Pengayaan NonFiksi
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Diah Dwi Jayanti
Fidy Syawalia Chandra
MAN DUMAI
2017/2018
PEMHGAYAAN NONFIKSI
Karangan nonfiksi menurut Aceng Hasani (2005:21) adalah karangan yang berupa data dan
fakta. Jadi tidak ada unsur imajinasi pengarang. Dalam hal ini, Aceng Hasani memberikan
batasan bahwa sebuah karangan dapat digolongkan ke dalam karangan nonfiksi apabila
didalamnya terdapat data-data yang dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, karangan
nonfiksi juga disusun melalui fakta-fakta yang secara nyata terjadi di lapangan tanpa adanya
unsur imajinasi dari pengarang.
Karangan nonfiksi menurut Yeti Mulyati (2004: 7. 3) adalah tulisan yang disusun berdasarkan
kenyataan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah suatu tulisan yang mengandung unsur-
unsur kebenaran dalam pembuatannya dan didapatkan dari kenyataan yang terjadi di
lapangan, maka dapat dikategorikan ke dalam karangan nonfiksi.
Dalam buku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, P. Suparman
Natawijaya (2004: 2.29) mengatakan bahwa jenis bacaan nonfiksi adalah jenis bacaan yang
berbentuk artikel. Dalam jenis bacaan ini yang memegang peranan penting adalah akal dan
pikiran. Dalam hal ini, P. Suparman menyatakan bahwa karangan nonfiksi merupakan suatu
bacaan yang berbentuk artikel. Seperti yang kita ketahui bahwa artikel merupakan karya tulis
lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah. Menurut definisi ini, sebuah artikel
idealnya membahas seluk beluk suatu tema secara tuntas. Dari pernyataan di atas dapat
dikatakan bahwa P. Suparman memberikan batasan bahwa karangan nonfiksi merupakan
suatu tulisan yang berdasarkan realitas atau sesuai dengan kenyataan dan menggunakan akal
serta pikiran sebagai patokan penting dalam pembuatannya.
Karangan nonfiksi menurut Ade Nurdin, Yani Maryani, dan Mumu (2005: 162) adalah jenis
karangan yang disusun berdasarkan sistematika ilmiah dan aturan-aturan rasionalitas atau
kelogisan. Dalam hal ini, Ade Nurdin, dkk. memberikan batasan nonfiksi sebagai suatu
tulisan yang didalamnya mengandung unsur kelogisan dan disusun dengan sistematika
penulisan ilmiah yang baik dan benar.
Dilihat dari keempat pandangan di atas, ditemukan beberapa perbedaan pandangan mengenai
pengertian karangan nonfiksi. Menurut Aceng Hasani, karangan nonfiksi merupakan
karangan yang berupa data-data dan didalamnya mengandung fakta-fakta yang dapat
dibuktikan kebenarannya, tanpa hasil khayalan atau imajinasi dari pengarang. Berbeda halnya
dengan pemaparan yang disampaikan oleh Aceng Hasani, Yeti Mulyati memberikan batasan
bahwa karangan nonfiksi merupakan tulisan yang didalamnya didapatkan dari kenyataan dan
berupa kebenaran tanpa disertai data. Di lain pihak, P. Suparman Natawijaya juga
menyatakan hal yang berbeda dengan Aceng Hasani dan Yeti Mulyati. P. Suparman
menyamakan bentuk karangan nonfiksi dengan artikel yang bersifat realitas. Ade Nurdin juga
memaparkan hal yang berbeda dengan ketiga ahli sebelumnya. Ade Nurdin hanya membatasi
karangan nonfiksi sebagai tulisan yang logis dan disusun dengan sistematika ilmiah tanpa
disertakan dengan fakta, data dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Pandangan antara Yeti Mulyati dengan P. Suparman juga memiliki persamaan. Yeti Mulyati
menempatkan karangan nonfiksi pada kenyataan. Sama halnya dengan P. Suparman yang
menempatkan karangan nonfiksi berdasarkan realitas. Bedanya, P. Suparman menyamakan
bentuk karangan nonfiksi dengan artikel yang tidak disertakan dalam pernyataan Yeti
Mulyati. Pandangan yang dipaparkan oleh Yeti dan Ade juga memiliki perbedaan. Yeti
memberikan batasan karangan nonfiksi sebagai tulisan yang disusun berdasarkan kenyataan.
Sedangkan Ade tidak menyebutkannya, melainkan hanya sebatas karangan yang logis dan
sistematis. Hal yang serupa juga terjadi pada P. Suparman dan Ade Nurdin. P. Suparman
menyatakan bahwa nonfiksi berbentuk seperti artikel. Hal tersebut tidak dipaparkan oleh Ade.
Tetapi Ade juga menyatakan hal yang tidak ada di Suparman, yakni tulisan yang disusun
secara sistematis.
Dari pemaparan keempat ahli di atas mengenai batasan karangan nonfiksi, maka dapat
diartikan bahwa karangan nonfiksi merupakan suatu karangan yang dihasilkan melalui proses
penelitian, baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan dapat dibuktikan
kebenarannya tanpa adanya unsur imajinasi atau khayalan pengarang. Suatu tulisan yang
didalamnya mengandung unsur-unsur fakta dan memiliki data-data yang sah, maka dapat
digolongkan ke dalam karangan nonfiksi. Karangan nonfiksi juga ditulis dengan bahasa yang
baku sesuai dengan EYD yang berlaku secara tepat, jelas dan efektif. Selain itu, karangan
nonfiksi juga disusun secara jelas dan logis dengan sistematika penulisan ilmiah yang baik
dan benar.