Kelompok 4
Disusun Oleh :
Sementara yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dari Abu Abdirrahman
As-Salami seorang tabi’in yang mulia, katanya: “Janganlah engkau katakan: ‘Aku
telah menggugurkan ayat begini’ tetapi katakanlah: ‘Aku telah dibuat lalai’.”
Para ulama berlainan pendapat berkenaan dengan penulisan Al-Qur’an
dalam bejana, kemudian dicuci dan diberi minum kepada orang sakit. Al-Hasan,
Mujahid, Abu Qulabah dan Al-Auza’i berkata: “Tidak ada masalah dengannya.”
Sedangkan An-Nakha’i tidak menyukainya. Al-Qadhi Husain, Al-Baghawi dan
para sahabat kami lainnya berkata: “Sekiranya Al-Qur’an ditulis di atas halwa
(sejenis makanan) dan makanan lainnya, tidaklah mengapa memakannya.”
Al-Qadhi berkata: “Sekiranya ditulis di atas sepotong kayu, tidaklah disukai
membakarnya.” Madzhab kami ialah tidak menyukai penulisan Al-Qur’an dan
namanama Allah swt di atas dinding dan baju. Atha’ berkata: “Tidaklah mengapa
jika menulis Al-Qur’an dalam bentuk azimat, maka Malik berpendapat, tidak ada
masalah dengannya kalau ditulis pada sepotong buluk atau kulit kemudian dibalut.
Sebagian sahabat kami berpendapat, apabila ayat-ayat Al-Qur’an ditulis dalam
suatu wadah bersama lainnya, maka tidaklah haram, tetapi lebih baik ditinggalkan
karena dibawa dalam keadaan berhadas. Jika ditulis, maka ia mesti dijaga
sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah. Pendapat inilah yang
difatwakan oleh Asy-Syeikh Abu Amrin Ibnu Ash-Shalah rahimahullah.
BAB III KESIMPULAN
BAB IV SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan saran- saran
khususnya kepada penulis dan kepada seluruh pembaca Al-Quran secara umum
untuk lebih mengedepankan adab atau etika dalam membaca Al-Quran, karena Al-
Quran merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan sebagai pedoman hidup
manusia di dunia dan akhirat sekaligus untuk mendapatkan rahmat Allah SWT