Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. APGAR Score : Metode sederhana untuk menilai keadaan umum bayi setelah
dilahirkan. Terdapat 5 kriteria : warna kulit, bunyi jantung, respon reflex, tonus
otot, pernafasan. Interpretasi : 0-3 asfiksia berat, 4-6asfiksia ringan, 7-
10normal
2. Hyaline membrane disease : Nama lain dari sindrom gawat nafas (RPD)
keterlambatan maturitas paru-paru
3. Skor ballard dan Dubowitz :
Skor ballard : menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuscular dan fisik
Skor Dubowitz : penilaian ballard menggunakan sistem dari dubowitz
4. Kurva lubschenko dan nelhause :
Kurva lubschenko : kurva untuk menentukan pertumbuhan bayi meliputi
berat, panjang, dan ukuran kepala
Kurva nelhause : kurva untuk menilai lingkar kepala dari bayi lahir
hingga berumur 18 tahun
STEP 2
1. Mengapa ketika bayi lahir tidak langsung menangis?
2. Mengapa GDS bayi 32 mg/dL? Apa nilai normalnya?
3. Mengapa dr. mengatakan adaptasi intrauterine dan ekstrauterin dari bayi buruk?
4. Bagaimana kriteria asfiksia?
5. Bagaimana cara melakukan resusitasi pada bayi dan apa saja indikasi resusitasi?
6. Apa interpretasi dari Apgar Score?
7. Apa pathogenesis dari scenario?
8. Bagaimana hubungan BMI ibu dengan kasus di scenario?
9. Mengapa bayi diberikan terapi infus dan NGT?
10. Apa faktor resiko dari makrosomia?
11. Apa saja DX dan DD dan bagaimana alur dx nya?
12. Apa penatalaksanaan dari scenario?
13. Jelaskan periode pertumbuhan dan perkembangan pada neonatus!
14. Jelaskan pentingnya kecukupan gizi neonatus!
15. Bagaimana penggunaan skor ballard dan Dubowitz, juga kurva lubschenko dan
nelhause?
16. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dari bayi makrosomia?
17. Apa yang dimaksud dengan hyaline membrane disease dan bagaimana interpretasi
dari masing-masing grade?
STEP 7
1. Mengapa ketika bayi lahir tidak langsung menangis?
FISIOLOGI PERNAPASAN: TRANSISI INTRA KE EKSTRAUTERIN
Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan oleh janin berasal dari
difusi darah ibu ke darah janin melewati membran plasenta. Hanya
sebagian kecil darah janin yang mengalir ke paruparu janin. Paru janin
tidak berfungsi sebagai jalur transportasi O2 atau ekskresi CO2 ataupun
keseimbangan asam basa pada janin. Paru-paru janin mengembang dalam
uterus akan tetapi kantung-kantung udara yang akan menjadi alveoli berisi
cairan bukan udara. Selain itu pembuluh arteriol konstriksi (mengkerut)
karena tekanan parsial oksigen (PO2) pada janin rendah. Sebelum lahir,
sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak dapat memasuki paru
karena resistensi yang lebih rendah yaitu melewati duktus arteriosus
menuju aorta.
Setelah lahir, bayi tidak lagi terhubung dengan plasenta dan akan
bergantung pada paru-paru sebagai sumber oksigen. Oleh sebab itu dalam
hitungan detik, cairan paru dalam alveoli harus diserap. Paru-paru harus
terisi udara yang mengandung oksigen dan pembuluh darah paru harus
membuka untuk meningkatkan aliran darah ke alveoli sehingga oksigen
dapat diabsorpsi dan dibawa ke seluruh tubuh
PERUBAHAN NORMAL SETELAH KELAHIRAN, meliputi
a. Cairan dalam alveoli diserap ke pembuluh limfe paru dan digantikan oleh
udara
b. Arteri umbilikalis konstriksi, kemudian arteri dan vena umbilikalis
menutup ketika tali pusat dijepit
c. Pembuluh darah paru relaksasi sehingga tekanan terhadap aliran darah
menurun karena mengembangnya alveoli oleh udara yang berisi oksigen
sehingga kadar oksigen dalam alveoli meningkat
MASALAH YANG DAPAT MENGGANGGU TRANSISI NORMAL
a. Paru tidak terisi udara meskipun sudah ada pernapasan spontan (ventilasi
tidak adekuat)
b. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik (hipotensi sistemik)
c. Arteri pulmonal tetap konstriksi setelah kelahiran karena sebagian atau
seluruh paru gagal mengembang atau karena kekurangan oksigen sebelum/
selama persalinan (hipertesi pulmonal persisten neonatus)
5. Bagaimana cara melakukan resusitasi pada bayi dan apa saja indikasi resusitasi?
Indikasi
Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
a. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah
yang jatuh ke posterior.
b. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium
sulfat, dan sebagainya
c. Kerusakan neurologis
d. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi
e. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan.
Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu
selanjutnya.
(www.geocities.com)
Tujuan atau prinsip dasar
Prisip dasar :
a. Memberikan lingkungan yang baik pada byi dan mengusahakan saluran
nafas tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan , yaitu agar
oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan
usaha pernafasan lemah
c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
(Sumber : buku ajar IKA jilid 3 oleh staf pengajar IKA FK UI
hal 1077-1078)
Penilaian status klinik
digunakan penilaian apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke
1 dan ke 5 sesudah lahir.
Nilai pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan
tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan
kelangsungan hidup.
Nilai pada menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik.
Perencanaan berdasarkan
perhitungan nilai apgar
1. Nilai apgar menit pertama
7 - 10 : biasanya bayi hanya
memerlukan tindakan
pertolongan berupa
penghisapan lendir / cairan
dari orofaring dengan menggunakan bulb
syringe atau suction unit tekanan rendah. Hati-hati, pengisapan yang
terlalu kuat / traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan
bradikardia sampai henti jantung.
2. Nilai apgar menit pertama 4 - 6 : hendaknya orofaring cepat diisap dan
diberikan o2 100%. Dilakukan stimulasi sensorik dengan tepokan atau
sentilan pada telapak kaki dan gosokan selimut kering pada
punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus dipantau ketat. Bila
frekuensi jantung menurun atau ventilasi tidak adekuat, harus diberikan
ventilasi tekanan positif dengan kantong resusitasi dan sungkup
muka. Jika tidak ada alat bantu ventilasi, gunakan teknik pernapasan
buatan dari mulut ke hidung-mulut.
3. Nilai apgar menit pertama 3 atau kurang : bayi mengalami depresi
pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat diisap. Ventilasi
dengan tekanan positif dengan o2 100% sebanyak 40-50 kali per
menit harus segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan
memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Jika
frekuensi jantung tidak meningkat sesudah 5-10 kali napas, kompresi
jantung
harus
dimulai.
Frekuensi :
100 sampai
120 kali
per menit,
dengan 1
kali ventilasi setiap 5 kali kompresi (5:1).
Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein,
dan lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan
karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam
keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak
dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari sebanyak 500
kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu
Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial.
Akan tetapi dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya.
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai
standar untuk nilai gizi protein.
Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam makanan
orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari pada nilai gizi
protein telur
Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel
tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh. Lemak
terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai
fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah
trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping
mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan
energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak
esensial
Vitamin & Mineral
Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih dikenal
dengan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.
Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar. Sedangkan mikronutrisi
(mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit
(dalam ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral
vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin
yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam air
(vitamin A, D, E dan K).
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim
15. Bagaimana penggunaan skor ballard dan Dubowitz, juga kurva lubschenko dan
nelhause?
Skor Ballard & Dubowitz
Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur
ini penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi
yang tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama
beberapa jam pertama kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah
dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan
maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor,
demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor
pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,
kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa
gestasinya
A. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya bertahap lapisan
pelindung, yang kaseosa vernix. Oleh karena itu, mengental,
mengering dan menjadi kusut dan / atau kulit, dan mungkin
mengembangkan ruam sebagai pematangan janin berlangsung.
Fenomena ini dapat terjadi di berbagai langkah pada janin individu
tergantung di bagian atas kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum pengembangan epidermis dengan perusahaan stratum
korneum, kulit transparan dan mematuhi agak ke jari pemeriksa.
Kemudian menghaluskan, mengental dan menghasilkan pelumas,
dengan vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan.
Pada jangka panjang dan pasca-panjang, janin dapat mengalihkan
mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan
efek untuk mempercepat proses pengeringan, menyebabkan
mengelupas, retak, dehidrasi, dan menanamkan sebuah perkamen,
kemudian kasar, penampilan untuk kulit. Untuk tujuan penilaian,
alun-alun yang menggambarkan kulit bayi yang paling dekat harus
dipilih
B. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Dalam
ketidakdewasaan ekstrim, kulit tidak memiliki apapun lanugo. Hal
ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan biasanya
berlimpah, terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28
kehamilan. Penipisan terjadi pertama di atas punggung bawah,
mengenakan pergi sebagai kurva tubuh janin maju ke posisinya
matang, tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih
besar dari daerah lumbo-sakral. Pada sebagian besar janin kembali
tanpa lanugo, yaitu, bagian belakang adalah sebagian besar botak.
Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia kehamilan
tertentu mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri keluarga atau
nasional dan untuk pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi
tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki
lanugo berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai
mendekati atau melampaui penuh panjang kehamilan. Untuk tujuan
penilaian, pemeriksa memilih alun-alun yang paling dekat
menggambarkan jumlah relatif lanugo pada daerah atas dan bawah
dari punggung bayi.
C. Garis Telapak Kaki
Bagian ini berhubungan dengan kaki besar lipatan di telapak kaki.
Penampilan pertama dari lipatan muncul di telapak anterior di bola
kaki. ini mungkin berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi
dikontribusikan oleh dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih asal telah
dilaporkan memiliki lipatan kaki sedikit pada saat lahir. Tidak ada
penjelasan yang dikenal untuk ini. Di sisi lain, percepatan
dilaporkan jatuh tempo neuromuskuler pada bayi hitam biasanya
mengkompensasi ini, mengakibatkan pembatalan efek lipatan kaki
tertunda. Oleh karena itu, biasanya tidak ada over-atau di bawah-
perkiraan usia kehamilan karena ras ketika total skor dilakukan.
Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki
lipatan kaki terdeteksi. Untuk lebih membantu menentukan usia
kehamilan ini bayi, mengukur panjang kaki atau tumit-jari jarak
sangat membantu. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki
bayi pada pita pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang
tumit ke ujung jari kaki yang besar.
Untuk tumit-jari jarak kurang dari 40 mm, mencetak dua
dikurangi (-2) diberikan;
bagi mereka antara 40 dan 50 mm, skor minus satu (-1).
D. Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang
untuk tumbuh dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang
tergantung pada status gizi janin. pemeriksa catatan ukuran areola
dan kehadiran atau tidak adanya stippling (diciptakan oleh papila
berkembang dari Montgomery). Pemeriksa kemudian palpates
jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya dengan ibu
jari dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan
memilih alun-alun yang sesuai pada lembar skor. Di bawah-dan
over-gizi janin dapat mempengaruhi variasi ukuran payudara pada
usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu dapat menghasilkan
ginekomastia neonatus pada kedua hari keempat kehidupan
ekstrauterin.
E. Mata / Telinga
Pinna dari telinga janin perubahan itu konfigurasi dan peningkatan
konten tulang rawan sebagai kemajuan pematangan. Penilaian
meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan, kemudian melipat
pinna maju ke arah wajah dan melepaskannya. Pemeriksa mencatat
kecepatan yang pinna dilipat terkunci kembali menjauh dari wajah
ketika dirilis, kemudian memilih alun-alun yang paling dekat
menggambarkan tingkat perkembangan cartilagenous.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat
ketika dirilis. Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan
pembangunan kelopak mata sebagai indikator tambahan
pematangan janin. Pemeriksa tempat ibu jari dan telunjuk pada
kelopak atas dan bawah, dengan lembut memindahkan mereka
terpisah untuk memisahkan mereka. Bayi yang sangat belum
dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu,
pemeriksa tidak akan dapat memisahkan fisura palpebra baik
dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan memiliki satu
atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau keduanya akan
sebagian dipisahkan oleh traksi cahaya ujung jari pemeriksa.
temuan ini akan memungkinkan pemeriksa untuk memilih pada
lembar:
skor dua dikurangi (-2) untuk sedikit menyatu, atau
minus satu (-1) untuk longgar atau kelopak mata sebagian
menyatu.
Pemeriksa tidak perlu heran menemukan variasi yang luas dalam
status kelopak mata fusi pada bayi individu pada usia kehamilan
tertentu, karena nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral
tertentu.
F. Genitalia Pria
Testis janin mulai turun mereka dari rongga peritoneum ke dalam
kantong skrotum pada sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri
kanan mendahului dan biasanya memasuki skrotum pada minggu
ke-32. Kedua testis biasanya teraba di atas untuk menurunkan
kanal inguinalis pada akhir minggu ke-33 untuk ke-34 kehamilan.
Bersamaan, kulit skrotum mengental dan mengembangkan rugae
lebih dalam dan lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona
rugated dianggap turun. Dalam prematuritas ekstrim skrotum ini
datar, halus dan muncul dibedakan seksual. Pada jangka panjang
untuk pasca-panjang, skrotum dapat menjadi terjumbai dan benar-
benar dapat menyentuh kasur ketika bayi terletak terlentang.
Catatan: Dalam kriptorkismus benar, skrotum pada sisi yang
terkena tampak tidak berpenghuni, hipoplasia dan dengan rugae
terbelakang dibandingkan dengan sisi yang normal, atau, untuk
kehamilan tertentu, ketika bilateral. Dalam kasus seperti itu, sisi
normal harus mencetak gol, atau jika bilateral, skor yang serupa
dengan yang diperoleh untuk kriteria kematangan lain harus
diberikan.
G. Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus hanya sebagian
diculik, yaitu, sekitar 45 ° dari horizontal dengan bayi berbaring
telentang. Penculikan berlebihan dapat menyebabkan klitoris dan
labia minora untuk tampil lebih menonjol, sedangkan adduksi
dapat menyebabkan labia majora untuk menutupi atas mereka.
Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang datar sangat
menonjol dan mungkin menyerupai lingga laki-laki. Sebagai
pematangan berlangsung, klitoris menjadi kurang menonjol dan
labia minora menjadi lebih menonjol. Menjelang panjang, baik
klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia
majora memperbesar. Labia mayora mengandung lemak dan
ukuran mereka dipengaruhi oleh nutrisi intrauterin. Lebih-gizi
dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan,
sedangkan di bawah-gizi, seperti pada retardasi pertumbuhan
intrauterin atau pasca-jatuh tempo, dapat mengakibatkan labia
majora kecil dengan klitoris relatif menonjol dan labia minora larut
kehamilan. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang diamati,
karena skor yang lebih rendah pada item ini dalam kronis stres atau
pertumbuhan janin terhambat dapat diimbangi dengan skor lebih
tinggi pada neuro-otot item tertentu
Maturitas Neuromuskuler
A. Postur
Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat
istirahat dan ketahanan untuk meregangkan kelompok otot
individu. Sebagai pematangan berlangsung, janin meningkat secara
bertahap mengasumsikan nada fleksor pasif yang berlangsung
dalam arah sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan
ekstremitas atas. Bayi prematur terutama pameran dilawan nada
ekstensor pasif, sedangkan istilah bayi mendekati menunjukkan
nada fleksor semakin kurang menentang pasif. Untuk mendapatkan
item postur, bayi ditempatkan terlentang (jika ditemukan rawan)
dan pemeriksa menunggu sampai bayi mengendap dalam posisi
santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang manipulasi,
lembut (fleksi jika diperpanjang, memperpanjang jika tertekuk)
dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari posisi
dasar kenyamanan. Fleksi pinggul tanpa hasil penculikan di posisi
katak-kaki seperti yang digambarkan dalam postur persegi #
3. Fleksi hip diiringi penculikan digambarkan oleh sudut lancip di
pinggul di alun-alun postur #
4. Sosok yang paling dekat menggambarkan postur disukai bayi
dipilih.
B. Jendela pergelangan tangan
Pergelangan fleksibilitas dan / atau resistensi terhadap ekstensor
peregangan bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari
fleksi pada pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berlaku tekanan lembut
pada dorsum tangan, dekat jari-jari. Dari pra-sangat panjang untuk
pasca-panjang, sudut yang dihasilkan antara telapak tangan dan
lengan bawah bayi diperkirakan; > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan
0 °. Alun-alun yang tepat pada lembar skor dipilih.
C. Gerakan lengan membalik
Manuver ini berfokus pada nada fleksor pasif otot bisep dengan
mengukur sudut mundur berikut perpanjangan sangat singkat dari
ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa
tempat satu tangan di bawah siku bayi untuk dukungan.
Mengambil tangan bayi, pemeriksa sebentar set siku dalam fleksi,
maka sesaat meluas lengan sebelum melepaskan tangan. Sudut
mundur yang lengan mata air kembali ke fleksi dicatat, dan alun-
alun yang sesuai dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat
prematur tidak akan menunjukkan apapun mundur lengan. #
4 persegi dipilih hanya jika ada kontak antara kepalan bayi dan
wajah. Ini terlihat dalam jangka panjang dan bayi pasca. Perawatan
harus diambil untuk tidak memegang lengan dalam posisi
diperpanjang untuk jangka waktu lama, karena hal ini
menyebabkan kelelahan fleksor dan menghasilkan skor yang palsu
rendah karena untuk mundur fleksor miskin.
D. Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan nada fleksor pasif sendi lutut
dengan pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan
ekstremitas bawah. Dengan berbaring telentang bayi, dan dengan
popok kembali bergerak, paha ditempatkan lembut pada perut bayi
dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi
ini, pemeriksa lembut menggenggam kaki di sisi dengan satu
tangan sementara mendukung sisi paha dengan lainnya. Perawatan
diambil tidak untuk mengerahkan tekanan pada paha belakang,
karena hal ini dapat mengganggu fungsi mereka. Kaki
diperpanjang sampai resistensi pasti untuk ekstensi dihargai. Pada
beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat digambarkan selama
manuver ini. Pada titik ini terbentuk pada sudut lutut oleh atas dan
kaki bagian bawah diukur.
Catatan:
a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai bayi
berhenti menendang aktif sebelum memperpanjang kaki.
b) Posisi terang akan mengganggu kehamilan sungsang dengan ini
manuver untuk 24 sampai 48 jam pertama usia karena kelelahan
berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes harus diulang setelah
pemulihan telah terjadi; bergantian, skor yang sama dengan yang
diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat diberikan.
E. Scarf Sign (Tanda selendang)
Manuver ini tes nada pasif fleksor tentang korset bahu. Dengan
bayi terlentang berbaring, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi
untuk garis tengah dan mendukung tangan bayi di dada bagian atas
dengan satu tangan. ibu jari tangan lain pemeriksa ditempatkan
pada siku bayi.
Pemeriksa dorongan siku di dada, penebangan untuk fleksi pasif
atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor bahu korset
posterior. Titik pada dada yang siku bergerak dengan mudah
sebelum resistensi yang signifikan dicatat. Tengara mencatat dalam
rangka meningkatkan kematangan adalah:
jilbab penuh di tingkat leher (-1);
aksila kontralateral baris (0);
baris puting kontralateral (1);
proses xyphoid (2);
baris puting ipsilateral (3), dan
aksila ipsilateral baris (4).
F. Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur nada fleksor pasif tentang korset panggul
dengan tes fleksi pasif atau resistensi terhadap perpanjangan otot
fleksor pinggul posterior. Bayi ditempatkan terlentang dan tertekuk
ekstremitas bawah dibawa untuk beristirahat di kasur bersama
bagasi bayi.
Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan
satu telapak tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki
bayi di sisi dan tarik ke arah telinga ipsilateral.
Para menebang pemeriksa untuk ketahanan terhadap perpanjangan
fleksor panggul korset posterior dan catatan lokasi dari tumit mana
resistensi yang signifikan adalah dihargai. Tengara mencatat dalam
rangka meningkatkan kematangan termasuk resistensi terasa ketika
tumit pada atau dekat:
telinga (-1);
hidung (0);
dagu tingkat (1);
baris puting (2);
daerah pusar (3),
femoralis lipatan (4).
Kurva Lubschenko
Kurva Nellhause
16. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dari bayi makrosomia?
17. Apa yang dimaksud dengan hyaline membrane disease dan bagaimana interpretasi
dari masing-masing grade?
Definisi
HMD disebut juga respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma
Gawat Nafas (SGP) tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang
terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran
bernafas, (pernafasan cuping hidung, grunting, tipe pernapasan dispnea /
takipnea, retraksi dada, dan sianosis) yang menetap atau menjadi progresif
dalam 48 – 96 jam pertama kehidupan. Penyebabnya adalah kurangnya
surfaktan. Gagal nafas dapat didiagnosa dengan analisis gas darah. Edema
sering didapatkan pada hari ke-2, disebabkan oleh retensi cairan dan
kebocoran kapiler. Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan foto rontgen. Pada
pemeriksaan radiologist ditemukan pola retikulogranuler yang uniform,
gambaran ground glass appearance dan air bronchogram. Namun
gambaran ini bukan patognomonik RDS
Etiologi & Patofisiologi
Pembentukan Paru & Surfaktan
Pembentukan paru dimulai pada kehamilan 3 - 4
minggu dengan terbentuknya trakea dari esofagus. Pada 24
minggu terbentuk rongga udara yang terminal termasuk
epitel dan kapiler, serta diferensiasi pneumosit tipe I dan II.
Sejak saat ini pertukaran gas dapat terjadi namun jarak
antara kapiler dan rongga udara masih 2 -3 kali lebih lebar
dibanding pada dewasa. Setelah 30 minggu terjadi
pembentukan bronkiolus terminal, dengan pembentukan
alveoli sejak 32 – 34 minggu.
Surfaktan muncul pada paru-paru janin mulai usia
kehamilan 20 minggu tapi belum mencapai permukaan
paru. Muncul pada cairan amnion antara 28-32 minggu.
Level yang matur baru muncul setelah 35 minggu
kehamilan.
Surfaktan mengurangi tegangan permukaan pada
rongga alveoli, memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah
kolapsnya alveoli selama ekspirasi. Selain itu dapat pula
mencegah edema paru serta berperan pada sistem
pertahanan terhadap infeksi.
Komponen utama surfaktan adalah
Dipalmitylphosphatidylcholine (lecithin) – 80 %,
phosphatidylglycerol – 7 %, phosphatidylethanolamine – 3
%, apoprotein (surfactant protein A, B, C, D) dan
cholesterol. Dengan bertambahnya usia kehamilan,
bertambah pula produksi fosfolipid dan penyimpanannya
pada sel alveolar tipe II. Protein merupakan 10 % dari
surfaktan., fungsinya adalah memfasilitasi pembentukan
film fosfolipid pada perbatasan udara-cairan di alveolus,
dan ikut serta dalam proses perombakan surfaktan
Etiologi
Kegagalan mengembangkan functional residual
capacity (FRC) dan kecenderungan dari paru yang terkena
untuk mengalami atelektasis berhubungan dengan tingginya
tegangan permukaan dan absennya phosphatydilglycerol,
phosphatydilinositol, phosphatydilserin,
phosphatydilethanolamine dan sphingomyelin
Pembentukan surfaktan dipengaruhi pH normal, suhu
dan perfusi. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia pulmonal;
yang terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan stress
dingin; menghambat pembentukan surfaktan. Epitel yang
melapisi paru-paru juga dapat rusak akibat konsentrasi
oksigen yang tinggi dan efek pengaturan respirasi,
mengakibatkan semakin berkurangnya surfaktan
Patofisiologi
Imaturitas paru secara anatomis dan dinding dada yang
belum berkembang dengan baik mengganggu pertukaran
gas yang adekuat. Pembersihan cairan paru yang tidak
efisien karena jaringan interstitial paru imatur bekerja
seperti spons. Edema interstitial terjadi sebagai resultan dari
meningkatnya permeabilitas membran kapiler alveoli
sehingga cairan dan protein masuk ke rongga laveoli yang
kemudian mengganggu fungsi paru-paru. Selain itu pada
neonatus pusat respirasi belum berkembang sempurna
disertai otot respirasi yang masih lemah
Alveoli yang mengalami atelektasis, pembentukan
membran hialin, dan edema interstitial mengurangi
compliance paru-paru; dibutuhkan tekanan yang lebih
tinggi untuk mengembangkan saluran udara dan alveoli
kecil. Dinding dada bagian bawah tertarik karena diafragma
turun dan tekanan intratorakal menjadi negatif, membatasi
jumlah tekanan intratorakal yang dapat diproduksi. Semua
hal tersebut menyebabkan kecenderungan terjadinya
atelektasis. Dinding dada bayi prematur yang memiliki
compliance tinggi memberikan tahanan rendah
dibandingkan bayi matur, berlawanan dengan
kecenderungan alami dari paru-paru untuk kolaps. Pada
akhir respirasi volume toraks dan paru-paru mencapai
volume residu, cencerung mengalami atelektasis
Kurangnya pembentukan atau pelepasan surfaktan,
bersama dengan unit respirasi yang kecil dan berkurangnya
compliance dinding dada, menimbulkan atelektasis,
menyebabkan alveoli memperoleh perfusi namun tidak
memperoleh ventilasi, yang menimbulkan hipoksia.
Berkurangnya compliance paru, tidal volume yang kecil,
bertambahnya ruang mati fisiologis, bertambahnya usaha
bernafas, dan tidak cukupnya ventilasi alveoli menimbulkan
hipercarbia. Kombinasi hiperkarbia, hipoksia, dan asidosis
menimbulkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan
meningkatnkan pirau dari kanan ke kiri melalui foramen
ovale, ductus arteriosus, dan melalui paru sendiri. Aliran
darah paru berkurang, dan jejas iskemik pada sel yang
memproduksi surfaktan dan bantalan vaskuler
menyebabkan efusi materi protein ke rongga alveoli
Pada bayi imatur, selain defisiensi surfaktan, dinding
dada compliant, otot nafas lemah dapat menyebabkan
kolaps alveolar. Hal ini menurunkan keseimbangan
ventilasi dan perfusi, lalu terjadi pirau di paru dengan
hipoksemia arteri progresif yang dapat menimbulkan
asidosis metabolik. Hipoksemia dan asidosis menimbulkan
vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penurunan aliran
darah paru. Kapasitas sel pnuemosit tipe II untuk
memproduksi surfaktan turun. Hipertensi paru yang
menyebabkan pirau kanan ke kiri melalui foramen ovale
dan duktus arteriosus memperburuk hipoksemia
Aliran darah paru yang awalnya menurun dapat
meningkat karena berkurangnya resistensi vaskuler paru
dan PDA. Sebagai tambahan dari peningkatan permeabilitas
vaskuler, aliran darah paru meningkat karena akumulasi
cairan dan protein di interstitial dan rongga alveolar.
Protein pada rongga alveolar dapat menginaktivasi
surfaktan
Berkurangnya functional residual capacity (FRC) dan
penurunan compliance paru merupakan karakteristik HMD.
Beberapa alveoli kolaps karena defisiensi surfaktan,
sementara beberapa terisi cairan, menimbulkan penurunan
FRC. Sebagai respon, bayi premature mengalami grunting
yang memperpanjang ekspirasi dan mencegah FRC
semakin berkurang