Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan
sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Seperti yang
disebutkan pada UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dan atas dasar pasal
tersebut dikeluarkanlah UU No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja, yaitu
pasal 9 : “Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan kesehatan,
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama”.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja
dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-
undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat

1
2

memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan


kesehatan kerja.

B. Ruang Lingkup Materi

Undang-undang Keselamatan Kerja memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan


umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Hal tersebut didasari oleh dua azaz yang digunakan dalam UU No. 1
tahun 1970, yaitu sebagai berikut :
1. Azaz nationaliteit, azaz ini memberlakukan UU keselamatan kerja kepada setiap warga
negara yang berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk wilayah kedutaan Indonesia
di luar negeri dan terhadap kapal-kapal yang berbendera Indonesia)
2. Azaz teritorial yang memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana hukum pidana
lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah atau teritorial Indonesia, termasuk
warga negara asing yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan
diplomatik).

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Tempat kerja dalam UU No. 1 Tahun 1970 merupakan tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap
pekerja. Yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
Safety menurut kamus adalah mutu suatu keadaan aman atau kebebasan dari bahaya
dan kecelakaan. Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan
keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan
menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu
tempat kerja. Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.

B. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja


Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:

1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.


2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-
alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.

7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi


lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:

1. Manusia (pekerja dan masyarakat)


2. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
3. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan)

3
4

C. Dasar Hukum Undang – Undang Keselamatan Kerja

1. Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.


Selain itu ada beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3, antara lain:
a. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 No. 1,
yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan wanita,
waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.
b. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur keselamatan
kerja secara umum dan bersifat nasional.
c. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat, memasukkan,
menyimpan atau menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan
pengobatan atau dengan izin dari pemerintah.
d. UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk
kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah.
e. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel guna
keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan
perdagangan.
f. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene
dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
g. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:
 Jaminan kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian
atau seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacad karena
kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya Jaminan Kecelakaan
Kerja.
Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja sifatnya sangat relative sehingga
sulit ditetapkan derajat cacadnya maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam
hal terjadi cacad mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan
tidak bida bekerja lagi.

 Jaminan kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan
mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan
sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan Jaminan
Kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya
pemakaman maupun santunan berupa uang.

 Jaminan hari tua


Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja.
Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan
mempengaruhi ketenangan kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi
mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan Hari Tua memberikan kepastian

4
5

penerimaan penghasilan yangdibayarkan sekaligus dan atau berkala pada saat tenaga
kerja mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau memenuhi persyaratan tertentu.

 Jaminan pemeliharaan kesehatan


Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja
sehinggha dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan
di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena, upaya penyembuhan memerlukan
dana yang tidak yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada
perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan
masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja disamping itu pengusaha
tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi
upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan
tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk
keluarganya.

2. Dalam Pasal 27 (2) UUD 1945 berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pasal ini berbicara tentang perlindungan dan hak Warga negara Indonesia dalam hal
pekerjaan dan keseluruhan penunjang kehidupan, dengan ukuran kriterianya adalah
layak bagi kemanusiaan.

3. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja :

Menimbang :

1. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional;
2. bahwa setiap orang tainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya;
3. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien;
4. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja;
5. bahwa pembinaan nama-noama itu periu diwujudkan dalarn Undang-undang yang,
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan tehnologi.

5
6

D. Syarat Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )

Persyaratan Kesehatan Keselamatan Kerja ditetapkan dalam pasal-pasal di bawah ini:


1. Pasal 3 ayat 1 berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai.
2. Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul , sehingga rincian yang ada dalam pasal 3 ayat 1
dapat diubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta
penemuan-penemuan di kemudian hari.
3. Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis keselamatan dan kesehatan
kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang
disusun secara teratur, jelas dan praktis.

E. Pembinaan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )

Pembinaan K3, dapat dilakukan antara lain dengan :


1. Penyuluhan, dapat berupa :
- ceramah-ceramah K3
- pemasangan poster-poster K3
- pemutaran film/slide K3

2. Safety Talk (Toolbox Meeting)


Dilakukan setiap awal gilir kerja/shif

3. Safety Training
- Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan Kerja
- Pelatihan pemadam kebakaran
- Pelatihan pengendalian keadaan darurat
- Pelatihan P3K

4. Safety Inspection
- Inspeksi rutin
- Inspeksi berkala
- Inspeksi K3 bersama, dll

5. Safety Investigasi
Investigasi terhadap kejadian berbahaya/hampir kecelakaan

6. Safety Meeting
Suatu pertemuan yang membahas hal-hal yg berkaitan dgn permasalahan K3

6
7

7. Safety audit

Tujuan utama pelaksanaan semua program K3 dalam perushaan adalah untuk


memastikan bahwa sistem K3 bekerja dengan baik. Sehingga kerugian yang
diakibatkan kecelakaan kerja dapat dihindari.

8. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja


Tujuan pemantauan
a. Mengumpulkan data dan informasi
b. Memberikan masukan tentang kebutuhan
c. Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan
d. Memberikan informasi tentang metode yang tepat
e. Mendapatkan informasi kesulitan dan hambatan
f. Memberikan umpan balik bagi penilaian
g. Memberikan pernyataan berupa fakta dan nilai

9. Penyedian Alat-Alat Perlengkapan K3


- Alat Pelindung Diri
- Alat Perlengkapan K3

10. Organisasi K3
Berguna untuk memberikan sosialisasi tentang K3.

11. Program K3 Tahunan


Berguna sebagai evaluasi pelaksanaan K3 yang telah diterapkan (dapat sebagai
monitoring).
Unsur-unsur program K3 :
- Kebijakan/Policy K3
- Tanggung Jawab K3
- Rasa Keterlibatan
- Motivasi

F. Pengawasan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )


Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 ayat 8 pengawasan K3 meliputi :

1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan


kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

2. Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah


pimpinannya,

7
8

3. secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan
peraturan perundangan.

G. Ketentuan Pelanggaran dan Ketentuan Pelaksanaan

1. Ketentuan Pelanggaran

Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan Kerja


adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setingginya
Rp. 100.000,-. Proses projustisia dilaksanakan sesuai dengan UU No. 8 tahun
1981 tentang KUHAP.

2. Ketentuan Pelaksanaan

Dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


a. Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement
(VR) 1910 berupa peraturan khusus yang masih diberlakukan
berdasarkan pasal 17 UU Keselamatan Kerja.
b. Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan UU Keselamatan
Kerja sendiri sebagai peraturan organiknya.
c. Tujuan undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 adalah :
d. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat
kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
e. Agar sumber produksi dapat dipakai secara aman dan digunakan secara
efisien.
f. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan apapun.

8
9

BAB III
PEMBAHASAN

A. Masalah
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi
oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut
serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia adalah dengan melaksanakan
aturan kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Pembahasan
Berdasarkan masalah diatas maka kami mecoba memberikan beberapa pembahasan
yang mengarah kepada tujuan pembuatan makalah ini.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Dikarenakan begitu pentingnya peranan pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja
sehingga pemerintah serta dinas terkait membuat peraturan- pertauran ataupun kebijakan
yang dapat dibuat sebagai landasan perusahaan atau instansi yang menyelenggarakan
kegiatan kerja
Contoh Pasal dalam Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
yang dapat kami jelaskan saat ini adalah pasal 87 yang berisikan
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dan dalam pasal ini dapat kami coba menjelaskan bahwa keselamatan kerja adalah
penting yang harus diperhatikan suatu perusahaan atau instansi dengan melibatakan sistem
manajemen perusahaan atau instansi itu sendiri terkait dengan keselamatan kesehatan kerja
ini seperti perencanaan, pelaksanaan,tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yag
dibutuhkan bagi pengembangan dan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang erkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman.
Contoh Pasal 9 dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
yang berisikan:

1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerja;

9
10

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;


d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

Dari isi pasal ini dapat terlihat bahwa undang undang pun mengaur secara rinci tentang
pentingnya penatalaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan atau instansi yang mengadakan kegiatan kerja dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang telah dibuat standar nya. Kewajiban yang harus dilakukan oleh
penyelenggara kegiatan kerja ini dan ada beberapa sanksi yang dapat diberikan bila tidak
melakukannya yang diatur dalam undang undang di pasal lainnya.

10
11

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tempat kerja dalam UU No. 1 Tahun 1970 merupakan tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap
pekerja. Yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik
jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Demi menjadikan
keselamatan kerja tersebut, pemerintah membuat beberapa ketetapan melalui Undang-
Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27, Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Dikarenakan hal tersebut maka dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah
keamanan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian
utama semua pihak. Kerberhasilan kita dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur
dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan sebagai parameter penilaian
terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila keamanan dan
keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu atau
bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan keuntungan bagi
perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan dan pemberi
kerja).

B. Saran
Besar harapan kami bahwa dari penulisan makalah ini dapat memberikan pemahaman serta
kesadaran semua pihak yang berkaitan agar melaksanakan aturan – aturan K3 dalam
peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja.

11

Anda mungkin juga menyukai