Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PENDENGARAN

PADA MANUSIA

Tressy A. Padahana
NIM: 102010233
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Email: trezyph@ymail.com
PENDAHULUAN

Berbicara tentang sistem pendengaran pada manusia berarti berhubungan sangat erat
dengan bagian tubuh yang memiliki fungsi khusus dalam hal mendengar. Bagian tubuh tersebut
adalah telinga. Pada umumnya, manusia dan hewan memiliki sistem pendengaran yang dijalankan
oleh masing-masing telinganya, yaitu telinga bagian kiri dan kanan.

Pada manusia, proses mendengar terjadi ketika ada gelombang bunyi yang ditangkap oleh
telinga. Bunyi dari suatu benda tertentu akan merambat lewat udara, masuk ke dalam telinga dan
menggetarkan bagian-bagian tertentu dalam telinga sehingga manusia bisa mendengar bunyi.

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara lanjut tentang sistem pendengaran pada
manusia. Juga akan dibahas, apa saja bagian-bagian telinga dan fungsinya, bagaimana proses
mendengar terjadi, cara mengetahui adanya gangguan pada telinga, faktor-faktor yang
mempengaruhi ketajaman pendengaran, dan juga jenis-jenis hantaran bunyi dalam mekanisme
pendengaran.

PEMBAHASAN

Struktur Sistem Pendengaran

Telinga

Telinga terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Pada daerah telinga dapat dijumpai berbagai saraf sensorik yang merupakan cabang dari N. X, N. V,
N. VII, N. IX, dan cabang dari nervus cervikalis 2 dan cervikalis 3.1

1. Telinga Luar

Gb. 1. Telinga Luar


(Sumber: www.google.com)

Telinga luar terdiri dari heliks, antiheliks, meatus akustikus eksterna, lobulus,
antitragus, dan tragus. Heliks atau yang disebut juga sebagai pinna merupakan suatu

2
lempeng tulang rawan yang terbungkus kulit. Heliks berfungsi menangkap dan
mengumpulkan suara sehingga dapat diteruskan ke meatus akustikus eksternus. Pada pintu
masuk meatus akustikus eksternus terdapat rambut-rambut halus dan pada kulit yang
melapisi metaus akustikus ini terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar seruminosa yang
berfungsi menghasilkan serumen yang bersifat bakterisid. Jadi, rambut-rambut halus dan
serumen tersebut merupakan protektor telinga dari serangga-serangga kecil. Panjang
meatus akustikus eksternus ini pada manusia umumnya kira-kira 2,5 cm dan terbagi menjadi
2 bagian, yaitu 10% dari dasar pada bagian luarnya merupakan tulang rawan elastin,
sedangkan 90% dari dasar pada bagian dalamnya merupakan tulang temporal. Lobulus
merupakan satu-satunya bagian telinga yang tidak bertulang atau tulang rawan karena
terdiri dari jaringan lemak.2,3

2. Telinga Tengah

Gb. 2. Telinga Tengah dan Telinga Dalam


(Sumber: www.google.com)

Pada perbatasan telinga luar dan telinga tengah terdapat membran timpani yang
akan bergetar ketika ada bunyi yang merambat melalui udara sampai ke meatus akustikus.
Membran timpani berbentuk oval dan semi transparan. Dalam telinga tengah juga terdapat
kavum timpani yang berisi udara di dalamnya. Terdapat juga ossa auditorius, yaitu malleus,
incus, dan stapes; terdapat otot skelet, m. tensor timpani dan m. stapedius. Selain itu juga
terdapat ruang mastoid dan tuba eustachii yang berperan menyamakan tekanan udara di
telinga tengah dengan tekanan udara di luar.2,3

3
Gb. 3. Tulang Pendengaran (Malleus, Incus, Stapes)
(Sumber: www.google.com)

3. Telinga Dalam
Terdiri dari alat-alat pendengaran dan keseimbangan. Di telinga dalam terdapat
koklea dan organ vestibular. Koklea terdiri dari suatu tabung berbentuk koil yang panjangnya
sekitar 3 cm dengan tiga kanal tubular yang berjalan paralel satu sama lain, yaitu skala
vestibuli, skala media, dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan
perilimfe, sedangkan skala media berisi cairan endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani
akan bergabung pada ujung koil yang disebut helikotrema. Pada dasar skala vestibuli
terdapat tingkap oval dan pada dasar skala timpani terdapat tingkap bulat yang memisahkan
cairan di telinga dalam dengan udara di telinga tengah.
Organ vestibular pada telinga dalam berperan untuk keseimbangan, refleks postural,
dan gerakan mata. Reseptor yang terlibat dalam organ vestibular adalah sel rambut. Sel
rambut ini terdapat di telinga dalam dekat dengan koklea, dalam dua organ otolit yang
disebut utrikulus dan sakulus, dan dalam struktur yang disebut ampula yang terdapat di tiga
kanalis semisirkularis. Organ ototlit terutama berfungsi untuk deteksi gerakan linear dan
posisi kepala statis, sedangkan kanalis semisirkularis berfungsi untuk deteksi gerakan rotasi
kepala.4

Secara umum, struktur, letak, dan fungsi dari komponen utama telinga dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel. 1. Fungsi Komponen Utama Telinga2


STRUKTUR LETAK FUNGSI
Telinga Luar Mengumpulkan dan memindahkan
gelombang suara ke telinga tengah.
Pinna Lempeng tulang rawan yang Mengumpulkan gelombang suara dan
terbungkus kulit dan terlatak di kedua menyalurkannya ke telinga tengah;
sisi kepala. berperan dalam lokalisasi suara.
Meatus Saluran dari eksterior melalui tulang Mengarahkan gelombang suara ke
Akustikus temporalis ke membrana timpani. membran timpani; mengandung
Eksternus rambut-rambut penyaring dan
mensekresikan serumen untuk

4
menangkap partikel asing.
Telinga Tengah Memindahkan getaran membran
timpani ke cairan di koklea dalam
prosesnya memperkuat energi suara.
Membran Membran tipis yang memisahkan Bergetar secara sinkron dengan
Timpani telinga tengah dan dalam. gelombang suara yang mengenainya,
menyebabkan tulang-tulang
pendengaran bergetar.
Maleus, incus, Rangkaian tulang yang dapat bergerak Berosilasi secara sinkron dengan getaran
stapes yang berjalan melintasi rongga telinga membran timpani serta menimbulkan
tengah; maleus melekat ke membran gerakan seperti gelombang di perilimfe
timpani dan stapes melekat ke jendela koklea dengan frekuensi yang sama.
oval.
Telinga Dalam: Tempat sistem sensorik untuk
Koklea mendengar.
Jendela Oval Membran tipis di pintu masuk koklea; Bergetar bersama dengan gerakan
memisahkan telinga tengah dari skala stapes yang melekat padanya; gerakan
vestibuli. jendela oval menyebabkan perilimfe
koklea bergerak.
Skala Vestibuli Kompartemen atas koklea. Mengandung perilimfe yang dibuat
Skala Timpani Kompartemen bawah koklea. bergerak oleh jendela oval yang
didorong oleh getaran tulang-tulang
telinga tengah.
Skala Media Kompartemen tengah koklea. Mengandung endolimfe; tempat
(Duktus membrana basilaris.
Koklearis)
Membran Membentuk lantai duktus koklearis. Bergetar bersama dengan gerakan
Basilaris perilimfe; mengandung organ corti,
organ indera untuk mendengar.
Organ Corti Terletak di bagian atas dan di Mengandung sel rambut, reseptor untuk
sepanjang membrana basilaris. suara yang mengeluarkan potensial
reseptor sewaktu tertekuk akibat
gerakan cairan di koklea.
Membran Membran stasioner yang tergantung Tempat rambut sel-sel reseptor yang
Tektorial di atas organ corti dan tempat sel-sel terbenam di dalamnya menekuk dan
rambut reseptor permukaan membentuk potensial reseptor ketika
terbenam di dalamnya. membran basilaris yang bergetar
terhadap membran tektorial yang sangat
stasioner.
Jendela Bundar Membran tipis yang memisahkan Bergetar bersama dengan gerakan
skala timpani dari telinga tengah. cairan di perilimfe untuk meredam
tekanan di dalam koklea; tidak berperan
dalam penerimaan suara.
Telinga Dalam: Tempat sistem sensorik untuk
Organ keseimbangan, dan memberikan
Vestibularis masukan yang penting untuk
mempertahankan postur dan
keseimbangan.
Kanalis Tiga saluran semisirkuler yang Mendeteksi akselerasi (percepatan) atau
Semisirkularis tersusun tiga dimensi dalam bidang- deselerasi (perlambatan) rotasional atau

5
bidang yang tegak lurus satu sama lain angular.
di dekat koklea jauh di dalam tulang
temporalis.
Utrikulus Struktur seperti kantung di rongga Mendeteksi: perubahan posisi kepala
bertulang antara koklea dan kanalis menjauhi sumbu vertikal dan
semisirkularis. mengarahkan akselerasi dan deselerasi
linear secara horizontal.
Sakulus Terletak di samping utrikulus. Mendeteksi: perubahan posisi kepala
menjauhi sumbu horizontal dan
mengarahkan akselerasi dan deselerasi
linear secara vertikal.

Mekanisme Sistem Pendengaran

Penyaluran Bunyi2,5

Telinga mengubah gelombang bunyi dari luar menjadi potensial aksi di nervus auditorius.
Gelombang diubah oleh membran timpani dan tulang-tulang pendengaran sehingga dapat
menggerakkan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan di telinga
dalam. Gelombang pada organ corti menimbulkan potensial aksi di serat-serat saraf.

Sebagai respon terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang bunyi di
permukaan luarnya, membran timpani bergerak keluar masuk. Dengan demikian membran timpani
berfungsi sebagai resonator yang mengulang getaran dari sumber bunyi. Membran ini berhenti
bergetar hampir segera setelah gelombang bunyi berhenti; yaitu membran timpani mengalami
peredaman kritis (Criticaly Damped) yang hampir sempurna. Gerakan membran timpani diteruskan
ke manubrium maleus. Maleus bergerak pada sumbu yang melalui batas antara prosesus panjang
dan pendeknya, sedemikian sehingga prosesus pendek meneruskan gerakan manubrium ke incus.
Incus akan bergerak sedemikian rupa sehingga getaran diteruskan ke bagian kepala stapes.
Pergerakan bagian kepala stapes ini menyebabkan lempeng kakinya bergerak maju mundur seperti
pintu yang berengsel di tepi posterior fenestra oval. Gelombang bunyi yang sampai ke membran
timpani ini akan diteruskan ke cairan dalam koklea.

Sewaktu bergerak ke koklea, tinggi gelombang bunyi meningkat mencapai maksimum lalu
turun dengan cepat. Jarak dari stapes ke titik tinggi maksimum ini bervariasi sesuai frekuensi getaran
yang menimbulkan gelombang. Bunyi bernada tinggi menimbulkan gelombang yang mencapai tinggi
maksimum di dekat dasar koklea. Bunyi bernada rendah menghasilkan gelombang yang puncaknya
dekat dengan apeks. Dinding tulang skala vestibuli bersifat kaku, tetapi membran Reissner lentur.
Membran basilaris tidak tegang dan juga mudah terdorong ke dalam skala timpani oleh puncak-
puncak gelombang dalam skala vestibuli.

Pergerakan cairam dalam skala timpani dibuang kembali ke udara melalui fenestra
rotundum. Dengan demikian bunyi menimbulkan distorsi membran basilaris, dan tempat distorsi ini
mencapai maksimum ditentukan oleh frekuensi gelombang bunyi. Bagian atas sel-sel rambut dalam
organ corti dipegang secara kaku oleh lamina retikularis, dan rambut-rambut pada sel rambut luar
terbenam dalam membran tektorium. Apabila stapes bergerak, kedua membran tadi akan bergerak

6
ke arah yang sama tetapi keduanya berengsel pada sumbu yang berbeda, sehingga terjadi gerakan
menggunting yang menekuk rambut.

Sel-sel rambut tersebut merupakan sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps
kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius. Depolarisasi sel-sel
rambut (sewaktu membrana basilaris bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat
perantaranya, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebailknya, kecepatan
pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara
karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergeser ke bawah).

Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan


berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel
reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan
penutupan saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor,
sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak.
Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh
otak sebagai sensasi suara.

Gelombang Bunyi dan Sumbernya2,6

Merupakan getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi
karena kompresimolekul-molekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut.

Sumber bunyi bisa di dapat dari setiap benda. Misalnya, pembakaran minyak dalam suatu
mesin yang selalu menghasilkan bunyi. Bunyi yang dihasilkan instrumen musik, gerakan dahan,
pohon, dan daun juga menghasilkan bunyi. Rongga mulut dan rongga hidung manusia juga
merupakan struktur resonansi untuk menghasilkan vibrasi melalui pita suara; demikian pula garpu
tala yang digetarkan akan menghasilkan bunyi. Dan dari beberapa contoh di atas, dapat disimpulkan
bunyi bisa berasal dari alam dan bisa berasal dari manusia.

Frekuensi Bunyi6

Berdasarkan frekuensi, maka bunyi dibedakan dalam 3 daerah frekuensi, yaitu :

a) Daerah Infrasonik: memiliki kekuatan antara 0 – 16 Hz. Yang termasuk di sini adalah getaran
tanah dan gempa bumi.
b) Daerah Sonik: memiliki kekuatan antara 16 – 20.000 Hz, yaitu daerah yang termasuk
frekuensi yang dapat didengar.
c) Daerah Ultrasonik: memiliki kekuatan > 20.000 Hz.

7
Jenis Hantaran Bunyi

Terdapat dua jenis hantaran bunyi dalam mekanisme pendengaran, yaitu hantaran udara
dan hantaran tulang. Hantaran udara merupakan proses terdengarnya gelombang bunyi yang
merambat melalui udara yang ditangkap oleh heliks dan diteruskan ke dalam meatus akustikus
sehingga bunyi dapat terdengar. Sedangkan hantaran tulang merupakan proses terdengarnya
gelombang bunyi yang merambat melalui tulang, misalnya pada pemeriksaan pendengaran
dilakukan tes dengan menggunakan garpu tala yang digetarkan dan ditempelkan ke prosesus
mastoideus seseorang sehingga gelombang bunyi yang keluar dari sumbernya merambat melalui
tulang orang tersebut.

Hilang Pendengaran dan Tes Pendengaran2,6

Hilang Pendengaran

Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran karena konduksi dan hilang
pendengaran karena rusaknya saraf.

a) Tuli Konduksi
Merupakan keadaan di mana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah. Tuli
semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanya serumen atau adanya cairan di
dalam telinga tengah.
b) Tuli Persepsi
Merupakan keadaan di mana gelombang suara yang disalurkan ke telinga dalam tidak
diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi suara.

Tes Pendengaran

Untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang menderita tuli konduksi ataupun tuli
persepsi dapat dilakukan tes pendengaran dengan menggunakan garpu tala.

Gb. 4. Garpu Tala


(Sumber: www.google.com)

8
Frekuensi garpu tala yang dipakai C128, C1024, dan C2048. Ada tiga jenis tes pendengaran yang
menggunakan garpu tala, yaitu

1) Tes Weber
Garpu tala C128 digetarkan kemudian diletakkan pada verteks dahi ataupun kepala.
Pada penderita tuli konduktif, gelombang bunyi akan terdengar jelas pada telinga yang
bermasalah, sedangkan pada penderita tuli persepsi getaran garpu tala terdengar jelas di
telinga yang normal.

Gb. 5. Tes Weber


(Sumber: www.google.com)

2) Tes Rinne
Tes ini membandingkan antara konduksi melalui tulang dan udara. Garpu tala C128
digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar getaran
lagi, garpu tala dipindahkan ke depan meatus akustikus eksternus dan tanyakan pada
penderita apakan masih mendengar getarannya.
Pada orang normal, konduksi melalui udara biasanya lebih lama sekitar 85 – 90 detik,
sedangkan konduksi melalui tulang biasanya hanya berkisar 45 detik.
Hasil tes Rinne positif bila penderita masih mendengar getaran secara hantaran
aerotympanal (hantaran udara). Sedangkan hasil tes Rinne negatif bila penderita sudah tidak
lagi mendengar getaran secara hantaran aerotympanal.

9
Gb. 6. Tes Rinne dan Tes Schwabach
(Sumber: www.google.com)

3) Tes Schwabach
Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui verteks atau prosesus
mastoideus penderita dengan konduksi tulang si pemeriksa. Hasil pemeriksaan bisa
didapatkan Schwabach memendek, bila dengungan penala tersebut masih dapat didengar
oleh pemeriksa dan Schwabach memanjang / normal, bila dengungan penala tersebut tidak
dapat di dengar oleh pemeriksa. Pada pemeriksaan ini, telinga pemeriksa dianggap normal.
Pada penderita tuli konduksi, konduksi tulang penderita lebih panjang daripada pemeriksa.
Sedangkan pada penderita tuli persepsi, konduksi tulang penderita sangat pendek.

Tabel. 2. Tes Pendengaran5


Weber Rinne Schwabach
Metode Pangkal garpu tala yang Pangkal garpu tala yang Hantaran tulang penderita
bergetar diletakkan di bergetar diletakkan di dibandingkan dengan
verteks tengkorak. prosesus mastoideus pemeriksa. Pemeriksa
sampai subyek tidak lagi dianggap normal.
mendengarnya, lalu garpu
tala tersebut diletakkan di
depan meatus akustikus
subyek.
Normal Mendengar sama keras Mendengar getaran di
dikedua sisi. udara setelah hantaran
tulang selesai.
Tuli Bunyi lebih jelas di telinga Getaran di udara tidak Hantaran tulang lebih baik
Konduksi yang bermasalah. terdengar setelah hantaran daripada normal.
tulang selesai.
Tuli Bunyi lebih jelas di telinga Getaran terdengar di udara Hantaran tulang lebih
Persepsi yang normal. setelah hantaran tulang buruk daripada normal.
selesai.

10
KESIMPULAN

Telinga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Masing masing bagian
telinga mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling berkesinambungan. Adapun kemungkinan
terjadi gangguan pendengaran seperti penuruan pendengaran, ataupun tuli dan sebagainya, dapat
terjadi dikarenakan adanya kesalahan pada mekanisme kerja dari ketiga bagian telinga tersebut
ataupun saraf pada telinga. Cara untuk mengetahui sejauh mana pendengaran seseorang dapat
dilakukan dengan tes penala atau tes yang menggunakan garpu tala. Tes ini terdiri dari tes Weber,
tes Rinne, dan tes Schwabach.

Berdasarkan skenario yang di dapat (skenario 6), pendengaran telinga kiri terasa lebih
menurun dari pada telinga kanan, kejadian ini terdapat pada seorang Tuan berumur 60 tahun,
kemungkinan hal ini terjadi karena adanya kesalahan pada mekanisme kerja telinga atau juga dapat
dikarenakan faktor umur. Adapun yang bisa dilakukan adalah dengan cara test pendengaran untuk
mengetahui hasil lebih lanjut.



11
DAFTAR PUSTAKA

1. Putz. R, Pabst. R. Atlas Anatomi Manusia Sobota. Jilid 2. Jakarta: EGC. 2006.
2. Sherwood. L. Fisiologi Manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2002.
3. Slonane, Ethel. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC. 2004.
4. Ward. J, Clarke. R, Linden. R. At a Glance Fisiologi. Jakarta: Erlangga Medical Series. 2005.
5. Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2002.
6. Gabriel J F. Fisika kedokteran. EGC : Jakarta. 1996.

12

Anda mungkin juga menyukai