Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi

oleh keadaan fisik dan banyaknya penyakit infeksi yang terus

menerus meningkat disetiap tahunnya. Masalah gizi masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pertumbuhan dan

perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI

yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang

terkandung dalam ASI (Siregar, 2004).

ASI merupakan hadiah terindah dari ibu dari ibu kepada bayi

yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa

makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinngi

yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang

seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia

setiap saat (Rizki N, 2013).

Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak

dini termasuk pemberian makanan yang ideal. Tidak ada satupun

makananan yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World

Health Organitation (WHO) dan United Nation International


Children’s Emergency Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian

ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa pemberian cairan

tanpa makanan selain ASI (IDAI, 2013).

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan

angka kelahiran yang masih tinggi. Jumlah lahir hdup yaitu

4.840.511 jumlah bayi (0 tahun) yaitu 4.746.438, jumlah batita (0-3

tahun) yaitu 14.261.868 jumlah anak balita (1-4 tahun) yaitu

19.101845, jumlah balita (bayi 5 tahun) yaitu 23.848.283. (Pusat

Data Dan Informasi Kemenkes RI, 2017)

Angka kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil survei

demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 memperlihatkan

bahwa AKB sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup, angka

ini lebih tinggidibanding AKB yang direncanakan pada target MDG’s

yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Tingginya

AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan

cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh UNICEF, risiko angka kematian bayi (AKB) bisa

berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif dan

menyusui sampai 2 tahun. Khusus untuk kematian neonatus dapat

ditekan hingga 55% - 87% jika setiap bayi lahir dilakukan IMD dan

diberikan ASI eksklusif. Selain itu kasus kurang gizi pada anak di

bawah usia dua tahun juga dapat atasi melalui pemberian ASI
eksklusif. WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat

ASI untuk mengatasi masalah gizi dan mencegah penyakit infeksi.

Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menjamin

kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI

adalah hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat

jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi penerus

karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan

emosional anak( Marmi, 2012).

Di provinsi Nusa Tenggara Barat cakupan ASI Eksklusif tahun

2017 sebesar 77,6 % cakupan ini turun jika di bandingkan dengan

cakupan ASI Eksklusif tahun 2016sebesar 86,63%. (Dikes NTB,

2017).

Di Kabupaten Lombok Barat cakupan ASI eksklusif

Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pemberian ASI ini juga

diperkuat dengan menandatangani undang-undang kesehatan no

36 tahun 2009. Undang undang kesehatan ASI ini diatur dalam 3

pasal. Dukungan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif

telah dilakukan melalui berbagai upaya seperti Gerakan Nasional

Peningkatan Pengguanaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI), Gerakan

Masyarakat Peduli ASI dan kebijakan Peningkatan Penggunaan Air

Susu Ibu (PP-ASI) (Roesli, 2007 dalam Hutri, 2014). Tetapi dalam
kenyataan di Indonesia hanya 27,1% bayi yang mendapat ASI

eksklusif, dimana 31,5% bayi berumur 0-1 bulan di beri ASI dan

susu lain (SDKI, 2012). Angka ini masih rendah, karena taerget

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan

adalah 80% (Depkes RI, 2013). Air susu ibu (ASI) adalah cairan

kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI

mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang

bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Penurunan produksi ASI

pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh

kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat

berperan dalam kelancaran produksi ASI. Menyusui dini di jam-jam

pertama kelahiran jika tidak dapat dilakukan oleh ibu akan

menyebabkan proses menyusu tertunda, maka alternatif yang dapat

dilakukan adalah memerah atau memompa ASI selama 10-20 menit

hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tersebut dapat membantu

memaksimalkan reseptor prolaktin dan meminimalkan efek samping

dari tertundanya proses menyusui oleh bayi (Evariny, 2011). Oleh

karena itu, perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa

ibu post partum dapat menggunakan teknik marmet.

Salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan

teknik Marmet. Teknik Marmet merupakan memerah ASI secara

manual mengeluarkan ASI secara manual dan membantu refleks


pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex) telah bekerja bagi ribuan

ibu dengan cara yang tidak dimiliki sebelumnya. Bahkan ibu

menyusui berpengalaman yang telah mampu mengeluarkan ASI

diungkapkan akan menghasilkan lebih banyak susu dengan metode

ini. Ibu yang sebelumnya telah mampu mengeluarkannya hanya

sedikit, atau tidak sama sekali, mendapatkan hasil yang sangat baik

dengan teknik ini. Teknik Marmet mengembangkan metode pijat

dan stimulasi untuk membantu kunci refleks keluarnya ASI lebih

optimal. Keberhasilan dari teknik ini adalah kombinasi dan metode

pijat dan pengeluaran ASI. Teknik ini efektif dan tidak menimbulkan

masalah. Teknik marmet ini merupakan salah satu cara yang aman

yang dapat dilakukan untuk merangsang payudara untuk

memproduksi ASI lebih banyak (Mas’aad, 2016).

Melakukan perahan pada payudara membutuhkan ketenangan

pada ibu sehingga ASI juga bisa keluar dengan lancar, untuk

memberikan ketenangan pada ibu maka diberikan terapi musik

klasik mozart agar ibu merasa rileks dan tenang, karena menurut

sarwono (1992) dalam natalia (2000) musik sebagai suara akrab di

telinga manusia, sedangjan davis (1978) dalam natalia (2000)

menjelaskan akan fungsi musik untuk dapat mempengaruhi hidup

dan pikiran, perasaan kita, dan musik adalah sebuah misteri.


Pemberian terapi musik merupakan salah satu stimulasi audio

menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan

atau memperbaiki pertumbuhan, emosi, kognitif, dan sosial bagi

individu dari berbagai kalangan usia (Mahanani, 2013 dalam

penelitian Cahyani,2015).

Sesuai pula dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Debby (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh teknik marmet

terhadap produksi ASI pada ibu nifas di RSUD.Dr. Wahidin Sudiro

Husodo Kota Mojokerto nilai ρ = ,005 < nilai α = 0,05. Sama halnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Yofhin (2014) menyatakan

bahwa ada pengaruh teknik Marmet terhadap tanda Kecupukan ASI

pada Ibu Post Seksio Sesarea di RS. Dr. Moewardi Surakarta,

dengan nilai ρ = ,000 < nilai α = 0,05. Penelitian terdahulu yang

dilakuka oleh Khusnul dan Yuli (2016) menyatakan ada pengaruh

teknik Marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, dengan nilai ρ = ,025

< nilai α = 0,05.

Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui

bagaimana kelancaran ASI bisa dipengaruhi oleh teknik marmet

dengan metode kombinasi terapi musik dengan mengambil judul

penelitian “Pengaruh Kombinasi Tehnik Marmet Dan Musik Klasik

Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Menyusui”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yg telah dikemukakan di atas maka

merumuskan masalah yang akan di teliti adalah Bagaimana

pengaruh kombinasi tehnik marmet dan musik klasik terhadap

kelancaran ASI pada ibu menyusui ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kombinasi tehnik marmet dan

musik klasik terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu terkait umur, paritas,

pendidikan, dan pekerjaan

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu sebelum diberikan

konseling dan tindakan kombinasi tehnik marmet terhadap

kelancaran ASI

c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu setelah diberikan konseling

dan tindakan kombinasi tehnik marmet terhadap kelancaran

ASI

d. Menganalisa pengaruh kombinasi tehnik marmet dan musuk

klasik terhadap kelancaran ASI


D. Hipotesa

Ada pengaruh metode kombinasi tehnik marmet dengan musik

klasik terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui

E. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat khususnya pada ibu

menyusui untuk melancarkan ASI menggunakan kombinasi

tehnik marmet dan musik klasik

2. Institusi Pelayanan

Sebagai bahan refrensi untuk institusi pelayanan dalam

memberikan asuhan pada ibu menyusui untuk melancarkan ASI

menggunakan kombinasi tehnik marmet dan musik klasik

3. Institusi pendidikan

Sebagai bahan refrensi bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan Pengaruh kombinasi tehnik marmet dan musik

klasik terhadap kelancaran ASI .

4. Peneliti dan Peneliti Lain

Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian

tentang Pengaruh Pengaruh kombinasi tehnik marmet dan musik

klasik terhadap kelancaran ASI dan sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan Program pendidikan D-IV Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai