Anda di halaman 1dari 7

KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

FAKTOR DEMOGRAFI, PENGETAHUAN IBU TENTANG AIR SUSU IBU DAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Iis Sriningsih*

Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pemerintah Indonesia mempunyai target program pemberian ASI eksklusif se-
Diterima 18 September 2010
Disetujui 29 Oktober 2010
besar 80% dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan kejadian gizi
Dipublikasikan Januari 2011 buruk. Program pemberian ASI ekskusif di Kota Magelang tidak mencapai
40%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor
Keywords: demografi dan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini
Demography factor
Science
merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan belah
Exclusive breastfeeding lintang. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara terhadap 113 ibu bayi
usia 0-6 bulan dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode stratified random sampling pada 27,4% responden yang mem-
beri ASI eksklusif. Mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang tentang
ASI (72,6%). Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu (p=0,043), tingkat
penghasilan (p=0,021), dan pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan
pemberian ASI eksklusif.

Abstract
To decrease infant mortality and incidence of malnutrition, the Government of
Indonesia fixed target of exclusive breastfeeding for 6 months was 80%. Breast-
feeding program in the city of Magelang can not reach 40%. The purpose of this
study was to determine the relationship between demographic factors, knowledges
of mothers with exclusive breastfeeding. This study was an observational study
using cross-sectional approach. The collection of data obtained through interviews
with 113 mothers of infants aged 0-6 months using a questionnaire, sampling was
done by stratified random sampling method. A lot of 27,4% of respondents gave
breastfeeding exclusively. The majority of respondents are very poor in exclusive
breastfeeding informations. There is relationship between mother education level
(p = 0,043), family income (p = 0,021), and knowledge about exclusive breastfee-
ding (p = 0,015) with exclusive breastfeeding.

© 2011 Universitas Negeri Semarang

*
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang 50239
Email: iissriningsih@gmail.com
Iis Sriningsih / KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

Pendahuluan mas Jurang Ombo.


Pemberian Air Susu Ibu secara eksklu-
Konvensi Hak-hak anak tahun 1990 me- sif adalah memberikan ASI saja termasuk ko-
negaskan bahwa tumbuh kembang anak secara lostrum tanpa memberikan makanan serta
optimal merupakan salah satu hak bagi setiap minuman tambahan kepada bayi sejak bayi
anak. UNICEF menyatakan bahwa sebanyak dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan kecua-
30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta li obat dan vitamin (Akerstro’m et al., 2007).
kematian anak balita di dunia setiap tahunnya Dengan perkataan lain pemberian susu for-
dapat dicegah melalui pemberian Air Susu Ibu mula, air matang, air gula dan madu untuk bayi
(ASI) secara eksklusif selama enam bulan sejak baru lahir tidak dibenarkan. Memberikan ASI
lahir tanpa harus memberikan makanan serta berarti memberikan zat-zat yang bernilai gizi
minuman tambahan kepada bayi (Gatra, 2006). tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Gangguan tumbuh-kembang pada anak di ba- dan perkembangan syaraf dan otak, memberi-
wah umur lima tahun (balita) di Indonesia an- kan kekebalan terhadap beberapa penyakit dan
tara lain disebabkan ibu tidak taat dalam mem- mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan
berikan ASI eksklusif kepada bayinya. bayinya (Rebhan et al., 2009; Maiw et al., 2009;
Dalam rangka penurunan angka kema- Agrasada et al., 2011). Bagi bayi ASI merupa-
tian bayi dan kejadian gizi buruk Organisasi kan makanan paling sempurna dimana kandu-
Kesehatan Dunia atau World Health Organiza- ngan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbu-
tion (WHO) pada tahun 2001 merekomendasi- han dan perkembangan yang optimal serta ASI
kan agar bayi baru lahir mendapat ASI eksklu- mengandung unsur yang dapat melindungi,
sif selama enam bulan karena ASI merupakan meningkatkan kesehatan bayi (Depkes, 2002)
makanan yang paling sempurna dan terbaik Keberhasilan pemberian ASI eksklusif
bagi bayi (Kervin et al., 2010; Roelants et al., salah satunya ditentukan oleh faktor pengeta-
2010). Sementara di Indonesia target pemerin- huan ibu tentang ASI. Pengetahuan ibu tentang
tah mengenai program pemberian ASI eksklu- ASI mempunyai peranan yang sangat penting
sif sampai 6 bulan adalah 80 %. Namun, sejauh karena dapat menumbuhkan kesadaran untuk
ini pencapaian cakupan pemberian ASI eksklu- memberikan ASI pada bayinya (Dall’Oglio et
sif masih jauh dari target yang diharapkan se- al., 2007; Declercq et al., 2009). Namun hasil
cara nasional. wawancara terhadap pada 10 ibu yang mempu-
Hasil survei yang dilaksanakan pada ta- nyai bayi usia 6 bulan diperoleh data bahwa 7
hun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance orang telah memberikan makanan tambahan
System (NSS) bekerjasama dengan Balitbang- selain ASI sebelum bayi berusia 4 bulan. Terda-
kes dan Helen Keller International di perkotaan pat 6 orang ibu mempunyai pengetahuan yang
dan pedesaan di beberapa propinsi di Indone- kurang tentang ASI, 4 orang ibu mempunyai
sia menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklu- pengetahuan sedang. Dipilihnya Puskesmas
sif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, Magelang Utara dan Jurang Ombo sebagai lo-
sedangkan di pedesaan 4%-25%. Hasil peneli- kasi penelitian selain karena memiliki cakupan
tian menunjukkan bahwa usia ibu, pendidikan, terendah dan tertinggi juga bila dilihat dari
pekerjaan, jumlah anak, penghasilan keluarga, letak geografi wilayah Puskesmas Magelang
serta pengetahuan ibu berpengaruh terhadap Utara terletak lebih kota (urban), sedangkan
pemberian ASI eksklusif. wilayah Puskesmas Jurang Ombo lebih pinggir
Rendahnya cakupan ASI eksklusif ham- (rural).
pir merata di semua daerah termasuk di Kota Berdasarkan uraian atas dirumuskan
Magelang. Hasil studi pendahuluan yang dila- masalahnya adalah apakah ada hubungan an-
kukan di Kota Magelang diperoleh data bahwa tara faktor demografi dan pengetahuan ibu
pada tahun 2005 bayi yang mendapatkan ASI tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif
eksklusif sebanyak 34,9%, tahun 2006 sebanyak di Puskesmas Magelang Utara dan Puskesmas
27,2%, tahun 2007 sebanyak 16,8%. Cakupan Jurang Ombo kota Magelang.
ASI eksklusif terendah terdapat di Puskesmas Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Magelang Utara, cakupan tertinggi di Puskes- mengetahui hubungan antara faktor demografi

101
Iis Sriningsih / KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

dan pengetahuan ibu tentang ASI dengan pem- (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Populasi
berian ASI eksklusif. dalam penelitian ini sebanyak 344 ibu bayi usia
0-6 bulan di Puskesmas Magelang Utara dan
Puskesmas Jurang Ombo, sedangkan sampel
Metode yang diambil sebesar 113 ibu bayi usia 0-6 bu-
lan.
Penelitian ini merupakan penelitian Alat/instrumen yang dipakai dalam pe-
observasional yaitu menjelaskan hubungan nelitian ini adalah kuesioner. Pada penelitian
antara variabel bebas dengan variabel terikat ini analisis univariat secara deskriptif dengan
melalui pengujian hipótesis yang telah diru- analisis tabulasi silang (baris-kolom). Secara
muskan (Notoatmojo, 2002). Penelitian ini inferensial digunakan uji chi square untuk men-
bersifat deskriptif dan analitik. guji adakah hubungan antara masing-masing
Pendekatan waktu pengumpulan data variabel bebas (faktor demografi, pengetahuan
menggunakan pendekatan cross sectional atau ibu tentang ASI) dengan variabel terikat (pem-
studi potong lintang yang menyatakan bahwa berian ASI eksklusif).
hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat diamati atau dinilai hanya satu kali saja

Hasil

Tabel 1. Distribusi Faktor Demografi dan Pengetahuan Responden di Puskesmas Magelang


Utara dan Jurang Ombo Kota Magelang

Puskesmas
Magelang Utara Jurang Ombo Total
Variabel
n = 63 n = 50
(f) % (f) % (f) %
Umur
< 27 Tahun 26 41,3 22 44,0 48 42,5
≥ 27 Tahun 37 58,7 28 56,0 65 57,5
Tingkat Pendidikan
SD 3 4,8 6 12,0 9 8,0
SMP 8 12,7 4 8,0 12 10,6
SMA 37 58,7 33 66,0 70 61,9
PT 15 23,8 7 14,0 22 19,5
Jumlah Anak
≤ 2 Anak 50 79,4 46 92,0 96 85,0
>2 Anak 13 20,6 4 8,0 17 15,0
Jenis Pekerjaan
Tidak Bekerja 37 58,7 39 78,0 76 67,3
Bekerja 26 42,9 11 22,0 37 32,7
Tingkat Penghasilan
≤ Rp 675.000 39 61,9 33 66,0 72 63,7
> Rp 675.000 24 38,1 17 34,0 41 36,3
Pengetahuan
Pengetahuan Kurang 41 65,1 41 82,0 82 72,6
Pengetahuan Sedang 20 31,7 9 18,0 29 25,7
Pengetahuan Baik 2 3,2 0 0,0 2 1,7

102
Iis Sriningsih / KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

Tabel 2 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif

Puskesmas
Magelang Utara Jurang Ombo Total
Pernyataan n = 63 n = 50
(f) % (f) % (f) %
ASI Eksklusif 15 23,8 16 32,0 31 27,4
Tidak ASI Eksklusif 48 76,2 34 68,0 82 72,6
Jumlah 63 100,0 50 100,0 113 100,0

Tabel 3. Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif


Variabel bebas ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif
p
(f) % (f) %
Kategori umur
< 27 tahun 14 45,2 34 41,5 0,887
≥ 27 tahun 17 54,8 48 58,5
Pendidikan
Pendidikan Sedang–Tinggi 21 67,7 71 86,6 0,043
Pendidikan Rendah 10 32,3 11 13,4
Jumlah Anak
≤2 24 77,4 72 87,8
>2 7 22,6 10 12,2 0,279
Jenis pekerjaan
Tidak Bekerja 24 77,4 52 63,4
Bekerja 7 22,6 30 36,6 0,157
Penghasilan keluarga
≤ Rp 675.000,00 25 80,6 47 57,3
> Rp 675.000,00 6 19,4 35 42,7 0,021
Pengetahuan ibu tentang ASI
Pengetahuan Sedang-Tinggi 14 45,2 17 20,7
Pengetahuan Rendah 17 54,8 65 79,3 0,015

Pembahasan huan yang dimiliki.


Terlepas dari pendidikan yang dimiliki
Pada penelitian ini dapat dilihat penge- oleh responden, pengetahuan tentang ASI yang
tahuan responden yang terdapat pada Tabel 1 masih kurang dapat disebabkan karena kurang
menunjukkan bahwa responden yang mem- lengkapnya informasi tentang ASI yang disam-
punyai pengetahuan yang rendah lebih banyak paikan oleh petugas kesehatan kepada respon-
di Puskesmas Jurang Ombo dibandingkan di den.
Puskesmas Magelang Utara. Jika dihubung- Hasil penelitian ini seperti yang dijelas-
kan dengan gambaran karakteristik responden kan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pembe-
yang terdapat pada Tabel 1 nampak bahwa rian ASI eksklusif di Puskesmas Jurang Ombo
tingkat pendidikan responden di Puskesmas lebih tinggi dibandingkan Puskesmas Mage-
Jurang Ombo lebih rendah dibandingkan di lang Utara, namun demikian angka ini sama-
Puskesmas Magelang Utara. Semakin tinggi sama masih jauh dari target nasional. Apabila
pendidikan seseorang maka semakin cepat un- dihubungkan dengan pengetahuan responden
tuk menerima dan mudah memahami penge- tentang ASI antara responden di Puskesmas
tahuan, sehingga semakin tinggi pula pengeta- Magelang Utara dan Jurang Ombo sama-sama

103
Iis Sriningsih / KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

mempunyai pengetahuan yang rendah. Semen- menjamin mempunyai pengetahuan tentang


tara itu jika dilihat dari karakteristik responden ASI lebih baik (Hornell et al., 1999).
didapatkan bahwa responden di Puskesmas Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan
Magelang Utara berpendidikan lebih tinggi bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak
dibandingkan di Puskesmas Jurang Ombo. dengan pemberian ASI eksklusif. Pada peneli-
Seorang wanita yang mempunyai tingkat pen- tian sebelumnya diperoleh bahwa ibu yang me-
didikan tinggi cenderung untuk menjadi wa- miliki anak sedikit lebih kecil kemungkinan-
nita karier seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa nya untuk menyusui secara penuh. Responden
responden di Jurang Ombo yang secara umum dengan jumlah anak lebih sedikit seharusnya
prosentase tingkat pendidikannya lebih ren- memiliki waktu atau kesempatan lebih be-
dah, lebih banyak yang tidak bekerja sehingga sar untuk memberikan ASI, namun demikian
tingkat penghasilan akan lebih sedikit diban- praktek menyusui tidak hanya dipengaruhi
dingkan dengan responden yang bekerja. oleh jumlah anak. Jumlah anak yang sedikit
Berdasarkan analisis hubungan yang ter- tidak menjamin akan semakin lama pula ibu
dapat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak memberikan ASI. Hal ini dapat terjadi kare-
ada hubungan yang bermakna antara umur na responden memiliki pengetahuan tentang
dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini berbe- ASI yang kurang atau pengalaman menyusui
da dengan penelitian yang dilakukan oleh Tave- masih kurang serta waktu yang dimiliki untuk
ras (2003) bahwa tidak dilanjutkannya menyu- menyusui sedikit karena bekerja.
sui sampai usia 12 minggu lebih banyak terjadi Hasil analisis pada Tabel 3 dapat disim-
pada wanita yang usianya lebih muda (Taveras, pulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis
2003). Kondisi ini dapat terjadi karena pem- pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.
berian ASI eksklusif tidak semata-mata hanya Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dipengaruhi oleh umur ibu akan tetapi dapat bahwa menyusui sampai 6 minggu atau lebih
dapat juga dipengaruhi oleh faktor penghasilan berhubungan dengan pendidikan, jenis peker-
keluarga maupun nasehat tentang menyusui jaan, kecukupan informasi setelah melahirkan.
selama hamil dan informasi menyusui yang cu- Responden yang tidak bekerja seharusnya me-
kup setelah melahirkan akan membuat ibu cen- miliki waktu lebih banyak untuk menyusui. Ke-
derung menyusui (Dall’Olgio et al., 2007). Di- berhasilan ASI eksklusif tidak hanya ditentukan
samping itu adanya niat untuk menyusui akan oleh banyaknya waktu yang dimiliki, namun
meningkatkan pemberian ASI. Menurut teori juga pengetahuan tentang ASI yang dimiliki
Snehandu B.Karr bahwa adanya niat seseorang oleh responden sehingga dapat menumbuhkan
untuk bertindak sehubungan dengan stimulus kesadaran untuk memberikan ASI (Rebhan, et
di luar dirinya (Notoatmojo, 2002). al., 2009)
Hasil analisis pada Tabel 3 memper- Semakin meningkatnya jumlah angka-
lihatkan bahwa ada hubungan antara tingkat tan kerja wanita diberbagai sektor akan menga-
pendidikan dan pemberian ASI eksklusif. kibatkan semakin banyak ibu yang harus me-
Tingkat pendidikan ibu berpengaruh sangat ninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan,
nyata terhadap lamanya pemberian ASI. Hasil setelah habis masa cuti bersalin (Depkes RI,
analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidi- 2005). Jenis pekerjaan yang dimaksud di sini
kan dan penghasilan yang cukup tinggi justru adalah pekerjaan yang menghasilkan uang
menjadikan ibu-ibu tersebut menjadi semakin serta menyangkut lamanya jam kerja yang di-
relatif singkat dalam memberikan ASI (Zulfa- habiskan dalam satu hari maupun kesempatan
neti, 2008). Kondisi ini terjadi karena seseorang menyusui selama bekerja. Bagi ibu-ibu yang
yang mempunyai tingkat pendidikan yang se- bekerja sebagian besar waktunya tersita untuk
makin tinggi pada umumnya ia akan bekerja pekerjaan yang akhirnya waktu menyusui akan
pada jenjang yang relatif tinggi pula. Pada berkurang. Hal ini didukung dari hasil wa-
akhirnya ibu-ibu tersebut, walaupun menyadari wancara dengan ibu yang bekerja bahwa tidak
arti pentingnya ASI, namun tidak memberikan semuanya memiliki waktu menyusui selama
ASI dalam waktu yang relatif lama (Zulfaneti, bekerja serta tidak disediakan tempat untuk
2008). Tingkat pendidikan yang tinggi tidak memerah ASI di tempat kerja. Hal ini berbeda

104
Iis Sriningsih / KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

dengan prinsip 10 langkah menuju keberhasi- pengetahuan, ada hubungan bermakna antara
lan menyusui yang salah satunya mengusaha- tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan
kan keberhasilan menyusui bagi ibu bekerja pemberian ASI eksklusif (Muhtar, 2006). Peng-
dimana tempat bekerja seharusnnya disiapkan etahuan yang baik akan memudahkan seseo-
menjadi mother-friendly working place yang rang untuk merubah perilaku termasuk dalam
mempunyai fasilitas untuk memerah dan me- praktik menyusui. Perilaku ibu untuk mem-
nyimpan ASI (Muhtar, 2006). berikan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor
Namun demikian, sebenarnya apapun penyebab perilaku yang salah satunya adalah
jenis pekerjaan ibu, apabila ibu mempunyai pengetahuan, dimana faktor ini menjadi dasar
pengetahuan yang baik dan mendapatkan in- atau motivasi bagi individu dalam mengambil
formasi yang cukup tentang cara penyimpanan keputusan (Notoatmojo, 2002).
ASI serta persiapan menyusui bagi ibu bekerja,
maka keberhasilan memberikan ASI eksklusif
dapat terwujud. Simpulan dan Saran
Hasil analisis pada Tabel 3 dapat di-
simpulkan bahwa ada hubungan antara peng- Sebanyak 27,4 % responden yang mem-
hasilan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil beri ASI eksklusif. Pengetahuan tentang ASI
analisis menunjukkan bahwa ibu yang mempu- terbanyak adalah dari kategori pengetahuan
nyai penghasilan rendah lebih mungkin untuk kurang (72,6%) dibandingkan pengetahuan
memberikan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai de- sedang (25,7%) dan pengetahuan baik (1,7%).
ngan penelitian sebelumnya bahwa ada hubu- Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
ngan yang signifikan antara pendapatan keluar- (p=0,043), tingkat penghasilan (p=0,021) dan
ga dan pemberian ASI eksklusif dimana wanita pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan
dengan penghasilan tinggi lebih kecil kemung- pemberian ASI eksklusif.
kinannya untuk menyusui. Tingkat penghasi- Disarankan untuk meningkatkan penge-
lan yang mayoritas di bawah UMR, membuat tahuan ibu dengan memberikan penyuluhan
responden mempunyai daya beli yang rendah atau melakukan manajemen laktasi selama an-
untuk membeli susu formula. Sebagaimana di- tenatal, intranatal dan postnatal untuk keber-
ungkapkan dalam teori Lawrence Green, sum- hasilan menyusui secara ekslusif.
ber daya pribadi merupakan faktor anteseden
terhadap perilaku yang memungkinkan suatu
motivasi atau aspirasi terlaksana (Notoatmo- Daftar Pustaka
jo, 2002). Mahalnya harga susu formula akan
Agrasada, G.V., Ewald, U., Kylberg, E. and
membuat seseorang lebih memilih memberi-
Gustafsson, J. 2011. Exclusive Breastfeeding
kan ASI terutama bagi keluarga yang mempun- of Low Birth Weight Infants for The First Six
yai penghasilan rendah. Months: Infant Morbidity and Maternal and
Dari hasil wawancara yang dilakukan Infant Anthropometry. Asia Pac J Clin Nutr,
terhadap responden yang menggunakan susu 20 (l): 62-68
formula mengatakan bahwa biaya yang harus Akerstro’m, S., Asplund, I. and Norman, M. 2007.
dikeluarkan untuk membeli susu setiap bulan- Successful Breastfeeding After Discharge
nya relatif cukup banyak. Apabila satu kaleng of Preterm and Sick Newborn Infants. Acta
susu seharga 50.000 - 70.000, setiap bulan bayi Pædiatrica, 96: 1450–1454
habis 5 kaleng maka praktis setiap bulannya Dall’Oglio, I., Salvatori1, G., Bonci, E., Nantini,
B., D’Agostino, G. and Dotta1, A. 2007.
harus mengeluarkan uang sekitar 250.000 –
Breastfeeding Promotion in Neonatal
350.000 hanya untuk membeli susu. Intensive Care Unit: Impact of a New
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Program Toward a BFHI for High-Risk
ada hubungan antara pengetahuan responden Infants. Acta Pædiatrica, 96: 1626–1631
tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif. Declercq, E., Labbok, M.H., Sakata, C. and O’Hara,
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelum- M.A. 2009. Hospital Practices and Women’s
nya bahwa faktor yang berkaitan dengan pola Likelihood of Fulfilling Their Intention to
pemberian ASI secara eksklusif adalah tingkat Exclusively Breastfeed. American Joumal of

105
Iis Sriningsih / KEMAS 6 (2) (2011) 100-106

Public Health, 99 (5) Allergy, 39: 556–561


Depkes RI. 2002. Panduan Pekan ASI Sedunia. Muhtar. 2006. Beberapa Faktor Yang Berkaitan
2002; Tema Menyusui Ibu Sehat Bayi Sehat, Dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif (Studi
Jakarta. Depkes, Kementrian Pemberdayaan kasus di Kelurahan Moru Kabupaten NTT)
Perempuan, BK.PP-ASI, Depkes Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Depkes RI. 2002. Strategi Nasional Peningkatan Jakarta: PT Rineka Cipta
Pemberian Air Susu Ibu Sampai Tahun 2005. Rebhan, B., Kohlhuber, M., Schwegler, U., Fromme,
Jakarta. Depkes. Depatemen Dalam Negeri. H., Dakn, M.A. and Koletzko, B.V. 2009.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Breastfeeding Duration and Exclusivity
Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Associated with Infants’ Health and Growth:
Perempuan. World Health Organization Data From a Prospective Cohort Study in
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi: Buku Bavaria, Germany. Acta Pædiatrica, 98: 974–
Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan 980
Di Puskesmas. Jakarta. Direktorat Jendral Roelants, M., Hauspie, R. and Hoppenbrouwers, K.
Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi 2010. Breastfeeding, Growth and Growth
Masyarakat Standards: Performance of The WHO
Gatra. 2006. Pernyataan UNICEF ASI Eksklusif Growth Standards for Monitoring Growth of
Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia Belgian Children. Annals of Human Biology,
Hornell, A., Aarts, C., Kylberg, E., Hofvander, Y. 37 (1): 2–9
and Medhin, M.G. 1999. Breastfeeding Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2002. Dasar-dasar
Patterns in Exclusively Breastfed Infants: a Metodologi Penelitian Klinis, edisi ke-2.
Longitudinal Prospective Study in Uppsala, Jakarta: Sagung Seto
Sweden. Acta Pædiatrica, 88: 203-211 Taveras, E.M. et al. 2003. Clinician Support and
Kervin, B.E., Kemp, L. and Pulver, L.J. 2010. Types Psychosocial Risk Factors Associated With
and Timing of Breastfeeding Support and Its Breastfeeding Discontinuation. Pediatrics,
Impact on Mothers’ Behaviours. Journal of 112: 108-115
Paediatrics and Child Health, 46: 85–91 Zulfaneti. Faktor-Faktor Social Ekonomi Yang Mem-
Maiw, X.M., Becker, A.B., Liem, J.J. and Kozyrskyj, pengaruhi Ibu Dalam Menggunakan ASI di
A.L. 2009. Fast Food Consumption Counters Kotamadya Jambi. http://iespfeunja.files.
The Protective Effect of Breastfeeding on wordpress.com/2008/10/zulfaneti-asi.pdf
Asthma in Children? Clinical & Experimental

106

Anda mungkin juga menyukai