Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN KEMACETAN, BIAYA KEMACETAN SERTA

KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN


DALAM KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

Desy Kusumawati*, Rahim Matondang**, dan Rujiman**


*Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan SPs USU
desy_k27@yahoo.co.id
**Dosen FT/FE/SPs USU

Abstract: The purpose of this study was to find out and analyze the level of traffic
congestion occurs on Jalan Karya Wisata and Jalan Karya Jaya as the access to
and from Medan Johor residential area, to find out and analyze the costs incurred
due to traffic congestion on Jalan Karya Wisata and Jalan Karya Jaya, and to find
out and analyze the balance of facility and infrastructure availability in Medan
Johor residential area compared to the other kelurahan (urban villages) in Medan
Johor Subdistrict related to the regional development in Medan Johor Subdistrict.
The dta obtained were analyzed through descriptive analysis and Location
Quotient (LQ) analysis.The result of this study showed that a very boring traffic
congestion occured on Jalan Karya Wisata and Jalan Karya Jaya. The availability
of facility and infrastructure in Medan Johor residential area is relatively good
compared to that in the other kelurahan (urban villages) in Medan Johor
Subdistrict related to the regional development in Medan Johor Subdistrict. This is
seen through the result of LQ calculation which is always > 1 meaning that the
rapid growth of residential areas in the two kelurahan (urban villages) is balanced
with the development of residential facilities and infrastructures.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat


kemacetan yang terjadi pada ruas Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya sebagai
akses menuju dan ke luar kawasan permukiman Medan Johor; mengetahui dan
menganalisis besar biaya yang ditimbulkan akibat kemacetan lalu lintas pada Jalan
Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya; serta mengetahui dan menganalisis
keseimbangan ketersediaan sarana dan prasarana pada kawasan permukiman
Medan Johor jika dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kecamatan Medan
Johor dikaitkan dengan pengembangan wilayah di Kecamatan Medan Johor.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis Location Quotient (LQ).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi kemacetan lalu lintas yang sangat
jenuh di Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya. Ketersediaan sarana dan
prasarana pada kawasan permukiman Medan Johor relatif baik jika dibandingkan
dengan kelurahan lainnya di Kecamatan Medan Johor dikaitkan dengan
pengembangan wilayah di Kecamatan Medan Johor. Hal ini ditunjukkan dari hasil
perhitungan LQ yang selalu >1. Hal ini berarti pertumbuhan perumahan yang pesat
di kedua kelurahan tersebut diimbangi dengan perkembangan sarana dan prasarana
permukiman

Kata kunci: kemacetan, biaya kemacetan, sarana dan prasarana, dan


kawasan permukiman

PENDAHULUAN Berdasarkan data statistik, pada periode


Pesatnya pertumbuhan Kota Medan tahun 2001 – 2012 pertumbuhan penduduk
mengakibatkan melonjaknya kebutuhan di Kecamatan Medan Johor sebesar 23%
permukiman, diantaranya terlihat pada (Kota Medan sebesar 9,49 %), dimana
Kecamatan Medan Johor, yang berdampak Kelurahan Gedung Johor dan Kelurahan
pada lonjakan pertambahan penduduk.

157
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

Pangkalan Masyhur memiliki pertumbuhan kemacetan yang terjadi pada ruas Jalan
penduduk terbesar yaitu 46,71% dan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya;
37,14%. mengetahui dan menganalisis besar biaya
Pertumbuhan penduduk yang yang ditimbulkan akibat kemacetan lalu
berpusat di suatu daerah mengakibatkan lintas pada Jalan Karya Wisata dan Jalan
peningkatan jumlah perjalanan, yang Karya Jaya; mengetahui dan menganalisis
apabila tidak diikuti dengan pertambahan keseimbangan ketersediaan sarana dan
jalan akan mengakibatnya terjadinya prasarana pada kawasan permukiman
ketimpangan antara penyediaan dan Medan Johor jika dibandingkan dengan
permintaan yang berdampak timbulnya kelurahan lainnya di Kecamatan Medan
kemacetan (Hermanto, 2009). Hal ini juga Johor dikaitkan dengan pengembangan
terjadi pada jalan Karya Wisata dan jalan wilayah di Kecamatan Medan Johor.
Karya Jaya yang merupakan akses ke luar
kawasan permukiman Medan Johor. Saat METODE
ini, pada kedua ruas jalan tersebut terjadi Tingkat kejenuhan kemacetan lalu
kemacetan, diantaranya pukul 06.30 WIB – lintas di Jalan Karya Wisata dan Jalan
9.00 WIB dan 16.30 WIB – 18.30 WIB, Karya Jaya dianalisis dengan pendekatan
yang berakibat penambahan waktu tempuh deskriptif. Untuk mengetahui kapasitas
perjalanan dari 15 – 25 menit menjadi 30 – jalan digunakan rumus untuk menghitung
45 menit(15 – 20 menit lebih lama). berdasarkan Manual Kapasitas Jalan
Disamping itu, pengembangan Indonesia (1997).
perumahan yang umumnya dilakukan oleh Biaya yang ditimbulkan akibat
developer secara parsial tidak menyediakan kemacetan pada ruas Jalan Karya Wisata
fasilitas umum seperti rumah ibadah dan dan Jalan Karya Jaya dianalisis dengan
sarana pendidikan. Contohnya, pada pendekatan deskriptif. Biaya umum
kawasan permukiman Medan Johor hanya (generalized cost) kemacetan yang dihitung
terdapat 1 SMA swasta, yang tentunya tidak terdiri dari 3 komponen biaya, yaitu: (a)
dapat mengakomodir semua kebutuhan Biaya Operasi Kendaraan (BOK), dihitung
warga permukiman. Hal ini berakibat warga untuk dua kondisi, yaitu berdasarkan biaya
harus melakukan perjalanan ke luar perjalanan yang diperkirakan (perceived
kawasan permukiman untuk memenuhi cost) dan biaya perjalanan kondisi yang
kebutuhan pendidikan, yang tentunya akan sebenarnya (actual cost) saat terjadi
menambah volume lalu lintas pada jalan ke kemacetan lalu lintas di lapangan.
luar dan menuju kawasan permukiman. Perhitungan dilakukan dengan
Padahal, suatu permukiman dikatakan ideal menggunakan rumus PCI model; (b) Biaya
apabila memiliki/menyediakan fasilitas Polusi (BP), dihitung dengan mengalikan
umum dan sosial diantaranya fasilitas Marginal Health Cost (MHC)/Vehicle
pendidikan, kesehatan, peribadatan, dengan jumlah konsumsi bahan bakar, yaitu
lapangan bermain dan lain-lain (Sinulingga, berdasarkan biaya perjalanan yang
1999). diperkirakan (perceived cost) dan biaya
Kebutuhan akan ketersediaan perjalanan kondisi yang sebenarnya (actual
fasilitas umum dalam kawasan permukiman cost) saat terjadi kemacetan lalu lintas di
Medan Johor tidak hanya menjadikan lapangan (Sugiyanto et al, 2011). Jumlah
Medan Johor sebagai kawasan permukiman konsumsi bahan bakar dihitung dengan
ideal, tetapi juga turut berperan dalam menggunakan rumus PCI model; (c) Biaya
mengurangi volume lalu lintas ke luar Waktu Perjalanan (BWK), dengan nilai
kawasan permukiman, serta sebagai upaya waktu dihitung berdasarkan studi MKJI
tercapainya tujuan pembangunan yaitu pada tahun 1995 dengan menggunakan
menyejahterakan masyarakat yang tingkat kesejahteraan.
dilakukan dengan menyeimbangkan dan Ketersediaan sarana dan prasarana
menyerasikan antara setiap kegiatan pada kawasan permukiman Medan Johor
pembangunan dengan kebutuhan jika dibandingkan dengan kelurahan
masyarakat setempat (Hadjisaroso, 1994). lainnya di Kecamatan Medan Johor
Penelitian ini bertujuan: dikaitkan dengan pengembangan wilayah di
mengetahui dan menganalisis tingkat Kecamatan Medan Johor dianalisis dengan

158
Desy Kusumawati, Rahim Matondang dan Rujiman: Kajian Kemacetan…

membandingkan perkembangan tiap Metode analisis yang digunakan adalah


kelurahan dalam kurun waktu 5 tahun. Location Quotient (LQ).

HASIL
Analisis Kemacetan Pada Ruas Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya
Tabel 1. Permasalahan Yang Terjadi Dalam Pergerakan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan
Karya Wisata Dan Jalan Karya Jaya
No Lokasi dan Permasalahan Deskripsi Umum Penyebab Permasalahan
1. Jalan Karya Wisata o Arus kendaraan tinggi
Simpang Jalan Karya Tani o Mobil menurunkan siswa di persimpangan jalan
o Persimpangan o Kondisi Jalan Karya Tani yang sempit
o Ruas Jalan o Persimpangan yang tidak diatur
o Kemacetan o Tidak ada bahu jalan dan trotoar
No Lokasi dan Permasalahan Deskripsi Umum Penyebab Permasalahan
2. Jalan Karya Wisata (di o Arus kendaraan tinggi
depan Cadika) o Kendaraan umum menaikkan dan menurunkan
o Ruas Jalan penumpang
o Kemacetan o Tidak ada bahu jalan dan trotoar
o Parkir kendaraan becak, mobil pribadi
3. Jalan Karya Jaya Simpang o Arus kendaraan tinggi
Jalan Basir o Angkutan umum dan kendaraan pribadi menurunkan
o Persimpangan siswa di dekat persimpangan jalan
o Ruas Jalan o Kondisi badan Jalan Karya Jaya sempit
o Kemacetan o Persimpangan yang tidak diatur
o Tidak ada bahu jalan dan trotoar
4. Jalan Karya Jaya Simpang o Arus kendaraan tinggi
Jalan Bakti o Kondisi badan Jalan Karya Jaya sempit
o Persimpangan o Persimpangan yang tidak diatur
o Ruas Jalan o Tidak ada bahu jalan dan trotoar
o Kemacetan o Parkir kendaraan di persimpangan jalan
5. Jalan Karya Jaya (di depan o Arus kendaraan tinggi
Arhanudse II/BS) o Kondisi badan Jalan Karya Jaya yang sempit
o Ruas Jalan o Tidak ada bahu jalan dan trotoar
o Kemacetan o Angkutan umum menaikkan dan menurunkan
penumpang
Sumber : Hasil penelitian, 2013

Tabel 2. Tingkat Jenuh Kemacetan Pada Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya
Faktor
Nama Jalan C Q/C
CO FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI
Jl. Karya Wisata 2700 1,022 1,0 1,0 0,96 0,972 1,004 1,08 2802,21 0,86
Simp. Jl. Karya
Tani
Jl. Karya Jaya 2700 0,982 1,0 1,0 0,96 1,134 1,001 1,012 2920,22 0,88
Simp. Jl. Basir
Jl. Karya Jaya 2700 0,964 1,0 1,0 0,96 1,082 1,007 1,191 3242,5 0,59
Simp. Jl. Karya
Bakti
Sumber : Hasil Analisa, 2013

159
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

Tabel 3. Tingkat Jenuh Kemacetan Pada Ruas Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya
Nama Jalan CO FCW FCSP FCSF FCCS C Q Q/C
Jl. Karya Wisata (depan 2900 1,25 0,88 0,92 1 3034,85 1995,2 0,66
Cadika)
Jl. Karya Jaya (depan 2900 0,87 0,91 0,92 1 2112,26 1841,1 0,87
Arhanudse II/BS)
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Catatan:
Derajat Kejenuhan Pada Jalan
DS < 0,8
Karya Wisata Berarti ruang terbatas bebas dari
daerah konflik.
Derajat Kejenuhan

1
0.5
0
Simp. Jl. Depan DS=0,8 - 0,9
Karya Cadika
Berarti terjadi tingkat kemacetan yang
Tani
jenuh pada ruas jalan tersebut.
Derajat
0.86 0.66
Kejenuhan
Q/C > 0,9
Menandakan perilaku lalu lintas lebih
Derajat Kejenuhan Pada Jalan agresif dan terdapat resiko tinggi
Karya Jaya bahwa simpang tersebut akan
terhalang oleh para pengemudi yang
berebut ruang terbatas pada daerah
Derajat Kejenuhan

1 konflik
0.5
0
Simp. Simp. Depan
Jl. Jl. Arhan
Basir Kary… udse…
Derajat
0.88 0.59 0.87
Kejenuhan

Gambar 1. Grafik Derajat Kejenuhan Pada Jalan Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya

Analisis Biaya Kemacetan Pada Ruas Tabel 4. BOK Mobil Pribadi Pada
Jalan Karya Wisata Dan Jalan Karya Kondisi Actual Cost Dan
Jaya Perceived Cost di Jalan Karya
1. Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Wisata dan Jalan Karya Jaya
Perhitungan dilakukan dengan Panjang Generalized Cost (Rp)
BOK pada Ruas
menggunakan rumus PCI model. Pada No. Jalan Actual Perceived
Jalan
kondisi kecepatan perceived cost mobil (km) Cost Cost
pribadi di Jalan Karya Wisata 40 km/jam 1. Jl. Karya 3,619 2.128,02 1.194,30
sehingga besarnya BOK Rp1.194,30. Pada 2. Wisata 6,132 2.783,79 2.134,32
kondisi kecepatan actual cost mobil pribadi Jl. Karya Jaya
di Jalan Karya Wisata 15,08 km/jam Sumber : Hasil Analisa, 2013
sehingga besarnya BOK adalah Rp
2.128,02.

160
Desy Kusumawati, Rahim Matondang dan Rujiman: Kajian Kemacetan…

2. Biaya Polusi (BP) Tabel 8. Biaya Umum (Generalized


Tabel 5. Biaya Polusi Pada Kondisi Cost) Pada Kondisi Actual Cost
Actual Cost Dan Perceived Cost BOK BP BWP Generalized
No Ruas Jalan
di Jalan Karya Wisata dan (Rp) (Rp) (Rp) Cost (Rp)
1. Jl. Karya 2.128,02 327,73 2.392,48 4.848,23
Jalan Karya Jaya 2. Wisata 2.783,79 379,33 6.579,32 9.742,44
Konsumsi Bahan Jl. Karya
Bakar (liter/km) Biaya Polusi
(Rp/km) Jaya
No Ruas Jalan Sumber : Hasil Analisa, 2013
Actual Perceived Actual Perceived
Cost Cost Cost Cost
Tabel 9. Biaya Umum (Generalized Cost)
1. Jl. Karya 0,1425 0,0794 327,73 182,70
2. Wisata 0,1649 0,1428 379,33 328,40 Pada Kondisi Perceived Cost
Jl. Karya Ruas BOK BP BWP Generalized
No.
Jaya Jalan (Rp) (Rp) (Rp) Cost (Rp)
Sumber : Hasil Analisa, 2013 1. Jl. Karya 1.194,30 182,70 897,18 2.274,18
2. Wisata 2.134,32 328,40 4.087,15 6.549,87
Jl. Karya
3. Biaya Waktu Perjalanan (BWP)
Jaya
Nilai waktu dihitung berdasarkan Sumber : Hasil Analisa, 2013
studi MKJI pada tahun 1995 dengan
menggunakan tingkat kesejahteraan. Besarnya biaya kemacetan
Penghitungan nilai waktu pada masing- (congestion charging) adalah generalized
masing jenis kendaraan untuk tahun 2011 cost pada kondisi actual dikurangi dengan
dengan faktor pertumbuhan Produk generalized cost pada kondisi perceived.
Domestik Regional Bruto (PDRB)
berdasarkan harga konstan untuk Kota Tabel 10. Biaya Kemacetan di Jalan
Medan sebesar 7,69% dan n (jumlah tahun) Karya Wisata dan Jalan Karya
= 15 tahun. Jaya
Generalized Cost
Tabel 6. Nilai Waktu Jenis Kendaraan No. Ruas Jalan
(Rp) Congestion
Actual Perceived Charging (Rp)
Perkotaan Cost Cost
Jenis Value of Time/VOT (Rp/jam) 1. Jl. Karya 4.848,23 2.274,18 2.574,05
kendaraan Tahun 1995 Tahun 2011 2. Wisata 9.742,44 6.549,87 3.192,57
Jl. Karya Jaya
Mobil 3.281,00 9.968,66
Sumber : Hasil Analisa, 2013
penumpang
Sumber: diolah dari MKJI, 1995
Hasil analisa menunjukkan biaya
kemacetan untuk mobil pribadi adalah
Waktu tempuh mobil pribadi di
sebesar Rp. 2.574,05 per mobil setiap kali
Jalan Karya Wisata pada kondisi perceived
melintas pada Jalan Karya Wisata saat
adalah 0,09 jam atau 5,4 menit. Sedangkan
macet dengan kecepatan 15,08 km/jam atau
pada kondisi actual cost adalah 0,24 jam
pada jam sibuk yang dilintasi ± 1011 mobil
atau 14,4 menit.
biaya yang ditimbulkan kemacetan sebesar
Rp.2.602.364,55/jam. Sedangkan biaya
Tabel 7. Biaya Waktu Perjalanan Mobil
kemacetan per mobil pada Jalan Karya Jaya
Pribadi Pada Kondisi Actual
adalah sebesar Rp.3.192,57 per mobil setiap
Cost Dan Rerceived Cost di
kali melintas pada saat terjadi kemacetan
Jalan Karya Wisata dan Jalan
dengan kecepatan 9,29 km/jam atau pada
Karya Jaya
Value of Time/VOT
jam sibuk saat kendaraan yang melintas ±
Ruas Panjang (Rp) 912 mobil sebesar Rp.2.911.623,84/jam.
No.
Jalan Jalan (km) Actual Perceived
Cost Cost
1. Jl. Karya 3,619 2.392,48 897,18
Wisata
2. Jl. Karya 6,132 6.579,32 4.087,15
Jaya
Sumber : Hasil Analisa, 2013

161
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

Analisis Ketersediaan Fasilitas Umum Permukiman di Kawasan Permukiman Medan


Johor Dikaitkan Dengan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Medan Johor

Tabel 11. Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Medan Johor


Tahun
Kelurahan
2007 2008 2009 2010 2011
1. Kwala Bekala 1,09 1,09 1,23 1,19 1,05
2. Gedung Johor 1,00 1,02 1,28 1,38 1,02
3. Kedai Durian 0,87 0,87 0,90 0,91 0,87
4. Suka Maju 0,76 0,77 0,74 0,68 1,11
5. Titi Kuning 1,19 0,86 0,92 0,91 1,09
6. Pangkalan Masyhur 1,10 1,20 1,32 1,34 1,08
Sumber: Analisis Data Sekunder

1.60
1.40
1.20 Kwala Bekala
1.00 Gedung Johor

0.80 Kedai Durian

0.60 Suka Maju

0.40 Titi Kuning

0.20 Pangkalan Masyhur

0.00
2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 2. Grafik Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Medan Johor

Sedangkan pada kelurahan dilakukan perjalanan menuju tempat


Pangkalan Masyhur, nilai LQ kelurahan kerja dan sekolah, dan khususnya pada
terutama didukung oleh prasarana ruas Jalan Karya Wisata simpang Jalan
kesehatan, jumlah permukiman dan jumlah Karya Kasih hingga persimpangan
mata pencaharian yang memiliki LQ>1 Jalan A. H. Nasution. Jika dikaitkan
untuk periode waktu tersebut. dengan penelitian Ritonga et al (2012),
Besaran nilai LQ>1 pada kelurahan kawasan permukiman menimbulkan
Gedung Johor dan kelurahan Pangkalan bangkitan perjalanan yang berpengaruh
Masyhur menunjukkan bahwa pertumbuhan pada kinerja ruas jalan dan simpang
perumahan yang pesat di kedua kelurahan sekitar kawasan. Bangkitan pergerakan
tersebut diimbangi dengan perkembangan Keluarga Dari Zona Perumahan Di
fasilitas umum, yang berdampak pada Kecamatan Medan Johor terutama
perkembangan kelurahan yang relatif lebih dipengaruhi oleh variabel pendapatan
baik dari kelurahan yang lain, yang yang baik mengakibatkan satu keluarga
ditunjukkan dengan nilai LQ kelurahan memiliki kendaraan lebih dari satu.
yang selalu >1. 2. Pada Jalan Karya Jaya, hampir
sepanjang hari terjadi kemacetan. Hal
PEMBAHASAN ini disebabkan selain bangkitan dari
Sebagaimana hasil penelitian kawasan permukiman, jalan ini juga
menunjukkan hal-hal sebagai berikut: merupakan akses yang menghubungkan
1. Pada ruas Jalan Karya Wisata dan Jalan Kecamatan Deli Serdang dengan pusat
Karya Jaya terjadi kemacetan lalu lintas Kota Medan. Segmen Jalan Karya Jaya
yang jenuh pada lokasi tertentu. Untuk yang mengalami kemacetan yang jenuh
Jalan Karya Wisata, kemacetan yang adalah mulai dari Jalan Karya Jaya
terjadi hanya pada jam tertentu yaitu simpang Jalan Karya Cipta hingga
pagi dan sore hari, yaitu pada saat persimpangan Jalan A. H. Nasution.

162
Desy Kusumawati, Rahim Matondang dan Rujiman: Kajian Kemacetan…

3. Sedangkan untuk ketersediaan sarana kondisi ini tidak segera diantisipasi, maka
dan prasarana permukiman, hasil dapat diprediksi akan terjadi permasalahan
perhitungan LQ menunjukkan yang semakin meningkat. Sebagaimana
Kelurahan Gedung Johor dan berdasarkan MKJI (1997) dan hasil
Kelurahan Pangkalan Masyhur penelitian Rahayu (2006) bahwa kemacetan
memiliki perkembangan yang baik dengan tingkat kejenuhan >0,8-0,9
dibandingkan kelurahan lain di menandakan perilaku lalu lintas lebih
Kecamatan Medan Johor. Hal ini agresif dan terdapat resiko tinggi bahwa
menegaskan hasil penelitian Siregar et simpang tersebut akan terhalang oleh para
al (2010) yang menyimpulkan bahwa pengemudi yang berebut ruang terbatas
salah satu alasan responden memilih pada daerah konflik. Oleh sebab itu, untuk
kawasan permukiman Medan Johor kenyamanan dan kelancaran lalu lintas pada
sebagai tempat tinggal adalah selain kedua ruas jalan tersebut perlu
harga rumah relatif murah adalah dekat direncanakan alternatif upaya untuk
dengan fasilitas umum dan fasilitas mengantisipasi permasalahan kemacetan
sosial. Selain menjadi nilai plus bagi yang lebih serius di masa yang akan datang.
kawasan permukiman ini dan Tingkat kemacetan lalu lintas yang
memfasilitasi masyarakat di kawasan terjadi berdampak pada peningkatan biaya
permukiman Medan Johor, ketersediaan operasional kendaraan, meningkatnya
sarana dan prasarana ini menjadi polusi dan bertambahnya waktu perjalanan
tarikan perjalanan dari wilayah lain yang mengakibatkan pemborosan,
menuju kawasan ini, diantaranya keterlambatan sampai tujuan dan kerugian
keberadaan universitas, pasar, sekolah lainnya. Hal ini menyebabkan tujuan
dan lainnya. Tarikan perjalanan ini pengembangan wilayah tidak tercapai,
menambah volume perjalanan yang sebagaimana menurut Riyadi (2002),
membebani ruas Jalan Karya Wisata pengembangan wilayah juga bertujuan
dan Karya Jaya. untuk memacu perkembangan sosial
4. Kemacetan yang terjadi terutama pada ekonomi dan menjaga kelestarian
persimpangan jalan, yaitu pada Jalan lingkungan hidup pada suatu wilayah.
Karya Wisata simpang Jalan Karya Kemacetan yang terjadi menambah
Tani dan Jalan Karya Jaya Simpang waktu perjalanan, berdasarkan tingkat
Jalan Basir. Hal ini terutama kesejahteraan diperoleh nilai biaya waktu
disebabkan oleh banyaknya kendaraan perjalanan yaitu pendapatan yang hilang
menaikkan dan menurunkan sebesar Rp.1.495,30 setiap kali melintas
penumpang terutama murid sekolah dengan kecepatan 15,08 km/jam pada Jalan
yang lokasinya dekat dengan Karya Wisata saat macet dan sebesar Rp.
persimpangan. Tidak tersedianya jalur 2.492,17 pada Jalan Karya Jaya dengan
khusus untuk pemberhentian bus kecepatan 9,29 km/jam. Hal ini
maupun keberadaan bahu jalan yang menyebabkan tujuan pengembangan
minim mengakibatkan kendaraan yang wilayah menurut Hadjisaroso (1994) tidak
parkir sesaat mengakibatkan antrian tercapai, yaitu memperbaiki tingkat
kendaraan. Akses jalan Karya Tani kesejahteraan hidup masyarakat. Tujuan
yang sempit juga berakibat keluar pembangunan menyejahterakan masyarakat
masuk kendaraan menuju sekolah juga yang dilakukan dengan menyeimbangkan
turut menghambat kelancaran lalu dan menyerasikan antara setiap kegiatan
lintas. Disamping itu, ketidakdisiplinan pembangunan dengan kebutuhan
pengguna jalan juga merupakan faktor masyarakat setempat tidak tercapai.
penyebab kemacetan, seperti parkir Menurut Nasution (1996), terdapat
sembarangan dan melampaui batas hubungan yang erat antar transportasi
jalan saat lampu merah. (orang dan barang), kegiatan perekonomian
Tingkat kemacetan pada Jalan dan pembangunan, serta dimensi tata ruang.
Karya Wisata dan Jalan Karya Jaya saat ini Pengembangan wilayah (yang meliputi
menunjukkan tingkat kejenuhan antara 0,8 kegiatan perekonomian dan pembangunan)
sampai 0,9 yang berarti terjadi kemacetan membutuhkan dukungan terselenggaranya
yang jenuh pada ruas jalan tersebut. Bila jasa transportasi yang efektif dan efisien.

163
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

Sebaliknya, jasa transportasi yang efektif terlaksana dengan dukungan masyarakat


dan efisien itu berfungsi sebagai penunjang berupa kerelaan melepaskan tanah yang
dan pendorong terhadap pengembangan merupakan hak milik PT. Kereta Api
wilayah. Indonesia (persero).
Kemacetan berarti penurunan Disamping itu, diperlukan
kualitas pelayanan jalan. Berdasarkan PP dukungan masyarakat untuk memilih
Nomor 34 tahun 2006, kecepatan yang menggunakan kereta api sebagai
direncanakan berdasarkan dimensi lebar transportasi dibandingkan kendaraan
Jalan Karya Wisata adalah 40 km/jam dan pribadi, yang tentunya harus diimbangi oleh
Jalan Karya Jaya 15 km/jam. Akibat peningkatan pelayanan dari PT. Kereta Api
kemacetan, terjadi tundaan selama rata-rata Indonesia untuk mewujudkan pelayanan
9,2 menit pada Jalan Karya Wisata dan 15 transportasi yang aman dan nyaman, serta
menit pada Jalan Karya Jaya, yang upaya pemerintah untuk menjamin
mengakibat kecepatan rata-rata kendaraan keterpaduan moda transportasi kereta api
khususnya mobil turun menjadi 15,08 dengan moda lainnya untuk kelancaran
km/jam pada Jalan Karya Wisata dan 9,29 mobilitas pengguna kereta api.
km/jam pada Jalan Karya Jaya. Rencana lain yang muncul adalah
Kemacetan yang terjadi berakibat pelebaran Jalan Karya Wisata dan Jalan
inefisiensi Sumber Daya Alam diantaranya Karya Jaya. Rencana ini juga belum
penggunaan bahan bakar dan lainnya, serta terealisasi karena hambatan pembebasan
inefisiensi Sumber Daya Manusia berupa tanah, baik oleh karena keberatan
pemborosan waktu dan tenaga. Hal ini masyarakat pemilik tanah maupun oleh
berdampak pada roda perekonomian, yaitu hambatan terbatasnya anggaran pemerintah
peningkatan biaya produksi, yang berarti untuk pembebasan tanah, dalam hal ini
tujuan transportasi mendukung Pemerintah Kota Medan.
pengembangan wilayah menurut dalam hal Berdasarkan hasil penelitian ini,
ini sebagai urat nadi kehidupan dan diperoleh solusi kemacetan yang cukup
perkembangan ekonomi dalam kaitannya sederhana diantaranya:
dengan tersedianya barang dan penurunan 1. Pada Jalan Karya Jaya yang
harga serta stabilisasi harga (Kamaluddin, dibutuhkan adalah upaya pengaturan
2003) tidak tercapai. simpang Jalan Karya Tani. Hal ini
Mencermati masalah yang terjadi disebabkan segmen Jalan Karya
pada ruas Jalan Karya Wisata dan jalan Wisata lainnya (depan Cadika)
Karya Jaya, diperlukan penyelesaian menunjukkan kondisi jalan tidak
masalah yang dilakukan oleh pemerintah, mengalami kemacetan yang jenuh.
pihak swasta maupun masyarakat luas. Upaya mengatasi kemacetan pada
Pemerintah perlu memikirkan antisipasi Jalan Karya Wisata antara lain:
masalah kemacetan dari berbagai a. Menyediakan tempat khusus
pendekatan dan kajian dengan mengundang menaikkan dan menurunkan
pakar dan akademisi untuk mencari jalan penumpang, dapat berupa halte
keluar mengatasi kemacetan. bus maupun menambah bahu jalan
Pemikiran yang mengarah pada untuk mengurangi hambatan
pengembangan/pengaktifan kembali jalur samping.
kereta api Medan – Deli Tua telah b. Pemberlakuan jalur satu arah pada
berkembang dan merupakan alternatif Jalan Karya Tani berdasarkan
pemecahan masalah kemacetan yang ramah hasil perhitungan dapat
lingkungan. Namun hingga saat ini rencana menurunkan derajat kejenuhan
tersebut belum terealisasi dengan kendala hingga 0,78, yaitu hanya boleh
pembebasan tanah, yaitu dengan diakses dari Jalan Karya Wisata
keberadaan masyarakat yang telah menuju Jalan Karya Tani dan
menempati dan menggunakan tanah yang tidak sebaliknya.
semula merupakan jalur kereta api menjadi c. Menyediakan pedestrian (trotoar)
permukiman dan tempat tinggal. Hal ini bagi pejalan kaki dan jalur hijau,
berarti bahwa pengembangan/pengaktifan selain untuk kenyamanan
kereta api Medan – Deli Tua hanya dapat pengguna jalan, mengurangi

164
Desy Kusumawati, Rahim Matondang dan Rujiman: Kajian Kemacetan…

hambatan samping, juga dengan mobil pribadi, dan kebijakan


bermanfaat bagi kenyamanan pergeseran waktu pergerakan bekerja.
warga permukiman disekitarnya. 4. Disamping itu, antisipasi kemacetan
2. Pada Jalan Karya, kemacetan yang yang cukup sederhana adalah
terjadi tidak hanya pada persimpangan kesadaran yang tercipta diantara
Jalan Basir tetapi juga pada ruas jalan, seluruh unsur yang berhubungan
terutama pada segmen antara SD dengan pengguna jalan Karya Wisata
Negeri hingga Arhanudse II/BS. dan Jalan Karya Jaya dalam
Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan menanamkan disiplin berlalu lintas.
untuk mengatasi kemacetan antara Pendekatan ini merupakan dianggap
lain: penyelesaian masalah yang cukup
a. Berdasarkan hasil perhitungan, murah biayanya, namun sangat sulit
pada ruas jalan ini dibutuhkan diterapkan. Semua pengguna jalan
pelebaran jalan, dari lebar badan dituntut kesadaran dan kepatuhannya
jalan efektif 6,5 meter menjadi 7 dalam menggunakan badan jalan.
meter atau lebih. Penambahan Menghargai hak-hak pemakai jalan
lebar badan jalan efektif menjadi 7 sebagaimana mestinya merupakan
meter dapat menurunkan derajat upaya yang tepat untuk memperlancar
kejenuhan hingga mencapai 0,76. arus perjalanan lalu lintas sesuai
b. Menyediakan tempat khusus dengan fungsi dan kegunaannya. Bila
menaikkan dan menurunkan kondisi ini tercipta, maka penggunaan
penumpang, dapat berupa halte badan jalan untuk parkir kendaraan,
bus maupun menambah bahu jalan pemakaian badan jalan untuk
untuk mengurangi hambatan berjualan, akan semakin
samping memperlonggar badan jalan sehingga
c. Menyediakan pedestrian (trotoar) arus kendaraan yang memang sudah
bagi pejalan kaki dan jalur hijau, cukup padat pada ruas Jalan Karya
selain untuk kenyamanan Wisata dan Jalan Karya Jaya menjadi
pengguna jalan, mengurangi lebih lapang dan lancar.
hambatan samping, juga 5. Sesuai penelitian Ritonga et al (2012),
bermanfaat bagi kenyamanan kawasan permukiman menimbulkan
warga permukiman disekitarnya. bangkitan perjalanan yang
d. Sedangkan untuk Jalan Karya Jaya berpengaruh pada kinerja ruas jalan
simpang Jalan Basir, penambahan dan simpang sekitar kawasan.
lebar badan jalan efektif menjadi 7 Bangkitan pergerakan Keluarga Dari
meter dan pengurangan hambatan Zona Perumahan Di Kecamatan
samping juga perlu diikuti dengan Medan Johor terutama dipengaruhi
perberlakuan jalur searah, dengan oleh variabel pendapatan yang baik
alternatif: mengakibatkan satu keluarga memiliki
 Jalur searah dari Jalan Karya kendaraan lebih dari satu.
Jaya menuju Jalan Basir dapat Pembangunan perumahan yang terus
menurunkan derajat kejenuhan berlangsung di Kecamatan Medan
hingga 0,79. Johor akan terus meningkatkan
 Jalur searah dari Jalan Basir volume kendaraan yang membebani
menuju Jalan Karya Jaya ruas jalan Karya Wisata dan Jalan
dapat menurunkan derajat Karya Jaya. Untuk itu, diperlukan
kejenuhan hingga 0,71. adanya kebijakan daerah yang
3. Berdasarkan penelitian Nainggolan mengatur agar developer turut
(2003) terdapat alternatif pemecahan memperhatikan dan menyediakan
masalah kemacetan melalui sarana dan prasarana permukiman,
Manajemen Kebutuhan Transportasi diantaranya ketersediaan jalan yang
(MKT), yaitu cara rayonisasi sekolah, memadai.
kebijakan pergeseran moda pergerakan
untuk mengurangi kecenderungan
seseorang melakukan pergerakan

165
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

KESIMPULAN diakses dari Jalan Karya


Berdasarkan hasil penelitian ini, Wisata menuju Jalan
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Karya Tani dan tidak
1. Benar terjadi kemacetan lalu lintas sebaliknya.
yang jenuh di Jalan Karya Wisata dan  Menyediakan pedestrian
Jalan Karya Jaya. (trotoar) bagi pejalan kaki
2. Biaya yang ditimbulkan akibat dan jalur hijau
kemacetan lalu lintas pada Jalan Karya b. Pada Jalan Karya Jaya
Wisata dan Jalan Karya Jaya adalah  Penambahan lebar badan
sebagai berikut: jalan efektif menjadi 7
a. Pada Jalan Karya Wisata sebesar meter atau lebih
Rp. 2.574,05 per mobil setiap  Menyediakan tempat
kali melintas dengan kecepatan khusus menaikkan dan
15,08 km/jam pada saat terjadi menurunkan penumpang,
kemacetan atau pada jam sibuk dapat berupa halte bus
yang dilintasi ± 1011 mobil maupun menambah lebar
biaya yang ditimbulkan bahu jalan
kemacetan sebesar  Menyediakan pedestrian
Rp.2.602.364,55/jam. (trotoar) bagi pejalan kaki
b. Pada Jalan Karya Jaya adalah dan jalur hijau, selain
sebesar Rp. 3.192,57 per mobil untuk kenyamanan
setiap kali melintas pada saat pengguna jalan,
terjadi kemacetan dengan mengurangi hambatan
kecepatan 9,29 km/jam atau samping, juga bermanfaat
pada jam sibuk saat kendaraan bagi kenyamanan warga
yang melintas ± 912 mobil permukiman disekitarnya.
sebesar Rp. 2.911.623,84/jam.  Sedangkan untuk Jalan
Ketersediaan sarana dan prasarana pada Karya Jaya simpang Jalan
kawasan permukiman Medan Johor relatif Basir, penambahan lebar
baik jika dibandingkan dengan kelurahan badan jalan efektif
lainnya di Kecamatan Medan Johor menjadi 7 meter dan
dikaitkan dengan pengembangan wilayah di pengurangan hambatan
Kecamatan Medan Johor. Hal ini samping juga perlu diikuti
ditunjukkan dari hasil perhitungan LQ yang dengan perberlakuan jalur
selalu >1. Hal ini berarti pertumbuhan searah, dengan alternatif
perumahan yang pesat di kedua kelurahan jalur searah dari Jalan
tersebut diimbangi dengan perkembangan Karya Jaya menuju Jalan
sarana dan prasarana permukiman. Basir atau sebaliknya,
jalur searah dari Jalan
SARAN Basir menuju Jalan Karya
1. Agar Pemerintah Kota Medan Jaya.
melakukan upaya untuk mengatasi c. Alternatif pemecahan masalah
kemacetan lalu lintas di Jalan Karya kemacetan melalui Manajemen
Wisata dan Jalan Karya Jaya, antara Kebutuhan Transportasi (MKT),
lain: yaitu cara rayonisasi sekolah
a. Pada Jalan Karya Wisata: dan kebijakan pergeseran moda
 Menyediakan tempat pergerakan untuk mengurangi
khusus menaikkan dan kecenderungan seseorang
menurunkan penumpang, melakukan pergerakan dengan
dapat berupa halte bus mobil pribadi, dan kebijakan
maupun menambah bahu pergeseran/pemisahan waktu
jalan pergerakan bekerja dan waktu
 Pemberlakuan jalur satu sekolah.
arah pada Jalan Karya d. Agar dirumuskan Peraturan
Tani, yaitu hanya boleh Daerah yang mengatur agar

166
Desy Kusumawati, Rahim Matondang dan Rujiman: Kajian Kemacetan…

developer turut memperhatikan Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997.


dan menyediakan sarana dan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
prasarana permukiman, (MKJI). Kementerian Pekerjaan
diantaranya ketersediaan jalan Umum RI, Jakarta.
yang memadai. Friedmann, J, dan Alonso, W. 1964.
2. Kepada pengguna jalan dituntut Regional Development and Planning,
kesadaran dan kepatuhannya dalam A Reader. The M.I.T. Press.
menggunakan badan jalan. Cambridge, Massachusetts.
Menghargai hak-hak pemakai jalan Hadjisaroso, P. 1976. Satuan Wilayah
sebagaimana mestinya merupakan Pengembangan (SWP) Seri
upaya yang tepat untuk memperlancar Mekanisme Pengembangan Wilayah:
arus perjalanan lalu lintas sesuai Bagian I. Departemen Pekerjaan
dengan fungsi dan kegunaannya. Umum RI. Jakarta
3. Untuk penelitian lebih lanjut pada Hadjisaroso, P. 1994. Konsep Dasar
kawasan permukiman Medan Johor, Pengembangan Wilayah di
dapat melakukan: Indonesia. Pusdiklat Departemen
a. Penelitian dengan perhitungan Pekerjaan Umum RI. Jakarta.
Biaya Operasional Kendaraan Hanafiah, T. 1982. Pendekatan Wilayah
(BOK) dengan metode yang dan Pembangunan Perdesaan.
dikembangkan oleh PT. Jasa Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Marga dan LAPI ITB Bogor. Bogor.
b. Penelitian dengan Manajemen Hermanto, Edy. 2009. Bangkitan
Kebutuhan Transportasi (MKT) Pergerakan Perjalanan ke Tempat
sebagai Alternatif Kerja, Studi Kasus Perumahan
Penanggulangan Problematika Johor Indah Permai I Medan.
Transportasi Medan : Universitas Sumatera
c. Penelitian mengenai dampak Utara, Program Pasca Sarjana.
kemacetan terhadap Jayadinata, J. T. 1992. Tata Guna Tanah
perkembangan ekonomi regional dalam Perencanaan Pedesaan
Perkotaan dan Wilayah. Penerbit
DAFTAR RUJUKAN ITB. Bandung.
Adisasmita, Sakti. 2011. Transportasi dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pengembangan Wilayah. Graha Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Ilmu.Yogyakarta. Jalan
Basuki, et al. 2008. Biaya Kemacetan Ruas Pranoto, Alfatana. 2007. Hubungan
Jalan Kota Yogyakarta. Jurnal Kepadatan Permukiman dengan
Teknik Sipil Volume 9 No. 1: 71- Ketersediaan Infrastruktur.
80. Semarang: Universitas Diponegoro,
Berdikaryati, Endang. 2006. Karakteristik Program Studi Magister Teknik
Pola Perjalanan Transportasi Sipil
Penduduk Daerah Pinggiran. Rahayu, Tri. 2006. Kajian Kemaceta Lalu
Semarang: Universitas Diponegoro. Lintas Pada Kawasan Daerah
Bintarto, R. 1989. Interaksi Kota Desa dan Medan – Binjai. Medan:
Permasalahannya. Ghalia Universitas Sumatera Utara,
Indonesia. Jakarta. Program Pascasarjana.
Budihardjo, Eko. 1980. Sejumlah Masalah Ritonga et al. 2012. Bangkitan Pergerakan
Pemikiran Kota. Alumni ITB. Keluarga Dari Zona Perumahan
Bandung. Tertata (Studi Kasus :Perumahan Di
Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Kecamatan Medan Johor). Jurnal
Perkotaan. Alumni Bandung. USU.
Bandung. jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/article/
Catanese, Anthony, dan Snyder, James. download/988/520
1988. Perencanaan Kota, Edisi Marbun, BN. 1990. Kota Indonesia di
Kedua. Jakarta. Erlangga. Masa Depan Masalah dan Prospek,
Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

167
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

Miraza, Bachtiar Hassan. 2005. Sari, Ika Endah. 2003. Penghitungan Biaya
Perencanaan dan Pengembangan Tundaan Lalu Lintas Di Jalan
Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Balai Kota – Kota Medan. Medan :
Indonesia Cabang Bandung – Universitas Sumatera Utara,
Koordinator Jawa Barat. Bandung. Program Pasca Sarjana.
Mulyandari, Hestin. 2011. Pengantar Sinulingga, Budi. 1999. Pembangunan
Arsitektur Kota. Yogyakarta. Andi. Kota Tinjauan Regional dan Lokal.
Nainggolan, Fanin Nurlita. 2003. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Manajemen Kebutuhan Siregar, Syafiatun et al. 2010. Kajian
Transportasi (MKT) sebagai Preferensi Bermukim Di Daerah
Alternatif Penanggulangan Perbatasan Kota Studi Kasus:
Problematika Transportasi Pusat Kelurahan Gedung Johor Kecamatan
Kota Medan. Medan: Universitas Medan Johor Kota Medan Dan Desa
Sumatera Utara, Program Delitua Kecamatan Namorambe
Pascasarjana. Kabupaten Deliserdang. Jurnal
Parlindungan, Boris.(2010. Analisis Arsitektur dan Perkotaan
Pengaruh Tingkat Aksesibilitas “KORIDOR” vol. 01 no. 01, Juli
Wilayah terhadap Perkembangan 2010: 1-7
Kecamatan di Kota Medan. Medan Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek
: Universitas Sumatera Utara, Pembangunan Regional. ISEI
Program Pasca Sarjana. Bandung. Bandung.
Riyadi, D.S. 2002. Pengembangan Sirojuzilam dan Mahalli, Kasyful. 2011.
Wilayah, Teori dan Konsep Dasar, Regional Pembangunan,
Prosiding Pengembangan Wilayah Perencanaan dan Ekonomi.USU
dan Otonomi Daerah. Badan Press. Medan.
Pengkajian dan Penerapan Soegijoko, S, et al. 1997. Bunga Rampai
Teknologi. Jakarta. Perencanaan Pembangunan
Woods. 1960. Highway Engineering Hand Indonesia, Grasindo. Jakarta.
Book, Mc Graw – Hill inc. Stubs, P. C. Tyson, W. J. dan Dalvi, M. Q.
Sapta, Rendy Dwi. 2009. Analisis Dampak 1980. Transport Economics. George
Kemacetan Lalu Lintas Terhadap
Sosial Ekonomi Dengan Contingent
Valuation Method (CVM) (Studi
Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.

168

Anda mungkin juga menyukai