Tunik Iufd
Tunik Iufd
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh
Balya Ibnu Maula
Dyah Anugrah Pratama
Fanytha Libra Karmila
Winda Ayu Purnama Sari
Nurhasanah
Muhammad Mirza
Malliya Agustin
Pembimbing
dr. Marihot Pasaribu, Sp. OG
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang IUFD.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai IUFD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kehilangan kehamilan yang
terjadi setelah usia gestasi genap 20 minggu (Silver, 2007). IUFD merupakan
kematian janin yang terjadi setelah 20 minggu (MacDorman & Kirmeyer, 2009;
ACOG, 2009), atau bila usia gestasional tidak diketahui, berat sama dengan atau
lebih dari 350 gram (MacDorman & Kirmeyer, 2009). Menurut WHO, yang
disebut kematian janin dalam kandungan adalah janin yang mati dalam Rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih, atau kematian janin dalam Rahim ada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Soewarto, 2010).
2.2. Etiologi
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan
patologik plasenta. Kematian janin dapat pula merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Soewarto, 2010).
Penyebab kematian janin dapat diketahui melalui autopsi yang dilakukan oleh ahli
patologi dibidang gangguan plasenta dan fetal, serta dibantu oleh tim kedoteran
maternal-janin, genetik, dan juga kedokteran anak (Cunningham et al, 2013).
Tabel 2.1 Kategori dan Penyebab Kematian Janin (Cunningham et al., 2013;
Silver, 2007).
Kategori dan Penyebab Kematian
Janin
Fetal – 24 sampai 40 %
Anomali kromosom
Defek lahir non-kromosomal
Hidrops nonimun
Infeksi-virus, bakteri, protozoa
Plasenta – 25 sampai 35 persen
Ketuban Pecah Dini
Solusio
Perdarahan fetomateral
Gangguan tali pusat
Insufisiensi plasenta
Asfiksia intrapartum
Previa
Twin-twin transfusion
Korioamnionitis
Maternal – 5 sampai 10 persen
Diabetes
Penyakit hipertensif
Obesitas
Usia > 35 tahun
Penyakit tiroid
Penyakit ginjal
Antibodi antifosfolipid
Thrombofilia
Merokok
Obat terlarang dan alkohol
Infeksi dan sepsis
Persalinan kurang bulan
Persalinan abnormal
Ruptur uterine
Kelahiran post-term
2.2.1Penyebab Fetal
Sepertiga kematian janin disebabkan oleh anomali struktural, dengan
penyebab tersering defek tabung-saraf, hidrops, hidrosefalus, dan penyakit
jantung kongenital (Cunningham et al., 2013). Faktor fetal lainnya yang juga
menjadi penyebab kematian janin antara lain kehamilan kembar, hamil tumbuh
terhambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, dan infeksi (Soewarto, 2010).
2.2.1.1Kondisi genetik
Dari pemeriksaan genetik, penyebab kematian janin terbanyak adalah
anomali kromosom. Abnormalitas yang banyak ditemukan meliputi monosomi X
(23%), trisomi 21 (21%), dan trisomi 13 (8%) (Silver, 2007). Abnormalitas
angiogenesis, plasenta, jantung atau neurologik, dapat menyebabkan kematian
janin pada pertengahan kehamilan. Kondisi genetik tertentu juga dapat
mengganggu fungsi plasenta yang berhubungan dengan kejadian kematian janin
dan abnormalitas obstetri lainya seperti Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
(Silver, 2007). Fetal Growth Restriction (FGR), keadaan dimana janin tidak
bertumbuh ke ukuran yang semestinya yang dapat mejadi penyabab kematian
janin yang berhubungan dengan adanya defek genetik, infeksi janin, ibu yang
merokok, hipertensi, penyakit autoimun, obesitas, dan diabetes (ACOG, 2009).
2.3. Diagnosis
Kematian janin mungkin berhubugan dengan berhentinya gerakan janin
yang pernah dirasakan sebelumnya atau berkuranganya gejala kehamilan seperti
mual. Pada beberapa kasus dapat terjadi perdarahan, kram perut, dan proses
pelahiran. Diagnosis pasti kematian janin adalah dengan menggunakan USG
untuk memastikan keadaan janin dan memastikan pulsasi jantung janin yang
menghilang. Jika belum padat dipastikan dengan menggunakan USG, maka
pemeriksaan dengan menggunakan USG harus diulang lagi dan harus dipastikan
hasil pemeriksaanya oleh orang yang lebih berkompeten (Silver, 2007).
Wanita dengan IUFD akan mencari pertolongan atau mengunjungi pusat
perawatan atau rumah sakit ketika menyadari tidak adanya pergerakan janin, dan
juga adanya kontraksi, hilangnya cairan dan adanya perdarahan vaginal. Tetapi
beberapa kasus dapat asimtomatis, dapat dikatakan sebagai suspect IUFD bila
pemeriksa tidak terdengar suara detak jantung janin (DJJ). Diagnosis ditegakkan
dengan hilangnya DJJ dengan USG, jika pada pemeriksaan pertama DJJ sudah
tidak terlihat tetap dapat dilakukan pemeriksaan kedua untuk lebih memastikan
lagi diagnosis IUFD ini (Temple & Smith, 2014).
Tabel 2.2 Protokol untuk Pemeriksaan Kelahiran Mati (Cunningham et al., 2013)
Protokol untuk Pemeriksaan Kelahiran Mati
Deskripsi bayi
Malformasi
Pewarnaan pada kulit
Derajat Maserasi
Warna – pucat, pletorik
Korda Umbilikalis
Prolapsus
Lilitan – leher, lengan, kaki
Hematoma atau striktur
Jumlah pembuluh darah
Panjang
Wharton jelly – normal, tidak ada
Cairan amnionik
Warna – mekonium, darah
Konsistensi
Volume
Plasenta
Berat
Pewarnaan – mekonium
Bekuan yang melekat
Abnormalitas struktural- lobus circumvallata atau lobus accessorius, insersi
velementosa
Edema – perubahan hidropik
Membran
Terwarnai – mekonium, berkabut
Menebal
2.5. Penanganan
Bila diagnosis kematian janin telah di tegakkan, penderita segera diberi
informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penetalaksanaannya
serta rekomendasikan untuk segera diintervensi. Bila kematian janin lebih dari 3 –
4 minggu kadar fibrinogen menurun dengan kecendrungan terjadinya koagulopati,
dan masalah menjadi semakin rumit jika kematian janin terjadi pada salah satu
dari bayi kembar. Bila diagnosis sudah ditegakkan lakukan pemeriksaan tanda
vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula darah
(Soewarto, 2010).
Pada 84 – 90% wanita, persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir
spontan setelah 2 minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi
secara aktif dengan induksi persalinan dengan oksitosin atau misoprostol dan
tindakan perabdominal bila janin letak lintang serta beberapa indikasi lain untuk
dilakukan pengeluaran janin dengan segera seperti pada kasus koagulopati, infeksi
intauterin, dan preeklamsia. Hati-hati pada induksi dengan uterus pascaseksio
sesarea ataupun miomektomi, bahaya terjadinya ruptur uteri. Pada Kematian janin
24 – 28 minggu dapat digunakan misoprostol untuk unduksi kelahiran (Soewarto,
2010; Temple & Smith, 2014).
Tabel 2.3 Protokol Misoprostol untuk Induksi Persalinan (Dodd & Crowther,
2010)
Dosis Rute Frekuensi
< 28 minggu
200 mg Vaginal Tiap 4 jam
200 – 400 mg Oral Tiap 2 – 4 jam
>28 minggu
25 mg Vaginal Tiap 4 jam
25 mg Oral Tiap 4 jam
2.6. Pencegahan
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien :
Nama : Ny. A
Usia : 24 tahun
Alamat : Jalan Pemuda 4
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
- Identitas Suami :
Nama : Tn. D
Usia : 25 tahun
Alamat : Jalan Pemuda 4
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
2. Keluhan Utama:
- Keluar air - air (-), lendir darah (+)
- Perut kencang - kencang (+)
- Bayi dirasa tidak bergerak sejak pagi
- Riwayat urut (-), trauma (-),
7. Status Pernikahan
Menikah 2 kali sejak usia 18 tahun. Lama pernikahan dengan suami sekarang 1
tahun.
8. Riwayat Kontrasepsi :
Implan selama 3 tahun
9. Pemeriksaan Fisik
- Tinggi / Berat Badan : 155 cm/ 63 kg
- Kesadaran : komposmentis
- Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Pernapasan : 24 x/menit
13. Laboratorium
Hb : 11,4 g/dl
WBC : 9.400/mm3
HCT : 36,0 %
PLT : 205.000/mm3
BT : 3’
CT : 9’
GDS : 81 mg/dl
Ur : 20,6
Cr : 0,5
HBsAg : Non Reaktif
112 : Non Reaktif
14. Diagnosis
G2P1A0 gravid 37-38 minggu + presentasi letkep + IUFD + inpartu kala 1 fase
aktif
15. Observasi
17.15 WITA
Menerima pasien baru dari IGD, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 110 / 70mmHg
Nadi: 110 x/menit
Suhu: 36,5 °C
Pernapasan: 22 x/menit
Leopold I : TFU : 28 cm, bokong
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : sudah masuk PAP
Vulva & vagina kesan normal, portio lunak, Pembukaan 5 cm, ketuban (+),
bloodslym (+)
DJJ (tidak ditemukan ) , HIS (2 x 10' ) lamanya 25-30“.
A: G2P1A0 gravid 37-38 minggu + presentasi letkep + IUFD + inpartu kala 1 fase
aktif
Lapor dr. Sp.OG:
IVFD RL 20 tpm
Inj cefotaxime 3x1 gr
Drip oxytocin 10 Iu 20 tpm (maintanance)
Evaluasi KU, kesadaran, TTV, HIS, tanda persalinan
Lapor ulang pukul 21.00 WITA
18.05 WITA
- Skintest cefotaxime (-)
Ibu merasa ingin mengejan
VT pembukaan lengkap, ketuban (+), kepala Hodge II
18.39 WITA
- Bayi lahir spontan
- IUFD / Perempuan/ BB: 2700 gram/PB: 46 cm/ A/S: 0/0/A/C:+/-
- Plasenta belum lahir > 15 menit, injeksi oxytocin yang kedua (+)
19.00 WITA
Plasenta lahir spontan lengkap
Perineum ruptur
Observasi 2 jam post partum
19.10 WITA
Injeksi cefotaxime 1 gr IV
Lapor dr. SP.OG:
- Injeksi cefotaxime lanjut
21.40 WITA
Pindah ke R. Nifas
BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut adalah perbandingan antara teori dan fakta pada kasus ini.
Perbandingan dibuat dalam bentuk tabel agar lebih mudah dipahami.
Teori Fakta
Anamnesis Dalam anamnesis dicari keluhan Pasien datang dengan
utama serta gejala klinis IUFD keluhan keluarnya lendir
yang mungkin muncul, faktor darah disertai perut terasa
risiko, serta komplikasi yang kencang-kencang, dan
mungkin terjadi. Keluhan yang gerakan bayi sudah tidak
sering muncul berupa berhentinya dirasakan sejak pagi.
gerak janin dan berkurangnya
tanda-tanda kehamilan yang
sebelumnya muncul. Keluhan lain
berupa kram perut, perdarahan per
vaginam, dan tanda-tanda
persalinan seperti perut terasa
kencang-kencang dan keluar air-air.
Tanda dan Tanda dan gejala yang muncul pada Tanda dan gejala yang
Gejala IUFD dapat berupa : dirasakan ibu meliputi :
- Berhentinya gerak janin yang - Keluarnya lendir darah
pernah dirasakan. per vaginam.
- Berkurangnya tanda fisiologis - Adanya kontraksi
kehamilan. uterus yang dirasakan
- Kram perut. ibu.
- Perdarahan per vaginam. - Gerakan bayi tidak
- Munculnya tanda persalinan, dirasakan ibu sejak
seperti kontraksi uterus dan pagi hari.
keluarnya air ketuban.
Pemeriksaan Pemeriksaan IUFD sudah dapat 1) Inspeksi
fisik ditegakkan dengan anamnesis Perut membesar
berupa menghilangnya gerakan dengan arah
janin, berkurangnya tanda-tanda memanjang, linea nigra
kehamilan seperti mual, adanya (+), dan striae (-)
perdarahan, dan tanda-tanda 2) Palpasi
persalinan seperti kontraksi uterus TFU = 28 cm
yang mulai muncul. Pemeriksaan Leopold I : bokong
fisik yang dapat dilakukan adalah Leopold II : punggung
dengan auskultasi Denyut Jantung kanan
Janin (DJJ) yang dapat terukur Leopold III : kepala
menggunakan Stetoskop Laenec. Leopold IV : sudah
masuk PAP
HIS = 2 x 10’ durasi
25-30”
3) Auskultasi
DJJ tidak dapat
terdengar
4) Inspekulo
Tidak dilakukan
5) Vaginal Tocher
Vulva dan vagina
kesan normal, porsio
lunak dengan
pembukaan 5 cm,
ketuban (+), dan
bloody slim (+)
Pemeriksaan Beberapa pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium :
Penunjang yang dapat dilakukan meliputi : Hb : 11,4 mg/dl
1) Evaluasi laboratorium, meliputi Leu : 9.400/mm3
Darah Lengkap dan Kimia PLT : 205.000/ mm3
Darah HT : 36,0 %
2) Pemeriksaan DJJ menggunakan BT : 3’
Fetoskop Doppler. CT : 9’
3) Pemeriksaan USG, salah GDS : 81 mg/dl
satunya untuk menentukan DJJ. Ureum : 20,6
4) Pemeriksaan penunjang untuk Kreatinin : 0,5
menentukan penyebab kematian HbsAg : non-reaktif
janin, yaitu : 112 : non-reaktif
- Pemeriksaan autopsi
lengkap 2. Pemeriksaan dengan
- Pemeriksaan kromosom fetoskop Doppler tidak
- Pencitraan MRI ditemukan adanya DJJ.
- Kultur bakteri
- Pemeriksaan histopatologis
Penatalaksa Penatalaksanaan IUFD meliputi : Terapi Medikamentosa :
naan 1. Memberitahukan ke pasien - IVFD RL 20 tpm
tentang kondisi janin yang - Injeksi Cefotaxime 3x1
dikandungnya dan gram
mendiskusikan rencana - Drip Oxytocin 10 IU
penatalaksanaan selanjutnya. dalam RL dengan
kecepatan 20 tpm
2. Merencanakan persalinan
Pasien dengan IUFD harus
Persalinan :
segera dilakukan terminasi
Persalinan dilakukan per
kehamilan karena berisiko untuk
vaginam 1 jam setelah
terjadinya koagulopati. Metode
masuk RS. Injeksi
persalinan dapat berupa :
oksitosin dalam
- Persalinan per vaginam
manajemen kala III
Sebagian besar pasien
dilakukan sebanyak 2 kali
menunggu persalinan spontan
karena plasenta tidak
sampai 2 minggu. Induksi
dapat dilakukan
keluar dalam 15 menit.
- Sectio Caesarea
Persalinan dengan SC dilakukan
jika ada indikasi obstetri, seperti
letak lintang, atau tindakan gawat
darurat seperti adanya infeksi
intrauterine, koagulopati, dan
preeklampsia.
3. Memberikan edukasi kepada
keluarga agar selalu meberikan
dukungan kepada pasien,
terutama untuk merencanakan
kehamilan berikutnya. Hal ini
dilakukan sebagai terapi
pencegahan untuk terjadinya
PTSD yang sering muncul pada
wanita post-IUFD.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. (2013). Obstetri Williams (23 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. (2013). Obstetri Williams (23 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Korteweg, F. J., Gordijn, S. J., Timmer, A., Holm, J. P., Ravise, J., & Erwich, J.
(2008). A Placental Cause of Intra-uterine Fetal Death Depends on the
Perinatal Mortality Classification System Used. Placenta, 29: 71-80.
MacDorman, M. F., & Kirmeyer, S. (2009). Fetal and perinatal mortality, United
States, 2005. Natl Vital Stat Re 57: 1-19.
Manuaba, I. B., Manuaba, C., & Manuaba, F. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC.
Tamrakar, S. R., & Chawla, C. D. (2012). Intrauterine Foetal Death and its
Probable Causes: Two year Experience in Dhulikhel Hospital –
Kathmandu University Hospital. Kathmandu Univ med J, 10(4):44-48.
Temple, R., & Smith, S. (2014). Intrauterine fetal demise: Care in the aftermath,
and beyond. The Journal of Family Practice, 63(6): E9-13.