Anda di halaman 1dari 7

Peran Pasar Modal Meningkat

Pembiayaan Melalui Perbankan Tumbuh Melambat


 Kompas
 22 Dec 2017
 (HEN/FER)

JAKARTA, KOMPAS — Peran pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan


pembangunan dan ekonomi nasional semakin menguat. Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan akan
terus mendorong pasar modal sebagai sumber utama pembiayaan proyek-proyek jangka panjang.
Hal itu terjadi karena pasar modal semakin menguat dan mendalam. Sementara itu, pembiayaan
melalui perbankan masih tumbuh lambat karena permintaan masih lemah dan banyak kredit
bermasalah. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam
Konferensi Pers Akhir Tahun 2017 di Jakarta, Kamis (21/12), mengatakan, per 20 Desember
2017, Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan kecenderungan menguat sebesar 15,34
persen pada posisi 6.109,48. Realisasi pembiayaan dari pasar modal hingga 19 Desember 2017
sebesar Rp 257,02 triliun. Hingga akhir tahun ini, nilai pembiayaan itu akan bertambah. ”Kami
memperkirakan, pembiayaan melalui pasar modal bisa lebih dari Rp 260 triliun karena masih ada
60 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dalam pipeline
Bursa Efek Indonesia,” katanya. Wimboh melanjutkan, kinerja pembiayaan dari pasar modal itu
tidak diikuti perbankan. Penyaluran kredit perbankan per November 2017 sebesar Rp 228 triliun
sehingga total kredit perbankan sebesar Rp 4.605 triliun atau tumbuh 7,47 persen selama
setahun. Selain karena permintaan lemah, lemahnya pertumbuhan kredit perbankan itu terjadi
karena perbankan masih menyelesaikan persoalan kredit bermasalah (NPL). Penyelesaian itu
tidak hanya melalui restrukturisasi kredit, tetapi juga penghapusan kredit-kredit bermasalah,
terutama di segmen kredit berbasis komoditas dan produk turunannya. ”Kami memperkirakan,
pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini di kisaran 7-9 persen. Hal itu jauh di bawah target
pertumbuhan kredit dalam Rencana Bisnis Bank 2017 yang sebesar 11,86 persen,” ujarnya. Tren
NPL perbankan secara umum menurun. Per November 2017, NPL perbankan sebesar 2,89
persen dan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) perbankan syariah sebesar 3,08 persen. Wimboh
menambahkan, pada 2018, kredit diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di kisaran 10-12 persen.
Faktor penopangnya adalah penurunan suku bunga kredit serta mulai tuntasnya konsolidasi
perbankan dan korporasi. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana
mengatakan, konsolidasi perbankan dan korporasi diperkirakan rampung pada triwulan III-2018.
Saat ini, mereka tengah menyelesaikan kredit-kredit bermasalah di segmen komersial, terutama
untuk sektor pertambangan.
Pengaruh pasokan

Kepala Ekonom dan Riset Pasar Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro
memperkirakan, pertumbuhan kredit pada 2018 masih lambat karena dari sisi pasokan,
perbankan meningkatkan kewaspadaan terhadap sektor-sektor yang akan dibiayai. Dari sisi
permintaan, masih banyak korporasi yang belum meningkatkan pertumbuhan kredit. Selain itu,
korporasi dapat mencari pembiayaan lain, seperti penerbitan obligasi, bukan dari pembiayaan
perbankan. Kepala Riset Industri dan Regional Bank Mandiri Dendi Ramdani menilai, harga
komoditas di dunia mengalami kenaikan. Harga minyak mencapai 64 dollar AS per barrel atau
mencapai batas psikologis sebesar 60 dollar AS. Kenaikan harga minyak, lanjut Dendi, perlu
diwaspadai apakah akan memberi tekanan pada harga BBM di pasar dalam negeri atau tidak.
Selain itu, kenaikan harga batubara pada 2017 memang memberi kontribusi positif, terutama
bagi pertumbuhan ekonomi di Kalimantan. Namun, kenaikan harga batubara tersebut belum
stabil. Kenaikan harga batubara lebih dipengaruhi oleh industri di China yang mengurangi
produksi.
REFERENSI

https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20171222/281943133246336
RISET TEORI PASAR MODAL
DESEMBER 2017

OLEH :

Nama : Ni Luh Juniantari

NPM : 1633121015

Kelas : D1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR
Per Desember 2017, investor pasar modal capai
1,1 juta didominasi anak muda
Rabu, 27 Desember 2017 17:24 Reporter : Wilfridus Setu Embu


Siswa SMP ikut edukasi bursa saham. ©2016 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat adanya peningkatan


jumlah investor pada 2017 sebesar 25,24 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan
data per 20 Desember 2017, jumlah investor Pasar Modal Indonesia sebanyak 1.118.913,
sedangkan pada 2016 sebesar 894.116.

"Jumlah tersebut merupakan jumlah Single Investor Identification (SID) terkonsolidasi yang
terdiri dari investor Saham, Surat Utang, Reksa Dana, Surat Berharga Negara (SBSN) dan Efek
lain yang tercatat di KSEI," ungkap Direktur Utama PT KSEI, Friderica Widyasari Dewi, di
Hard Rock Cafe, Jakarta Selatan, Rabu (27/12).

Porsi investor kaum muda sebesar 26,24 persen dan berada di posisi puncak. Urutan kedua
diikuti kelompok usia 31 tahun hingga 40 tahun sebesar 25,12 persen, usia 41 tahun sampai 50
tahun sebesar 23,02 persen, usia 51 tahun sampai 60 tahun 13,95 persen, usia 61 tahun sampai 70
tahun 5,81 persen.

Sedangkan untuk kelompok usia di bawah 20 tahun sebesar 3,82 persen, lalu ada kelompok usia
70 tahun sampai 80 tahun sebesar 1,71 persen, dan usia di atas 80 tahun sebesar 0,33 persen. "Ini
yang menarik karena investor banyak yang usia 21 tahun sampai 30 tahun, 26,24 persen,"
ungkapnya.
Selain itu, dia pun menyampaikan bahwa total aset yang tercatat di the Central Depository and
Book Entry Settlement System (C-BEST) PT Kustodian Sentral Efek Indonesia pun mengalami
peningkatan sebesar 19,33 persen. Total aset yang tercatat di C-BEST per 20 Desember 2017
senilai Rp 4.269,04 triliun sedangkan di tahun sebelumnya senilai Rp 3.577,56 triliun.

"Total aset yang tercatat di C-BEST selama 2012 hingga Desember 2017 meningkat 54,5 persen
dari Rp 2.762,22 triliun menjadi Rp 4.269,04 triliun. Kenaikan tersebut sejalan dengan
meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal," jelas dia.

Total aset C-BEST tanggal 20 Desember 2017 masih didominasi kepemilikannya oleh investor
lokal sebesar 54,59 persen atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya (per Desember 2016) di mana
kepemilikan lokal mencapai 51,77 persen.

Sementara berdasarkan jenis kelamin, investor di Indonesia saat ini didominasi oleh pria sebesar
59,3 persen. Sedangkan investor dengan status pekerjaan Pegawai Swasta dan berpendidikan
Sarjana sebesar 51,21 persen. "Berdasarkan wilayah juga menarik. Dominasi investor masih ada
di pulau Jawa, 76,55 persen. DKI Jakarta 29,63 persen," tuturnya.

Dia juga menyatakan, untuk memperluas jaringan pasar modal, KSEI telah menambah jumlah
Bank Rekening Dana Nasabah (RDN) dari 12 Bank RDN menjadi 14 Bank RDN yaitu Bank
BTN dan Bank OCBC NISP. "Dengan penambahan Bank Administrator Bank RDN, diharapkan
akses investor maupun caion investor ke pasar modal akan semakin mudah," tandas Friderica.
REFERENSI

https://www.merdeka.com/uang/per-desember-2017-investor-pasar-modal-capai-11-juta-
didominasi-anak-muda.html

Anda mungkin juga menyukai