NIM : 1302055015
Prodi : Ilmu Komunikasi (Reg. A)
Dalam penanganan isu PT. Newmont Minahasa Raya (PT.NMR), tidak boleh lamban
dalam mengambil tindakan, misalnya saja lakukan klarifikasi sesuai fakta dan kemudian
melakukan keterbukaan terhadap stakeholders, yaitu dengan mengkomunikasikan
keputusan PR terkait, agar terbentuk citra terhadap perusahaan dan satkeholders. Sehigga
tidak terjadi krisis yang berkepanjangan selain itu tetap melakukan evaluasi terhadap
klarifikasi yang telah disampaikan sebelumnya.
Humas PT Newmont Minahasa Raya telah melakukan tindakan yang terbaik. Dengan
melakukan pendekatan kepada media massa baik lokal, nasional maupun internasional, PT
NMR berusaha untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari seluruh publiknya dan
membuktikan bahwa kasus Buyat itu bukanlah kesalahan PT NMR.
Setelah tim humas mengumpulkan bukti bahwa mereka tidak bersalah, PT NMR
mempublikasikan pada khalayak bahwa yang dituduhkan oleh publik selama ini salah.
Semua hal yang telah dilakukan oleh tim humas akhirnya mampu membuat PT NMR beserta
Direktur PT NMR Richard B Ness dinyatakan tidak bersalah karena tidak terbukti telah
melanggar hukum. Putusan yang dibuat atas dasar bukti-bukti yang diajukan selama
persidangan kasus menyatakan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar dan PT NMR telah
mematuhi seluruh peraturan dan perizinan selama delapan tahun kegiatan operasinya dari
tahun 1996 hingga 2004.
1. Hasil tes yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia PBB, Kementerian Lingkungan
Hidup Republik Indonesia, Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organization Australia, dan National Institute for Minamata Disease Jepang
menunjukkan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar.
2. Kesaksian dari warga Buyat dan Ratatotok yang menyatakan bahwa populasi ikan di
Teluk Buyat tetap stabil dan terumbu karang dalam keadaan sehat.
3. Kesaksian inspektur tambang pemerintah, termasuk bukti-bukti tertulis bahwa PT
NMR memiliki semua izin operasi yang sesuai dan tidak melanggar izin-izin tersebut.
2. Dalam konteks PR eksternal, apa yang dilakukann oleh PT. Newmont Minahasa
Raya (PT.NMR) dalam menyelesaikan masalah yang dialami?
Dalam kasus PT.Newmont Monahasa Raya (PT. NMR), PR eksternal harus mengetahui
tahapan-tahapan siklus krisis, di antaranya:
1. Tahap pre-crisis (sebelum krisis)
Pre-crisis adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada
sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi.
2. Tahap warning (peringatan)Di dalamnya, suatu masalah untuk pertama kalinya
dikenali, dapat dipecahkan dan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang
menuju kepada kerusakan yang menyeluruh.
3. Tahap acute crisis (akut)
Pada tahap ini krisis mulai terbentuk dan media juga publik mulai mengetahui adanya
masalah.
4. Tahap clean-up (pembersihan)
Inilah waktunya untuk memulihkan perusahaan dari kerugian dan atau setidaknya
menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa produk (jika dapat diaplikasikan),
reputasi, citra perusahaan, kinerja, dan lini produksi.
5. Tahap post-crisis (sesudah krisis)
Inilah tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni perusahaan seharusya
bereaksi saat suatu krisis muncul ke tahap warning. Jika sejak awal tidak dihentikan,
krisis akan terjadi.
Beberapa penaganan menejemen krisis PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR)
Dalam konteks pubilk pemerintah strategi yang dilakukan PT. Newmont Minahasa Raya (PT.
NMR) dengan kebijakan pemerintah: