Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail
metabolic esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi
permiabel.
2.1 Epidemiologi
Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah
dapatdilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik
danpanjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun.Indonesia termasuk Negara
dengantingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.Saat ini jumlah penderita gagal
ginjalmencapai 4500 orang. Dari jumlah itu banyak penderita yang meninggal dunia akibat
tidakmampu berobat atau cuci darah (hemodialisis) karena biaya yang sangat mahal.

3.1 Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat,
kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu
ginjal, dan sindrom hepatorenal.

4.1 Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer
ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan
terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah.
Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun
tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien
dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk
indikasi tunggal seperti hiperkalemia.
5.1 Tujuan
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

6.1 Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisis


Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra
filtrasi.Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan
konsenterasi yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain
bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
rendah (cairan dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat fasilitasi
pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk
mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).

7.1 Komponen Hemodialisa


1. Dialyzer / Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila
fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari
Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh
ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja
dari ginjal alami yang normal. Macam-macam ginjal buatan :
a) Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan churophane yang
dijepit oleh dua penyokong yang kaku untuk membentuk suatu amplop
yang disusun secara paralel. Dimana darah mengalir melalui lapisan-
lapisan membran, dan cairan dialisis dapat mengalir dalam arah yang
sama, atau dengan alat yang berlawanan.
b) Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga), terdiri dari ribuan
serabut mempunyai dinding setebal 30 µm, dan diameter sebesar 200
µm, dan panjangnya 20 cm.. darah mengalir dari bagian tengah tabung
tabung kecil, dan cairan dialisis membasahi bagian luarnya. Aliran
cairan dialisis berlawanan dengan aliran darah.
2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada dialisit:
 Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
 Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :
Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L
Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :
1) Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 :
34 hingga 120 L dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal
buatan dengan kecepatan 500 – 600 cc/menit.
2) Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
3) roportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh
porpropotioning dari mesin cuci darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 : 1
cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan
langsung dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
3. Akses Vaskular Hemodialisis
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangk apanjang, maka perlu ada jalan
masuk kedalam sistem vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh penderita
dengan kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Teknik akses vascular diklasifikasikan
sebagai berikut:
1). Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
a) Pirau arteriovenosa (AV) atau system kanula diciptakan denga nmenempatkan
ujung kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah vena yang berdekatan.
Ujung kanula dihubungkan dengan selang karet silicon dan suatu sambungan
teflon yang melengkapi pirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka selang pirau
eksternal dipisahkan dan dibuat hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian
mengalir dari ujung arteri, melalui alat dialisis dan kembali ke vena. Kesulitan
utama pirau eksternal adalah masa pemakaian yang panjang (9 bulan). Pirau
eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik diperlukan dalam jangka waktu
pendek seperti pada dialisis karena keracunan, keebihan dosis obat, gagal ginjal
akut, dan fase permulaan pada pengobatan gagal ginjal kronik.
b) Kateter vena femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila diperlukan
akses vascular sementara, atau bila teknik akses vaskuler lain tidak dapat
berfungsi. Terdapat dua tipe kateter dialysis femoralis. Kateter shaldon adalah
kateter berlumen tunggal yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis
yang lebih baru memiliki lumen ganda, satu lumen untuk mengeluarkan darah
menuju alat dialysis dan satu lagi untuk mengembalikan darah ketubuh penderita.
Komplikasi pada kateter vena femoralis adalah laserasi arteria femoralis,
perdarahan, thrombosis, emboli, hematoma, dan infeksi.
c) Kateter vena subklavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses vascular karena
pemasangan yang mudah dan komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena
femoralis. Kateter vena subklavia mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk
dan keluar. Kateter vena subklavia dapat digunakan sampai empat minggu
sedangkan kateter vena femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari setelah
pemasangan. Komplikasi yang disebabkan oleh katerisasi vena subklavia serupa
dengan katerisasi vena femoralis yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria
subklavia, perdarahan, thrombosis, embolus, hematoma, dan infeksi.
2). AksesVaskular Internal (permanen)
a) Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang (biasanya
dilakukan pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau
menyambungkan (anastomosis) pembuluh aretri dengan vena secara side to-side
(dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi
pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk aliran darah arteri dan
segmen vena digunakan untuk memasukan kembali (reinfus) darah yang sudah
didialisis. Umur fistula AV adalah empat tahun dan komplikasinya lebih sedikit
dengan pirau AV. Masalah yang paling utama adalah nyeri pada pungsi vena
terbentuknya aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis pascadialisis, dan
iskemia padatangan.
b) Tandur, dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis,
sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau
vena dari sapi, material Gore-Tex (heterograft) atau tandur vena safena dari
pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri
tidak cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah,
lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu,
seperti pasien diabetes, biasanya memerlukan pemasangan tandur sebelum
menjalani hemodialisis. Karena tandur tersebut merupakan pembuluh darah
artifisial risiko infeksi akan meningkat. Komplikasi tandur AV sama dengan
fistula AV.trombosis, infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang disebabkan oleh
pirau darah melalui prosthesis dan jauh dari sirkulasi distal.

8.1 Indikasi
1). Gagal ginjal akut
2). Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3). Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4). Ureum lebih dari 200 mg/dl
5). pH darah kurang dari 7,1
6). Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7). Intoksikasi obat dan zat kimia
8). Sindrom Hepatorenal
9). Fluid overload
9.1 Kontra Indikasi
1. Gangguan pembekuan darah
2. Anemia berat
3. Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat
4. Suhu tubuh yang tinggi

10.1 Penatalaksanaan
Diet dan masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk
dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik dan akan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul.
Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian
meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan
bagian dengan resep diet untuk pasien ini.
Pertimbangan medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian
melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,
antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-
obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.

11.1 Komplikasi
1. Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali
terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi, terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan
kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia, hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap
aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa, sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya
secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea
yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien
osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan
perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak
lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5. Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada
pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan, uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa
juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Ganguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan
karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,
USA

Puji Rahardjo, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilit II, Edisi III, BP FKUI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai