Anda di halaman 1dari 10

Tugas Analisis Kasus

Nama : Annisa Gustin Ekaputri

NPM : 1406553770

Absen : 26

Kelas : Asas-asas hukum pidana kelas A

Program : Paralel 2014

Dosen : Nathalina S.H., M.H , Gandjar Laksmana Bonaprapta S.H., M.H.

Lampiran Kasus:

Jarah Toko Ponsel, Mantan Satpam Nyaris Tewas Dihakimi Warga

Yan Yusuf

Selasa, 17 Maret 2015 − 14:11 WIB

JAKARTA - Dua remaja nyaris tewas dihakimi warga karena tepergok menjarah toko ponsel di Palmerah,
Jakarta Barat. Bahkan salah satu pelaku sudah dibacok warga dengan golok di bagian punggung.

Wahyu Maulana (27) dan Andika Haikal (26) terselamatkan setelah mobil patroli melintas di lokasi di
Jalan Andong Raya, Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

Ditemui diruang SPKT Polsek Palmerah, Wahyu, warga asal Cengkareng, Jakarta Barat yang terkena luka
bacok di punggung kiri oleh warga, mengaku nekat mencuri karena butuh biaya untuk bayaran
kontrakan.

"Ibu kostan udah nagih terus mas," ujar mantan security disalah perusahaan swasta ini, Selasa
(17/3/2015).

Kapolsek Metro Palmerah, Kompol Darmawan mengungkapkan tertangkapnya dua pelaku ini, saat anak
pemilik konter memergoki keduanya saat beraksi.

"Kejadian sekitar pukul 09.00 WIB. Pelaku yang kaget kabur namun berhasil ditangkap warga dan
digebukin hingga babak belur, beruntung petugas patroli yang lewat langsung mengamankan
keduanya," ujar Darmawan di Polsek Palmerah.
Mendapatkan luka lebam hingga bacokan dipunggungnya, kata Darmawan, pihaknya langsung bergegas
membawa keduanya ke Rumah Sakit.

"Salah satu pelaku (Andika) mengalami luka parah dibagian tangan kanannya," ujarnya.

Dari tangan keduanya, polisi mengamankan sebuah motor jenis Vega nopol B 3609 BKH dan tiga buah
handphone.

"Keduanya saat ini masih dalam pemeriksaan oleh unit reskrim polsek," tutup Darmawan singkat.

(ysw)

Sumber: Yusuf,Yan. Jarah Toko Ponsel, Mantan Satpam Nyaris Tewas Dihakimi Warga.
http://metro.sindonews.com/read/977684/170/jarah-toko-ponsel-mantan-satpam-nyaris-tewas-
dihakimi-warga-1426576266. (diakses 1 April 2015 pukul 21.39 WIB)

Analisis Kasus:

Sebelum melakukan analisis kasus saya ingin memberikan definisi dari kata “Jarah”. Menurut
KBBI arti dari kata jarah adalah:

menjarah /men·ja·rah/ v merebut dan merampas milik orang (terutama dl perang atau dl
kekacauan)

Dengan demikian, kata menjarah dapat dipersamakan dengan kata mencuri yang mempunyai
arti:

mencuri /men·cu·ri/ v mengambil milik orang lain tanpa izin atau dng tidak sah.

Kata mencuri dan menjarah dalam kasus ini dapat dipersamakan karena dalam kasus ini kedua
pelaku mengambil barang milik orang lain tanpa izin.

1. Locus Delicti
Locus Delicti ini berkaitan dengan hukum pidana mana yang diberlakukan serta
kompetensi relatif pengadilan.Hukum pidana yang dapat diterapkan dalam kasus ini
adalah hukum pidana Indonesia,karena peristiwa pidana ini terjadi di Indonesia.Hal ini
berkaitan dengan asas territorial.
Sedangkan kompetensi relatif pengadilan berkaitan dengan pengadilan mana yang berhak
mengadili kasus ini.Untuk kasus diatas,dengan menggunakan teori perbuatan fisik,maka
pencurian berhak diadili oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat,Jakarta.
Teori-teori Locus Delicti:

a. Teori perbuatan fisik: Teori yang mengatakan dimana perbuatan fisik dilakukan
disitulah pengadilan berhak mengadili tindak pidana.Contohnya: Dalam
perjalanan pulang mudik dari Surabaya ke Jakarta,X dan Y kembali ke Jakarta
menggunakan kereta,X ingin membunuh Y dengan menggunakan racun,X
memberikan racun di makanan Y di kota Surabaya.Dengan menggunakan teori
perbuatan fisik maka pengadilan yang berhak mengadili X adalah pengadilan
tempat X membubuhkan racun yaitu di Pengadilan Negeri Surabaya.Seperti yang
sudah dijelaskan diatas,dalam kasus pencurian di Palmerah cocok diterapkan teori
perbuatan fisik.

b. Teori bekerjanya alat: Teori ini mengatakan dimana alat yang digunakan pelaku
bekerja,disitulah pengadilan berhak mengadili tindak pidana.Contohnya: (lanjutan
dari contoh diatas) Setelah membubuhkan racun di Surabaya,kemudian Y
memakan makanan tersebut dan mulai merasakan sakit pada perutnya di kota
Semarang.Dengan menggunakan teori bekerjanya alat maka pengadilan yang
berhak mengadili X adalah pengadilan tempat dimana racun yang digunakan X
mulai bekerja pada Y yaitu di Pengadilan Negeri Semarang. Dalam kasus
pencurian di Palmerah,tidak cocok digunakan teori bekerjanya alat karena tidak
terdapat tenggang waktu antara perbuatan mencuri dengan alat yang digunakan
pelaku untuk mencuri.

c. Teori akibat: Yaitu timbulnya akibat dari alat yang digunakan untuk melakukan
tindak pidana tersebut.Contohnya: (lanjutan dari contoh diatas) Setelah
mengalami sakit perut selama hampir 1 jam akhirnya Y meninggal di kota
Cirebon. Dengan menggunakan teori akibat maka pengadilan yang berhak
mengadili X adalah pengadilan tempat dimana Y meninggal yaitu di Pengadilan
Negeri Cirebon. Dalam kasus pencurian di Palmerah,tidak cocok digunakan teori
akibat karena akibat dan perbuatan pencurian merupakan satu rangkaian yang
terjadi secara bersamaan,yang menimbulkan akibat langsung di tempat yang
sama.

d. Teori tempat yang jamak: Yaitu gabungan dari tempat-tempat terjadinya tindak
pidana. Dalam kasus pencurian di Palmerah,tidak cocok digunakan teori tempat
yang jamak karena baik dari perbuatan fisik,bekerjanya alat hingga akibat terjadi
di tempat yang sama.
2. Tempus Delicti

Tempus Delicti adalah waktu terjadinya delik/peristiwa pidana. Dalam kasus pencurian
Handphone di Palmerah, digunakan teori perbuatan fisik.Dengan demikian waktu terjadinya
delik adalah pukul 09.00 WIB pada hari Selasa, 17 Maret 2015,waktu dimana terjadinya delik
saat perbuatan pencurian dilakukan.

3. Asas-asas berlakunya KUHP

Menurut pasal 2 KUHP aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang melakukan perbuatan pidana di dalam Indonesia. Pasal ini menganut asas
teritorial, karena dalam kasus diatas pelaku melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia
(Jakarta Barat,Jakarta). Dengan demikian,ketentuan hukum pidana yang ada di Indonesia
(KUHP) dapat berlaku bagi pelaku pencurian yang terdapat dalam kasus diatas,

4. Subyek Hukum

Subyek Hukum yang terdapat dalam kasus ini adalah manusia (natuurlijk person) yang terdiri
dari dua orang yaitu Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26
tahun).Pertanggungjawaban pidana disandarkan terhadap kesalahan,yang hanya dapat
dimiliki oleh manusia.

5. Pasal yang Digunakan

Tindakan Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun) termasuk “Pencurian
dengan kualifikasi” menurut Prof. Wirjono menterjemahkannya dengan “pencurian khusus”
sebab pencurian tersebut dilakukan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut R. Soesilo
(dalam bukunya Kitab Undang-undang Hukum Pidana) yaitu pencurian dengan kualifikasi
disebut “pencurian dengan pemberatan”, sebab dari istilah tersebut sekaligus dapat dilihat
bahwa, karena sifatnya maka pencurian itu diperberat ancaman pidananya.

Oleh karena itu dalam delik kasus pencurian handphone diatas dapat digunakan pasal:

Pasal 363 ayat 1 butir ke-4 jo 53 KUHP dengan ancaman pidana maksimum pidana pokok
pencurian (diatur dalam pasal 362 KUHP) yaitu lima tahun,dikurang sepertiga dari ancaman
maksimum pidana pokok (lima tahun) tersebut,sehingga menjadi:

1
5 − (5 × ) = 5 − 1,67 = 3,33 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
3

Kedua pelaku diancam dengan pidana penjara 3,33 tahun atau kira-kira setara dengan 40
bulan 30 hari.
6. Perumusan Tindak Pidana

 Pasal 362 KUHP menggunakan cara perumusan disebutkan unsur-unsurnya dan


disebut kualifikasinya (namanya tindak pidananya).
 Pasal 363 ayat 1 butir ke-4 KUHP menggunakan cara perumusan hanya
disebutkan kualifikasi (nama tindak pidananya) tanpa disebutkan unsur-unsurnya.

7. Penguraian unsur dalam pasal

Sebelum menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal yang digunakan dalam pemidanaan
pasal 363 ayat 1 butir ke-4 KUHP terlebih dahulu akan dijelaskan pasal pokok dalam pencurian
yaitu 362 KUHP.

 Pasal 362 KUHP yang berbunyi:


“Barangsiapa mengambil barang sesuatu,yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
denda paling banyak enam puluh rupiah.”

Maka unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 362 KUHP adalah:

-Barangsiapa: Yang dimaksud dengan “barangsiapa” adalah setiap orang yang berupa
manusia (natuurlijk persoon) yang melakukan tindak pidana,dapat dimintai
pertanggung jawaban,dan tidak memiliki dasar pembenar dan pemaaf, yaitu Wahyu
Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun).Dengan demikian unsur ini
terpenuhi.

-Mengambil barang sesuatu,yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain:


Dalam kasus ini Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun) telah
mengambil tiga buah handphone yang seluruhnya milik sebuah conter handphone
yang berada di Jalan Andong Raya, Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah,
Jakarta Barat. Dengan demikian unsur ini terpenuhi.

-Dengan maksud untuk dimiliki: Dalam kasus ini Wahyu Maulana (27 tahun) dan
Andika Haikal (26 tahun) dengan sengaja melakukan pencurian karena ingin
memiliki handphone yang berada di counter handphone tersebut. Dengan demikian
unsur ini terpenuhi.

-Secara melawan hukum: Tindakan Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal
(26 tahun) secara formil dan materiil melawan hukum karena menurut ajaran formil
sifat melawan hukum harus terdapat di dalam rumusan undang-undang,hal ini
terbukti karena dalam pasal 362 KUHP terdapat frasa “melawan hukum”,kemudian
memenuhi sifat melawan hukum secara materiil karena perbuatan mencuri adalah
perbuatan yang dilarang di masyarakat.Dengan demikian unsur ini terpenuhi.

 Pasal 363 ayat 1 butir ke-4 KUHP yang berbunyi:


“Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
Ke-4: Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.”

Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 363 ayat 1 butir ke-4 KUHP adalah:

-Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu: Berarti pencurian
dilakukan oleh lebih dari satu orang,dan orang-orang tersebut saling bekerjasama dalam
melakukan pencurian tersebut. Dalam kasus ini pencurian dilakukan oleh dua orang
Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun),kemudian mereka saling
bekerjasama untuk mencuri handphone. Dengan demikian unsur ini terpenuhi.

8. Penggolongan tindak pidana

a. Delik Kejahatan dan Delik Pelanggaran:

Peristiwa pidana yang ada dalam kasus ini termasuk dalam delik kejahatan karena
dapat dikenakan pasal 363 sub 4 KUHP yang berada di buku II KUHP tentang
kejahatan.

b. Delik Formil dan Delik Materiil :

Peristiwa pidana yang ada dalam kasus ini termasuk ke dalam delik formil karena
pasal 363 KUHP mengatur tentang perbuatan yang dilakukan oleh pelaku,tentang cara
pelaku dalam melakukan kejahatannya.

c. Delik Komisi dan Delik Omisi :

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik komisi karena pelaku
melanggar larangan untuk mencuri dengan perbuatan aktif.

d. Delik Dolus dan Delik Culpa:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik dolus karena kedua pelaku
ingin mengambil handphone tersebut tanpa izin (mencuri) dan dapat dijerat oleh pasal
363 ayat 1 sub ke-4 KUHP,yang memiliki delik pokok yang terdapat dalam pasal 362
KUHP. Dalam pasal 362 KUHP terdapat istilah “dengan maksud” arti istilah ini dapat
dipersamakan dengan kesengajaan.

e. Delik Biasa dan Delik Aduan:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik biasa karena penuntutannya
tidak memerlukan pengaduan dari orang-orang tertentu,Cukup dengan laporan dari
orang yang mengetahui tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh kedua pelaku.

f. Delik Berdiri Sendiri dan Delik Berlanjut:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik berdiri sendiri karena
untuk pemidanaannya tidak memerlukan ketentuan tentang gabungan tindak pidana.
Tinggal melihat berapa ancaman pidana dari pasal yang dilanggar.

g. Delik Selesai dan Delik Berlangsung Terus:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik selesai karena tindak pidananya
selesai dalam waktu yang singkat.

h. Delik Tunggal dan Delik Berangkai:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik tunggal karena agar dapat
dipidana, pelaku cukup melakukan perbuatan mencurinya sekali saja.

i. Delik Pokok,Delik Berkualifikasi dan Delik Berprivilige:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik berkualifikasi karena diatur
dalam pasal 363 ayat 1 sub ke-4 KUHP yang memperberat pemidanaan terhadap kasus
pencurian,diperberat karena dalam kasus ini pencurian dilakukan oleh dua orang
dengan cara bersekutu.

j. Delik Politik dan Delik Komuna (bukan delik politik):

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik komuna (bukan delik
politik) karena tindak pidana dalam kasus ini tidak mengandung unsur politik.

k. Delik Propia dan Delik Komuna:

Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik komuna karena tindak pidana
pencurian dapat dilakukan oleh setiap orang.
9. Teori Kasualitas

Dalam kasus ini tidak dapat diterapkan teori kasualitas karena meskipun tindak pidana dalam
kasus ini merupakan delik yang dikualifisir,dalam pasal 363 ayat 1 sub ke-4 KUHP terdapat
unsur yang memperberat pemidanaan,tetapi dalam kasus ini penambahan unsur hanya berupa
cara pelaku melakukan pencurian,bukan penambahan unsur yang berupa timbulnya
akibat.Sedangkan yang memenuhi teori kasualitas adalah delik yang dikualifisir dengan
penambahan unsur berupa timbulnya akibat.

10. Kesalahan dan Pertanggungjawaban pidana

Kesalahan yang terdapat dalam kasus ini adalah dolus. Dolus merupakan kesalahan yang
dilakukan dengan sengaja (merupakan kesengajaan) Karena kedua pelaku dengan sengaja
melakukan tindakan pencurian di salah satu konter handphone di Palmerah,Jakarta Barat.
Dengan kesalahannya, kedua pelaku dapat dijerat pasal 362 dan 363 ayat 1 sub ke-4 KUHP,serta
tidak ada dasar pembenar dan dasar pemaaf. Dalam pasal 362 KUHP terdapat istilah “dengan
maksud” arti istilah ini dapat dipersamakan dengan kesengajaan.

Bentuk Kesengajaan yang terdapat dalam kasus ini adalah:

Dolus sebagai maksud/tujuan,karena pelaku menghendaki perbuatan dan akibat dari


perbuatannya.Kedua pelaku (Wahyu dan Andika) menghendaki perbuatan pencurian dan
menghendaki akibat dari pencurian tersebut,yaitu mengambil handphone untuk dimiliki.

11. Pertanggungjawaban Pidana

Kedua pelaku (Wahyu dan Andika) dapat dipersalahkan sehingga dapat bertanggumgjawab
karena memenuhi tiga syarat,yaitu:

- Kemampuan bertanggungjawab, kedua pelaku sudah berusia dewasa dan cukup umur
untuk bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukannya (Wahyu berumur 27 tahun dan
Andika berumur 26 tahun), dinyatakan sehat secara psikis dan fisik, serta mereka tidak
berada dibawah pengampuan sehingga mereka dapat mempertanggungjawabkan
perbuatan yang mereka lakukan.
- Ada hubungan psikis antara pelaku dan perbuatannya dalam bentuk dolus atau
culpa,dalam kasus ini Wahyu dan Andika sadar bahwa pencurian yang mereka lakukan
melawan hukum dan dapat dikenai sanksi pidana.
- Tidak ada dasar pembenar dan dasar pemaaf
Dasar pemaaf tercantum dalam:

 Pasal 44 KUHP tentang ketidakmampuan seseorang untuk berfikir


 Pasal 48 KUHP tentang daya paksa atau overmacht
 Pasal 49 ayat 2 KUHP tentang pembelaan melampaui batas (noodweer excess)
 Pasal 51 ayat 2 KUHP tentang perintah jabatan tanpa wewenang dengan itikad baik

Dasar pembenar tercantum dalam;

 Pasal 48 KUHP tentang keadaan darurat


 Pasal 49 ayat 1 KUHP tentang bela paksa
 Pasal 51 ayat 1 KUHP tentang perintah jabatan yang sah dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang

Dengan adanya pengertian tentang apa saja dasar pembenar dan pemaaf,maka dalam kasus
pencurian handphone yang dilakukan oleh Wahyu dan Andika maka mereka tidak memiliki
dasar pembenar dan dasar pemaaf sehingga mereka dapat dimintai pertanggungjawaban.

12. Percobaan (Poging)

Unsur-unsur percobaan yang dapat dipidana:

- Ada Niat : Kedua pelaku sudah mempunyai niat untuk mencuri handphone yang ada di
sebuah counter handphone di daerah Palmerah,Jakarta Barat.Kedua pelaku berniat untuk
mencuri agar mereka bisa membayar uang sewa kos.Dengan demikian unsur ini terbukti.
- Ada permulaan pelaksanaan: Pada mulanya kedua pelaku sudah berhasil mencuri tiga
buah handphone,dengan demikian unsur ini terbukti karena adanya permulaan
pelaksanaan.
- Pelaksanaan tidak selesai bukan semata-mata karena kehendak pelaku: Pencurian yang
dilakukan kedua pelaku diketahui oleh anak pemilik counter handphone,kemudian warga
menghentikan perbuatan mereka sehingga pelaksanaan pencurian tidak selesai bukan
semata-mata karena kehendak pelaku (ada penghalang fisik).Dengan demikian unsur ini
terbukti.

Jenis percobaan menurut KUHP : Jenis percobaan dalam kasus ini adalah jenis percobaan yang
dapat dipidana karena percobaan pencurian ini diatur dalam pasal 363 ayat 1 KUHP.Sedangkan
jenis percobaan yang tidak dapat dipidana adalah:

- Pasal 184 ayat 5 KUHP tentang perkelahian tanding


- Pasal 302 ayat 4 KUHP tentang penganiayaan ringan terhadap binatang
- Pasal 351 ayat 5 dan pasal 352 ayat 2 KUHP tentang penganiayaan berat dan ringan
Jenis percobaan menurut doktrin: Menurut dokrin, kasus pencurian tiga handphone ini termasuk
dalam jenis percobaan yang selesai/sempurna karena pelaku (Wahyu dan Andika) telah
melakukan semua perbuatan yang diperlukan bagi selesainya kejahatan,namun ditengah-tengah
kejahatan tersebut kedua pelaku ketahuan mencuri handphone oleh anak pemilik
counter,sehingga Wahyu dan Andika ditangkap dan dihakimi oleh warga,dengan demikian
pelaksanaan kejahatan mereka tidak selesai karena adanya penghalang fisik dan pelaksanaan
kejahatan mereka tidak selesai bukan semata-mata karena kehendak kedua pelaku.

Anda mungkin juga menyukai