Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah merupakan, masalah
kesehatan yang penting. Kelainan refraksi biasa disebabkan oleh adanya faktor
kebiasaan membaca terlalu dekat, pencahayaan, durasi, posisi sehingga
menyebabkan kelelahan pada mata. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui
hubungan kebiasaan membaca dengan ketajaman penglihatan pada anak usia
sekolah SD Santo antonius Banyumanik, Semarang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
case control atau kasus control. Penelitian telah dilakukan di SD Santo
Antonius Banyumanik, Semarang pada agustus 2015 dengan jumlah popolasi
490 dengan mengunakan teknik Sampling Purposive di dapatkan sampel 84
responden Alat pengambilan data menggunakan kartu snellen dan kuesioner.
Analisa data yang digunakan adalah Chi Square .
Hasil uji Chi Square didapatkan p value 0,047≤0,05 sehingga ada
hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Membaca Dengan Penurunan
Ketajaman Penglihatan di SD Santo Antonius 02 Banyumanik Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan siswa siswi SD Santo Antonius
02 Banyumanik Semarang mengubah kebiasaan membacanya yang salah
menjadi benar dan berkurang angka kejadian anak mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.
PENDAHULUAN
Visus mata (ketajaman penglihatan) Barat dan Papua (masing-masing 0,4%)
merupakan kemampuan sistem (Riskesdas, 2013).
penglihatan untuk membedakan Kelelahan mata disebabkan oleh
berbagai bentuk (Anderson, 2007). stres yang terjadi pada fungsi
Penglihatan yang optimal hanya dapat penglihatan. Stres pada otot akomodasi
dicapai bila terdapat suatu jalur saraf dapat terjadi pada saat seseorang
visual yang utuh, mata yang sehat serta berupaya untuk melihat pada objek
kemampuan fokus mata yang tepat berukuran kecil dan pada jarak yang
(Riordan-Eva, 2007). Prevalensi dekat dalam waktu yang lama. Pada
penurunan pengelihatan terparah kondisi demikian, otot-otot mata akan
penduduk umur 6 tahun keatas secara bekerja secara terus menerus dan lebih
nasional sebesar 0,9 persen. Prevalensi dipaksakan. Ketegangan otot-otot
penurunan pengelihatan terparah yang pengakomodasi (otot-otot siliar) makin
paling tinggi terdapat di Lampung besar sehingga terjadi peningkatan asam
(1,7%), diikuti Nusa Tenggara Timur, laktat dan sebagai akibatnya terjadi
Jawa Tengah dan Kalimantan Barat kelelahan mata, stress pada retina dapat
(masing-masing 1,6%). Provinsi dengan terjadi bila terdapat kontras yang
prevalensi penurunan pengelihatan berlebihan dalam lapangan penglihatan
terparah yang paling rendah adalah DI dan waktu pengamatan yang cukup
Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua lama (Ilyas, 2010). Kebiasaan membaca
D. Keterbatasan
Penelitian ini hanya membahas B. Saran
tentang kebiasaan membaca dengan 1. Bagi orang tua anak
penurunan ketajaman pengelihatan Diharapkan orang tua anak
pada anak sekolah masih ada faktor- dapat memperhatikan waktu
faktor yang mempengaruhi membaca, posisi membaca,
ketajaman penglihatan seperti pencahayaan saat membaca, jarak
keturunan, bermain game, menonton membaca pada anak khususya saat
tv, dan jenis kelamin yang tidak membaca yang bisa berdampak
diteliti. buruk pada kesehatan mata anak.
KESIMPULAN DAN SARAN Ada baiknnya jika orang tua
A. KESIMPULAN mengawasi anak dengan memberi
1. kebiasaan membaca buruk untuk pengertian pada anak membaca
kelompok kasus 29 (69,0%) harus dengan duduk, jika mata
sedangkan kebiasaan baik sudah mulai lelah di istirahatkan.
sebanyak 13 (31,0%) untuk 2. Bagi penelitian selanjutnya
kelompok kontrol kebiasaan Mengingat beberapa keterbatasan
buruk sebanyak 19 (45,2%) dalam penelitian ini maka perlu
sedangkan kebiasaan baik 23 dilakukan penelitian selanjutnya
anak (54,8%). mengenai faktor lain yang
2. hasil visus mata responden yang menyebabkan perubahan ketajaman
tinggi dari pemeriksaan visus penglihatan (visus mata).