Tifus atau demam tifoid, atau yang sering disebut tipes, adalah salah satu penyakit yang sering
dialami oleh masyarakat Indonesia. Sayangnya masih banyak orang yang mengira bahwa tipes
dan tifus adalah penyakit yang sama. Ya, penyebutan tifus dan tipes yang memang sangat mirip
membuat banyak orang sering kali menganggap keduanya adalah penyakit yang sama. Padahal,
penyebab tifus dan tipes alias demam tifoid berbeda.
Tifus adalah infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis bakteri Rickettsia typhi atau R.
prowazekii. Bakteri ini bisa dibawa oleh ektoparasit seperti kutu, tungau dan caplak, kemudian
menginfeksi manusia. Ektoparasit sering ditemukan pada hewan seperti tikus, kucing, dan tupai.
Beberapa orang juga bisa membawanya dari pakaian, sprei, kulit, atau rambut mereka.
Bakteri penyebab tifus tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya seperti sakit u
atau pilek. Ada empat jenis tipes, dan setiap jenisnnya disebabkan oleh bakteri serta cara
penularan yang berbeda-beda. Beberapa jenis penyakit tifus tergantung sumber bakteri yang
menginfeksinya, adalah:
gigitan kutu rambut pada tubuh manusia. Jenis penyakit ini dapat menyebabkan sakit
Endemik thypus atau tifus murine disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, yang ditularkan
oleh kutu loncat pada tikus. Penyakit ini mirip dengan epidemik thypus, tapi memiliki
larva yang hidup pada hewan pengerat. Penyakit ini bisa menyerang manusia dalam
Spotted fever atau demam yang disertai dengan bintik-bintik merah pada kulit disebarkan
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia. Namun, negara yang padat penduduk dengan
santitasi yang buruk berisiko lebih tinggi terkena wabah penyakit ini.
Bakteri penyebab tifus endemik yaitu Rickettsia prowazekki ditularkan oleh kutu rambut
manusia. Bakteri dapat tumbuh dalam perut dan usus kutu. Anda dapat terinfeksi bakteri
penyebab tifus apabila menggaruk atau menyentuh luka setelah digigit oleh kutu. Risiko infeksi
epidemik thypus lebih mudah ditularkan di tempat pengungsian yang padat penduduk dan
tingkat kebersihan yang buruk.
Tak hanya itu saja, infeksi ini juga lebih retan dialami pada musim hujan dan ketika pakaian
yang dipenuhi kotoran kutu tidak dicuci dan digunaan secara bergantian. Hal tersebut
merupakan kondisi yang optimal untuk penyebaran penyakit.
Pada kasus endemik yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, penularan penyakit ini terjadi
ketika ketika Anda menghirup udara yang terinfeksi bakteri penyebab tifus. Misalnya saat Anda
membersihkan gedung lama yang berdebu dan banyak dihuni oleh tikus yang terinfeksi kutu.
Sementara risiko Anda terkena scrub thypus meningkat pada musim kemarau, ketika kutu dan
tungau sedang aktif berkembang biak di semak-semak atau padang rumput.
Cara bakteri menularkan penyakit ini pada tiap orang berbeda-beda tergantung jenisnya. Secara
umum, Anda dapat terkena infeksi bakteri penyebab tifus melalui gigitan kutu, tungau, atau
caplak. Dalam beberapa kasus, Anda juga dapat terinfeksi bakteri penyebab tifus jika Anda
menghirup debu yang sudah terkontaminasi oleh kotoran kutu.
Dikutip dari laman Detik, Paul Harijanto, SpPD-KPTI, pakar penyakit infeksi dari RS Bethesda
Tomohon, Sulawesi Utara mengatakan bahwa tifus adalah penyakit yang tidak umum di
Indonesia.
Penyebutan penyakit tifus atau tipes oleh orang awam yang merujuk pada demam typhoid,
sebenarnya sekadar untuk memudahkan. Entah sejak kapan kekeliruan ini mulai terjadi dan
dimaklumi. Namun yang pasti, kekeliruan ini sudah menjadi semacam kesepakatan di kalangan
masyarakat pada umumnya. Jadi, jika seseorang kena tifus, maka yang dimaksud adalah
demam typhoid.
Faktanya, kedua penyakit ini jelas berbeda. Perbedaan ini terletak pada jenis bakteri yang
memicu infeksi. Terkadang penyakit ini juga disebut penyakit Rickettsia.
Penyakit ini dapat memengaruhi orang dari segala usia, tingkat pendapatan, tingkat sosial, dan
lingkungan hidupnya. Namun, risiko penyakit ini akan meningkat apabila Anda:
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/ADIS, sedang
Mengalami kontak kulit langsung yang lama dengan orang yang terinfeksi. Namun,
termasuk kecil.
Berbagi barang yang sama, seperti handuk, sprei, ataupun pakaian dengan orang yang
terinfeksi.
Melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi bakteri penyebab tifus
Mungkin ada beberapa faktor risiko penyebab tifus yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda
mengkhawatirkan faktor risiko penyebab tifus lainnya, silakan konsultasi ke dokter untuk
informasi lebih lanjut.
Gejala tifus biasanya berkembang 1-2 minggu setelah paparan dan bisa berkembang dari mulai
yang ringan hinga berat. Gejala tifus paling umum di antaranya:
Sakit kepala
Sakit perut
Sakit punggung
Gejala tifus lainnya mungkin juga akan muncul ruam serta bintik-bintik berwarna gelap seperti
gejala kudis/scabies di area tubuh yang digigit oleh kutu. Ruam ini juga mungkin menyebar ke
seluruh tubuh seperti wajah, telapak tangan, atau kaki.
Jika Anda memiliki tanda atau gejala tifus sepeti yang tercantum di atas atau apabila ada hal lain
yang ingin ditanyakan terkait penyakit ini, jangan ragu untuk melakukan konsultasi ke dokter.
Setiap tubuh berfungi berbeda satu sama lain. Selalu diskusikan dengan dokter untuk
mendapatkan solusi terbaik bagi kondisi Anda.
Gejala tifus seringkali mirip dengan gejala penyakit lainnya. Tak jarang, hal ini membuat
penyakit ini sulit untuk diagnosis. Namun dokter biasanya akan melakukan tes darah atau biopsi
kulit untuk menentukan jenis bakteri penyebab tifus. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan tes
darah menggunakan metode serologi yang diambil dua minggu secara terpisah. Tes darah ini
berfungsi untuk mendeteksi respon sistem kekebalan tubuh pasien terhadap pasiennya.
Terkadang, dokter juga dapat menduga seseorang memunculkan gejala tifus yang khas apabila
dari sesi konsultasi diketahui jika pasien baru saja berpergian ke daerah endemik atau berisiko
tinggi. Terutama jika dokter juga menemukan riwayat gigitan dari kutu, tungau, atau caplak di
tubuh pasien.
Penyakit ini bisa diatasi dengan antibiotik. Salah satu obat tifus yang sering diresepkan dokter
adalah antibiotik tetracycline seperti doxycycline. Pengobatan menggunakan antibiotik ini
biasanya sudah dimulai sebelum hasil tes darah atau biopsi diketahui.
Obat tifus ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat
ini tidak bekerja untuk infeksi virus (seperti pilek, u). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat,
berlebihan, atau tidak diperlukan dapat memengaruhi efektivitas obat.
Minum obat tifus sesuai anjuran dokter, biasanya sekali sehari dengan atau tanpa makanan.
Minum banyak air saat menggunakan obat tifus kecuali bila anjuran dokter berbeda.
Dosis obat tifus dan lama pengobatan akan bergantung pada kondisi kesehatan dan respon
Anda terhadap pengobatan. Untuk anak-anak, dosis obat tifus dapat juga berdasarkan berat
badan.
Antibiotik bekerja dengan baik saat jumlah obat di tubuh Anda tetap dalam kadar yang konstan.
Jadi, gunakan obat tifus ini dengan interval yang kurang lebih sama. Kebanyakan orang mulai
merasa lebih baik dalam 48 jam (2 hari) setelah memulai perawatan. Namun, penting untuk
tetap melanjutkan penggunaan obat ini hingga yang diresepkan habis, bahkan jika Anda merasa
gejala tifus menghilang setelah beberapa hari.
Menghentikan obat terlalu cepat dapat membuat bakteri lanjut berkembang, yang akhirnya
kembali terinfeksi. Beri tahu dokter jika kondisi Anda tidak membaik atau justru malah semakin
memburuk. Ikuti aturan yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum memulai
pengobatan. Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Dokter mungkin meresepkan obat lain untuk meredakan gejala seperti paracetamol untuk
menurunkan demam.
Dalam kasus yang parah, orang yang terinfeksi penyakit ini mungkin perlu dirawat di rumah
sakit. Dokter akan menentukan perawatan terbaik yang sesuai dengan kondisi Anda. Perlu
dipahami bahwa makin cepat penyakit ini terdiagnosis, maka proses pemulihannya pun juga
akan semakin cepat.
Antibiotik digunakan sebagai obat tifus guna membunuh bakteri Rickettsia. Namun, sebenarnya
untuk bisa cepat sembuh dari penyakit ini, tidak hanya antibiotik saja yang jadi andalan. Anda
juga harus makan dan minum yang sehat dan aman bagi Anda.
Buah dan sayur yang dicuci dengan air bersih atau Anda kupas sendiri
Salad, karedok, atau lalapan (intinya yaitu sayur mentah yang tidak dimasak)
Es loli atau popsicle
Sama seperti penyakit lainnya, penyakit ini membutuhkan perawatan yang cepat dan tepat.
Ketika seseorang yang terinfeksi dibiarkan berlarut tanpa penanganan medis yang memadai,
komplikasi serius bisa muncul ke permukaan. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
termasuk:
Jika penyakit tipes bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi, lain ceritanya dengan penyakit
satu ini. Setelah perang dunia kedua berakhir, vaksinasi untuk penyakit ini sudah tidak
diproduksi lagi. Meski begitu, Anda jangan khawatir. Ada beberapa cara sederhana yang dapat
Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi penyakit ini, di antaranya:
Pakai obat pembasi serangga. Selalu sediakan obat pembasmi serangga setiap kali Anda
ingin berpergian ke tempat-tempat terbuka, seperti berkemah, naik gunung, dan lain
sebagainya. Bila perlu, gunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Hal ini dilakukan
Cuci tangan. Rajin cuci tangan setiap kali ingin memulai aktivitas atau setelah beraktivtitas.
Cuci semua pakaian dan sprei tempat tidur. Gunakanlah air panas dan sabun untuk
mencuci semua pakaian, handuk, dan sprei, atau jika perlu direbus untuk membunuh
memasukkan benda-benda tersebut ke dalam plastik tertutup dan letakkan di tempat yang
jarang dijangkau selama beberapa minggu. Tungau akan mati dalam beberapa hari ketika
Hindari kontak. Penyakit ini dapat menular lewat kontak sik, makanhindari kontak
langsung dengan penderita dalam waktu yang lama. Selain itu, hindari juga kebiasaan
penyakit ini.
(vacuum cleaner), bersihkan semua karpet dan furnitur yang ada di dalam rumah. Jangan
lupa, gunakan masker wajah saat membersihkan daerah tersebut. Hal ini dilakukan agar
Anda tidak menghirup debu yang terkontaminasi oleh kotoran hewan pengerat.
mana penyakit ini sedang mewabah. Meski Anda tidak memunculkan gejala tifus,
sebaiknya tetap lakukan pemeriksaan. Pasalnya dalam banyak kasus, gejala tifus baru
Mencegah penularan penyakit tifus perlu disiplin yang tinggi. Cara-cara di atas wajib dilakukan
pada saat sebelum memulai terapi dengan pengobatan karena apabila tidak dilakukan tindakan
pencegahan maka akan sangat mudah menular dan tidak menutup kemungkinan untuk
terjadinya infeksi ulang pada pasien yang sudah sembuh.
Sumber