Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Adalah Kehilangan Kehamilan Yang Terjadi Setelah Usia
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Adalah Kehilangan Kehamilan Yang Terjadi Setelah Usia
Definisi
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kehilangan kehamilan yang terjadi setelah usia
gestasi genap 20 minggu (Silver, 2007). IUFD merupakan kematian janin yang terjadi setelah 20
minggu (MacDorman & Kirmeyer, 2009; ACOG, 2009), atau bila usia gestasional tidak
diketahui, berat sama dengan atau lebih dari 350 gram (MacDorman & Kirmeyer, 2009).
Menurut WHO, yang disebut kematian janin dalam kandungan adalah janin yang mati dalam
Rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih, atau kematian janin dalam Rahim ada kehamilan
20 minggu atau lebih (Soewarto, 2010).
2.2. Etiologi
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik
plasenta. Kematian janin dapat pula merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin, atau infeksi (Soewarto, 2010). Penyebab kematian janin dapat diketahui melalui
autopsi yang dilakukan oleh ahli patologi dibidang gangguan plasenta dan fetal, serta dibantu
oleh tim kedoteran maternal-janin, genetik, dan juga kedokteran anak (Cunningham et al, 2013).
Tabel 2.1 Kategori dan Penyebab Kematian Janin (Cunningham et al., 2013; Silver, 2007).
Kategori dan Penyebab Kematian Janin
Fetal – 24 sampai 40 %
Anomali kromosom
Defek lahir non-kromosomal
Hidrops nonimun
Infeksi-virus, bakteri, protozoa
Plasenta – 25 sampai 35 persen
Ketuban Pecah Dini
Solusio
Perdarahan fetomateral
Gangguan tali pusat
Insufisiensi plasenta
Asfiksia intrapartum
Previa
Twin-twin transfusion
Korioamnionitis
Maternal – 5 sampai 10 persen
Diabetes
Penyakit hipertensif
Obesitas
Usia > 35 tahun
Penyakit tiroid
Penyakit ginjal
Antibodi antifosfolipid
Thrombofilia
Merokok
Obat terlarang dan alkohol
Infeksi dan sepsis
Persalinan kurang bulan
Persalinan abnormal
Ruptur uterine
Kelahiran post-term
2.2.3.3 Obesitas
Sejumlah sistem telah digunakan untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan obesitas.
Saat ini yang digunakan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), yang juga dikenal dengan indeks
Quetelet. IMT dihitung sebagai berat dalam kilogram dibagi tinggi dalam meter persegi (kg/m 2).
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, IMT normal adalah 18,5 sampai 24,9 kg/m2;
kelebihan berat badan adalah IMT 25 sampai 29,9 kg/m 2; dan obesitas adalah IMT 30 kg/m2 atau
lebih. Angka kematian janin juga menigkat pada wanita dengan obesitas. Sebagian besar
penelitian telah memperlihatkan faktor risiko penyebab kematian janin akibat obesitas maternal
(BMI ≥30). Meningkatnya BMI meningkatkan faktor risiko terjadinya IUFD, seperti diabetes,
hipertensi yang meliputi preeklamsi-eklamsi, penyakit kandung empedu, disfungsi paru, peyakit
paru, dan penyakit jantung koroner (Silver, 2007; ACOG, 2009; Cunningham et al., 2013).
Risiko IUFD pada wanita dengan BMI 30 – 39,9 adalah delapan per 1000 kelahiran dan
meningkat menjadi sebelas per 1000 kelahiran pada wanita dengan BMI >40 (ACOG, 2009).
2.3. Diagnosis
Kematian janin mungkin berhubugan dengan berhentinya gerakan janin yang pernah
dirasakan sebelumnya atau berkuranganya gejala kehamilan seperti mual. Pada beberapa kasus
dapat terjadi perdarahan, kram perut, dan proses pelahiran. Diagnosis pasti kematian janin adalah
dengan menggunakan USG untuk memastikan keadaan janin dan memastikan pulsasi jantung
janin yang menghilang. Jika belum padat dipastikan dengan menggunakan USG, maka
pemeriksaan dengan menggunakan USG harus diulang lagi dan harus dipastikan hasil
pemeriksaanya oleh orang yang lebih berkompeten (Silver, 2007).
Wanita dengan IUFD akan mencari pertolongan atau mengunjungi pusat perawatan atau
rumah sakit ketika menyadari tidak adanya pergerakan janin, dan juga adanya kontraksi,
hilangnya cairan dan adanya perdarahan vaginal. Tetapi beberapa kasus dapat asimtomatis, dapat
dikatakan sebagai suspect IUFD bila pemeriksa tidak terdengar suara detak jantung janin (DJJ).
Diagnosis ditegakkan dengan hilangnya DJJ dengan USG, jika pada pemeriksaan pertama DJJ
sudah tidak terlihat tetap dapat dilakukan pemeriksaan kedua untuk lebih memastikan lagi
diagnosis IUFD ini (Temple & Smith, 2014).
Tabel 2.2 Protokol untuk Pemeriksaan Kelahiran Mati (Cunningham et al., 2013)
Protokol untuk Pemeriksaan Kelahiran Mati
Deskripsi bayi
Malformasi
Pewarnaan pada kulit
Derajat Maserasi
Warna – pucat, pletorik
Korda Umbilikalis
Prolapsus
Lilitan – leher, lengan, kaki
Hematoma atau striktur
Jumlah pembuluh darah
Panjang
Wharton jelly – normal, tidak ada
Cairan amnionik
Warna – mekonium, darah
Konsistensi
Volume
Plasenta
Berat
Pewarnaan – mekonium
Bekuan yang melekat
Abnormalitas struktural- lobus circumvallata
atau lobus accessorius, insersi velementosa
Edema – perubahan hidropik
Membran
Terwarnai – mekonium, berkabut
Menebal
2.5. Penanganan
Bila diagnosis kematian janin telah di tegakkan, penderita segera diberi informasi.
Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penetalaksanaannya serta rekomendasikan
untuk segera diintervensi. Bila kematian janin lebih dari 3 – 4 minggu kadar fibrinogen menurun
dengan kecendrungan terjadinya koagulopati, dan masalah menjadi semakin rumit jika kematian
janin terjadi pada salah satu dari bayi kembar. Bila diagnosis sudah ditegakkan lakukan
pemeriksaan tanda vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula
darah (Soewarto, 2010).
Pada 84 – 90% wanita, persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2
minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi
persalinan dengan oksitosin atau misoprostol dan tindakan perabdominal bila janin letak lintang
serta beberapa indikasi lain untuk dilakukan pengeluaran janin dengan segera seperti pada kasus
koagulopati, infeksi intauterin, dan preeklamsia. Hati-hati pada induksi dengan uterus
pascaseksio sesarea ataupun miomektomi, bahaya terjadinya ruptur uteri. Pada Kematian janin
24 – 28 minggu dapat digunakan misoprostol untuk unduksi kelahiran (Soewarto, 2010; Temple
& Smith, 2014).
Tabel 2.3 Protokol Misoprostol untuk Induksi Persalinan (Dodd & Crowther, 2010)
Dosis Rute Frekuensi
< 28 minggu
200 mg Vaginal Tiap 4 jam
200 – 400 mg Oral Tiap 2 – 4 jam
>28 minggu
25 mg Vaginal Tiap 4 jam
25 mg Oral Tiap 4 jam
IUFD berhubungan dengan postraumatic stress disorder (PTSD) dan ansietas pada
kehamilan berikutnya. Pada 21% wanita menunjukkan kriteria PTSD pada trimester tiga
kehamilan berikutnya setelah IUFD. Gejala PTSD dan ansietas lebih terlihat berat pada wanita
yang kurang memiliki teman atau keluarga yang dapat memberikan support. Sehingga pada
edukasi keluarga pasien sangat perlu dijelaskan untuk terus memberi support pada pasien pasca
IUFD untuk tidak merasa takut pada kehamilan berikutnya (Temple & Smith, 2014).
2.6. Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin khususnya yang sudah mendekati aterm adalah dengan
memeriksakan diri dan janin melalui ultrasonografi. Hal ini bila ibu merasakan gerakan janin
menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin menjadi terlalu keras. Perhatikan adanya solusio
plasenta. Pada gemelli dengan T+T (Twin to twin transfusion), pencegahan dilakukan dengan
koagulasi pembuluh anastomosis (Soewarto, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Adeniran, A. J., & Stanek J. (2007). Amnion nodusum revisited: Clinicopathologic and placental
corelations. Arch Pathol Lab Med, 131: 1829.
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., & Spong, C. Y.
(2013). Obstetri Williams (23 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., & Spong, C. Y.
(2013). Obstetri Williams (23 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Hector, M. F., Joshua, D., Roxanne, A., & Dwight, J. (2013). Trauma in pregnancy: an updated
systematic review. American Journal of Obstetrics and Gynecology: 01-10.
Korteweg, F. J., Gordijn, S. J., Timmer, A., Holm, J. P., Ravise, J., & Erwich, J. (2008). A
Placental Cause of Intra-uterine Fetal Death Depends on the Perinatal Mortality
Classification System Used. Placenta, 29: 71-80.
MacDorman, M. F., & Kirmeyer, S. (2009). Fetal and perinatal mortality, United States, 2005.
Natl Vital Stat Re 57: 1-19.
Manuaba, I. B., Manuaba, C., & Manuaba, F. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Tamrakar, S. R., & Chawla, C. D. (2012). Intrauterine Foetal Death and its Probable Causes:
Two year Experience in Dhulikhel Hospital – Kathmandu University Hospital.
Kathmandu Univ med J, 10(4):44-48.
Temple, R., & Smith, S. (2014). Intrauterine fetal demise: Care in the aftermath, and beyond.
The Journal of Family Practice, 63(6): E9-13.
Wijayanegara, H. (2010). Prolaps Tali Pusat. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (pp. 625-
628). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.