Anda di halaman 1dari 14

Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No.

3/Mei/2017

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP termasuk kewajiban kaitannya yang ditentukan


PENYEDIA JASA DAN PENGGUNA JASA dalam perjanjian tersebut.
KONSTRUKSI MENURUT UNDANG-UNDANG Kata kunci: Tanggung jawab hukum, penyedia
NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA jasa dan pengguna konstruksi.
KONSTRUKSI1
Oleh : Tamatompol Marviel Richard2 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ABSTRAK Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Tentang Jasa konstruksi, bicara tentang
mengetahui bagaimana tanggung jawab proyek pembangunan yang merupakan
hukum penyedia jasa konstruksi dalam perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang
melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi pada atau badan usaha atas dasar kesepakatan
proyek pemerintah menurut Undang-Undang atau kontrak dalam suatu waktu dan tempat
Nomor 18 Tahun 1999 dan bagaimana tertentu, melaksanakan atau mengerjakan
tanggung jawab hukum pengguna jasa sesuatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu
konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan bangunan fisik atau mengadakan suatu
jasa konstruksi pada proyek pemerintah barang tertentu atau jasa tertentu yang
menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun dibutuhkan oleh suatu pengguna barang atau
1999. Dengan menggunakan metode jasa dalam hal ini pemerintah.
penelitian yuridis normatif, dapat disimpulkan: Bahwa pada saat perjanjian telah
1. Tanggung jawab hukum penyedia jasa ditandatangani oleh kedua belah pihak
konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan jasa antara penyedia jasa dan pengguna jasa
konstruksi pada proyek pemerintah menurut karena pekerjaan konstruksi telah dimenangkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, sangat melalui pelelangan pekerjaan konstruksi secara
jelas bahwa antara penyedia jasa dan pengguna formal kemudian pada saat pekerjaan
jasa bersama-sama bertanggung jawab penuh konstruksi berjalan bukan tidak mungkin terjadi
terhadap pekerjaan yang telah dibuat kontrak masalah hukum dalam pelaksanaan pekerjaan
antar Penyedia Jasa dan pengguna yang diwakili tersebut, antara lain keterlambatan pekerjaan
oleh pemerintah dalam hal ini PPK (Pejabat yang dilakukan oleh penyedia jasa atau
Pembuat Komitmen). Hal kegagalan pekerjaan pengguna jasa ternyata tidak melaksanakan
karena kesalahan penyedia jasa, maka penyedia tugas-tugas pengelolaan dengan baik atau
jasa harus bertanggung jawab penuh terhadap pengguna jasa konstruksi belum menata
pekerjaan konstruksi tersebut sesuai dengan keuangan proyek konstruksi tersebut dalam
kontrak yang dibuat. 2. Tanggung jawab hukum anggaran berjalan. Hal inilah dapat menjadi
pengguna jasa konstruksi menurut Undang- persoalan hukum antara pengguna jasa
Undang Nomor 18 Tahun 1999 adalah, bahwa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi.
pengguna barang atau jasa adalah pejabat Penyelengaraan konstruksi melibatkan
pemegang kewenangan penggunaan barang rangkaian proses pekerjaan konstruksi meliputi
atau jasa milik negara, daerah masing-masing : perencanaan konstruksi, pelaksanaan fisik
kementerian, lembaga, dalam kontrak beserta pengawasan konstruksi, pengoperasian
bertindak atas nama Negara apabila tidak serta pemeliharaan bangunan/infrastruktur,
memenuhi kewajibannya terhadap proses hingga proses pembongkaran/demolisi sesuai
pembayaran yang harus dilakukan kepada kebutuhan.3 masing-masing bertanggung
penyedia jasa, menurut undang-undang jawab secara sinergi dan profesional juga
Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa konstruksi, transparan serta pertanggung jawaban
dinyatakan bahwa pihak pengguna harus dalam melaksanakan kegiatannya untuk
melakukan kewajibannya sesuai kontrak mencapai tujuan akhir yang sama, yaitu

1 3
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Ralfie Pinasang, Wibisono Setiowibowo, Good Corporate Governance :
SH, MH; Dr. Elisabeth Winokan, SH, M.Si mendorong implementasinya dalam badan usaha jasa
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. konstruksi, Penerbit Perkindo Press, Jakarta, 2011, hlm. 1-
13071101355 2.

37 37
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

berdirinya bangunan tertentu yang layak uji hukum. Tanggung jawab penyedia jasa
teknik maupun kelayakan pembiayaan, serta konstruksi seperti yang disebutkan dalam
dapat dimanfaatkan oleh pengguna jasa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
sesuai ketentuan yang berlaku. Pihak Tentang Jasa Konstruksi Pasal 25 disebutkan
pengguna jasa konstruksi dalam hal ini bahwa :
pemerintah bertanggung jawab semua yang (1) Pengguna jasa dan penyedia jasa
menyangkut administrasi dan pembayaran wajib bertanggung jawab atas
tepat waktu kepada penyedia jasa konstruksi kegagalan bangunan.
apabila pekerjaan fisik sudah selesai. (2) Kegagalan bangunan yang menjadi
tanggung jawab penyedia jasa
B. PERUMUSAN MASALAH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
1. Bagaimana tanggung jawab hukum ditentukan terhitung sejak penyerahan
penyedia jasa konstruksi dalam akhir pekerjaan konstruksi dan paling
melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi lama 10 (sepuluh) tahun.
pada proyek pemerintah menurut (3) Kegagalan bangunan sebagaimana
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 ? dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
2. Bagaimana tanggung jawab hukum oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.5
pengguna jasa konstruksi dalam Begitu juga dalam Pasal 27 Jika terjadi
melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
pada proyek pemerintah menurut kesalahan pengguna jasa dalam pengelolaan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 ? bangunan dan hal tersebut menimbulkan
kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa
C. METODE PENELITIAN wajib bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi.
Metode yang digunakan dalam Penelitian Begitu juga dalam Pasal 28, disebutkan juga
ini adalah penelitian normatif yuridis dengan bahwa Ketentuan mengenai jangka waktu dan
tipe deskriptif analitik yang bertujuan penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
menggambarkan. Pendekatan yang digunakan 25, tanggung jawab perencana konstruksi,
dalam penelitian ini disesuaikan dengan pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi
fokus masalahnya, yang berkaitan bagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 serta
tanggung jawab hukum penyedia jasa tanggung jawab pengguna jasa sebagaimana
konstruksi, dan pengguna jasa konstruksi dimaksud dalam Pasal 27 diatur lebih lanjut
dalam melaksanakan pekerjaan jasa dengan Peraturan Pemerintah.
konstruksi pada proyek pemerintah menurut Pelaksanaan kontrak misalnya
undang-undang Nomor 18 Tahun 1999. pembangunan proyek, tanggung jawab pihak
penyedia jasa atau kontraktor adalah
PEMBAHASAN melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai
A. Tanggung Jawab Hukum Penyedia Jasa dengan instruksi dari pihak pemberi tugas atau
Konstruksi Dalam Melaksanakan pengguna jasa yang dalam kontrak ini disebut
Pekerjaan Jasa Konstruksi Pada Proyek dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Pemerintah Menurut Undang-Undang Kemudian biasannya telah terjadi perikatan
Nomor 18 Tahun 1999. atau perjanjian antara Pihak Penyedia Jasa
Penyedia jasa menurut Pasal 16 ayat 1 Konstruksi dengan pihak pengguna yang dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, hal ini diwakili oleh Pejabat pembuat
adalah : komitmen. Dalam perjanjian tersebut telah
a. perencana konstruksi; dituangkan hal mana yang menjadi tanggung
b. pelaksana konstruksi; jawab Pihak kontraktor atau pihak penyedia
c. pengawas konstruksi.4 jasa, antara lain bertanggung jawab untuk
Dengan demikian menyebut penyedia melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai
jasa adalah ketiga hal tersebut, semuanya dengan kontrak dan syarat-syarat yang telah
dapat berbentuk perorangan atau badan ditetapkan berdasarkan hasil negosiasi awal

38 38
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

4 5
Undang-Undang Jasa Konstruksi, Op.cit., 2010 Hal 9. Loc.cit

39 39
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

antara pihak penyedia dengan pihak pengguna konstruksi dengan pengguna jasa telah
jasa. Tanggung Jawab Penyedia Jasa dalam hal dibuat dalam suatu perjanjian bersama.
waktu penyelesaian pekerjaan dalam hal waktu Pasal 17 disebutkan tentang pengikatan
penyelesaian proyek, pihak penyedia jasa para pihak ayat (1) disebutkan bahwa :7
bertanggung jawab untuk melaksanakan “Pengikatan dalam hubungan kerja jasa
pekerjaan sesuai dengan program mutu serta konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka persaingan yang sehat melalui pemilihan
waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak. penyedia dengan cara pelelangan umum
Bahwa dalam hal terjadi kegagalan atau terbatas.”
pekerjaan konstruksi bangunan pihak penyedia Setelah dalam pelelangan tersebut
jasa bertanggung jawab secara hukum baik dilakukan, dan telah dinyatakan pemenang
dalam kontrak yang masih berjalan antara lelang maka Pasal 22 disebutkan bahwa
kedua belah pihak maupun kontrak pekerjaan dilakukan dengan pengikatan kontrak. Isi
konstruksi sudah selesai sampai batas waktu 10 kontraknya adalah memuat semua hak dan
(sepuluh) tahun yaitu terhitung sejak kewajiban antara penyedia jasa dan
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. pengguna jasa dalam hal ini pemerintah.
Jika memperhatikan juga Pasal 11 Undang- Apabila terjadi perselisihan kedua belah
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa pihak tetap kembali pada kontrak yang
Konstruksi disebutkan bahwa : dibuat, artinya kedua belah tunduk pada
Pasal 11 kontrak sesuai kewajiban hukum masing-
(1) Badan usaha sebagaimana dimaksud masing pihak. Adapun isi Pasal 22 Undang-
dalam Pasal 8 dan orang perseorangan Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Konstruksi, yaitu :8
harus bertanggung jawab terhadap hasil (1) Pengaturan hubungan kerja berdasarkan
pekerjaannya. hukum sebagaimana dimaksud dalam
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (3) harus dituangkan dalam
pada ayat 1 dilandasi prinsip-prinsip kontrak kerja konstruksi.
keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, (2) Kontrak kerja konstruksi sekurang-
kepatutan, dan kejujuran intelektual kurangnya harus mencakup uraian
dalam menjalankan profesinya dengan mengenai :
tetap mengutamakan kepentingan a. Para pihak, yang memuat secara jelas
umum. identitas para pihak;
(3) Untuk mewujudkan terpenuhinya b. Rumusan pekerjaan, yang memuat
tanggung jawab sebagaimana dimaksud uraian yang jelas dan rinci tentang
pada ayat 1 dan ayat 2 dapat ditempuh lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan
melalui mekanisme pertanggungan batasan waktu pelaksanaan;
sesuai dengan ketentuan peraturan c. Masa pertanggungan atau
perundang-undangan yang berlaku.6 pemeliharaan, yang memuat tentang
Ketentuan yang telah diatur tersebut jangka waktu pertanggungan atau
pelaksanaannya dinyatakan dalam penjelasan pemeliharaan yang menjadi tanggung
Pasal 11 yaitu Mekanisme pertanggungan jawab penyedia jasa;
dimaksud dapat dilakukan melalui antara lain d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan
sistem asuransi. Di samping itu untuk tentang jumlah, klasifikasi dan
memenuhi pertanggung jawaban kepada kualifikasi tenaga ahli untuk
pengguna jasa, dikenakan sanksi administratif melaksanakan pekerjaan konstruksi.
yang menyangkut profesi. Kegagalan pekerjaan e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak
yang terjadi karena kesalahan penyedia jasa pengguna jasa untuk memperoleh
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 18 Tahun hasil pekerjaan konstruksi serta
1999 tentang Jasa Konstruksi, hal tersebut kewajibannya untuk memenuhi

sangat jelas karena antara penyedia jasa


7
Undang-Undang Jasa Konstruksi,Op.cit., 2010, Hlm 10.

40 40
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

8
Undang-Undang Jasa Konstruksi, Op.cit., 2010. Hlm 12-
6
Undang-Undang Jasa Konstruksi, Op.cit., 2010, hal 7. 14.

41 41
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

ketentuan yang diperjanjikan serta konstruksi, dapat memuat ketentuan


hak penyedia jasa untuk memperoleh tentang sub penyedia jasa serta pemasuk
informasi dan imbalan jasa serta bahan dan atau komponen bangunan
kewajibannya melaksanakan dan atau peralatan yang harus
pekerjaan konstruksi. memenuhi standar yang berlaku.
f. Cara pembayaran, yang memuat (6) Kontrak kerja konstruksi dibuat dalam
ketentuan tentang kewajiban bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak
pengguna jasa dalam melakukan kerja konstruksi dengan pihak asing,
pembayaran hasil pekerjaan maka dapat dibuat dalam bahasa
konstruksi; Indonesia dan bahasa Inggris.
g. Cidera janji, yang memuat ketentuan (7) Ketentuan mengenai kontrak kerja
tentang tanggung jawab dalam hal konstruksi sebagaimana dimaksud pada
salah satu pihak tidak melaksanakan ayat (2) berlaku juga dalam kontrak kerja
kewajiban sebagaimana konstruksi antara penyedia jasa dengan
diperjanjikan; sub penyedia jasa.
h. Penyelesaian perselisihan, yang (8) Ketentuan mengenai kontrak kerja
memuat ketentuan tentang tata cara konstruksi sebagaimana dimaksud pada
penyelesaian perselisihan akibat ayat (2), hak atas kekayaan intelektual
ketidaksepakatan; sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, pemberian insentif sebagaimana
yang memuat ketentuan tentang dimaksud pada ayat (4), dan mengenai
pemutusan kontrak kerja konstruksi pemasok dan/atau komponen bahan
yang timbul akibat tidak dapat bangunan dan/atau peralatan
dipenuhinya kewajiban salah satu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
pihak; diatur lebih lanjut dengan Peraturan
j. Keadaan memaksa (force majeure), tertentu.
yang memuat ketentuan tentang
kejadian yang timbul di luar kemauan B. Tanggung Jawab Hukum Pengguna Jasa
dan kemampuan para pihak, yang Konstruksi Dalam Melaksanakan Pekerjaan
menimbulkan kerugian bagi salah Jasa Konstruksi Pada Proyek Pemerintah
satu pihak. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun
k. Kegagalan bangunan, yang memuat 1999
ketentuan tentang kewajiban Peraturan Presiden Republik Indonesia
penyedia jasa dan/atau pengguna Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
jasa atas kegagalan bangunan; Barang atau Jasa Pemerintah telah memadai
l. Perlindungan pekerja, yang memuat untuk menjadi dasar pelaksanaan pengadaan
ketentuan tentang kewajiban para barang atau jasa pemerintah, dan peraturan
pihak dalam pelaksanaan perubahannya yaitu Perpres Nomor 35 Tahun
keselamatan dan kesehatan kerja 2011 Tentang Perubahan pertama atas
serta jaminan sosial; Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
m. Aspek lingkungan, yang memuat Tentang Pengadaan Barang dan Jasa
kewajiban para pihak dalam Pemerintah, Perpres Nomor 70 Tahun 2012
pemenuhan ketentuan tentang Perubahan kedua Tentang Pengadaan barang
lingkungan. dan Jasa serta Perpres Nomor 172 Tahun 2014
(3) Kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perubahan ketiga Perpres 54 Tahun 2010
perencanaan harus memuat ketentuan Tentang Pengadaan Barang atau Jasa
tentang hak atas kekayaan intelektual. Pemerintah,9 termasuk Undang-Undang Nomor
(4) Kontrak kerja konstruksi dapat memuat 18 Tahun 1999 Tentang Jasa konstruksi,
kesepakatan para pihak tentang ternyata memberikan ruang terhadap prinsip
pemberian insentif.
(5) Kontrak kerja konstruksi untuk kegiatan
pelaksanaan dalam pekerjaan

42 42
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

9
Perpres No.4 Perubahan Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 54 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, PT.Tamita Utama.CV, Jakarta, 2015, hlm. 2.

43 43
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

responsibility dan liability (2) Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi


(pertanggungjawaban), menjadi dasar dalam wajib memenuhi ketentuan tentang
setiap pengadaan barang dan jasa termasuk keteknikan, keamanan, keselamatan dan
jasa konstruksi. kesehatan kerja, perlindungan tenaga
Prinsip-prinsip pengadaan barang atau kerja, serta tata lingkungan setempat
jasa pemerintah yang telah dinormakan atau untuk menjamin terwujudnya tertib
menjadi norma dalam Perpres Nomor 54 penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
tahun 2010 dan perubahannya ketika prinsip (3) Para pihak dalam melaksanakan
tersebut dinormakan maka terjadi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
perubahan sifat dari ”tidak memiliki sanksi” ayat (1) harus memenuhi kewajiban yang
ke sifat ”memaksa atau memiliki sanksi”. Di dipersyaratkan untuk menjamin
normakannya prinsip pengadaan barang atau berlangsungnya tertib penyelenggaraan
jasa dalam peraturan perundang-undangan pekerjaan konstruksi sebagaimana
diharapkan dapat menciptakan suatu proses dimaksud pada ayat (2).
pengadaan barang atau jasa pemerintah yang (4) Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
dapat dipertanggungjawabkan. sebagaimana dimaksud pada ayat dan
Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
perubahannya telah disebutkan mengenai Peraturan Pemerintah.
prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan
tidak bisa disamakan dengan prinsip Pasal 24
partisipasi. Menurut peneliti keterbukaan (1) Penyedia jasa dalam penyelenggaraan
belum menjamin adanya partisipasi. pekerjaan konstruksi dapat
Keterbukaan yang tidak dibarengi dengan menggunakan sub penyedia jasa yang
pemberian kesempatan kepada masyarakat mempunyai keahlian khusus sesuai
untuk ikut serta dalam proses pengelolaan dengan masing-masing tahapan
keuangan negara belum dapat disebut pekerjaan konstruksi.
partisipatif. Jadi tindak lanjut dari prinsip (2) Sub penyedia jasa sebagaimana
keterbukaan dari pemerintah adalah dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
partisipasi dari masyarakat. persyaratan sebagaimana dimaksud
Prinsip partisipasi merupakan dalam Pasal 8 dan Pasal 9.
pemerintahan dari kedaulatan rakyat (3) Penyedia jasa sebagaimana dimaksud
sehingga tidak bisa diabaikan dalam pada ayat (1) wajib memenuhi hakhak
pengelolaan keuangan negara. Prinsip ini subpenyedia jasa sebagaimana
seharusnya dapat menjadi salah satu tercantum dalam kontrak kerja
norma hukum dengan menuangkannya dalam konstruksi antara penyedia jasa dan sub
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam penyedia jasa.
peraturan perundang-undangan di bidang (4) Sub penyedia jasa sebagaimana
pengadaan barang atau jasa pemerintah. dimaksud pada ayat (3) wajib
Dikaitkan dengan proses pengadaan barang memenuhi kewajiban-kewajibannya
dan jasa pemerintah termasuk jasa kon struksi sebagaimana tercantum dalam kontrak
penyedia jasa mempunyai peranan penting kerja konstruksi antara penyedia jasa
dalam tanggung jawab pekerjaan agar tidak dan sub penyedia jasa.
terjadi kegagalan pekerjaan.
Apabila memperhatikan Pasal 23, Pasal 25
disebutkan bahwa : (1) Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib
(1) Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bertanggung jawab atas kegagalan
meliputi tahap perencanaan dan tahap bangunan.
pelaksanaan beserta pengawasannya (2) Kegagalan bangunan yang menjadi
yang masing-masing tahap dilaksanakan tanggung jawab penyedia jasa
melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dan pengakhiran. ditentukan terhitung sejak penyerahan

44 44
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

akhir pekerjaan konstruksi dan paling bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
lama 10 (sepuluh) tahun. Tanggung jawab perbuatan melawan hukum
(3) Kegagalan bangunan sebagaimana hadir untuk melindungi hak-hak seseorang.
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Hukum dalam perbuatan melawan hukum
pihak ketiga selaku penilai ahli. menggariskan hak dan kewajiban seseorang
yang karena kesalahannya telah merugikan
orang lain. Pasal 1365 hingga 1380 KUHPerdata
Pasal 26 mengatur tidak hanya perbuatan melawan
(1) Jika terjadi kegagalan bangunan yang hukum yang dilakukan oleh pelaku, tetapi juga
disebabkan karena kesalahan perencana yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi
atau pengawas konstruksi, dan hal tanggungannya atau disebabkan oleh barang-
tersebut terbukti menimbulkan barang yang berada di bawah pengawasannya.
kerugian bagi pihak lain, maka Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun
perencana atau pengawas konstruksi 2010, menyatakan bahwa kegagalan bangunan
wajib bertanggung jawab sesuai dengan atau kegagalan pekerjaan konstruksi adalah
bidang profesi dan dikenakan ganti rugi. keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak
(2) Jika terjadi kegagalan bangunan yang sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
disebabkan karena kesalahan pelaksana sebagaimana dalam kontrak kerja konstruksi,
konstruksi dan hal tersebut terbukti baik sebagian maupun seluruhnya akibat
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, kesalahan pengguna jasa konstruksi atau
maka pelaksana konstruksi wajib pengguna jasa konstruksi. Sedangkan maksud
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan pasal 32, Peraturan Pemerintah
bidang usaha dan dikenakan ganti rugi. No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan jasa
konstruksi Juncto Peraturan Pemerintah No.59
Pasal 27 Tahun 2010,11 adalah justru membebaskan pihak
Jika terjadi kegagalan bangunan yang kontraktor Perencana atas tanggung jawab untuk
disebabkan karena kesalahan pengguna jasa ganti rugi akibat kegagalan pekerjaan konstruksi,
dalam pengelolaan bangunan dan hal apabila kesalahan terletak pada perbuatan
tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak hukum oleh pihak pengguna jasa dan pelaksana
lain, maka pengguna jasa wajib serta pengawas, juga sebaliknya membebaskan
bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi. pihak kontraktor Pelaksana proyek atas tanggung
jawab untuk ganti rugi akibat kegagalan
Pasal 28 pekerjaan konstruksi, apabila kesalahan
Ketentuan mengenai jangka waktu dan terletak pada perbuatan hukum oleh pihak
penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pengguna jasa dan perencana serta pengawas,
Pasal 25, tanggung jawab perencana juga sebaliknya membebaskan pihak pengawas
konstruksi, pelaksana konstruksi, dan atas tanggung jawab untuk ganti rugi akibat
pengawas konstruksi sebagaimana kegagalan pekerjaan konstruksi, apabila
dimaksud dalam Pasal 26 serta tanggung kesalahan terletak pada perbuatan hukum oleh
jawab pengguna jasa sebagaimana pihak pengguna jasa dan perencana serta
dimaksud dalam Pasal 27 diatur lebih kontraktor Pelaksana proyek pembangunan
lanjut.10 tersebut.
Dalam kaitan tersebut, masih terdapat pihak
Jadi dapat dikatakan bahwa baik pengguna yang secara fungsional administratif sering
jasa dan penyedia jasa semuanya mempunyai menjadi fokus soal pengendalian pertanggung
tanggung jawab hukum terhadap pekerjaan jawaban pekerjaan proyek pembangunan yaitu
yang dimuat dalam perjanjian kerja, artinya Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang secara
apabila terjadi perbuatan melawan hukum berjenjang adaalah berkedudukan sebagai salah
yang merugikan orang lain, mengakibatkan satu aparat pelaksana yang bertanggung
orang yang karena kesalahannya tersebut

45 45
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

10
Undang-Undang Jasa Konstruksi, Op.cit., 2010, hal 14-
11
17. Loc.cit

46 46
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

12
jawab kepada pengguna anggaran atau kuasa Perpres No.4 Perubahan Keempat atas Peraturan
pengguna anggaran dalam proyek Presiden Nomor 54 tentang Pengadaan Barang atau Jasa
Pemerintah Tahun 2015, Op.cit.,2015, hlm 109.
pembangunan tersebut, yang menurut maksud
ketentuan pasal 9 ayat (5) Peraturan Presiden
No.8 Tahun 2006 Tentang perubahan keempat
Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang dan
Jasa Pemerintah, juncto.
Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010
juncto Peraturan Presiden No.35 tahun 2011
juncto Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012,
antara lain menyatakan bahwa Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) bertanggung jawab
secara administrasi, teknis, keuangan dan
fungsional atas pelaksanaan pengadaan barang
atau jasa pemerintah. Bahwa tidak selalu
berbanding lurus (simetris) antara kegagalan
pekerjaan konstruksi dengan kerugian yang
diakibatkan perubahan kontrak pekerjaan
konstruksi, karena dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dimungkinkan adanya
perubahan kontrak (addendum). justru maksud
ketentuan dalam pasal 87 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 juncto
Peraturan Presiden No.35 tahun 2011 juncto
Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012,12 telah
membolehkan pihak penyedia jasa konstruksi
bersama PPK untuk melakukan perubahan
kontrak dalam hal kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan pekerjaan dengan gambar dan
spesifikasi teknis yang ditentukan dalam
kontrak awal menghendaki adanya
penyesuaian antara lain menambah atau
mengurangi jenis atau volume pekerjaan
termasuk merubah spesifikasi teknis pekerjaan
sesuai kebutuhan di lapangan, bahkan untuk
mengubah jadwal waktu pelaksanaan
pekerjaan. dengan ketentuan untuk pekerjaan
tambahan pekerjaan atau volume atau
spesifikasi tambahan tidak melampaui 10 %
(sepuluh persen) dari harga dalam kontrak
awal, juga ketersediaan anggaran.
Dalam kaitan perubahan kontrak pekerjaan
tersebut, secara analogi pasal 87 ayat (2)
Peraturan Presiden tersebut, tidak mutlak
sebagai suatu persyaratan, sebab kondisi
lapangan pekerjaan memungkinkan
terlampauinya jumlah 10% harga dalam kontrak
awal, apalagi jika kenyataan terjadi perubahan

47 47
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

harga setempat yang juga sudah berbeda selisih


lebih dari harga patokan yang berlaku saat
terjadinya perubahan kondisi lapangan
pekerjaan konstruksi (waktu kemudian), apalagi
jika kenyataan masih tersediannya penggunaan
anggaran proyek yang bersangkutan. sehingga
perubahan kontrak pekerjaan dalam arti
penambahan item pekerjaan (adendum
kontrak) sepanjang disertifikasi oleh pengguna
anggaran atau kuasa pengguna anggaran
melalui PPK proyek pembangunan tersebut,
dan selama masih tersedia anggaran proyek
tersebut, adalah tidak adil dan tidak proporsional
menanggap sebagai penyimpangan tidak normal
apalagi dengan tuduhan terjadi peristiwa
pidana khusus korupsi, dalam proyek
pembangunan tersebut. dengan kata lain adalah
tidak mudah menganggap terjadi tindak
pidana korupsi dalam pelaksaan pekerjaan
suatu proyek pembangunan (pekerjaan
konstruksi) selama ketentuan undang-undang
dan peraturan pemerintah serta peraturan
presiden terkait, tidak ditafsirkan secara sempit
hanya meliputi perubahan kontrak, tanpa
menimbang persoalan sistem atau mekanisme
pelaksanaan anggaran maupun sistem dan
mekanisme pekerjaan konstruksi itu sendiri.
Bahwa segi pertanggungjawaban kesalahan oleh
keempat pihak yang disebutkan di atas,
seharusnya adalah tanggung jawab kolektif
dalam arti yuridis administratif, namun bukan
dalam segi teknik dan keuangan, apabila hal itu
dihadapkan atas tuntutan hukum pidana
khusus (tindak pidana korupsi).
Oleh karenanya adalah proporsional dan adil
jika pertanggung jawaban dimaksud adalah
secara personalia tersendiri atau berdiri
sendiri-sendiri. Namun hal tersebut, tidak
serta merta berarti semua kesalahan tertuju
langsung semata mata atau hanya kepada pihak
kontraktor Pelaksana, Pengawas, Perencana
maupun PPK.

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanggung jawab hukum penyedia jasa
konstruksi dalam
melaksanakanpekerjaan jasa konstruksi
pada proyek pemerintah menurut
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999,
sangat jelas bahwa antara penyedia

48 48
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

jasa dan pengguna jasa bersama-sama Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan


bertanggung jawab penuh terhadap Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010
pekerjaan yang telah dibuat kontrak Camille Jauffrest Spinosi, Le Contrat ”Journees
antar Penyedia Jasa dan pengguna yang bresilienes”, 2005
diwakili oleh pemerintah dalam hal ini Dalam Riduan Syahrani. 1999, Rangkuman
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Hal intisari Ilmu Hukum, PT Citra Aditya
kegagalan pekerjaan karena kesalahan Bhakti Bandung
penyedia jasa, maka penyedia jasa J.J.H. Bruggink. Rechtsreflecties (terj. Arief
harus bertanggung jawab penuh Sidarta). Refleksi tentang hukum
terhadap pekerjaan konstruksi tersebut Kamus Besar Bahasa Indonesia., Departemen
sesuai dengan kontrak yang dibuat. Pendidikan Nasional, Penerbit., PT.
2. Tanggung jawab hukum pengguna jasa Gramedia Pusaka Utama., 2008.
konstruksi menurut Undang-Undang Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum
Nomor 18 Tahun 1999. Pendekatan Kontemporer, Citra Aditya
Bahwa sebagai pengguna barang atau Bakti, Bandung, 2010
jasa adalah pejabat pemegang P.S. Atyah, The rise and fall of freedom of
kewenangan penggunaan barang atau contract, Clarendonpress, Oxfort, 1988,
jasa milik negara, daerah masing- p. 693. P.S. Atiyah III) sebagaimana
masing kementerian, lembaga, dalam dikutib oleh Yohanes Sogar Simamora,
kontrak bertindak atas nama Negara “ Hukum Perjanjian”, Lanksbang
apabila tidak memenuhi kewajibannya Pressindo,.Yogyakarta., 2002.
terhadap proses pembayaran yang Peter Mahmud Marzuki, “Batas-batas
harus dilakukan kepada penyedia jasa, kebebasan berkontrak” Yuridika, vol.
menurut undang-undang Nomor 18 18, No. 3, Mei 2003
Tahun 1999 Tentang Jasa konstruksi, Peter Marzuki Mahmud, Pengantar ilmu
dinyatakan bahwa pihak pengguna hukum, Kencana Pranada Media group,
harus melakukan kewajibannya sesuai Jakarta 2008.
kontrak termasuk kewajiban kaitannya Peter Mahmud Marzuki, Batas-batas
yang ditentukan dalam perjanjian Kebebasan Berkontrak,. Yuridika.,
tersebut. Volume 18, 3 Mei 2003.
Perpres No.4 Perubahan Keempat Atas Peraturan
B. Saran Presiden Nomor 54 Tentang Pengadaan
1. Tanggung Jawab dalam suatu jasa Barang / Jasa Pemerintah Tahun 2015,
konstruksi harus memiliki Peran aktif dari PT.Tamita Utama.CV, Jakarta, 2015.
masyarakat agar kejadian dalam suatu R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-
kecurangan dalam pembangunan bisa Undang Hukum Perdata, PT.Pradnya
teratasi dan meminimalisir dampak Paramita, 2005.
negatif dalam bangunan tertentu bukan R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa,
hanya dari masyarakat setempat tetapi Jakarta, 1987.,
juga pemerintah dalam penjagaan Soekidjo Notoatmojo, Etika Dan Hukum
kejadian tersebut. Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010
2. Pemerintah dalam tanggung jawab jasa Satjipto Rahardjo. Ilmu hukum. Alumni :
konstruksi harus menyelenggarakan Bandung.,1986.
kegiatan yang erat dengan kaitannya Sutarto. Encyclopedia Administrasi. MCMLXXVII
dengan faktor-faktor bisnis dan ekonomi, : Jakarta. 2002
lingkungan hidup, keselamatan dalam Undang-Undang No.18 Tahun 1999 Tentang
suatu pekerja konstruksi dan ketertiban Jasa Konstruksi, Fokus Media, 2010.
umum, serta ketenagakerjaan. Wibisono Setiowibowo, Good Corporate
Governance : mendorong
DAFTAR PUSTAKA implementasinya dalam badan usaha
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,
2005.

49 49
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

jasa konstruksi, Penerbit Perkindo


Press, Jakarta, 2011
Yohanes Sogar Simamora, “Hukum Perjanjian”,
Lanksbang Pressindo,.Yogyakarta., 2002

50 50

Anda mungkin juga menyukai