Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA ANALOG

Aplikasi transistor dalam Rangkaian Sederhana

Nama : Misrah Rahayu


NIM : 061630320207
Kelompok :3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA
PALEMBANG
2017/2018
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA ANALOG

Aplikasi Transistor dalam Rangkaian Sederhana

Nama : Rian Julianto


NIM : 061630320212
Kelompok :3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA
PALEMBANG
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapakan dapat :
1. Membuat aplikasi transistor dalam rangkaian peka cahaya;
2. Membuat aplikasi transistor dalam pengukuran atau pemantauan
temperatur;
3. Membuat aplikasi transistor untuk rangkaian waktu tunda;
4. Mengembangkan pemakaian transistor untuk keperluan-keperluan
sederhana

II. Dasar teori


Dengan mempelajari karakteristik transistor, maka transistor dapat
dioperasikan dalam berbagai keperluan, misalnya dipergunakan
sebagai pengontrol atau dapat juga sebagai penguat. Terntunya, hal ini
tidak lepas dari sistem pemberian bias pada transistor itu sendiri. Yang
perlu diperhatikan dalam pembiasan transistor berlaku syarat utama,
yaitu antara basis emiter harus mendapat bias maju sedangkan antar
kolektor basis mendapat bias mundur. Dari bias maju pada VBE akan
menghasilkan arus Ib, sedangkan bias mundur diperoleh dari VCC.
Dalam percobaan ini transistor akan dipergunakan untuk
mengemudikan lampu atau alat lain yang memerlukan arus cukup
besar, sedangkan inputnya adalah tranduser yang berubah resistansinya
apabila terdapat perubahan besaran. Tranduser yang dipergunakan
adalah LDR, yang berubah resistansinya jika cahaya yang
mengenainya berubah dan NTC, yang berubah nilai resistansinya jika
panas yang mengenainya berubah. Tranduser-tranduser ini akan
berfungsi sebagai pengatur arus basis, sehingga dengan perubahan arus
basis yang kecil dapat mengakibatkan perubahan arus kolektor yang
cukup besar (lihat karakteristik pindahan).
Pada saat resistansit tranduser besar, maka pada base transistor
akan mendapat tegangan yang relatif kecil, sehingga transistor dalam
kondisi mati, Ic sangat kecil sehingga lampu beban mati. Pada saat
resistansi tranduser kecil, pembagi tegangan pada base akan
menghasilkan tegangan maju yang cukup untuk menghidupkan
transistor karena Ib yang cukup besar maka transistor ON, akibatnya Ic
mengalir dan ini mengakibatkan lampu menyala. Faktor-faktor yang
diperhatikan adalah perbedaan resistansi pada tranduser dan resistor
pembagi tegangan harus cukup menghasilkan arus yang mampu
mendorong transistor dan keadaan arus kolektor mengalir maksimum.
BAB II
PRAKTIKUM

I. Alat dan Bahan


1. Catu daya 1 Buah
2. Multimeter 1 Buah
3. Transistor BD 130,BCY 56 1 Buah
4. Resistor 47Ω, 10Ω, 47KΩ, 100K 1 Buah
5. Kpasitor 100µF, 470µF 1 Buah
6. Lampu pijar 9 V 1 Buah
7. Papan percobaan 1 Buah
8. Kawat penghubung secukupnya
II. Gambar rangkaian

Gambar 2.1

Gambar 2.2
III. Langkah Percobaan
A. Alarm peka cahaya
1. Rakitlah rangkaian seperti Gambar 2.1
2. Siapkan DC catu daya dengan tegangan 9 V,
hubungkan ke rangkaian
3. Ukurlah tegangan base dan tegangan kolektor pada
saat lampu mati
VBE =
VCE =
4. Siapkan lampu pijar hubungkan dengan sumber
daya, sehingga menyala
5. Dekatkan lampu tersebut pada LDR sehingga lampu
beban menyala
6. Ukurlah kembali tegangan base dan tegangan
kolektor
VBE =
VCE =
7. Amati kerja dari rangkaian di atas, setelah itu
matikan sumber tegangan
B. Pemantauan temperatur
1. Rakitlah rangakaian seperti Gambar 2.2
2. Siapkan DC catu daya dengan tegangan 9 V,
hubungkan ke rangkaian
3. Siapkan solder daya rendah 20/25W
4. Panaskan NTC , perhatikan apa yang terjadi pada
lampu
5. Lakukan pengukuran pengukuran tegangan base dan
saat lampu mati dan lampu hidup
Saat lampu mati saat lampu hidup
VBE = -VBE=
VCE = -VCE=
6. Matikan semua peralatan
C. Saklar waktu (time switch)
1. Rakitlah rangkaian seperti Gambar2.3
2. Siapkan DC catu daya dengan tegangan 9 V,
hubungkan ke rangkaian
3. Siapkan stopwatch untuk mengukur waktu
4. Untuk R 47K dan C 100µF ukurlah waktu antara
tombol ditekan dan lampu menyala
5. Ulangi langkah diatas untuk :
a. R 47K, C 470µF
b. R 100K, C 100µF
c. R 100K, C 470µF
6. Isikan dalam tabel berikut :
C/µF Waktu t/s
R 47KΩ R 100KΩ
100
470

IV. Keselamatan kerja


1. Hati-hati saat menggunakan lampu pada LDR maupun
solder NTC
2. Jika lampu tidak bisa menyala, cek lagi transistornya
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
I. Data Percobaan

Percobaan I

R VBE (V) VCE (V)


47Ω 1 5,2
100Ω 5,7 5,8

Percobaan II
Percobaan Ke- VBE VCE
1 1,7 5,5
2 0,7 5,8
3 0,4 6,0
4 0,2 6,2
5 0,05 6,5

Percobaan III
C/µF Waktu t/s
R 47Ω R 100Ω
100 1,89 s 2,82 s
470 1,73 s 2,85 s

II. Analisa Data


a. Pada percobaan I , atau pada percobaan lampu peka cahaya ketika
rangkaian diberikan suatu tegangan maka akan terjadi arus yang
mengalir pada rangkaian tersebut. Seperti halnya pada lampu peka
cahaya transistor yang digunakan dalam percobaan ini jenis NPN
9018B yang mengakibatkan arus berjalan menuju resistor
kemudian diteruskan pada LED dan ground. Pada transistor NPN
9018B arus yang mengalir kearah R2 disebut arus emitor, arus
yang mengalir kearah LDR disebut arus basis. Ketika LDR tidak
diberikan suatu cahaya maka LED pun akan menyala dan
sebaliknya ketika LDR diberi sumber cahaya atau pada saat
kondisi terang maka LED akan mati atau tidak menyala.
b. Pada percobaan II, atau percobaan pemantauan temperatur hampir
sama dengan rangkaian peka cahaya, namun pada rangkaian ini
tidak menggunakan LDR melainkan NTC/PTC sebagai pengatur
temperatur rangkaian. Pada percobaan ini saat NTC dipanaskan
(menggunakan solder) maka lampu pijar pada rangkaian akan
hidup, lain halnya jika pada saat PTC yang dipanaskan maka
lampu pijar akan dalam keadaan mati.
c. Pada percobaan III, yaitu aplikasi transistor dalam waktu
tunda/delay. Ketika saklar dalam posisi NO (kapasitor terhubung
singkat) ini artinya kapasitor melakukan pelepasan muatan yang
ada didalamnya, namun ketika saklar ditekan kapasitor melakukan
pengisian sampai tegangan pada kapasitor mendekati tegangan
supply, setelah itu baru arus dapat mengalir ke basis transistor dan
transistor dapat aktif dan lampu akan hidup, proses pengisian inilah
yang dimanfaatkan untuk membuat waktu delay yang menunda
lampu hidup untuk beberapa waktu. Untuk mengatur lama tidaknya
waktu delay dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil
resistansi pada variabel resistor.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Dalam percobaan ini transistor digunakan untuk mengendalikan lampu atau alat
yang membutuhkan arus cukup besar, sedangkan masukannya adalah tranduser
yang berubah resistansinya apabila mendapat perubahan besaran.
2. Pada saat nilai resistansi tranduser besar, maka pada basis transistor dalam
kondisi mati, dan arus kolektor yang mengalr sangat kecil, sehingga
lampu/beban tidak
mendapat tegangan (lampu tidak menyala).
3. Pada saat resistansi kecil, pembagi tegangan akan menghasilkan tegangan maju
yang cukup untuk menghidupkan transistor, transistor akan ON , karena arus
basiscukup besar, akibatnya kolektor mengalir daan mengakibatkan
beban/lampunya mendapat tegangan (lampu menyala).
4. Semakin besar nilai tahanan pada percobaab 8.3, maka lampu akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyala sepenuhnya, begitu pula
sebaliknya
Tugas dan Pertanyaan
1. Dari hasil pengukuran pada percobaan alarm peka cahaya dan percobaan
pemantauan temperatur terangkan kerja dari rangkaian tersebut diatas.
2. Pada percobaan alarm peka cahaya jika diperlukan untuk menngontrol bel
listrik atau alarm dengan tegangan 220V, bagaimana cara pemasangannya
3. Sebutkan aplikasi nyata dari rangkaian percobaan B
4. Pada percobaan saklar waktu mengapa lampu meyala secara periodik.

Jawaban
1. a. Cara kerja alarm peka cahaya
lampu akan menyala jika LDR tidak terkena cahaya atau intensitas
cahaya kurang (gelap). Begitu pula sebaliknya. Saat tahanan gelap tahanan
LDR menjadi kecil. Pembagi tegangan akan menghasilkan tegangan maju
yang cukup untuk menghidupkan transistor. Transistor akan HAIN. Karena
arus cukup besar . akibatnya kolektor mengalir dan mengakibatkan beban/
lampunya mendapat tegangan dan lampu menyala.
Dan saat cahaya terang tegangan, tahanan LDR besar. Maka pada basis
mendapat tegangan kecil. Sehingga transistor dalam kondisi mati dan arus
kolektor yang mengalir sangat kecil. Sehingga lampu/ beban tidak mendapat
tegangan maka lampu tidak menyala.
b. Cara kerja rangkaian pemantau temperature
pada percobaan pemantau temperature menggunakan NTC sebagai
sensornya. Dimana prinsip kerja NTC yang berubah resistansinya menjadi
turun apabila terkena panas. Jadi ketika NTC dipanasi maka resitansinya
kecil.
Pembagi tegangan akan menghasilkan tegangan maju yang cukup
untuk menghidupkan transistor. Transistor akan ON. Karena arus basis
cukup besar, akibatnya kolektor mengalir dan mengakibatkan beban/ lampu
menyala.
2. Untuk menghidupkan alarm tegangan AC 220 volt dapat menggunakan
“relay” dipasang pada beban L. Relay berfungsi agar dapat memberikan
sumber tegangan yang berbeda dengan tegangan pada rangkaian sehingga
dapat menggunakan sumber lain seperti tegangan AC 220 volt. Untuk lebih
jelas lihat pada gambar.
3. Aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari misalnya pemantau suhu
ruangan ber AC, pemantau suhu alat penetas telur dan sebagainya.
4. Karena saklar waktu berfungsi sebagai saklar tunda. Apabila resistor serta
kapasito yang digunakan dalam percobaan semakin besar, sehingga lampu
menyala secara periodic, semakin besar semakin semakin lama.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai