A. Definisi Fraktur tulang Humerus atau patah tulang humerus adalah cedera yang sangatserius. Fraktur ini dikaitkan dengan beberapa komplikasi dan bisa menjadibencana jika tidak dikelola dengan baik. Sebuah kecelakaan jatuh dengan tumpuan siku atau lengan cukup untuk menyebabkan fraktur humerus untuk orang yang sudah tua. Hal ini juga terlihat pada orang muda setelah kecelakaan di jalan atau jatuh dari ketinggian atau cedera langsung ke lengan di tempat kerja. Kadang-kadang juga disertai dengan dislokasi siku atau sendi bahu (Orthopedmapia, 2011) Fraktur suprakondiler humerus merupakan fraktur yang terjadi pada 1/3 distal humerus tepat di proksimal trtoklea dan capitulum humerus (Bedah Unmuh, 2010). B. Epidemiologi Hampir 99% fraktur ini terjadi pada anak karena penekanan lebih atau kelebihan beban yang diberikan pada elbow joint hal ini menyebabkan fraktur. Selain itu penyebab lainnya dari fraktur ini adalah dikarenakan trauma langsung pada suprakondiler dari tulang humerus tersebut, tapi hal ini jarang terjadi. Mayoritas fraktur suprakondiler padaanak – anak terjadi pada usia 3 – 10 tahun, dengan puncak kejadiannya padausia 5 dan 7 tahun. Dan biasanya paling sering ditemukan pada anak laki –laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1 (bedah unmuh, 2010). C. Etiologi 1) Danya trauma/cedera 2) Kecelakaan kendaraan bermotor 3) Jatuh dari ketinggian 4) Luka tembk 5) Injury D. Ptofisiologi Trauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang sebab tulang berada pada posisi yang kaku. Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah pada ekstremitas atas. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi pipih disebabkan adanya fossa olecranon di bagian posterior dan fossa coronoid di bagian anterior. Maka mudah dimengerti daerah ini merupakan titik lemah bila ada trauma didaerah siku. Terlebih pada anak-anak sering dijumpai fraktur di daerah ini. Bila terjadi oklusi a. brachialis dapat menimbulkan komplikasi serius yang disebut dengan Volkmann’s Ischemia. A. brachialis terperangkap dan kingking pada daerah fraktur. Selanjutnya a. brachialis sering mengalami kontusio dengan atau tanpa robekan intima. E. Manifestasi klinis 1) Nyeri 2) Deformitas/kelinan bentuk 3) Gngguan fungsi 4) Bengkak/memar 5) Pemendekan 6) Krepitasi F. Pemeriksaan penunjang Foto rontgen digunakan untuk mendiagnosa fraktur siku. Pada kasus yang lebih berat, fraktur lebih mdah dilihat pada foto rontgen, namun sering terjadi fraktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan rontgen. Hal ini terjadi karena fraktur pada growth plate mungkin tidak menunjukkan gambaran seperti frktur pada umumnya. Karena itu diperlukn foto pada sisi yang sehat untuk membandingkan dan melihat perbedaan yang ada. Tanda dari fraktur siku pad anak bisa jadi hanya merupakan pembengkakan yang terlihat pada rontgen. G. Therapy/penatalaksanaan 1) Penanggulangan konservatif fraktur suprakondiler humerus diindikasikan pada anak undisplaced/ minimally dispaced fractures atau pada fraktur sangat kominutif pada pasien dengan lebih tua dengan kapasitas fungsi yang terbatas. Pada prinsipnya adalah reposisi dan immobilisasi. Pada undisplaced fracture hanya dilakukan immobilisasi dengan elbow fleksi selama tiga minggu. 2) Kalau pembengkakan tidak hebat dapat dicoba dilakukan reposisi dalam narkose umum. Penderita tidur terlentang, dalam posisi ekstensi, operator menekuk bagian distal, menarik lengan bawah dengan siku pada posisi ekstensi, sedang asisten menahan bagian proksimal, memegang lengan atas pada ketiak pasien. 3) Setelah tereposisi, perlahan-lahan sambil tetap menarik lengan bawah siku difleksikan ambil diraba a. radialis. Gerakan fleksi diteruskan sampai a. radialis mulai tidak teraba, kemudian diekstensi siku sedikit untuk memastikan a. radialis teraba lagi. Fleksi maksimal akan menyebabkan tegangnya otot triseps, dan ini akan mempertahankan reposisi lengan baik. 4) Dalam posisi ini dilakukan immobilisasi dengan gips spalk (posterior splint). 5) Pemasangan gips dilakukan dengan lengan bawah dalam posisi pronasi bila fragmen distal displaced ke medial dan dalam posisi supinasi bila fragmen distal displaced ke arah lateral. 6) Bila reposisi berhasil biasanya dalam 1 minggu perlu dibuat foto rontgen kontrol, karena dalam 1 minggu bengkak akibat hematom dan oedem telah berkurang dan menyebabkan kendornya gips, yang selanjutnya dapat menyebabkan terlepasnya reposisi yang telah tercapai. 7) Kalau dengan pengontrolan radiologi hasilnya sangat baik, gips dapat dipertahankan dalam waktu 3 minggu. Setelah itu gips diganti dengan mitela dengan maksud agar pasien bisa melatih gerakan fleksi ekstensi dalam mitela. 8) Umumnya penyembuhan fraktur suprakondiler ini berlangsung cepat dan tanpa gangguan. DAFTAR PUSTAKA