Anda di halaman 1dari 14

LBM 4 ANAKKU SANGAT KURUS

Seorang anak perempuan berusia 3 tahun, nampak kurus, lemah, nafsu makan
sangat kurang, hanya suka minum air putih, dan sering rewel. Riwayat kelahiran: lahir
normal, spontan, dibantu Bidan dengan BBL 3 kg. Oleh karena ibunya bekerja, maka ASI
tidak eksklusif. Anak diberi minum susu formula sampai usia setahun, selanjutnya
minum air putih saja. MP-ASI diberikan mulai usia 2 bulan antara lain pisang, bubur
beras. Sejak umur 1 tahun, tiap hari makan nasi dan sayur, kadang-kadang tahu tempe,
tidak pernah makan daging/ikan, makan telur juga sangat jarang. Menurut Bu Bidan,
anak tersebut sejak umur setahun menderita kurang energi dan protein (KEP) berat
dan sering sakit diare, serta batuk pilek. Bu bidan berkonsultasi dengan dokter
Puskesmas. Dari hasil penilaian dokter, kurva pertumbuhan BB dari KMS adalah growth
faltering, 8 bulan ini garis pertumbuhan KMS menunjukkan BGM. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum kesadaran apatis. Nadi 124x/menit, isi dan tegangan
kurang, TD 85/60 mmHg, RR 52x/menit, suhu 35,2°C. Wajah terlihat seperti orang tua,
mata tampak cekung, rambut flag sign phenomena dan mudah dicabut, kulit keriput,
crazy pavement dermatosis, pantat seperti baggy pants. BB 8,5 kg, TB 73 cm.
Pemeriksaan thoraks: paru suara dasar vesikuler, tidak didapatkan suara tambahan,
jantung: bunyi jantung I-II normal, bising (-). Abdomen cekung, Hepar just palpable, lien
tidak teraba. Ekstremitas udem (-), akral dingin (-). Pemeriksaan penunjang: Hb 8,1
g/dl, Lekosit 2500 mmk, Hematocrit 35%, Trombosit 650.000 mmk, GDS 40 mg/dl.
Dokter menyatakan bahwa pasien dalam kondisi kritis dan harus segera dilakukan
stabilisasi.

STEP 1
1. Growth faltering: merupakan kondisi kegagalan pertumbuhan yang ditandai dengan
laju pertumbuhan yang melambat karena ketidakseimbangan antara asupan energi
dengan kebutuhan biologis untuk pertumbuhan.
2. BGM: (Bawah Garis Merah): bawah garis merah pada Kartu Menujuh Sehat (KMS)
maka anak balita tersebut bisa cenderung mengalami gizi buruk. Berat badan yang
berada pada pita warna hijau selalu saja dipresepsikan dengan gizi baik, sementara
berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan)
kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada BGM
3. Apatis: yaitu kondisi seseoranng yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
4. Rambut Flag sign phenomena: warna rambut selang seling hitam dan merah spt
bendera Amerika shg disebut flag sign phenomena
5. Crazy pavement dermatosis: kelainan kulit khas pada kwashiorkor, yaitu dimulai
dengan titik-titik merah seperti ptechiae, yg berubah menjadi hitam. Selanjutnya
akan t erkelupas maka terbentuk bagian-bagian merah yang dikelilingi batas yg
masih hitam. Lokasi tersering adalah bagian tubuh yang lembab (keringat atau urin),
seperti punggung, bokong, sekitiar vulva, dsb.
6. Pantat Baggy pants: keadaan kulit bokong yang turun (keriput) seperti celana
kedodoran
7. Hepar just palpable: hepar teraba saat palpasi
STEP 2
1. Kenapa ditemukan kondisi anak nampak kurus, lemah, nafsu makan sangat
kurang, hanya suka minum air putih, dan sering rewel?
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak
dapat pulih). Sebagian besar kejadian kurang gizi dapat dihindari apabila mempunyai
cukup pengetahuan tentang cara pemeliharaan gizi dan mengatur makanan anak.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan
yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab
utama terjadinya masalah kurang gizi dan infeksi pada anak, khususnya pada umur
dibawah 2 tahun.
Prinsip Dasar MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan – Mufida, dkk Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651, September 2015

2. Apa akibat dari pemberian ASI yang tidak eksklusif?

3. Apa akibat dari minum susu formula sampai usia setahun, selanjutnya minum air
putih saja?

4. Kapan waktu yang tepat untuk memberikan MP-ASI dan apa saja jenis makanan yang
bisa di berikan?
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari
ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan
secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.
Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi
sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut.
MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu
menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
pencernaan bayi/anak . Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat
memenuhi kebutuuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan makan dan
merangsangg rasa percaya diri pada bayi. Pemberian makanan tambahan harus
bervariasi dari bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar,
makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat.
Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat
pada periode ini. Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya, maka
takaran susunya pun harus ditambah, agar bayi mendapat energi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada
bayi usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipebuhi dengan makanan lain yang cukup
jumlahnya dan baik gizinya [8]. Oleh sebab itu pada usia 6 bulan keatas bayi
membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI, namun MP-ASI yang
diberikan juga harus berkualitas.
Makanan pendamping ASI dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau
makanannya sama dengan makanan keluarga, namun tekturnya disesuaikan dengan
usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan
Persyaratan MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan.
Makanan ini diberikan karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk
pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat dipenuhi lagi hanya dengan
pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat kasar dan
bahan lain yang sukar dicerna seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak
jumlahnya akan mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi. Selain
itu juga tidak boleh bersifat kamba, sebab akan cepat memberi rasa kenyang pada
bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis bahan pangan, tetapi merupakan suatu
campuran dari beberapa bahan pangan dengan perbandingan tertentu agar diperoleh
suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi. Pencampuran bahan pangan hendaknya
didasarkan atas konsep komplementasi protein, sehingga masing-masing bahan akan
saling menutupi kekurangan asam-asam amino esensial, serta diperlukan suplementasi
vitamin, mineral serta energi dari minyak atau gula untuk menambah kebutuhan gizi
energi.
Indikator Bayi Siap Menerima Makanan Padat
 Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga.
 menghilangnya refleks menjulur lidah
 Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut,
lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar dan
menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan
pada makanan.
Adapun resiko pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu:
1) Resiko Jangka Pendek Resiko jangka pendek yang terjadi seperti mengurangi
keinginan bayi untuk menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusui
berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang. Selain itu pengenalan serelia
dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerpan zat besi dan ASI,
walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh
tubuh bayi. Pemberian makanan dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan di
Indonesia sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna/diare serta
meningkatnya resiko terkena infeksi
2) Resiko Jangka Panjang Resiko jangka panjang dihubungkan dengan obesitas,
kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko utama dari pemberian
makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya
adalah kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat .
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml), namun jika
masukan dari diet bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah dikenalkan.
Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan yang
memudahkan terjadinya gangguan hipertensi. Selain itu, belum matangnya sistem
kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap
makanan.
Pemberian makanan yang tepat:
1) Makanan bayi umur 0-6 bulan
a. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif) Kontak fisik dan hisapan bayi akan
merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada
periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan
menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
b. Berikan kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama,
kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi
dan zat kekebalan yang tinggi.
c. Berikan ASI dari kedua payudara Berikan ASI dari satu payudara sampai
kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap
hari.
2) Makanan bayi umur 6-9 bulan
a. Pemberian ASI diteruskan
b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga
secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga
c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan
lain-lain.
d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk
pauk dan sayuran secara berganti-gantian.
3) Makanan bayi umur 12-24 bulan
a. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah
berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
b. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kkali sehari
dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu
tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
c. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan.
Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati
ayam diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun
kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan bubur kacang ijo,
bubur sum-sum, biskuit dan lainlain.
d. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
Prinsip Dasar MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan – Mufida, dkk Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651, September 2015

5. Apa tanda dari anak yang menderita kurang energi dan protein (KEP) berat?
KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan
karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi
pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada defisiensi micro
nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%).
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan
Marasmic Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus
disebabkan karena kurang energi dan Manismic Kwashiorkor disebabkan karena
kurang energi dan protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala
hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami Kwashiorkor
adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan
(moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami Marasmus adalah badan kurus
kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.
Manifestasi KEP tercermin dalam bentuk fisik tubuh yang apabila diukur
secara Anthropometri (TB/U, BB/U, BB/TB) kurang dari nilai baku yang dianjurkan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP merupakan salah satu bentuk
kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual serta
menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya resiko kesakitan dan
kematian terutama pada kelompok rentan biologis.

6. Mengapa anak sering sakit diare, serta batuk pilek?


Pemberian MP-ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan tekstur makanan yang sesuai
perkembangan usia balita. Terkadang ada ibu-ibu yang sudah memberikannya pada
usia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut kemampuan pencernaan bayi belum
siap menerima makanan tambahan. Akibatnya banyak bayi yang mengalami diare
bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari empat bulan akan mengalami risiko
gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapatkan MPASI pada
umur empat-enam bulan setelah dikontrol oleh asupan energi dan melakukan
penelitian kohort selama empat bulan melaporkan pemberian MP-ASI terlalu dini
Prinsip Dasar MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan – Mufida, dkk Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651, September 2015

7. Mengapa dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kesadaran apatis.


Nadi 124x/menit, isi dan tegangan kurang, TD 85/60 mmHg, RR 52x/menit, suhu
35,2°C. Wajah terlihat seperti orang tua, mata tampak cekung, rambut flag sign
phenomena dan mudah dicabut, kulit keriput, crazy pavement dermatosis, pantat
seperti baggy pants. BB 8,5 kg, TB 73 cm?
8. Mengapa didapatkan Hepar just palpable?
9. Apa interpretasi dari pemeriksaan penunjang: Hb 8,1 g/dl, Lekosit 2500 mmk,
Hematocrit 35%, Trombosit 650.000 mmk, GDS 40 mg/dl?
10. Apa saja yang termasuk tindakan stabilisasi pada keadaan kritis?
11. Diagnosis kasus?

a. Kurang Energi Protein (KEP)


Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi
secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat
menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan
mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP bisa
menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga rentan terhadap
penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
KEP, namun selain kemiskinan faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan
lingungan yang sehat (Almatsier, 2001:307).

12. Pemeriksaan yang tepat?


a. Antopometri Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi maka antopometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antopometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada pola pertmbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh.
b. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
c. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur
dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah
tes adaptasi gelap.
Pengukuran tidak langsung:
a. Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi. Penggunaannya
c. Faktor ekologi
13. Klasifikasi status gizi
Berdasarkan baku WHONCHS status gizi dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Gizi lebih Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi
energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau
gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan
sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan
pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif
(Gibney, 2008:3). Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu,
terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola
makan. Pola makan berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidat, rendah
serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak
seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya
penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi,
dan penyakit hati (Supriasa, 2002:12). Penanggulangan masalah gizi lebih adalah
dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan
makan dan penambahan latihan fisik. Penyeimbangan masukan energi dilakukan
dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi
alkohol (Almatsier, 2001:312).
b. Gizi baik Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan
yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5
kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik
Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009) memberikan 10 tanda
umum gizi baik, yaitu:
1) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi. Tubuh dengan asupan
gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat karena
konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsium
terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh akan bertambah
tinggi.
2) Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki massa otot yang
padat dan tegap berarti tidak kekurangan protein dan kalsium. Mengonsumsi
susu dapat membantu mencapai postur ideal.
3) Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacang-
kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat.
4) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih menandakan
asupan vitamin A, C, E dan mineral terpenuhi.
5) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening didapat
dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir segar didapat
dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang, udang,
mangga, jeruk.
6) Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk
membantu menceerna makanan dengan baik. Untuk itu, asupan kalsium dan
vitamin B pun diperlukan.
7) Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat dari
intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari. Buang air besar pun
harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus besat tidak menjadi racun
bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu makan.
8) Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.
9) Penuh perhatian dan bereaksi aktif
10) Tidur nyenyak
c. Gizi kurang
Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, telah merumuskan
faktor yang menyebabkan gizi kurang seperti pada bagan di bawah ini.

1. Apa hubungan diet hanya sayuran dan buah-buahan (tanpa lainnya) dengan keluhan
anak?
2. Mengapa anak tersebut di dapatkan tampak kurus, lemah, dan nafsu mkan berkurang?
3. Mengapa anak sering mengalami diare dan batuk pilek?
4. Mengapa didapatkan flag sign phenomena, baggy pants, dan growth faltering?
5. Apa hubungan diberikan susu formula dini dan air putih saja semasa mp-asi dengan
keluhan diskenario?
6. Kapan waktu yg tepat untuk diberikan mp-asi dan apa resiko dari pemberian mp asi
yg terlalu dini?
7. Apa etiologi dan faktor resiko?
Etiologi
Faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan energi protein menurut
Nazirudin (1998) yaitu:
a. Sosial ekonomi yang rendah.
b. Sukar atau mahalnya makanan yang baik.
c. Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi.
d. Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare).
e. Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (missal: tidak
makan daging atau telur disaat luka).

8. Interpretasi dari pemeriksaan penunjang?


9. Kurva KMS?
10. Klasifikasi status gizi?
11. Macam macam KEP dan perbedaan manifestasi?
Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes, 1999).
Malnutrisi energi protein adalah seseorang yang kekurangan gizi yang
disebabkan oleh konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan
penyakit tertentu. (Suparno, 2000).
Kekurangan energi protein adalah suatu sindroma penyakit gizi yang
disebabkan oleh defisiensi zat-zat makanan atau nutrient terutama protein dan kalori.
(Naziruddin, 1998).

Klasifikasi kurang energi protein menurut Departement Kesehatan RI, 1999:


a. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS pada pita warna
kuning.
b. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di
bawah garis merah (BBM).
c. KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB / 4 < 60% baku median
WHO – NCNS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk dan KEP
sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat / gizi buruk digunakan table BB / 4
baku median WHO – NCNS
KEP Berat / gizi buruk
–Marasmus = kekurangan energi
–Kwashiorkor = kekurangan protein
–Marasmic-kwashiorkor = Kekurangan energi dan protein
11. Alur diagnosis?
12. Komplikasi KEP?
13. Apa pengaruh KEP terhadap system pertumbuhan anak dan organ2 vital?
14. Tindakan apa yg dilakukan saat stabilisasi?
15. Apa penatalaksanaan dari scenario?

Anda mungkin juga menyukai