NPM : 1406553770
Absen : 26
Lampiran Kasus:
Yan Yusuf
JAKARTA - Dua remaja nyaris tewas dihakimi warga karena tepergok menjarah toko ponsel di Palmerah,
Jakarta Barat. Bahkan salah satu pelaku sudah dibacok warga dengan golok di bagian punggung.
Wahyu Maulana (27) dan Andika Haikal (26) terselamatkan setelah mobil patroli melintas di lokasi di
Jalan Andong Raya, Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.
Ditemui diruang SPKT Polsek Palmerah, Wahyu, warga asal Cengkareng, Jakarta Barat yang terkena luka
bacok di punggung kiri oleh warga, mengaku nekat mencuri karena butuh biaya untuk bayaran
kontrakan.
"Ibu kostan udah nagih terus mas," ujar mantan security disalah perusahaan swasta ini, Selasa
(17/3/2015).
Kapolsek Metro Palmerah, Kompol Darmawan mengungkapkan tertangkapnya dua pelaku ini, saat anak
pemilik konter memergoki keduanya saat beraksi.
"Kejadian sekitar pukul 09.00 WIB. Pelaku yang kaget kabur namun berhasil ditangkap warga dan
digebukin hingga babak belur, beruntung petugas patroli yang lewat langsung mengamankan
keduanya," ujar Darmawan di Polsek Palmerah.
Mendapatkan luka lebam hingga bacokan dipunggungnya, kata Darmawan, pihaknya langsung bergegas
membawa keduanya ke Rumah Sakit.
"Salah satu pelaku (Andika) mengalami luka parah dibagian tangan kanannya," ujarnya.
Dari tangan keduanya, polisi mengamankan sebuah motor jenis Vega nopol B 3609 BKH dan tiga buah
handphone.
"Keduanya saat ini masih dalam pemeriksaan oleh unit reskrim polsek," tutup Darmawan singkat.
(ysw)
Sumber: Yusuf,Yan. Jarah Toko Ponsel, Mantan Satpam Nyaris Tewas Dihakimi Warga.
http://metro.sindonews.com/read/977684/170/jarah-toko-ponsel-mantan-satpam-nyaris-tewas-
dihakimi-warga-1426576266. (diakses 1 April 2015 pukul 21.39 WIB)
Analisis Kasus:
Sebelum melakukan analisis kasus saya ingin memberikan definisi dari kata “Jarah”. Menurut
KBBI arti dari kata jarah adalah:
menjarah /men·ja·rah/ v merebut dan merampas milik orang (terutama dl perang atau dl
kekacauan)
Dengan demikian, kata menjarah dapat dipersamakan dengan kata mencuri yang mempunyai
arti:
mencuri /men·cu·ri/ v mengambil milik orang lain tanpa izin atau dng tidak sah.
Kata mencuri dan menjarah dalam kasus ini dapat dipersamakan karena dalam kasus ini kedua
pelaku mengambil barang milik orang lain tanpa izin.
1. Locus Delicti
Locus Delicti ini berkaitan dengan hukum pidana mana yang diberlakukan serta
kompetensi relatif pengadilan.Hukum pidana yang dapat diterapkan dalam kasus ini
adalah hukum pidana Indonesia,karena peristiwa pidana ini terjadi di Indonesia.Hal ini
berkaitan dengan asas territorial.
Sedangkan kompetensi relatif pengadilan berkaitan dengan pengadilan mana yang berhak
mengadili kasus ini.Untuk kasus diatas,dengan menggunakan teori perbuatan fisik,maka
pencurian berhak diadili oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat,Jakarta.
Teori-teori Locus Delicti:
a. Teori perbuatan fisik: Teori yang mengatakan dimana perbuatan fisik dilakukan
disitulah pengadilan berhak mengadili tindak pidana.Contohnya: Dalam
perjalanan pulang mudik dari Surabaya ke Jakarta,X dan Y kembali ke Jakarta
menggunakan kereta,X ingin membunuh Y dengan menggunakan racun,X
memberikan racun di makanan Y di kota Surabaya.Dengan menggunakan teori
perbuatan fisik maka pengadilan yang berhak mengadili X adalah pengadilan
tempat X membubuhkan racun yaitu di Pengadilan Negeri Surabaya.Seperti yang
sudah dijelaskan diatas,dalam kasus pencurian di Palmerah cocok diterapkan teori
perbuatan fisik.
b. Teori bekerjanya alat: Teori ini mengatakan dimana alat yang digunakan pelaku
bekerja,disitulah pengadilan berhak mengadili tindak pidana.Contohnya: (lanjutan
dari contoh diatas) Setelah membubuhkan racun di Surabaya,kemudian Y
memakan makanan tersebut dan mulai merasakan sakit pada perutnya di kota
Semarang.Dengan menggunakan teori bekerjanya alat maka pengadilan yang
berhak mengadili X adalah pengadilan tempat dimana racun yang digunakan X
mulai bekerja pada Y yaitu di Pengadilan Negeri Semarang. Dalam kasus
pencurian di Palmerah,tidak cocok digunakan teori bekerjanya alat karena tidak
terdapat tenggang waktu antara perbuatan mencuri dengan alat yang digunakan
pelaku untuk mencuri.
c. Teori akibat: Yaitu timbulnya akibat dari alat yang digunakan untuk melakukan
tindak pidana tersebut.Contohnya: (lanjutan dari contoh diatas) Setelah
mengalami sakit perut selama hampir 1 jam akhirnya Y meninggal di kota
Cirebon. Dengan menggunakan teori akibat maka pengadilan yang berhak
mengadili X adalah pengadilan tempat dimana Y meninggal yaitu di Pengadilan
Negeri Cirebon. Dalam kasus pencurian di Palmerah,tidak cocok digunakan teori
akibat karena akibat dan perbuatan pencurian merupakan satu rangkaian yang
terjadi secara bersamaan,yang menimbulkan akibat langsung di tempat yang
sama.
d. Teori tempat yang jamak: Yaitu gabungan dari tempat-tempat terjadinya tindak
pidana. Dalam kasus pencurian di Palmerah,tidak cocok digunakan teori tempat
yang jamak karena baik dari perbuatan fisik,bekerjanya alat hingga akibat terjadi
di tempat yang sama.
2. Tempus Delicti
Tempus Delicti adalah waktu terjadinya delik/peristiwa pidana. Dalam kasus pencurian
Handphone di Palmerah, digunakan teori perbuatan fisik.Dengan demikian waktu terjadinya
delik adalah pukul 09.00 WIB pada hari Selasa, 17 Maret 2015,waktu dimana terjadinya delik
saat perbuatan pencurian dilakukan.
Menurut pasal 2 KUHP aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang melakukan perbuatan pidana di dalam Indonesia. Pasal ini menganut asas
teritorial, karena dalam kasus diatas pelaku melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia
(Jakarta Barat,Jakarta). Dengan demikian,ketentuan hukum pidana yang ada di Indonesia
(KUHP) dapat berlaku bagi pelaku pencurian yang terdapat dalam kasus diatas,
4. Subyek Hukum
Subyek Hukum yang terdapat dalam kasus ini adalah manusia (natuurlijk person) yang terdiri
dari dua orang yaitu Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26
tahun).Pertanggungjawaban pidana disandarkan terhadap kesalahan,yang hanya dapat
dimiliki oleh manusia.
Tindakan Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun) termasuk “Pencurian
dengan kualifikasi” menurut Prof. Wirjono menterjemahkannya dengan “pencurian khusus”
sebab pencurian tersebut dilakukan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut R. Soesilo
(dalam bukunya Kitab Undang-undang Hukum Pidana) yaitu pencurian dengan kualifikasi
disebut “pencurian dengan pemberatan”, sebab dari istilah tersebut sekaligus dapat dilihat
bahwa, karena sifatnya maka pencurian itu diperberat ancaman pidananya.
Oleh karena itu dalam delik kasus pencurian handphone diatas dapat digunakan pasal:
Pasal 363 ayat 1 butir ke-4 jo 53 KUHP dengan ancaman pidana maksimum pidana pokok
pencurian (diatur dalam pasal 362 KUHP) yaitu lima tahun,dikurang sepertiga dari ancaman
maksimum pidana pokok (lima tahun) tersebut,sehingga menjadi:
1
5 − (5 × ) = 5 − 1,67 = 3,33 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
3
Kedua pelaku diancam dengan pidana penjara 3,33 tahun atau kira-kira setara dengan 40
bulan 30 hari.
6. Perumusan Tindak Pidana
Sebelum menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal yang digunakan dalam pemidanaan
pasal 363 ayat 1 butir ke-4 KUHP terlebih dahulu akan dijelaskan pasal pokok dalam pencurian
yaitu 362 KUHP.
-Barangsiapa: Yang dimaksud dengan “barangsiapa” adalah setiap orang yang berupa
manusia (natuurlijk persoon) yang melakukan tindak pidana,dapat dimintai
pertanggung jawaban,dan tidak memiliki dasar pembenar dan pemaaf, yaitu Wahyu
Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun).Dengan demikian unsur ini
terpenuhi.
-Dengan maksud untuk dimiliki: Dalam kasus ini Wahyu Maulana (27 tahun) dan
Andika Haikal (26 tahun) dengan sengaja melakukan pencurian karena ingin
memiliki handphone yang berada di counter handphone tersebut. Dengan demikian
unsur ini terpenuhi.
-Secara melawan hukum: Tindakan Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal
(26 tahun) secara formil dan materiil melawan hukum karena menurut ajaran formil
sifat melawan hukum harus terdapat di dalam rumusan undang-undang,hal ini
terbukti karena dalam pasal 362 KUHP terdapat frasa “melawan hukum”,kemudian
memenuhi sifat melawan hukum secara materiil karena perbuatan mencuri adalah
perbuatan yang dilarang di masyarakat.Dengan demikian unsur ini terpenuhi.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 363 ayat 1 butir ke-4 KUHP adalah:
-Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu: Berarti pencurian
dilakukan oleh lebih dari satu orang,dan orang-orang tersebut saling bekerjasama dalam
melakukan pencurian tersebut. Dalam kasus ini pencurian dilakukan oleh dua orang
Wahyu Maulana (27 tahun) dan Andika Haikal (26 tahun),kemudian mereka saling
bekerjasama untuk mencuri handphone. Dengan demikian unsur ini terpenuhi.
Peristiwa pidana yang ada dalam kasus ini termasuk dalam delik kejahatan karena
dapat dikenakan pasal 363 sub 4 KUHP yang berada di buku II KUHP tentang
kejahatan.
Peristiwa pidana yang ada dalam kasus ini termasuk ke dalam delik formil karena
pasal 363 KUHP mengatur tentang perbuatan yang dilakukan oleh pelaku,tentang cara
pelaku dalam melakukan kejahatannya.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik komisi karena pelaku
melanggar larangan untuk mencuri dengan perbuatan aktif.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik dolus karena kedua pelaku
ingin mengambil handphone tersebut tanpa izin (mencuri) dan dapat dijerat oleh pasal
363 ayat 1 sub ke-4 KUHP,yang memiliki delik pokok yang terdapat dalam pasal 362
KUHP. Dalam pasal 362 KUHP terdapat istilah “dengan maksud” arti istilah ini dapat
dipersamakan dengan kesengajaan.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik biasa karena penuntutannya
tidak memerlukan pengaduan dari orang-orang tertentu,Cukup dengan laporan dari
orang yang mengetahui tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh kedua pelaku.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik berdiri sendiri karena
untuk pemidanaannya tidak memerlukan ketentuan tentang gabungan tindak pidana.
Tinggal melihat berapa ancaman pidana dari pasal yang dilanggar.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik selesai karena tindak pidananya
selesai dalam waktu yang singkat.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik tunggal karena agar dapat
dipidana, pelaku cukup melakukan perbuatan mencurinya sekali saja.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik berkualifikasi karena diatur
dalam pasal 363 ayat 1 sub ke-4 KUHP yang memperberat pemidanaan terhadap kasus
pencurian,diperberat karena dalam kasus ini pencurian dilakukan oleh dua orang
dengan cara bersekutu.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk ke dalam delik komuna (bukan delik
politik) karena tindak pidana dalam kasus ini tidak mengandung unsur politik.
Peristiwa pidana dalam kasus ini termasuk dalam delik komuna karena tindak pidana
pencurian dapat dilakukan oleh setiap orang.
9. Teori Kasualitas
Dalam kasus ini tidak dapat diterapkan teori kasualitas karena meskipun tindak pidana dalam
kasus ini merupakan delik yang dikualifisir,dalam pasal 363 ayat 1 sub ke-4 KUHP terdapat
unsur yang memperberat pemidanaan,tetapi dalam kasus ini penambahan unsur hanya berupa
cara pelaku melakukan pencurian,bukan penambahan unsur yang berupa timbulnya
akibat.Sedangkan yang memenuhi teori kasualitas adalah delik yang dikualifisir dengan
penambahan unsur berupa timbulnya akibat.
Kesalahan yang terdapat dalam kasus ini adalah dolus. Dolus merupakan kesalahan yang
dilakukan dengan sengaja (merupakan kesengajaan) Karena kedua pelaku dengan sengaja
melakukan tindakan pencurian di salah satu konter handphone di Palmerah,Jakarta Barat.
Dengan kesalahannya, kedua pelaku dapat dijerat pasal 362 dan 363 ayat 1 sub ke-4 KUHP,serta
tidak ada dasar pembenar dan dasar pemaaf. Dalam pasal 362 KUHP terdapat istilah “dengan
maksud” arti istilah ini dapat dipersamakan dengan kesengajaan.
Kedua pelaku (Wahyu dan Andika) dapat dipersalahkan sehingga dapat bertanggumgjawab
karena memenuhi tiga syarat,yaitu:
- Kemampuan bertanggungjawab, kedua pelaku sudah berusia dewasa dan cukup umur
untuk bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukannya (Wahyu berumur 27 tahun dan
Andika berumur 26 tahun), dinyatakan sehat secara psikis dan fisik, serta mereka tidak
berada dibawah pengampuan sehingga mereka dapat mempertanggungjawabkan
perbuatan yang mereka lakukan.
- Ada hubungan psikis antara pelaku dan perbuatannya dalam bentuk dolus atau
culpa,dalam kasus ini Wahyu dan Andika sadar bahwa pencurian yang mereka lakukan
melawan hukum dan dapat dikenai sanksi pidana.
- Tidak ada dasar pembenar dan dasar pemaaf
Dasar pemaaf tercantum dalam:
Dengan adanya pengertian tentang apa saja dasar pembenar dan pemaaf,maka dalam kasus
pencurian handphone yang dilakukan oleh Wahyu dan Andika maka mereka tidak memiliki
dasar pembenar dan dasar pemaaf sehingga mereka dapat dimintai pertanggungjawaban.
- Ada Niat : Kedua pelaku sudah mempunyai niat untuk mencuri handphone yang ada di
sebuah counter handphone di daerah Palmerah,Jakarta Barat.Kedua pelaku berniat untuk
mencuri agar mereka bisa membayar uang sewa kos.Dengan demikian unsur ini terbukti.
- Ada permulaan pelaksanaan: Pada mulanya kedua pelaku sudah berhasil mencuri tiga
buah handphone,dengan demikian unsur ini terbukti karena adanya permulaan
pelaksanaan.
- Pelaksanaan tidak selesai bukan semata-mata karena kehendak pelaku: Pencurian yang
dilakukan kedua pelaku diketahui oleh anak pemilik counter handphone,kemudian warga
menghentikan perbuatan mereka sehingga pelaksanaan pencurian tidak selesai bukan
semata-mata karena kehendak pelaku (ada penghalang fisik).Dengan demikian unsur ini
terbukti.
Jenis percobaan menurut KUHP : Jenis percobaan dalam kasus ini adalah jenis percobaan yang
dapat dipidana karena percobaan pencurian ini diatur dalam pasal 363 ayat 1 KUHP.Sedangkan
jenis percobaan yang tidak dapat dipidana adalah: