PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-unsur
kimia berjumlah sekitar 114 unsur yang dikelompokan berdasarkan kesamaan sifatnya ke dalam
golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia
dapat dikelompokan menjadi unsur logam, nonlogam, semilogam dan gas mulia.
Keberadaan unsur-unsur kimia di alam sangat melimpah.sumber unsur-unsur kimia terdapat
di kerak bumi, dasar laut dan atmosfer baik dalam bentuk unsur bebas (Pt, Au,C, N2, O2 dan
gas-gas mulia), senyawa maupun campurannya.
Sulit dibayangkan jika kita hidup tanpa adanya unsur kimia karena semua benda yang ada di
alam ini mengandung unsur kimia. Tak bisa dipungkiri, selain memberikan manfaat, beberapa
unsur kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Melalui makalah
ini kami harapkan pembaca dapat memahami dan mengetahui kimia unsur lebih spesifik lagi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penulis bertujuan melakukan suatu
pengkajian dan pembahasan tentang :
1. Dapat memahami sifat fisis unsur-unsur periode ke empat.
2. Dapat memahami sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.
D.Manfaat Penulisan
Agar penulis dan pembaca dapat memahami sifat fisis unsur-unsur periode ke empat dan
memahami sifat kimia unsur-unsur periode ke empat. Jadi pembaca tidak hanya menggunakan
unsur-unsur tersebut saja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang
belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur
transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt
(Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi keberadaannya di
alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5 ppm hingga 30 ppm.
Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH)3 dan Na3ScF6.
Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi. Titanium di alam
dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3). Contohnya senyawa yang
mengandung unsur Titanium TiCl4.
Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar 0,02 %
massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2), patronit (V2S5), dan karnotit
(K2(UO2)2(VO4)3H2O). Contoh senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah V2O5 yang
digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu
logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium ditemukan
dalam mineral kromit (FeCr2O4).
Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO2). Contoh senyawa yang
mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai zat pengoksidasi
dalam analisi di labolatorium.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi).
Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk
mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam
Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi
adalah Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g). Larutan asam sulfat pekat dapat
mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan
membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi
dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa
Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion
Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam
larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-
merah) dan FeCl3 (coklat).
Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni)9S8) dan
gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga
umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga
(kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2-
). Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang
berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna.
Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang
mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan calamine
(ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
2. Sifat-Sifat Fisis
Sifat Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Nomor atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Massa atom relatif 44,96 47,90 50,94 51,99 54,94 55,85 58,93 58,71 63,54 65,38
Jari-jari atom (Å) 1,44 1,32 1,22 1,18 1,17 1,17 1,16 1,15 1,17 1,25
Titik didih (ºC) 2.831 3.287 3.380 2.672 1.962 2.750 2.870 2.732 2.567 907
Titik leleh (ºC) 1.541 1.660 1.890 1.857 1.244 1.535 1.495 1.453 1.083 420
Rapatan (g/cm ) 3 3,0 4,5 6,0 7,2 7,2 7,9 8,9 8,9 8,9 7,1
Energi ionisasi 631 658 650 652 717 759 758 737 745 906
(kJ/mol)
Keelektronegatifan 1,3 1,5 1,6 1,6 1,5 1,8 1,8 1,8 1,9 1,6
Kekerasan (skala - - - 9 5 4,5 - - 3 2,5
Mohs)
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt
(Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama,
tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur)
serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika
yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih besar
dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut
lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi
periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga yang
cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian
besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl)
menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan
unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat
terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas
pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit
bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang
dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut
memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah.
Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal
ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi
juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi.
Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat
unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah
elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap
unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada
unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah
umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi
tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat
Orbital
Nomor Konfigurasi
Unsur
Atom Elektron
3d 4s
Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya dengan
konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan dengan
kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan 1/2 penuh pun
lebih stabil daripada orbital lain.
3. Sifat-Sifat Kimia
1) Sifat Logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun
dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relatif rendah (kecuali seng yang agak tinggi),
sehingga mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relatif
tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD dan TL relatif rendah). Hal ini disebabkan orbital
subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya
orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen)
disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik lelehnya
rendah.
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan semua unsur
transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol-1 dan
keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.
2) Bilangan Oksidasi
Senyawa- senyawa unsur transisi alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu.
Adanya biloks lebih dari satu ini karena mudahnya melepaskan elektron valensinya. dengan
demikian energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya relatif lebih kecil daripada golongan
utama.
NOMOR LAMBANG KONFIGURASI NOMOR GOLONGAN
ATOM UNSUR ELEKTRON PADA TABEL PERIODIK
21 Sc 1s 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2
2 III B
3) Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan unsur-
unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet). Makin banyak
elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetiknya. Pada seng
dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar
medan magnet).
4) Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna
Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik
padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan adanya
orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan elektron yang terjadi pada pengisian subkulit
d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyaa
logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta senyawa
dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan
elektron.
Unsur +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - - Tb - - - -
Ti - - ungu Tb - - -
V - Ungu Hijau biru Merah - -
Cr - Biru Hijau - - Jingga -
Mn - Merah Coklat Coklat Biru Hijau Ungu
muda tua
Fe - Hijau Kuning - - - -
Co - Merah Ungu - - - -
muda
Ni - Hijau - - - - -
Cu Tb Biru - - - - -
Zn - Tb - - -
5) Mempunyai Beberapa Tingkat Oksidasi
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat
oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat dicapai
kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat
logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air. Kestabilan bilangan
oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan senyawa dengan oksoaniaon, fluoride,
dan oksofluorida.
Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk menjadi
katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi. Di
dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang berperan dalam mengoksidasi makanan.
Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion Cu2+. Beberapa logam transisi atau senyawanya telah
digunakan secara komersial sebagai katalis pada proses industry seperti TiCl 3 (Polimerasasi
alkena pada pembuatan plastic), V2O5(proses kontak pada pembuatan margarine), dan Cu atau
CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan formalin).
1. Skandium = SC
2. Titanium = Ti
3. Vanadium = V
a . Reactor nuklir
b. Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta peralatan kecepatan tinggi
c. Oksidanya (V2O5) untuk keramik dan katalisator.
4. Kromium = Cr
5. Mangan = Mn
a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya keras, kuat,dan ketahanannya tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam bidang kesehatan
6. Besi = Fe
7. Kobal = Co
a. Karena keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka sering digunakan untuk
menyepuh logam lain
b. Pewarna biru pada porselen, kaca, genting
c. Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang kesehatan
8. Nikel = Ni
a. Paduan logam baja dan logam lain
b. Pelapis permukaan logam
c. Sebagai katalisator
d. Pewarna hijau pada keramik/porselen
e. Komponen pada baterai
9. Tembaga = Cu
10. Seng = Zn
a) Limbah Fe
Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan
pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar oksigen
dalam air sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.
d) Cu
Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung logam Cu.
Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan organisme-organisme di
perairan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi periode keempat
terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr),
Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Memiliki elektron tidak berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh tinggi,
bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.
Kegunaan unsure-unsur periode keempat :
a. Skandium digunakan pada lampu intensitas tinggi
b. Titanium digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia.
c. Vanadium digunakan untuk membuat per mobil dan sebagai katalis pembuatan belerang.
d. Kromium digunakan untuk bahan pembuatan baja, nikrom, stanless steel.
e. Mangan digunakan untuk bahan pembuatan baja, manganin dalam pembuatan alat-alat listrik
dan sebagai alloy mangan-besi atau ferromanganese.
f. Besi digunakan untuk pembuatan baja, perangkat elektronik, memori komputer, dan pita
rekaman.
g. Kobalt digunakan untuk membuat aliansi (paduan logam)
h. Nikel digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat dan paduan logam
i. Tembaga digunakan untuk kabel – kabel, pipi – pipa, kaleng makanan dan untuk alat-alat
elektronik.
j. Seng digunakan sebagai logam pelapis antikarat, paduan logam, pembuatan bahan cat putih,
dan antioksidan dalam pembuatan ban mobil.
B.Saran
Manfaatkanlah unsur transisi periode keempat yang ada di bumi dengan sebaik-baiknya dan
tidak berlebihan karena dapat menimbulkan dampak negatif juga serta jangan disalahgunakan
dalam penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Muchtaridi.Sandri Justiana.2007.Kimia Tiga.Yudistira.Jakarta.
http://aminahhareem.blogspot.com/
http://www.amazine.co/27097/skandium-sc-fakta-sifat-kegunaan-efek-kesehatannya/
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/skandium/
vinaarifitriyanti.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur-transisi-periode.html?m=1
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/08/kelimpahan-pembuatan-kegunaan-unsur-
transisi-dampak-negatif-bahaya.html