Anda di halaman 1dari 36

BAB II

SISTEM MUSCOSKELETAL
Sistem Muscoskeletal terdiri dari muscle (otot) dan skeletal (rangka). Otot
ialah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja
mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Rangka adalah
bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai
tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan
sikap dan posisi.

Gambar 2.1. Rangka Manusia.

II.1. Skeletal
Sistem skeletal atau sistem rangka adalah suatu sistem organ yang
memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi
menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik),
walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari
dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang. Rangka manusia
dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang ditunjang
oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya.
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung
bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang
keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
 Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
 Untuk memberikan suatu sistem pengungkit yang digerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat pada tulang tersebut
 Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain.
 Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum tulang tertentu.
Fungsi Rangka lainnya antara lain.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 27


 Menahan seluruh bagian-bagian badan supaya jangan rubuh.
 Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung dan paru-paru.
 Tempat melekatnya otot-otot dan untuk pergerakan tubuh dengan
perantaraan otot.
 Tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
 Memberikan bentuk pada bangunan tubuh.

II.1.1. Struktur Jaringan Tulang


Struktur tulang dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
 Tulang panjang ditemukan di ekstremitas.
 Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan.
 Tulang pipih pada tengkorak dan iga.
 Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah, dan rahang.
Struktur tulang dewasa terdiri atas:
1. Periosteum: jaringan ikat kuat dan vascular yang melekat erat pada bagian
luar tulang. Periosteum penting untuk penebalan tulang dan perbaikan fraktur.
Membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan
melekat erat pada tulang.
2. Substantia compacta: lapisan luar tulang yang keras dan padat.
3. Substantia spongiosa: bagian dalam tulang, berbentuk trabecula, tersusun
dalam pola yang memungkinkan untuk menahan berat dan tekanan.
4. Cavitas medularis: berisi medulla osseum, merupakan jaringan pembentuk
darah.
Terdapat 2 macam perkembangan tulang atau ossifikasi, yaitu:
 Enchondral: terjadi pada tulang panjang, di mana perkembangan tulang
berasal dari kartilago, diubah menjadi tulang.
 Intramembranosa: tulang berkembang langsung dari jaringan ikat. Contohnya
adalah pada tulang-tulang cranium dan os sesamoidea.

Struktur Jaringan Tulang


a. Jaringan Penguat

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 28


Jaringan penguat disebut juga jaringan penyokong atau jaringan
penunjang. Yang termasuk jaringan penguat adalah:
1. Jaringan Ikat
Jaringan ikat terdiri dari serabut, sel-sel dan cairan ekstraseluler. Cairan
ekstraseluler dan serabut disebut matriks. Fungsi jaringan ikat adalah mengikat
atau mempersatukan jaringan-jaringan menjadi organ dan berbagai organ menjadi
sistem organ, menjadi selubung organ dan melindungi jaringan atau organ tubuh.
Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan ikat dibedakan menjadi dua:
a. Jaringan ikat longgar
Ciri-ciri : sel-selnya jarang dan sebagian jaringannya tersusun atas matriks
yang mengandung serabut kolagen dan serabut elastis. Jaringan ikat longgar
terdapat di sekitar organ-organ, pembuluh darah dan saraf.
Fungsinya untuk membungkus organ-organ tubuh, pembuluh darah dan
saraf.
b. Jaringan ikat padat
Nama lainnya jaringan ikat serabut putih, karena terbuat dari serabut kolagen
yang berwarna putih. Jaringan ini terdapat pada selaput urat, selaput
pembungkus otot, fasia, ligamen dan tendon. Fasia adalah jaringan ikat
berbentuk lembaran yang menyelimuti otot. Ligamen adalah jaringan ikat
yang berperan sebagai penghubung antar tulang.Tendon adalah ujung otot
yang melekat pada tulang. Fungsinya untuk menghubungkan berbagai organ
tubuh seperti otot dengan tulang-tulang, tulang dengan tulang, juga
memberikan perlindungan terhadap organ tubuh.

2. Jaringan Tulang Rawan (Kartilago)


Jaringan tulang rawan pada anak-anak berasal dari jaringan embrional
yang disebut mesenkim, pada orang dewasa berasal dari selaput tulang rawan atau
perikondrium yang banyak mengandung kondroblas atau pembentuk sel-sel tulang
rawan. Fungsinya untuk menyokong kerangka tubuh. Ada 3 macam jaringan
tulang rawan :
a. Kartilago hialin

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 29


Matriksnya bening kebiruan. Terdapat pada permukaan tulang sendi,
cincin tulang rawan pada batang tenggorok dan cabang batang tenggorok, ujung
tulang rusuk yang melekat pada tulang dada dan pada ujung tulang panjang.
Kartilago hialin merupakan bagian terbesar dari kerangka embrio juga
membantu pergerakan persendian, menguatkan saluran pernafasan, memberi
kemungkinan pertumbuhan memanjang tulang pipa dan memberi kemungkinan
tulang rusuk bergerak saat bernafas.
b. Kartilago fibrosa
Matriksnya berwarna gelap dan keruh. Jaringan ini terdapat pada
perekatan ligamen-ligamen tertentu pada tulang, persendian tulang pinggang, pada
calmam antar ruas tulang belakang dan pada pertautan antar tulang kemaluan kiri
dan kanan. Fungsi utama untuk memberikan proteksi dan penyokong.
c. Kartilago elastik
Matriksnya berwarna keruh kekuning-kuningan. Jaringan ini terdapat pada
dawn telinga, epiglottis, pembuluh eustakius dan laring.

Gambar 2.2. Jaringan Tulang Rawan.

3. Jaringan Tulang
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang atau osteon yang tersimpan di
dalam matriks, matriksnya terdiri dari zat perekat kolagen dan endapan garam-
garam mineral terutama garam kalsium (kapur). Tulang merupakan komponen
utama dari kerangka tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan
tempat melekatnya otot kerangka.
Tulang dapat dibagi menjadi 2 macam :
a. Tulang keras, bila matriks tulang rapat dan padat. Contoh : tulang pipa.
b. Tulang spons, bila matriksnya berongga. Contoh : tulang pendek.

Gambar 2.3. Jaringan Tulang.

4. Jaringan Darah
Merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 30


Bagian-bagian dari jaringan darah adalah :
a. Sel darah
Dibagi menjadi sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengangkut
oksigen dan sel darah putih (lekosit) berfungsi untuk melawan benda-benda
asing yang masuk ke dalam tubuh.
b. Keping-keping darah (trombosit)
Berfungsi dalam proses pembekuan darah.
c. Plasma darah
Komponen terbesar adalah air, berperan mengangkut sari makanan, hormon,
zat sisa hasil metabolisms, antibodi dan lain-lain.

5. Jaringan Limfe/Getah Bening


Asal jaringan limfe adalah bagian dari darah yang keluar dari pembuluh
darah, komponen terbesarnya adalah air dimana terlarut zat-zat antara lain
glukosa, garam-garam, asam lemak. Komponen selulernya adalah limfosit.
Jaringan limfe menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe. Fungsi
jaringan limfe selain untuk kekebalan tubuh (adanya limfosit) juga untuk
mengangkut cairan jaringan, protein, lemak, garam mineral dan zat-zat lain dari
jaringan ke sistem pembuluh darah.

II.2.2. Klasifikasi tulang


Berdasarkan bentuknya tulang dibagi menjadi berikut.
1. Os longum (tulang panjang): panjang tulang lebih dominan dibanding lebar.
Tulang panjang banyak ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan
berbentuk silindris, serta terdiri dari diafisis dan empifisis. Fungsi tulang ini
adalah untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan. Contoh:
humerus, radius, phalanges dll.
2. Os breve: panjang dan lebar tulang seimbang. Contoh: ossa carpi, ossa tarsi.
3. Os planum (tulang pipih): tulang berbentuk pipih. Struktur tulang yang mirip
lempeng ini memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan
memberikan perlindungan. Dua lempeng tulang kompak (dikenal sebagai

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 31


tabula luar dan tabula dalam pada kranium) membungkus lapisan berongga
(diploe) Contoh: costae, scapula, sternum.
4. Os irregulare: bentuk tidak beraturan. Contoh: coxae, os sphenoidale.
5. Os pneumaticum: di dalam tulang terdapat rongga udara (sinus). Contoh: os
frontale, os ethmoidale, os maxillare.
Klasifikasi tulang terdiri dari sebagai berikut.
a. Rangka Aksial (rangka sumbu)
1). Tulang tengkorak
Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak, organ pendengaran dan
organ penglihatan. Hubungan antar tulang yang terdapat pada tempurung kepala
termasuk jenis suture, yaitu tidak ada gerak.

Bagian Tulang Tengkorak Nama tulang penyusun Jumlah


Tulang tempurung (kranium) Tulang dahi (Frontalis) 1
Tulang ubun-ubun (Parietalis) 2
Tulang pelipis (Temporalis) 2
Tulang kepala belakang (Osipitalis) 1
Tulang baji (Stenoid) 1
Tapis (Ethmoid) 1
Tulang wajah Tulang rahang atas (Maksilaris) 2
Tulang hidung (Nasalis) 2
Tulang pipi (Zigomatikus) 2
Tulang air mata (Lakrimalis) 2
Tulang langit-langit (Palatinus) 2
Tulang konka nasalis inferior 2
Tulang rahang bawah (Mandibula) 1
Tulang vomer 1

2). Tulang hioid


Tulang hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak
di antara laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya
beberapa otot mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 32


Tulang hioid adalah tulang berbentuk tapal kuda yang unik karena tidak
berartikulasi dengan tulang lain. Tulang hioid ini ditopang oleh ligamen dan otot
dari prosesus stiloideus temporal.

Gambar 2.4. Tulang Hioid


3). Tulang belakang (vertebrae)
Tulang belakang atau yang disebut dengan vertebrae (baca: vertebre)
berfungsi menyangga berat tubuh.
Bagian tulang Nama tulang penyusun Jumlah
Tulang Tulang leher (Serviks) 7
belakang Tulang punggung (Thorax) 12
Tulang pinggang (Lumbar) 5
Tulang selangkang (Sacrum) Pada bayi ada 5, ketika
dewasa berfungsi menjadi 1
Tulang ekor (Koksigea) Pada bayi ada 4

4) Tulang dada (sternum) dan Tulang rusuk (costa)


Tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costa) bersama-sama membentuk
perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada, yaitu paru-paru
dan jantung. Tulang rusuk (costa) juga berhubungan dengan tulang belakang
(vertebrae).
Bagian tulang Nama tulang Jumlah
penyusun
Tulang dada Manubrium 1
(Sternum) Gladiolus 1
Xifoid 1
(namun setelah dewasa ketiga
tulang ini berfusi menjadi 1)
Tulang rusuk (Costa) Tulang rusuk sejati 7
Tulang rusuk palsu 3
Tulang rusuk 2
melayang

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 33


b. Rangka Apendikuler
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka
apendikuler terdiri atas bahu, tulang-tulang tangan, telapak tangan, panggul,
tungkai, dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak,
tangan dan kaki.

Bagian atas Tulang selangka (Klavikula) 2


Tulang belikat (Skapula) 2
Tulang pangkal lengan (Humerus) 2
Tulang hasta (Ulna) 2
Tulang pengumpil (Radius) 2
Tulang pergelangan tangan 16 (8 pada tiap
(Karpal): tangan)
Skafoid 2
Lunate 2
Triquetrum 2
Pisiform 2
Trapesium 2
Trapesoid 2
Kapitatum 2
Hamate 2
Tulang telapak tangan (Metakarpal) 10
Jari tangan (Falanges) 28
Bagian Tulang koksa atau inomiat 2 (masing-masing
bawah merupakan
gabungan dari 3
tulang di kiri dan
Ileum kanan)
Ischium 1
Pubis 1
Tulang paha (Femur) 1
Tulang lutut (Patella) 2

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 34


Tulang betis (Fibula) 2
Tulang kering (Tibia) 2
Tulang pergelangan kaki (Tarsal): 2
Kalkaneus 14 (7 pada tiap kaki)
Talus 2
Kuboid 2
Navikular 2
Kuneformis 2
Tulang telapak kaki (Metatarsal) 6
Jari kaki (Falanges) 10
28

II.1.3. Tulang Tengkorak, Rangka Dada, Tulang Belakang, Panggul,


Ekstremitas Atas dan Bawah
 Tulang Tengkorak
Tulang Tengkorak Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang
menyusun kerangka kepala. Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang
menyusun kepala dan empat belas tulang yang menyusun bagian wajah. tulang
tengkorak bagian kepala merupakan bingkai pelindung dari otak. Sendi yang
terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati yang disebut
sutura.

Gambar 2.5. Tulang Tengkorak

 Bagian Kranial
Membungkus dan melindungi otak.
a) Tulang Frontal membungkus dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-
langit orbita (kantong mata).
 Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi dua belahan
yang pada masa kanak-kanak awal berfungsi dengan penuh.
 Tuberositas frontal adalah dua tonjolan yang berada ukuran dan biasanya lebih
besar pada tengkorak muda

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 35


 Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat dan menyatu secara
medial oleh suatu elevasi halus yang disebut glabela
 Tepi supraorbital yang terletak di bawah lengkungan supersiliar dan
membentuk tepi orbita bagian atas. Foramen supraorbital (atau takik pada
beberapa tengkorak) merupakan jalan masuk arteri dan saraf.
b) Tulang parietal membentuk sisi dan langit-langit kranium.
 Sutura sagital, yang menyatukan tulang parietal kiri dan kanan, adalah
sendi mati yang disatukan fibrokartilago.
 Sutura koronal menyambung tulang parietal ke tulang frontal.
 Sutura lambdoidal menyambung tulang parietal ke tulang oksipital.
c) Tulang oksipital membentuk bagian dasar dan bagian belakang kranium.

Gambar 2.6. Tulang Tengkorak dari Sudut Depan.

 Foramen magnum adalah pintu oval besar yang dikelilingi tulang oksipital.
Foramen ini menghubungkan rongga kranial dengan rongga spinal.
 Protuberans oksipital eksternal adalah suatu proyeksi yang mencuat di atas
foramen magnum.
 Kondilus oksipital adalah dua prosesus oval pada tulang oksipital yang
berartikulasi dengan vertebra serviks pertama, atlas.
d) Tulang temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium.
Setiap tulang temporal ireguler terdiri dari empat bagian;
1) Bagian skuamosa, bagian terbesar, merupakan lempeng pipih dan tipis yang
membentuk pelipis. Prosesus zigomatikus menonjol dari bagian skuamosa
pada setiap tulang temporal. Tonjolan tersebut bertemu dengan bagian
temporal dari setiap tulang zigomatikus untuk membentuk arkus zigomatikus.
2) Bagian petrous terletak di dalam dasar tengkorak dan tidak dapat dilihat dari
samping. Bagian ini berisi struktur telinga tengah dan telinga dalam
3) Bagian mastoid terletak di belakang dan di bawah liang telinga. Prosesus
mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba di belakang telinga.
 Pada orang dewasa prosesus mastoideus mengandung ruang-ruang udara,
yang disebut sel-sel udara mastoid (sinus), dan dipisahkan dari otak oleh
sekat tulang yang tipis.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 36


 Inflamasi pada sel udara mastoid (mastoiditis) dapat terjadi akibat infeksi
telinga tengah yang tidak diobati.
4) Bagian timpani terletak di sisi inferior bagian squamosa dan sisi anterior dari
bagian mastoid. Timpani berisi saluran telinga (meatus auditori eksternal) dan
memiliki prosesus stiloid yang ramping untuk melekat pada ligamen stiloid.
e) Tulang etmoid adalah struktur penyangga penting dari rongga nasal dan
berperan dalam pembentukan orbita mata. Tulang ini terdiri dari empat
bagian.
1) Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit-langit rongga nasal
dan terperforasikan untuk jalur saraf olfaktori. Bagian krista galli (disebut
demikian karena kemiripannya dengan jengger ayam jantan) adalah
prosesus halus triangular yang menonjol ke dalam rongga kranial di atas
lempeng kribriformis dan berfungsi sebagai tempat perlekatan pelapis
otak.
2) Lempeng perpendikular menonjol ke arah bawah di sudut kanan lempeng
kribriform dan membentuk bagian septum nasal yang memisahkan dua
rongga nasal.
3) Massa lateral mengandung sel-sel udara atau sinus etmoid tempat
mensekresi mukus.
4) Konka nasal superior dan tengah, atau turbinatum, menonjol secara medial
dan berfungsi untuk memperluas area permukaan rongga nasal. (konka
nasal inferior merupakan tulang tersendiri).
f) Tulang sfenoid berbentuk seperti kelelawar dengan sayap terbentang. Tulang
ini membentuk dasar anterior kranium dan berartikulasi ke arah lateral dengan
tulang temporal dan ke arah anterior dengan tulang etmoid dan tulang frontal.
 Badan sfenoid memiliki suatu lekukan, sela tursika atau “Pelana Turki”,
yang menjadi tempat kelenjar hipofisis.
 Sayap besar dan sayap kecil menonjol ke arah lateral dari badan tulang.
 Prosesus pterigoid menonjol ke arah inferior dari badan tulang dan
membentuk dinding rongga nasal.
g) Osikel auditori tersusun dari maleus, inkus, dan stapes (tapal kuda). Fungsinya
dalam proses pendengaran.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 37


h) Tulang wormian adalah tulang kecil, yang jumlahnya bervariasi, dan terletak
dalam sutura.

 Kerangka wajah
Tulang-tulang wajah tidak bersentuhan dengan otak. Tulang tersebut
disatukan sutura yang tidak dapat bergerak. Kecuali pada mandibula atau rahang
bawah.
a. Tulang –tulang nasal membentuk penyangga hidung dan berartikulasi dengan
septum nasal.
b. Tulang-tulang palatum membentuk bagian posterior langit-langit mulut
(langit-langit keras), bagian tulang orbital, dan bagian rongga nasal
c. Tulang-tulang zigomatik (malar) membentuk tonjolan pada tulang pipi. Setiap
prosesus temporal berartikulasi dengan prosesus zigomatikus pada tulang
temporal.
d. Tulang-tulang maksilar membentuk rahang atas.
 Prosesus alveolar mengandung soket gigi bagian atas
 Prosesus zigomatikus memanjang ke luar untuk bersatu dengan tepi
infraorbital pada orbita. Foramen infraorbital memperforasi maksila di setiap
sisi untuk mentransmisi saraf dan pembuluh darah ke wajah.
 Prosesus palatinus membentuk bagian anterior pada langit-langit keras.
 Sinus maksilar, yang kosong sampai ke rongga nasal, merupakan bagian dari
empat sinus paranasal.
e. Tulang lakrimal berukuran kecil dan tipis, serta terletak di antara tulang
etmoid dan maksila pada orbita. Tulang lakrimal berisi suatu celah untuk
lintasan duktus lakrimal, yang mengalirkan airmata ke rongga nasal.
f. Tulang vomer membentuk bagian tengah dari langit-langit keras antara
palatum dan maksila, serta turut membentuk septum nasal.
g. Konka nasal inferior (turbinatum).
h. Mandibula adalah tulang rahang bagian bawah
1) Bagian alveolar berisi soket gigi bawah
2) Ramus mandibular yang terletak di kedua sisi rahang memiliki dua prosesus.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 38


 Prosesus kondiloid berfungsi untuk artikulasi dengan tulang temporal pada
fosa mandibular
 Prosesus koronoid berfungsi sebagai tempat perlekatan otot temporal.
 Sinus paranasal (frontal, etmoidal, sfenoidal, dan maksilar) terdiri dari ruang-
ruang udara dalam tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga nasal.
Sinus tersebut berfungsi sebagai berikut :
 Untuk memperingan tulang-tulang kepala
 Untuk memberikan resonansi pada suara dan membantu dalam proses
berbicara
 Untuk memproduksi mukus yang mengalir ke rongga nasal dan membantu
menghangatkan serta melembabkan udara yang masuk.

 Rangka dada
1. Tulang Dada
Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. pada
sisi kiri dan kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama
dengan rusuk, tulang dada memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan
pembuluh darah besar dari kerusakan. Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:
a. Tulang hulu / manubrium. terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat
melekatknya tulang rusuk yang pertama dan kedua.
b. Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya tulang
rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai
sepuluh.
c. Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang
dada. Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
2. Tulang Rusuk
Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. bersama-sama
dengan tulang dada membentuk rongga dada untuk melindungi jantung dan paru-
paru. Tulang rusuk dibedakan atas tiga bagian yaitu:
a. Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang rusuk ini pada
bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 39


ujung depannya berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang
rawan.
b. Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran
lebih pendek dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang
berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ketiga ujung tulang
bagian depan disatukan oleh tulang rawan yang melekatkannya pada satu titik
di tulang dada.
c. Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada ujung belakang
berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya
bebas.
Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1). melindungi jantung dan paru-paru dari goncangan; 2). melindungi
lambung, limpa dan ginjal; 3). membantu pernapasan.

Gambar 2.7. Tulang pada Rongga Toraks

 Ruas-ruas Tulang Belakang


Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh 33
buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. Ruas-ruas tulang belakang berfungsi
untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan, menyokong kepala dan
tangan, serta tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ. Ke-33 buah
tulang tersebut terbagai atas 5 bagian yaitu:
a. tujuh ruas pertama disebut tulang leher. Ruas pertama dari tulang leher disebut
tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros. bentuk dari
tulang atlas memungkinkan kepala untuk melakukan gerakan atau goyangan
"ya" atau goyangan "tidak".
b. Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-ruas tulang
punggung pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat melekatnya
tulang rusuk.
c. Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukurannya lebih besar
dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang pinggang menahan sebagian
besar berat tubuh dan banyak melekat otot-otot.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 40


d. Lima ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga
terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.
e. bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor (coccyx),
tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu.

Gambar 2.8. Ruas-ruas Tulang Belakang

 Tulang anggota gerak atas (extremitas superior)

Gambar 2.9. Tulang anggotaa gerak atas

Tulang anggota gerak atas terdiri dari :


a. Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa,
ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian
bawah memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius
dan ulna.
b. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar
dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius
memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan
ulna.
c. karpal/pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling
dihubungkan oleh ligamen.
d. metakarpal/telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian
atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian
bawah berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges).
e. Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari
tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2
buah tulang.
 Tulang anggota gerak bawah (ektremitas inferior)
a. Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai
dari gelang panggul sampai ke lutut.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 41


b. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal
berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan
kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena
berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan
tempat melekatnya beberapa otot.

Gambar 2.10. Tulang Anggota Gerak Bawah.

c. Patela/tempurung lutut. Terletak antara femur dengan tibia, bentuk


segitiga. Patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan
kekuatan pada tendon yang membentuk lutut.
d. Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun
atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.
e. Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang
tersesun mendatar.
f. Palanges / tulang jari-jari tangan. Tersusun tiap jari tersusun atas 3 tulang
kecuali tulang ibu jari atas 14 tulang.
 Panggul

Gambar 2.11. Tulang Panggul

Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada anak
anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian
atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang pubis (di bagian tengah).
Dibagian belakang dari gelang panggul terdapat tulang sakrum yang
merupakan bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan
terdapat simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua
tulang pubis. Fungsi gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan
bersama-sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung organ-
organ bawah.
Bagian-bagian tulang panggul adalah bagian tulang yang terdiri dari tulang
tulang panggul dengan sendi-sendinya (artikulasio). Bagian keras pelvis yang
dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 42


pelvis mayor yaitu mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas dll
pelvis minor yaitu tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus,
ovarium, vagina, kandung kemih, dll.
a) Panggul Besar (Pelvis Mayor)
Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :
 2 buah tulang pangkal paha ( os coxae )
Tulang coxae (tulang pangkal paha) terdiri atas 3 buah tulang kecil yang
berhubungan satu sama lain. Dua tulang pangkal paha berhubungan dengan tulang
selangkang sebelah kiri dan kanan tulang pangkal paha ini berhubungan satu
dengan lainnya pada acetabulum, yaitu mangkok tempat dari kepala tulang paha
(kaput femoris). Pada orang dewasa, tulang pangkal paha tersebut kelihatan
seperti satu tulang, akan tetapi asal mulanya terjadi dari 3 buah tulang, yaitu :
tulang usus(os ilium), tulang duduk (os ischium) dan tulang kemaluan (os pubis),
yang dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2.12. Pelvis Wanita

1. tulang usus (os. Ilium)


Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan
bagian belakang tulang panggul. Batas atasnya merupakan penebalan tulang
yang disebut crista iliaca. Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol :
spina iliaca anterior superior dan spina iliaca posterior superior
2. tulang duduk (os. Ischium)
Terdapat disebelah bawah tulang usus. Pinggir belakang menonjol : spina
ischiadica. Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat
duduk disebut tuber ischiadicum
3. tulang kemaluan (os. Pubis)
Terdapat disebelah bawah dan depan tulang usus. Dengan tulang duduk
dibatasi foramen obturatum. Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan
tulang usus: ramus superior ossis pubis.
Tulang-tulang yang disebutkan di atas satu sama lainnya saling
berhubungan. Hubungan dari masing-masing tulang tersebut antara lain :

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 43


- di depan,terdapat hubungan antara kedua os pubis (tulang kemaluan) kanan
dan kiri yang disebut simfisis.
- di belakang, terdapat artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum
(tulang selangkang) dengan os ilium (tulang usus).
- di bawah,terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os
sakrum(tulang belakang) dengan os koksigis (tulang tungging).
 1 buah tulang selangkang (os sakrum)
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan
mengecil dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua
tulang pangkal paha. Terdiri dari lima ruas tulang yang berhubungan erat. Batas-
batas dari os sacrum yaitu :
articulatio sakro illiaca ( batas kanan dan kiri )
prosesus lumbal ke 5 ( batas belakang atas )
coccygis ( batas bawah )
promontorium ( batas depan atas )
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai
petunjuk saat melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan promontorium.
Pada bagian anterior memanjang sampai illium dinamakan sayap sacrum. Lubang
yang terdapat pada bagian depan dinamakan foramina sacralia anteriora. Lubang
yang terdapat pada bagian belakang dinamakan foramina sacralia posteriora. Pada
vertebra terdapat bagian yang berduri yang dinamakan krista sakralia. Pada bagian
samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha
dengan perantara articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging.

Gambar 2.13. Bagian Pelvis

 1 buah Tulang tungging (os coccygis)


Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu. Pada persalinan ujung
tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah
panggul bertambah besar. Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi
lebar dari ukuran panggul dalam.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 44


b) Panggul Kecil (pelvis minor)
Panggul kecil (pelvis minor) terbentuk oleh 4 buah tulang. Panggul kecil
dalam ilmu kebidanan mempunyai arti yang penting karena merupakan tempat
alat reproduksi wanita yang membentuk jalan lahir. Panggul kecil dibentuk oleh 4
buah bidang yaitu :
 pintu atas panggul (pap)/ inlet, dibentuk oleh :
1. Promontorium
2. sayap os. Sacrum
3. linea terminalis/ I gament kanan dan kiri
4. ramus superior ossis pubis kanan dan kiri
5. pinggir atas simfisis pubis
 pintu tengah panggul (ptp)/ midlet, dibentuk oleh 2 buah bidang yaitu :
 bidang luas panggul, bidang luas panggu dibentuk oleh pertengahan
simfisis menuju pertemuan os. Sacrum 2 dan 3.
 bidang sempit panggul, bidang sempit panggul dibentuk oleh tepi
bawah simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong os. Sacrum
setinggi 1-2 cm diatas ujungnya.
 pintu bawah panggul (pbp)/ outlet
Pintu bawah panggul bukanlah merupakan satu bidang tetapi terdiri dari
dua segitiga dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis
ischiadica dengan dibatasi arcus pubis, sedangkan segitiga belakang dasarnya
tuber ossis ischiadica dengan dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kiri dan
kanan.
Bentuk-Bentuk Panggul
Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :
a. Panggul Gynecoid : bentuk panggul ideal, bulat dan merupakan jenis panggul
tipikal wanita
b. Panggul Android : bentuk PAP seperti segitiga, merupakan jenis jenis panggul
tipikal pria
c. Panggul Antropoid : bentuk PAP seperti elips, agak lonjong seperti telur
d. Panggul Platipeloid : bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak, menyempit
arah muka belakang.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 45


Gambar 2.14. Bentuk Panggul
Ukuran – Ukuran Panggul
Panggul Luar
 Distansia Spinarum : diameter kedua spina iliaka anterior superior ka/ki dari
24 – 26 cm
 Distansia kristarum : diameter terbesar antara kedua crista iliaka kanan dan
kiri 28 – 30 cm
 Distansia boudeloque / konjugata eksterna : diameter antara lumbal -5 dengan
tepi atas symfisis pubis 18-20 cm
Ketiga distansia ini di ukur dengan jangka panggul. Lingkar panggul yaitu
jarak antara tepi atas simfisis pubis kepertengahan antara trokhanter dan spina
iliaka anterior superior kemudian ke lumbal 5 kembali kesisi sebelahnya sampai
kembali ketepi atas simfisis pubis. Di ukur dengan metlin. Normal 80 – 90 cm.

II.2. Sendi
Pada kerangka tubuh manusia terdapat kurang lebih 200 tulang yang saling
berhubungan. Hubungan antar tulang disebut sendi atau artikulasi. Jadi, Sendi
adalah tempat pertemuan antara dua tulang sehingga tulang dapat digerakan. Pada
sistem gerak manusia, persendian mempunyai peranan penting dalam proses
terjadinya gerak. Artrologi: ilmu yang mempelajari persendian.
Persendian atau artikulasi merupakan hubungan antar tulang-tulang yang
membentuk sistem gerak pada manusia. Persendian berperan penting dalam
proses gerak yang dilakukan oleh manusia. Gerakan antara tulang yang satu
dengan tulang yang lainnya pada persendian di ikat oleh jaringan yang disebut
ligamen. Gerakan pada persendian dilapisi oleh minyak sendi, jika minyak sendi
pada tulang habis maka gerakan pada persendian akan menyebabkan rasa sakit
yang luar biasa.
Gambar 2.15. Persendian

II.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Gerakan


a. Sendi-sendi Tak Bergerak (Immovable Joints)

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 46


1. Synarthroses (tak bergerak) : sendi-sendi fibrous ini dapat meminimalkan
gaya yang terjadi (shock absorber) tetapi memberikan sedikit atau tidak
ada gerakan pada tulang yang membentuk sendi.
2. Sutura : pada sendi ini, alur-alur yang tidak beraturan dari lapisan tulang
saling merapat membentuk sendi dan dihubungkan dengan kuat oleh
serabut-serabut yang bersambung dengan periosteum. Serabut-serabut
tersebut mulai mengeras pada awal usia remaja dan pada akhirnya diganti
dengan sempurna oleh tulang. Sebagai contoh pada tubuh manusia adalah
sutura tengkorak.
3. Syndesmoses : pada sendi ini, jaringan fibrous yang padat mengikat tulang
secara bersamaan, memberikan gerakan yang sangat terbatas. Sebagai
contoh adalah coracoacromial, mid-radioulnar, mid-tibiofibular dan
inferior tibiofibular joints.
b. Sendi-sendi yang Sedikit Bergerak
1. Amphiarthroses : sendi-sendi kartilaginous ini dapat meminimalkan gaya
yang terjadi dan memberikan lebih banyak gerakan daripada synarthrodial
joint.
2. Synchondroses : pada sendi ini, tulang yang membentuk sendi
dipertahankan secara bersamaan oleh lapisan cartilago hyalin yang
tipis. Sebagai contoh adalah sternocostal joint dan epiphyseal plates
(sebelum ossification/mengeras).
3. Symphyses : pada sendi ini, dataran cartilago hyalin yang tipis dipisahkan
oleh sebuah diskus fibrocartilago dari tulang. Sebagai contoh adalah sendi-
sendi vertebra dan symphisis pubis.
c. Sendi-sendi yang Bebas Bergerak
Diarthroses atau synovial : pada sendi ini, permukaan tulang yang
membentuk sendi tertutup dengan cartilago sendi, kapsul sendi yang
membungkus sendi, dan membran sinovial yang membatasi kapsul sendi
bagian dalam dimana terdapat cairan yang mengeluarkan suatu
pelumas/lubrikasi dikenal sebagai cairan sinovial.
Menurut sifat gerakannya persendian (sendi) dapat dibedakan menjadi tiga
(3 macam) yaitu :

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 47


a. Sendi Mati yaitu persendian yang tidak memiliki celah sendi sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pergerak kan, misalnya persendian antar tulang
tengkorak.
b. Sendi Kaku yaitu persendian yang terdiri dari ujung-ujung tulang rawan,
sehingga masih memungkinkan terjadinya gerak yang sifatnya kaku, misalnya
persendian antara ruas- ruas tulang sendi kaku.
c. Sendi Gerak yaitu persendian yang terjadi pada tulang satu dengan tulang
yang lain tidak dihubungkan dengan jaringan sehingga terjadi gerakan yang
bebas. Sedangkan sendi gerak dapat dibedakan menjadi 6 macam, tetapi pada
saat ini hanya akan dibahas 6 macam sendi, diantaranya:
1) Sendi Engsel yaitu persendian yang dapat digerakan kesatu arah.
Contohnya : persendian antara tulang paha dengan tulang betis dan persendian
antara tulang lengan dengan tulang hasta
2) Sendi Putar yaitu persendian yang dapat digerakan secara berputar
Contohnya : persendian antara tulang leher dengan tulang atlas dan persendian
antara hasta dengan tulang pengumpil
3) Sendi Peluru yaitu persendian yang dapat digerakan kesegala arah
Contohnya : persendian antara gelang bahu dengan tulang lengan atas dan
persendian antara gelang panggul dengan tulang paha
4) Sendi Pelana yaitu persendian yang dapat digerakan kedua arah
Contohnya : persendian pada ibu jari tangan dan persendian antara tulang
pergelangan tangan dengan Tulang tapak tangan
5) Sendi luncur Merupakan hubungan antar tulang yang menghasilkan gerakan
badan dapat melengkung ke depan dan ke belakang ataupun gerakan memutar
badan. Contoh sendi luncur ialah hubungan antar tulang pada pergelangan
kaki.
6) Sendi geser Merupakan hubungan antar tulang yang menghasilkan gerak
menggeser. Contoh sendi geser ialah hubungan antar tulang belakang.

II.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Struktur


1. Sendi Fibrosa
Gambar 2.16. Sendi Fibrosa

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 48


Tulang-tulang sendi fibrosa digabungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Tidak
ada rongga, atau ruang yang hadir antara tulang, sehingga sebagian besar sendi
fibrosa tidak bergerak sama sekali. Ada tiga jenis sendi fibrosa yaitu:
sutura, Syndesmosis, dan gomphosis. Sutura hanya ditemukan pada tengkorak dan
memiliki serat pendek dari jaringan ikat yang memegang tulang tengkorak erat di
tempat.
2. Sendi kartilaginosa
Sendi Kartilaginosa adalah mereka di mana tulang dihubungkan oleh
tulang rawan. Ada dua jenis sendi kartilaginosa : synchondrosis dan simfisis.
Dalam sendi synchondrosis, tulang bergabung dengan tulang rawan hialin.
Synchondrosis ditemukan pada lempeng epifisis tumbuh tulang pada anak-anak.
Dalam simfisis, tulang rawan hialin meliputi ujung tulang, tetapi hubungan antara
tulang terjadi melalui fibrokartilago. Simfisis ditemukan pada sendi antara tulang
dan antara tulang kemaluan. Amphiarthrosis memungkinkan gerakan hanya
sedikit; Oleh karena itu, kedua jenis sendi tulang rawan adalah amphiarthrosis.
Gambar 2.17. Sendi Kartilago
3. Sendi Sinovial
Gambar 2.18. Sendi Sinovial

Sendi sinovial adalah satu-satunya sendi yang memiliki ruang antara


tulang perbatasan. Ruang ini, disebut sebagai rongga sinovial (atau bersama), diisi
dengan cairan sinovial. Cairan sinovial melumasi sendi, mengurangi gesekan
antara tulang dan memungkinkan untuk gerakan yang lebih besar. Ujung-ujung
tulang ditutupi dengan kartilago artikular, tulang rawan hialin. Seluruh sendi
dikelilingi oleh kapsul artikular terdiri dari jaringan ikat. Hal ini memungkinkan
pergerakan sendi serta resistensi terhadap dislokasi. Kapsul artikular juga dapat
memiliki ligamen yang memegang tulang bersama-sama. Sendi sinovial mampu
gerakan terbesar dari tiga jenis sendi struktural; Namun, sendi lebih mobile adalah
sendi lemah. Lutut, siku, dan bahu adalah contoh sendi sinovial. Karena mereka
memungkinkan gerakan bebas, sendi sinovial diklasifikasikan sebagai diartrosis.
Penstabil sendi

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 49


1. Jaringan kolagen kapsula sendi & ligamen.
2. Bentuk permukaan sendi menentukan gerakan spesifik sendi.
3. Adanya tulang lain, otot rangka, & bantalan lemak pada sendi.
4. Tegangan pada tendon yang menempel pada tulang yang bersendi.

II.2.3. Mekanisme Gerak Tubuh


Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot
memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi
otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi
jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih
pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan
kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang
dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan
filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua
filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan
serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
II.3. Otot
Otot membentuk 43% berat badan; > 1/3 merupakan protein tubuh & ½
tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat. Proses vital di dalam
tubuh (seperti kontraksijantung, kontriksi pembuluh darah, bernapas, peristaltic
usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.
Ilmu yang mempelajari tentang otot dan struktur pendukungnya disebut
miologi. Kita dapat mempelajari tentang otot secara makroskopis (mata telanjang)
dan juga mikroskopis (dengan memakai mikroskop). Setiap jaringan otot memiliki
kemampuan untuk berkontraksi (memendek) dan untuk berelaksasi (memanjang),
kemampuan ini sesuai dengan fungsi otot sebagai alat gerak aktif. Bersamaan
dengan tulang dan stimulasi saraf, otot dapat bergerak. Sel-sel Otot ini bekerja

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 50


dalam kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri, artinya sel-sel otot yang sama
bergantian melakukan kontraksi saat dilakukannya suatu pekerjaan.
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas
utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari
organ dalam organisme tersebut.
Fungsi Sistem Otot Rangka
1. Menghasilkan gerakan rangka.
2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
3. Menyokong jaringan lunak.
4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.
5. Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot; energi; panas.

II.3.1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur


Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur dan fungsi
yang sama. Jadi jaringan otot adalah sekumpulan sel-sel otot.
Bagian-bagian otot:
1. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya
sebagai pelindung otot.
2. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana
miofibril dan miofilamen berada
3. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
4. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari
miofibril. Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
a. miofilamen homogen (terdapat pada otot polos)
b. miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/otot lurik).

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 51


Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin
(aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi
(memendek)maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan
relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.

Berdasarkan hubungan serabut otot dan tendo


a. Otot fusiform, ciri-cirinya
1.) Serabutnya panjang. 2.) Hasil gerakannya luas tapi tidak kuat. 3.) Tendo relatif
pendek
b. Otot Unipenatus,ciri-cirinya
1.) Serabut pendek. 2.) Tendo panjang. 3.) Lebih kuat
c. Otot Bipenatus,ciri-cirinya
1) Serabut pendek, melekat pada kedua sisi tendo. 2) Tendo panjang. 3) Lebih
kuat
Berdasarkan origo otot
a. Otot dengan dua kepala — contoh bicep brachii
b. Otot dengan tiga kepala — contoh triceps
c. Otot dengan empat kepala – contoh Quadriceps
d. Otot dengan satu kepala mempunyai satu tendo perantara atau lebih disebut otot
dengan dua venter atau 3 venter, contoh otot multi penatus.

II.3.2. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi


a. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm
dengan inti terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak
mempunyai corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel
otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik
fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak. Contoh organ yang
disusun oleh otot polos adalah sebagian besar organ pencernaan seperti
esophagus, intestinum dan kolon.
Ciri-ciri otot polos

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 52


1) bentuknya gelondong, kedua ujungnya meruncing dan dibagian tengahnya
menggelembung
2) mempunyai satu inti sel
3) tidak memiliki garis-garis melintang (polos)
4) bekerja diluar kesadaran, artinya tidak dibawah pe tah otak, oleh karena itu
otot polos disebut sebagai otot tak sadar.
5) terletak pada otot usus, otot saluran peredaran darah otot saluran kemih, dll.
Ada dua jenis otot polos berdasarkan cara serabut saraf otot distimulasi
untuk berkontraksi, yaitu:
 Otot Polos Unit Ganda, otot ini memerlukan stimulus saraf eksternal untuk
melakukan kontraksi. Contoh otot ini terdapat pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil.
 Otot Polos Unit Tunggal (viseral), otot ini tidak memerlukan stimulus saraf
eksternal untuk melakukan kontraksi, contoh otot ini terdapat pada lapisan
dinding organ berongga (visera).

b. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)


Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-
100 µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak
dipinggir, dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot.
Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan
ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat
disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang
disebut epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan
dapat dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian
atas dinding oesophagus.
Contoh organ yang disusun oleh otot lurik adalah sebagian besar wajah,
anggota gerak, dan dinding perut. Ciri-ciri otot lurik meliputi:
1) bentuknya silindris, memanjang;
2) tampak adanya garis-garis melintang yang tersusun seperti daerah gelap dan
terang secara berselang-seling ( lurik );
3) mempunyai banyak inti sel;

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 53


4) bekerja dibawah kesadaran, artinya menurut perintah otak, oleh karena itu
otot lurik disebut sebagai otot sadar;
5) terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada.

c. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat
otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang,
saling berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang
dan terletak di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka. Ciri-ciri
otot jantung:
1) otot jantung ini hanya terdapat pada jantung. Struk turnya sama seperti otot
lurik, gelap terang secara berselang seling dan terdapat percabangan sel;
2) kerja otot jantung tidak bisa dikendalikan oleh kemauan kita, tetapi bekerja
sesuai dengan gerak jantung. Jadi otot jantung menurut bentuknya seperti otot
lurik dan dari proses kerjanya seperti otot polos, oleh karena itu disebut juga
otot spesial.
Gambar 2.19. Macam-macam Otot.

II.3.3. Perbedaan Fungsi 3 Macam Otot


Pembeda Otot Polos Otot Lurik Otot Jantung
Melekat pada
Tempat Dinding jerohan Dinding jantung
rangka
Memanjang, Memanjang, Memanjang,
Bentuk serabut berbentuk, ujung silidris, ujung silidris, bercabang
lancip tumpul dan menyatu
Jumlah nukleus Satu Banyak Satu
Letak nukleus Tengah Tepi Tengah
Garis melintang Tidak ada Ada Ada
Kecepatan
Lambat Cepat Sedang
kontraksi
Kemampuan
Lama Sebentar Sedang
berkontraksi

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 54


Tidak menurut Tidak menurut
Tipe kontrol Menurut kehendak
kehendak kehendak

Kontraksi otot bergaris (otot lurik, otot rangka, otot sadar). Bila
berkontraksi otot menjadi pendek dan hanya dapat berkontraksi bila mendapat
rangsangan. Kontraksi otot polos (Otot tak sadar) Berkontraksi tanpa rangsangan
saraf meskipun didalam tubuh dibawah kendali saraf tak sadar kecuali jantung
(kontraksi otot jantung disebut miogenik kontraksi otot yang dikendalikan sarap
disebut Neurogenik).
II.3.4. Yang Berperan dalam Kontraksi Otot
Faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan kontraksi serabut otot:
Kontraksi kuat; bila sedang regang dan suhu panas. Kelelahan dan dingin
mempengaruhi kontaksi otot. Tonus otot = Otot tidak pernah dalam keadaan
istirahat penuh artinya dalam keadaan tonus berarti siap untuk kontraksi terhadap
rangsangan; misalnya kejutan pada ketukan patella lutut yaitu tendo dilutut.
Energi pada kontraksi otot didapat dari perubahan Adenosin Triposfat
(ATP) menjadi Adenosin difospat ( ADP ). ADP segera berubah kembali menjadi
ATP oleh tenaga yang tersedia dari pemecahan Glikogen otot. Hal ini berlangsung
secara Aerobik. Bila oksigen berkurang maka berlangsung secara Anaerobik.
Pemecahan glikogen yg berasal dari glukosa didalam otot akan menimbulkan sisa
berupa sisa pembakaran berupa Asam laktat.Asam laktat terdapat juga pada
penderita jantung. Hal ini dikarnakan peredaran darah yg tidak sanggup
mengantarkan darah dalam jumlah besar.

II.3.5. Mekanisme Refleks


Pada umumnya, perjalanan rangsang pertama kali diterima reseptor (alat
indera). Kemudian, rangsang dihantarkan melalui saraf sensoris ke otak. Sesudah
diolah di otak, tanggapan terhadap rangsang akan dihantarkan melalui saraf
motoris ke efektor (otot atau kelenjar). Hasil rangsangan tersebut menimbulkan
gerak biasa.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 55


Gerak refleks adalah gerak yang terjadi secara spontan, tanpa memalui
pusat gerak di otak. Jalan terpendek yang ditempuh suatu gerak refleks disebut
lengkung refleks.

Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ
reseptor => sel saraf sensorik => sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang
belakang => sel saraf motorik => respon pada organ efektor.
II.3.6. Aktivasi Refleks
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang
terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan
panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya
diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh
saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Sebagai bukti adanya penghantaran impuls oleh saraf adalah timbulnya gerak
pada anggota tubuh. Gerakan tersebut terjadi karena proses yang disadari yang
disebut juga gerak sadar atau gerakan biasa, sedangkan gerak yang tidak disadari
disebut gerak refleks.
Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol
dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak
disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Contoh gerak refleks
seperti mengangkat tangan ketika terkena api, mengangkat kaki ketika tertusuk
duri, berkedip ketika ada benda asing yang masuk ke mata, bersin serta batuk.
Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ
reseptor => sel saraf sensorik => sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang
belakang => sel saraf motorik => respon pada organ efektor.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 56


Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan
dengan cepat disebut lengkung refleks. Macam gerak refleks yaitu refleks otak
dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf
penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak mengedip atau
mempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum
tulang belakang terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum
tulang belakang seperti refleks pada lutut.

Ciri gerak refleks yaitu:


1. Dapat diramalkan jika rangsangannya sama
2. Memiliki tujuan tertentu bagi organisme tersebut
3. Memiliki reseptor tertentu dan terjadi pada efektor tertentu
4. Berlangsung cepat, tergantung pada jumlah sinapsis yang dilalui impuls
5. Spontan, tidak dipelajarai dulu
6. Fungsi sebagai pelindung dan pengatur tingkah laku hewan
7. Respon terus menerus dapat menyebabkan kelelahan

Macam-macam Gerak Refleks


Macam refleks: refleks spinal (pada sumsum tulang belakang), refleks
medulla (pada sumsum lanjutan), refleks cerebellar (melibatkan otak kecil),
refleks superfisial (melibatkan kulit dan lain-lain), refleks miotatik (pada otot
lurik), serta refleks visceral (berhubungan dengan dilatasi pupil dan denyut
jantung).
 Refleks Spinal (pada sumsum tulang belakang)
Bila dipisahkan dari bagian otak lainnya, med spin mampu memediasi
sejumlah refleks, somatik dan autonomik. Dasar morfologis refleks saraf
umumnya disebut arkus refleks, yang dalam bentuknya yang paling sederhana
tersusun atas:
 reseptor, yang bereaksi terhadap stimulus;
 penghantar eferen, yang membawa impuls ke “pusat refleks” (Penghantar
aferen adalah serabut sensorik aferen, yang kebanyakan mempunyai badan
sel diganglion spinal atau kranial);

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 57


 “Pusat refleks”, tempat pesan aferen dari reseptor berkumpul dengan
impuls aferen dari reseptor lainnya, atau dengan aferen dari sumber lain,
yang mungkin mengubah pengaruh impuls aferen dari reseptor;
 penghantar eferen, yaitu serabut saraf yang menuju ke efektor;
 efektor, yang menghasilkan reaksi, yang mungkin adalah otot, kelenjar
atau vasa darah, atau mungkin melibatkan beberapa komponen itu. Refleks
sangat bervariasi, dari yang sangat kompleks, misalnya refleks menelan,
yang melibatkan berbagai efektor; sampai yang paling sederhana.
Salah satu jenis dari refleks spinal adalah refleks somatik. Refleks fleksor
adalah yang responnya adalah fleksi anggota badan. Stimulus yang paling poten
adalah noksiseptif, dan hasilnya adalah tarikan anggota badan (withdrawal reflex).
Pada refleks lain ada ekstensi anggota badan, misalnya pada crossed extensor
reflex yang mungkin menyertai refleks fleksor. Masih ada lagi refleks yang lebih
kompleks, misalnya scratch reflex. Semua refleks tersebut biasanya melibatkan
beberapa otot, dan respon refleksnya mungkin berbagai macam tergantung pada
keadaan (jenis dan tempat pengenaan stimulus, intensitas stimulus, pengenaan
stimulus lain secara bersamaan, dll). Arkus refleks semacam ini sangat kompleks.
Refleks lain adalah stretch reflex, yaitu kontraksi satu otot karena
diregangkan. Ini merupakan refleks elementer yang mungkin terjadi di semua
otot. Stretch refleks menjadi dasar banyak sekali postural reflex, yang secara garis
besar bertujuan untuk menjaga sikap tubuh yang benar, dan menyesuaikan diri
dengan berbagai kebutuhan, baik itu karena daya dari luar atau disebabkan karena
gerak yang dilakukan oleh organisme.
 Refleks Cerebellar (melibatkan otak kecil)
Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang, terdiri atas
dua belahan yang berliku-liku sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat
keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka.
Sumsum lanjutan, medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak,
berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis, misalnya pernapasan, detak
jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak refleks seperti
batuk, bersin, dan mata berkedip.
 Refleks Superficial

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 58


Refleks superfisial atau refleks plantar dan abdominal diawali oleh
stimulasi kutan. Refleks ini membutuhkan lengkung refleks korda dan jalur
kortikospinal. Contoh dari refleks superficial adalah:
 Refleks dinding perut : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra
umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial. Respon :
kontraksi dinding perut
 Refleks Cremaster : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke
bawah. Respon : elevasi testes ipsilateral.
 Refleks Gluteal : goresan atau tusukan pada daerah gluteal. Respon :
gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral.
 Refleks Visceral
Refleks Visceral Refleks ini sering disebut juga Refleks otonom karena
sering melibatkan organ internal tubuh. Beberapa refleks visceral, seperti urinasi
dan defekasi, merupakan refleks spinal yang bisa terjadi tanpa input dari otak.
Meskipun begitu, refleks spinal juga sering dimodulasi oleh excitatory atau
inhibitory signal dari otak yang dibawa oleh jaras descending dari pusat otak yang
lebih tinggi. Misal, urinasi dapat diinisiasi secara sadar dengan kesadaran atau
bisa juga dihambat oleh stress dan emosi, seperti dengan adanya orang lain
(sindrom bashful bladder).
Refleks visceral lain diintegrasikan di otak , khususnya di hipotalamus,
thalamus dan batang otak. Daerah ini berisi pusat koordinasi yang dibutuhkan
untuk menjaga homeostatis seperti detak jantung, tekanan darah, nafas, makan,
keseimbangan air dan menjaga temperatur. Di sini juga ada pusat refleks seperti
salivating, muntah, bersin, batuk, menelan, dan tersendak.
Salah satu tipe reflex otonom yang menarik adalah konversi stimulus
emosional ke respon visceral. Sistem Limbic, yang merupakan tempat operasi
primitif seperti sex, takut, marah, agresif dan lapar, disebut sebagai “visceral
brain” karena pengaruhnya dalam refleks emosional. Contoh lain adalah folikel
rambut yang tertarik saat seseorang merasa takut. Refleks visceral merupakan
polysinaptic dengan sedikitnya satu sinapsis di CNS di antara neuron sensorik dan
preganglion saraf otonom serta sinaps tambahan di ganglion, antara neuron
preganglionic dan postganglionic.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 59


II.4. Fasia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai
pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf
dan pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.
Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang
dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari
lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta ligament cruciate
anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang mempertahankan posisi
anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah tertentu melengket pada
jaringna lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium yang
melalui ujung tuba ke peritoneum.
Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung
dari otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan
menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang
bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari
jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu terutama pada pergelangan
tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan membrane sinovial yang
menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.
Bursae
Adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan
di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon,
otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti
olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
II.5. Hubungan Sistem Musculoskeletal dengan Reproduksi Wanita
a. Trimester I

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 60


Pada trimester ini tidak banyak perubahan pada musculoskeletal. Akibat
peningkatan kadar hormone estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
jaringan ikat, kartilago, dan ligamen juga meningkatkan tingkat jumlah cairan
synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan
mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya
nomal apabila asupan nutrisinya khususnya produksi susu terpenuhi. Tulang dan
gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal.
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
ligament-ligament dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari
sambungan/otot-otot pada pelvic. Bersamaan dangan membesarnya ukuran terus
menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang yang biasanya
menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil. Perubahan-perubahan tersebut
dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang
bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan.
b. Trimestre II
Selama trimester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama
pada daerah siku dan dan pergelangan tangan dangan meningkatnya retensi cairan
pada jaringan konektif/jarinngan yang berhubungan disekitarnya.
c. Trimeser III
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh
secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara
berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan distensi abdomen yang
membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot perut dan peningkatan
berat badan pada ahir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (redignment)
kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan. Kurva lumbo sacrum
normal harus semakin melengkung dan didaerah servikodosral harus terbentuk
kurvatura (fleksi anterior kepala berlebuhan) untuk mempertahankan
keseimbangan. Payudara yang besar dan posisi bahu bungkuk saat berdiri akan
semakin membuat kurva punggung dan kurva menonjol. Pergerakan menjadi lebih
sulit. Struktur dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat
tekanan berat. Wanita muda yang cukup berbobot dapat mentoleransi perubahan
ini tanpa keluhan. Akan tetapi wanita yang tua akan dapat mengalami gangguan

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 61


punggung atau nyeri punggung yang cukup berat selama dan segera setelah
kehamilan.
Otot dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot.
Selama trimester ketiga otot rektus abdominis dapat memisah, menyebabkan isis
perut menonjol di garis tengah tubuh. Umbilicus menjadi lebih datar atau
menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secra bettahap kembali, tetapi pemisahan
otot (dilatasi racti abdominis)menetap.
Hormon progesteron dan hormon estrogen relaxing menyebabkan relaxasi
jaringan ikat dan otot-otot, hal ini masimal terjadi pada satu minggu terahir
kehamilan, proses relaksasi ini memeberikan keasempatan pada panggul
untukmeningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang
public melunakmenyerupai tulang sendipanggul yang tidak stabil, pada ibu hamil
hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secra bertahap
mengalami perubhan karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk
mengkonpensai penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat menyebabkan
nyeri punggung, sendi pada beberapa wanita.
Lordosis progresif merupakan gambaran yang karakteristiknya pada
kehamilan normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang semakin
membesar, lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah.
Mobilitas sendi sakroiliaka, sakrorksigeal dan sendi pubis bertambah besar dan
menyebabkan rasa tidak nyaman di bagian bawah punggung khususnya pada akhir
kehamilan. Selama trimester ahir rasa pegal, mati rasa dan lemah dialam oleh
anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang besar fleksi anterior leher dan
merosotnya lingkr bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan
medianus (Crisp dan dr. Francisco, 1964). Ligamen retundum mengalami
hipertropi dan dapat tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada
ligament tersebut.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang |Sistem Muscoskeletal 62

Anda mungkin juga menyukai