi berdasarkan hasil analisis statistik
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan per- tidak terdapat perbedaan. Rerata konversi pakan
kembangan ternak antara lain adalah pakan, jenis penelitian sapi PO 22,55±6,02 vs sapi SimPO
kelamin, hormon, umur, lingkungan dan iklim. 18,47±2,36. Perbedaan konversi pakan ini diduga
Komposisi kimia, konsumsi dan jenis pakan mem- disebabkan karena jenis imbangan pakan yang di-
punyai pengaruh terhadap pertumbuhan. Tabel 3 berikan, bangsa ternak dan manajemen kandang.
menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan Hasil penelitian ini jauh lebih tinggi dari hasil
harian sapi PO (0,86±0,18 kg/ekor/hari) dan SimPO penelitian Suwignyo (2003), pada sapi ACC dengan
(0,99±0,20 kg/ekor/hari). Walaupun sapi SimPO pakan jerami padi fermentasi dan konsentrat meng-
menunjukkan pertambahan bobot badan harian yang hasilkan konversi pakan sebesar 9,6-11,4 kg/ekor/
lebih tinggi dari sapi PO, namun sapi SimPO belum hari, dan Ngadiyono (1995) pada sapi PFH jantan
menunjukkan kinerja pertambahan bobot badan dengan konsentrat dan rumput gajah (70:30) meng-
harian yang baik dibanding sapi PO. Perbedaan ini hasilkan angka konversi 10,8 kg/ekor/hari. Konversi
diduga umur awal pemeliharan sapi SimPO yang pakan yang ideal untuk sapi dengan bobot badan
relatif masih muda dibanding sapi PO, disamping 300 kg yaitu 9 (Tillman et al., 1998). Faktor-faktor
42
Mateus da Cruz de Carvalho et al. Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole
Tabel 4. Konversi pakan dan feed cost per gain sapi PO dan SimPO yang dipelihara secara feedlot (feed
conversion and feed cost per gain of PO and SimPO crossbred cattle raised in the feedlot system)
Tabel 5. Kadar urea darah dan kadar glukosa darah sapi PO dan SimPO yang dipelihara secara feedlot (blood urea
and blood glucose level of PO and SimPO crossbred cattle raised in the feedlot system)
yang menyebabkan besarnya nilai konversi pakan keadaan normal, tetapi penggunaan energi efisien,
diantaranya adalah kualitas pakan yang diberikan. hal ini sesuai dengan pendapat Roseler et al. (1993)
Feed cost per gain pada Tabel 4 menunjuk- yang menyatakan bahwa konsentrasi urea darah
kan bahwa sapi SimPO lebih efisien dari pada sapi yang terlalu tinggi menyebabkan tidak efisien dalam
PO. Rerata besarnya feed cost per gain sapi PO penggunaan energi, karena semakin besar energi
adalah Rp. 19.817,00 dan SimPO adalah Rp. yang dipakai untuk mengkonversikan konsentrasi
16.948,00. Hasil penelitian ini lebih besar dari hasil amonia rumen yang tinggi menjadi amonia darah
penelitian Supriyana (2005) pada sapi PO dengan kemudian disekresikan dalam bentuk urea dalam
menggunakan pakan konsentrat. Menurut Jesse et urin.
al. (1976) dalam Basuki et al. (2000), pemberian Kadar glukosa darah pada sapi PO dan
pakan yang berkualitas tinggi pada usaha peng- SimPO berbeda tidak nyata dengan rataan PO
gemukan sapi potong dapat meningkatkan konsumsi (66,00±5,52 mg/dl) vs SimPO (66,85±5,54 mg/dl).
pakan, laju pertumbuhan, efisiensi pakan, persen- Perbedaan yang tidak nyata ini karena konsumsi
tase karkas, persentase lemak, dan menurunkan TDN dari pakan yang diberikan dalam penelitian
alokasi biaya pakan pada setiap unit pertambahan adalah sama. Konsentrasi glukosa darah pada sapi
bobot badan. Meningkatnya biaya pakan pada usaha ±50 mg/dl (Vernon dan Peaker, 1983). Kadar glu-
penggemukan lebih disebabkan karena pakan yang kosa darah sapi perah dengan aras undergrade pro-
diberikan belum tentu ternak mau mengkonsumsi tein pada kisaran 58,88-70,77 mg/dl (Sulistriyanti,
sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga 2000). Kadar glukosa darah berhubungan erat
berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dengan konsumsi energi, ketika konsumsi energi
harian yang dihasilkan dan dampaknya biaya yang tinggi maka kadar glukosa darah juga tinggi
dikeluarkan menjadi meningkat. (Church dan Pond, 1988; Rulquin dan Delaby,
1997). Glukosa dan urea darah merupakan bagian
Kadar urea dan glokusa darah dari komponen metabolik darah hasil dari meta-
Rata-rata kadar urea dan glukosa darah dari bolisme karbohidrat dan protein. Sebagai hasil akhir
kedua bangsa sapi PO dan SimPO disajikan pada metabolisme, konsentrasinya berfluktuasi sesuai
Tabel 5. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak dengan status nutrisi, status fisiologis, dan absorbsi
ada perbedaan nyata pada kadar urea darah dan nutrient (Ganon, 1992).
kadar glukosa darah sapi PO dan SimPO (P>0,05).
Perbedaan yang tidak nyata ini disebabkan karena Bobot potong, bobot karkas, persentase karkas,
konsumsi PK dari pakan penelitian adalah sama komponen karkas, dan meat-bone ratio
walaupun angka konsumsi PK menunjukkan sapi Rerata bobot potong, bobot karkas, persen-
SimPO lebih tinggi dari sapi PO yaitu SimPO 12,77 tase karkas, komponen karkas, dan meat-bone ratio
g/kg BB0,75 dan PO 11,26 g/kg BB0,75. Kadar urea sapi PO dan SimPO dapat dilihat pada Tabel 6.
darah domba dalam keadaan normal menurut Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
Hungate (1966) adalah 26,6-56,6 mg/dl. Hasil pe- tidak terdapat perbedaan yang nyata bobot potong
nelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi protein dari kedua bangsa sapi yang digunakan dalam
masih kurang dari standar, hal ini dapat dilihat dari penelitian. Rerata bobot potong PO 395,67±58,45
kadar urea hasil penelitian yang masih rendah dari kg/ekor/hari dan SimPO 442,83±11,40 kg/ekor/hari.
43
Buletin Peternakan Vol. 34(1): 38-46, Februari 2010 ISSN 0126-4400
Perbedaan yang tidak nyata ini karena pakan yang dalam penelitian. Jenis pakan, komposisi kimia dan
diberikan kepada kedua perlakuan kualitasnya sama konsumsi pakan berpengaruh besar terhadap per-
dan menghasilkan PBBH yang tidak berbeda. Jenis tumbuhan. Konsumsi protein dan energi yang lebih
pakan, konsumsi dan komposisi kimia pakan ber- tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang
pengaruh besar terhadap pertumbuhan. Konsumsi lebih cepat (Soeparno, 2005). Soeparno (2005) me-
protein dan energi yang lebih tinggi akan meng- nyatakan bahwa bobot hidup berkorelasi dengan
hasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soe- persentase karkas. Hasil penelitian ini jauh lebih
parno, 2005). tinggi dari hasil penelitian Budiarto (2010), pada
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa sapi PO 48,40±3,03% dan SimPO 49,06±2,56%
terdapat perbedaan yang nyata bobot karkas dari juga berbeda dengan hasil penelitian Zonia (2007)
kedua bangsa sapi yang digunakan dalam penelitian pada PO lebih tinggi yaitu 49,88% dan SimPO lebih
(P<0,05). Rerata bobot karkas PO 195,00±25,69 kg rendah yaitu 49,94%.
dan SimPO 224,17±9,70 kg. Hasil penelitian ini Tabel 6 menunjukkan bahwa rerata kom-
lebih tinggi dari penelitian Budiarto (2010), pada ponen karkas dari kedua perlakuan yang meliputi
sapi PO 186,15±45,10 kg dan SimPO 219,10±56,08 persentase daging PO 81,31±1,74% dan SimPO
kg, dan tidak berbeda jauh dari hasil penelitian 81,80±2,37%, dan persentase tulang PO 18,69±
Zonia (2007) yaitu pada sapi PO 193,00 kg dan sapi 1,74% dan SimPO 18,19±2,37%. Persentase daging
SimPO 224,57 kg. Besarnya bobot karkas sangat di- SimPO lebih besar dari PO, sedangkan persentase
pengaruhi oleh kondisi ternak saat sebelum di- tulang PO lebih besar dari SimPO, namun berdasar-
potong dan bobot kosong tubuh ternak. Bobot po- kan hasil analisa statistik dari kedua perlakuan
tong sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan. tersebut tidak terdapat perbedaan yang nyata. Per-
Pertumbuhan sangat ditentukan oleh faktor pakan bedaan persentase daging dan tulang disebabkan
yang diberikan sehingga dapat menghasilkan bobot oleh adanya variasi lemak karkas yang tinggi. Hasil
potong yang maksimal. Kondisi tersebut sangat ber- penelitian untuk persentase daging lebih tinggi dari
pengaruh langsung terhadap bobot karkas dan hasil penelitian Supriyana (2005) yaitu masing-
persentase karkas. Menurut Soeparno (2005), bobot masing persentase daging PO 67,9±1,9% dan
hidup berkorelasi dengan persentase lemak karkas, SimPO 65,5±4,2%, sedangkan persentase tulang
persentase karkas berkisar antara 50-60%. jauh lebih rendah yaitu PO 24,2±1,1% dan SimPO
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 22,4±1,4%. Persentase lemak mempunyai korelasi
terdapat perbedaan yang nyata pada persentase kar- negatif dengan persentase tulang dan daging, tetapi
kas (P<0,05) dari kedua bangsa sapi. Rerata persen- berkorelasi positif dengan meat-bone ratio (Tillman
tase karkas PO 49,40±1,27a% dan SimPO 51,18± et al., 1998 dalam Rusman, 1997). Menurut Berg
0,70b%. Perbedaan yang nyata ini diduga akibat dan Butterfield (1978) dalam Soeparno (2005), fak-
perlakuan pemotongan ternak dan faktor pe- tor lingkungan dan genetik sangat mempengaruhi
nimbangan karkas setelah pemotongan. Bobot komposisi karkas ternak. Dilaporkan pula bahwa
karkas, persentase karkas, komponen karkas (tulang perlakuan nutrisi yang berbeda menyebabkan per-
dan daging), dan meat-bone ratio, sangat di- bedaan-perbedaan besar pada hubungan diantara
pengaruhi oleh kualitas, konsumsi dan komposisi komponen-komponen tubuh. Komponen utama dari
nutrisi bahan penyusun pakan yang digunakan karkas adalah tulang, otot dan lemak (Tulloh, 1978).
Tabel 6. Bobot potong, bobot karkas, persentasi karkas, komponen karkas dan meat-bone ratio sapi PO dan
SimPO yang dipelihara secara feedlot (slaughter weight, carcass weight, carcass percentage, carcass component
and meat-bone ratio of PO and SimPO crossbred cattle raised in the feedlot system)
44
Mateus da Cruz de Carvalho et al. Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole
Pada Tabel 6 diketahui bahwa tidak terdapat Rumah Potong Hewan Colombo Yogyakarta.
perbedaan yang nyata antara kedua bangsa sapi Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas
pada meat-bone ratio. Perbedaan yang tidak nyata Peternakan. Universitas Gadjah Mada,
ini diduga pakan yang digunakan dalam penelitian Yogyakarta.
ini kualitasnya adalah sama. Rerata meat-bone ratio Crowder, L.V. and H.R. Cheda. 1982. Tropical
pada kedua perlakuan adalah sapi PO 4,39±0,50% Grassland Husbandry. 1st ed. Longman Inc,
dan SimPO 4,57±0,67%. Hasil penelitian ini lebih New York.
tinggi dari penelitian Budiarto (2010) pada sapi PO Chruch, D.C. dan W.G. Pond. 1988. Basic Animal
3,98±0,51 dan SimPO 4,07±0,54. Persentase lemak Nutrition and Feeding. 3rd ed. John Wiley and
mempunyai korelasi negatif dengan persentase Sons Inc. New York.
tulang dan daging, tetapi berkorelasi positif dengan Ganon, W.F. 1992. Fisiologi Kedokteraan. Edisi 9.
meat-bone ratio (Tillman et al., 1998 dalam Rus- Diterjemahkan oleh: A. Dharman dan
man, 1997). Peningkatan bobot badan berpengaruh Sutarman. C.V. E. G.C. Penerbit Buku
terhadap penurunan proporsi daging dan tulang Kedokteran. Jakarta.
pada karkas, sedangkan proporsi lemak meningkat. Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali.
Pada umur penggemukan sekitar 2-3 tahun tingkat Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
pertumbuhan tulang sudah mulai menurun, dan Hardjosubroto, W. 2004. Aplikasi Pemuliabiakan
proses selanjutnya adalah peningkatan bobot daging Ternak di Lapangan. P.T. Grasindo, Jakarta.
dan lemak. Peningkatan bobot daging didominasi Hasbullah, E.J. 2003. Kinerja pertumbuhan dan
oleh peningkatan lemak intramuskuler. Secara reproduksi sapi persilangan Simmental
umum disebutkan bahwa efisiensi produksi dapat dengan Peranakan Ongole. Tesis. Pasca-
meningkat pada pertumbuhan, apabila konsumsi pa- sarjana Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah
kan dapat mencukupi kebutuhan dan tidak me- Mada, Yogyakarta.
nimbulkan gangguan kesehatan pada ternak. Kon- Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes.
disi tersebut diperlukan pakan berkualitas baik Academic Press. New York.
(Pond et al., 2005). Jesse, G.W., G.B. Thomson, J.L. Clark, H.B.
Hedrick, and K.G. Weimer. 1976. Effect of
Kesimpulan ration energy and slaughter weight on
composition of empty body and carcass gain
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan of cattle. J. Anim. Sci. 43(2):418-425.
menggunakan dua bangsa sapi yang berbeda yaitu Ngadiyono, N. 1995. Pertumbuhan serta sifat-sifat
sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan karkas dan daging sapi Sumba Ongole,
Ongole jantan yang dipelihara secara feedlot dan Brahman Cross, dan Australian Commercial
diberi perlakuan pakan yang sama dapat disimpul- Cross yang dipelihara secara intensif pada
kan bahwa sapi SimPO memiliki persentase karkas berbagai bobot potong. Disertasi. Institut
yang lebih tinggi dari PO, sedangkan konsumsi pa- Pertanian Bogor, Bogor.
kan dan kecernaan pakan, pertambahan bobot badan Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak
harian, bobot potong, komponen karkas, kadar urea, Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia.
dan kadar glukosa darah serta meat-bone ratio Jakarta.
diantara kedua bangsa sapi adalah sama. Sapi Pond, W.G., D.C. Chruch, K.R. Pond, and P.A.
SimPO lebih efisien dari PO karena memiliki feed Schoknecht. 2005. Basic Animal Nutrition
cost per gain yang lebih rendah. and Feeding. John Wiley and Sons, Inc. New
York.
Daftar Pustaka Roseler, D.K., J.D. Ferguson, C.J. Sniffen, and J.
Herrema. 1993. Dietary protein degradability
Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak. effect on milk nitrogen and non protein
Penerbit Gramedia. Jakarta. nitrogen in Holstein Cow. J. Dairy Sci. 76:
Basuki, P., N. Ngadiyono, dan G. Murdjito. 2000. 525-534.
Dasar Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Rulquin, H. and L. Delaby. 1997. Effect of the
Laboratorium Ternak Potong dan Kerja. energy balance of dairy cows on lactational
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah responses to rumen-protected methionine. J.
Mada. Yogyakarta. Dairy Sci. 80:2513-2522.
Berg, R.T. and R.M. Butterfield. 1978. New Rusman. 1997. Karakteristik karkas dan daging
Concepts of Cattle Growth. Sidney lima bangsa sapi yang dipelihara secara
University Press, Sidney. feedlot. Tesis. Pascasarjana Ilmu Peternakan.
Budiarto, N.S. 2010. Pengaruh bangsa dan bobot Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
potong terhadap produksi karkas sapi di Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
45
Buletin Peternakan Vol. 34(1): 38-46, Februari 2010 ISSN 0126-4400
Cetakan keempat. Gadjah Mada University Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6
Press. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudarmono, A.S. dan Y.B. Sugeng. 2008. Sapi Tulloh, N.M. 1978. Growth, development, body
Potong. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. composition, breeding and management. In:
Jakarta. A Course Manual in Beef Cattle Management
Sugiyono. 2000. Statistik untuk penelitian. Cetakan and Economics. W.A.T. Bowker, R.G.
ketiga CV. Alvabeta. Bandung. Dumsday, J.E. Frisch, R.A. Swan, and N.M.
Sulistriyanti, F. 2000. Pengaruh arus undegraded Tulloh (eds.). Australian Vice-hancellors
protein dan pakan terhadap konsumsi, ke- Committee. Academic Press. Pty Ltd.,
cernaan nutrient dan kadar metabolik darah Brisbane. pp: 59-91.
sapi perah peranakan Friesian Holstein. Vernon, R.G. and M. Peaker. 1983. The Regulation
Tesis. Pascasarjana Ilmu Peternakan. of nutrients supply within the body. In: J.A.F.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. rook and P.C. Thomas (eds.). Nutritional
Supriyana, U. 2005. Pengaruh pemberian kualitas Physiology of Farm Animals. Longman,
konsentrat yang berbeda terhadap kinerja London. pp: 114-174.
produksi sapi Peranakan Ongole jantan. Yudhanto, H. 2008. Performans dan hubungan
Tesis. Pascasarjana Ilmu Peternakan. antara berat badan dengan ukuran tubuh sapi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Peranakan Ongole dan Simmental-PO jantan
Suwignyo, B. 2003. Penggunaan complete feed pada pemeliharaan secara feedlot. Skripsi
berbasis jerami padi fermentasi pada sapi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan.
Australian Commercial Cross terhadap kon- Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
sumsi nutrient, pertambahan bobot badan dan Zonia, Y. 2007. Pengaruh bangsa dan jenis kelamin
kualitas karkas. Tesis. Pascasarjana Ilmu sapi Peranakan Ongole dan persilangan
Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Simmental Peranakan Ongole terhadap
Yogyakarta. produksi karkas. Skripsi Sarjana Peternakan.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1998. Mada, Yogyakarta.
46