Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK

USIA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT TELOGOREJO


SEMARANG

Sofia Ulyana *), Sri Haryani S. **), Wulandari Meikawati ***)

*) Mahasiswa Program Studi SI Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Telogorejo Semarang
***) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang

ABSTRAK

Hospitalisasi merupakan stressor bagi anak, dimana mereka akan menunjukkan temperamenya ketika
terjadi ketidakcocokan antara lingkungan dan individu. Sehingga dukungan keluarga merupakan hal
yang sangat penting yang harus diperoleh bagi anak terkait dengan temperamen ketika menjalani
hospitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan
temperamen pada anak usia sekolah akibat hospitalisasi di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Desain
penelitian ini adalah deskriptif korelasi, sebagai variabel independen yaitu dukungan keluarga dan
variabel dependen yaitu temperamen. Jumlah sampel 30 responden dengan tekhnik consecutive
sampling, penelitian ini menggunakan uji spearman rank rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 30 responden pada dukungan keluarga sebagian besar dalam kategori rendah sebanyak 17
responden (56,7%) dan kategori tinggi 13 reponden (43,3%). Sedangkan pada temperamen sebagian
besar dalam kategori temperamen rendah 17 responden (56,7%) dan kategori tinggi 13 responden
(43,3%). Hasil uji spearman rank rho, diketahui p value = 0,482 (>0,05), dan nilai r = -0,133,
meskipun nilai r menunjukkan nilai negatif namun diagram tebar menunjukkan penyebaran yang
merata, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan temperamen pada anak. Temperamen merupakan sifat bawaan, tipis kemungkinan dapat
diubah. Karena anak masih menunjukkan sifat asli atau bawaan. Temperamen dapat dikendalikan dan
dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama dukungan keluarga, dimana harus membutuhkan waktu
yang cukup panjang yang dapat diambil dari pengalaman-pengalaman seseorang semasa kecil hingga
dewasa sebagai pembelajaran.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, temperamen, dan hospitalisasi

ABSTRACT
Hospitalization is a stressor for children, where they will show his temperament when there is a
mismatch between the environment and the individual. So that family support is a very important
thing that should be retrieved for the linked to temperament when undergoing hospitalization.
Research is to analyze relations support family by temperament on a school-age child due to
hospitalization in the Telogorejo Hospital in Semarang. The design of this research is a descriptive
correlation, as the independent variable is a support family and the dependent variable is a
temperament. The total of samples 30 respondents with the technic the consecutive sampling. The
result showed that of the 30 respondent in support of the family is mostly in the low category as much
as 17 respondents (56,7%) and high category 13 responden (43,3%). While the majority of
temperament in the category of temperament low 17 respondents (56,7%), and high category 13
respondents (443,3%). The rho spearman rank test result, p value = 0,482 (>0,05), and the value of r
=-0,133, despite the negative value indicating the value of r but the spread diagram shows the spread
evenly, then it can be concluded that there is no significant relationship between family support and
temperament in children. Temperament is heredity, sheer chance can be changed. Because the child is
still showing the original properties or heredity. Temperament can be controlled and can be influenced
by the environment especially family support, but it should be need the time which long enough to
take away from the experiences of someone from childhood to mature as learning.

Keyword : family support, temperament, and hospitalization


PENDAHULUAN menjadi ciri-ciri individu terhadap suatu
kejadian dan stimulasi baru yang disebut juga
Anak merupakan individu yang masih dengan temperamen (Wong, 2008, hlm. 115).
bergantung pada orang dewasa dan Menurut Suryabrata (2008, hlm. 52)
lingkungannya, artinya membutuhkan temperamen adalah sifat kejiwaan yang
lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam dibawa sejak lahir dan sulit diubah oleh
memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk pengaruh luar.
belajar mandiri. Lingkungan terdiri atas,
internal dan eksternal. (Supartini, 2004, hlm. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
5-7). Jika terjadi ketidakseimbangan satu atau perilakunya, namun tidak sedikit anak yang
lebih dari unsur kedua lingkungan maka akan menunjukkan sikap temperamen tinggi atau
mempengaruhi rentang sehat-sakit anak. negatif. Hal ini bukan jenis temperamen anak
yang membuat beresiko, melainkan tingkat
Ketika sakit sering kali menjadi krisis pertama kecocokan antara anak dan lingkungannya,
yang harus dihadapi anak, karena anak terutama orang tua yang menentukan tingkat
merasakan stres akibat perubahan dari keadaan kerentanan (Wong, 2008, hlm. 116).
sehat ke sakit, dan anak memiliki jumlah
mekanisme koping yang terbatas untuk Menurut Supartini (2004, hlm. 7-10)
menyelesaikan stressor (Wong, 2008, hlm. diperlukan kerja sama orang tua dan perawat
754). Ketika anak mengalami krisis penyakit dengan memfasilitasi keluarga untuk aktif
dan keadaan semakin parah maka perlu terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya di
dilakukan perawatan intensive di rumah sakit rumah sakit dan memberdayakan kemampuan
yang disebut dengan hospitalisasi. keluarga. Sehingga harus berpusat pada
konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan
Populasi anak yang dirawat di rumah sakit keluarga sebagai pemberi dukungan yang
menurut Wong (2008, hlm. 764), mengalami paling baik bagi anak selama proses
peningkatan yang sangat dramatis. Presentasi hospitalisasi.
anak yang dirawat di rumah sakit saat ini
mengalami masalah yang lebih serius dan Kehidupan anak sangat ditentukan keberadaan
kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi dalam bentuk dukungan dari keluarga, hal ini
pada tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan dapat terlihat bila dukungan keluarga yang
observasi peneliti di Rumah Sakit Telogorejo, sangat baik maka pertumbuhan dan
didapatkan hasil bahwa populasi anak usia 5- perkembangan anak relatif stabil, tetapi
14 tahun 2011 pada triwulan 1 sebanyak 300 apabila dukungan keluarga anak kurang baik,
dan pada triwulan 2 sebanyak 220. Di tahun maka anak akan mengalami hambatan pada
2012 pada triwulan 1 sebanyak 277 dan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis
triwulan 2 sebanyak 288. Populasi anak yang anak (Hidayat, 2005, hlm. 2).
dirawat dirumah sakit menjadi suatu perhatian
yang sama penting dengan populasi orang Hasil kunjungan peneliti di ruang rawat inap
dewasa, bahkan anak perlu membutuhkan anak Rumah Sakit Telogorejo. Didapatkan
perhatian yang lebih. Sebab orang dewasa hasil bahwa anak usia sekolah ketika
sudah memiliki koping yang adaptif dilakukan perawatan, anak menunjukkan
sedangkan anak masih memiliki koping yang tingkat kooperatif yang kurang. Mereka tidak
terbatas dalam menangani suatu peristiwa. menunjukkan sikap temperamen tinggi seperti
menangis kuat, namun ada beberapa anak
Selama proses perawatan anak di rumah sakit, menunjukkan sikap menarik diri hingga
anak dan orang tua dapat mengalami kejadian menangis secara diam-diam. Hal ini dapat
yang sangat traumatik dan penuh dengan disebabkan karena tingkat keparahan penyakit
stress. Pengalaman tersebut dapat timbul yang dialami, lingkungan yang baru, dan tidak
karena menghadapi kejadian yang belum hadirnya salah satu orang tua atau keluarga
pernah dialami sebelumnya dan sesuatu yang terdekat ketika menjalani prosedur
dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004, hlm. keperawatan. Tidak hadirnya orang tua
188). Hal tersebut akan menimbulkan anak terdekat menjadikan anak merasa takut, karena
untuk berfikir, berperilaku, serta bereaksi yang kurangnya motivasi. Ada pula keluarga yang
hadir namun tidak memberikan dukungan yang berjumlah 30 responden dengan kriteria
secara keseluruhan. Hanya memenuhi inklusi :
kebutuhan yang sedang diinginkan anak tanpa
memberikan informasi tentang penyakit yang 1. Pasien yang dirawat di ruang anak di
dialaminya. Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
2. Usia 6-12 tahun.
Dukungan keluarga dapat membantu anak 3. Pasien, dan orang tua yang mampu
meminimalkan sumber stress yang dihadapi, membaca, menulis dan berkomunikasi.
karena ketika keluarga memberikan dukungan 4. Keadaan umum pasien sadar, dapat
maka anak akan merasa nyaman dan melakukan aktivitas kebutuhan dasar
berpengaruh pada emosional bahkan tingkah secara mandiri.
lakunya. Sehingga dengan adanya dukungan 5. Selama masa hospitalisasi pasien
keluarga diharapkan sumber stress berkurang ditunggu oleh orang tua.
dan reaksi temperamen menjadi rendah. 6. Bersedia menjadi responden

Melihat fenomena yang terjadi diatas, maka Alat pengumpulan data berupa lembar
dukungan keluarga merupakan hal yang sangat kuesioner tentang dukungan keluarga dan
penting yang harus diperoleh bagi anak terkait temperamen anak. Analisa yang digunakan
dengan temperamen ketika menjalani dalam penelitian ini adalah analisis univariat
hospitalisasi. Dengan demikian, peneliti untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel
tertarik melakukan penelitian dengan judul yang diteliti yaitu dukungan keluarga dan
“hubungan dukungan keluarga dengan temperamen anak.
temperamen pada anak usia sekolah akibat
hospitalisasi di Rumah Sakit Telogorejo Analisis bivariat dilakukan dengan hubungan
Semarang”. dua variabel yaitu hubungan dukungan
keluarga dengan temperamen anak usia. Uji
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui statistik yang digunakan adalah spearman rank
adakah hubungan dukungan keluarga dengan rho. Hasil analisa diperoleh jika p value < 0,05
temperamen pada anak usia sekolah akibat maka Ho ditolak dan sebaliknya.
hospitalisasi di Rumah Sakit Telogorejo HASIL DAN PEMBAHASAN
Semarang.
1. Univariat
METODE PENELITIAN a. Dukungan keluarga

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Tabel 1


korelasi yaitu suatu penelitian yang dilakukan Distribusi Frekuensi Dukungan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan Keluarga Pada Anak
suatu fenomena yang terjadi di dalam Di RS Telogorejo Semarang
masyarakat, dan untuk melihat hubungan Tahun 2013
variabel satu dengan variabel yang lain
(Notoatmojo, 2010, hlm. 35-47). Rancangan Dukungan Frekuensi Presentase
yang digunakan adalah cross sectional, yaitu Keluarga (%)
peneliti mencari hubungan antara variabel Tinggi 13 43,3
bebas dan terikat dengan pengukuran pada hari Rendah 17 56,7
yang sama menurut keadaan pada waktu Total 30 100,0
observasi (Sastroasmoro, & Ismael, 2008, hlm. Hasil penelitian didapatkan skor
113). dukungan keluarga berkisar antara
15-36 dengan rerata 29,67 ±4,270.
Sampel pada penelitian ini adalah anak yang Berdasarkan tabel 1, menunjukkan
berusia 6-12 tahun yang di rawat inap di ruang bahwa sebagian besar orang tua
anak Rumah Sakit Telogorejo Semarang. responden memberikan dukungan
Pengambilan sampel ini menggunakan teknik keluarga dengan kategori rendah
concecutive sampling. Penelitian ini dilakukan sebanyak 17 orang (56,7%).
pada tanggal 28 Februari – 28 Maret 2013
Dalam kuesioner berisi 12 terbanyak dalam kategori cemas
pernyataan yang mengandung unsur sedang sejumlah 16 responden.
dukungan instrumental,
informasional, penilaian dan Sebagian besar orang tua
emosional. Telah diketahui bahwa memberikan dukungan informasional
hasil penelitian didapatkan dukungan yang kurang, dimana dukungan ini
dalam kategori rendah sebanyak 17 berupa pemberian nasehat,
responden (56,7%), hal ini penjelasan atau informasi penyakit
ditunjukkan bahwa dalam pengisian yang dihadapi individu atau anak.
kuesioner dukungan informasional Orang tua hanya memberikan
sebagian besar dalam kategori gambaran umum tentang penyakit
rendah yaitu sebanyak 18 responden anak. Ketika anak kekurangan
(60%), dukungan intrumental dalam informasi maka anak akan kurang
kategori tinggi dan rendah memiliki berinteraksi dengan lingkungan
frekuensi yang sama yaitu 15 disekitar sehingga mereka merasa
responden (50%), sedangkan takut dengan prosedur perawatan
dukungan emosional dan penilaian dan menjadikan cemas dimana anak
menunjukkan bahwa sebagian besar akan memunculkan respon
responden memberikan dukungan emosional, sedangkan emosional
yang tinggi sebanyak 29 responden merupakan salah satu dari
(96,7%). karakteristik temperamen.

Dengan demikan dalam penelitian ini Dukungan keluarga dianggap


dukungan keluarga dalam kategori mengurangi atau menyangga efek
rendah dikarenakan keluarga stress serta meningkatkan kesehatan
memberikan dukungan informasional mental individu atau keluarga secara
yang kurang. Hal ini dikarenakan langsung (Friedman, Bowden, &
dalam dukungan informasional pada Jones, 2010, hlm. 446). Selain itu
pernyataan nomer 1 yang berisi keluarga perlu memberikan
tentang keluarga selalu menjelaskan dukungan secara keseluruhan, hal ini
tentang penyakit responden bertujuan agar pemberian dukungan
didapatkan bahwa sebagian besar keluarga berdampak positif atau
responden mengisi nilai “tidak baik.
pernah” sebanyak 56,7% dan untuk
pernyataan nomer 4 yang berisi b. Temperamen
tentang keluarga selalu menjelaskan Skor temperamen anak berkisar
kepada responden tentang antara 3-29 dengan rerata
penyakitnya atau perawatannya jika 18,83±5,459. Distribusi temperamen
responden bertanya didapatkan anak dapat dilihat pada tabel 2.
bahwa sebagian besar responden
mengisi nilai “kadang-kadang” Tabel 2
sebanyak 50%. Distribusi Frekuensi Temperamen
Pada Anak
Penelitian ini sejalan dengan Di RS Telogorejo Semarang
penelitian sebelumnya oleh Tahun 2013
Ardiningsih, Tuti & Purwandari
(2006) tentang Hubungan Antara Temperamen Frekuensi Presentase
Dukungan Informasional Dengan
Kecemasan Perpisahan Akibat Tinggi 13 43,3
Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Rendah 17 56,7
Sekolah didapatkan hasil bahwa dari Total 30 100,0
30 responden sebagian besar anak
mendapatkan dukungan
informasional kurang baik sebanyak
26 responden dengan kecemasan
Berdasarkan tabel 2 diatas, diketahui hubungan yang signifikan antara
bahwa sebagian besar anak dukungan keluarga dengan temperamen
menunjukkan temperamen rendah pada anak. Sehingga hipotesis penelitian
sebanyak 17 anak (56,7%). ini ditolak yaitu tidak ada hubungan
dukungan keluarga dengan temperamen
Berdasarkan penelitian Saudino pada anak usia sekolah akibat
tahun 2005 tentang Genetika hospitalisasi.
Perilaku Dan Temperamen Anak Di
USA didapatkan hasil bahwa Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa
temperamen anak dipengaruhi oleh temperamen tidak dapat dipengaruhi oleh
lingkungan disekitar anak ketika dukungan keluarga dalam masa
dalam usia dini, namun hampir hospitalisasi. Hal ini dikarenakan, ketika
sebagian besar dipengaruhi oleh dalam masa hospitalisasi anak mengalami
genetik. Pengaruh genetik dalam berbagai kejadian yang menjadikan
temperamen ini dapat menjadi ciri stressor bagi anak. Dimana anak akan
khas bagi setiap individu dalam bereaksi terhadap kejadian yang disebut
perkembangan awal kepribadian dengan temperamen, masing-masing anak
anak. Telah diketahui bahwa sesuatu memiliki temperamen yang berbeda yaitu
yang didapat dari genetik apapun itu temperamen tinggi dan rendah dimana
tidak dapat diubah, begitu juga perbedaan temperamen ini tidak
dengan temperamen. Namun dalam menunjukkan penilaian baik atau buruk.
penelitian Saudino mengemukakan Karena temperamen merupakan bawaan
bahwa faktor lingkungan juga dari lahir dan tipis kemungkinan untuk
mempengaruhi peranan penting dapat diubah, sehingga dukungan
terhadap terbentuknya temperamen. keluarga didalam masa hospitalisasi anak
ini tidak memberikan pengaruh.
Hal ini didukung oleh Wong (2008,
hlm. 115) bahwa temperamen Hal ini diperkuat oleh fauzi (2008, hlm.
merupakan kecenderungan perilaku, 122 & 123) mengemukakan bahwa
bukan untuk membedakan perilaku. temperamen bersifat permanen dan tipis
Dari lahir, anak-anak menunjukkan kemungkinan untuk dapat diubah atau
perbedaan individu yang nyata pada dipengaruhi karena temperamen
cara mereka berespon terhadap merupakan hasil tempaan orang tua dan
lingkungan dan cara orang lain, pengaruh lingkungan sejak kecil.
terutama orang tua, berespon Temperamen ini tunduk pada hukum
terhadap mereka dan kebutuhannya. perkembangan, yaitu mengikuti
Menurut Fauzi (2008, hlm. gelombang naik turunnya usia.
122&123) temperamen rendah Temperamen memiliki pasang surut,
adalah seseorang yang tidak mudah tergantung kondisi yang sedang dihadapi
marah atau penyabar, ditunjukkan anak (Edward, 2006, hlm. 36). terlebih
dengan wajah tenang serta berbicara ketika anak dalam masa hospitalisasi anak
lambat serta irama yang mantap. sering memunculkan temperamennya
Dalam perbedaan temperamen ini sehingga keluarga sangat diperlukan
tidak ada implikasi baik atau buruk sebagai pendukung dalam masa
(Wong, 2008, hlm. 115). perawatan walaupun temperamen sulit
untuk dirubah setidaknya keluarga
berperan aktif dalam family cantred care .
2. Bivariat
Hasil korelasi antara dukungan keluarga
dengan temperamen anak usia sekolah Dukungan keluarga termasuk dalam
akibat hospitalisasi dengan menggunakan pengaruh lingkungan dan hanya sebagai
uji korelasi spearman rank rho pendidik dan pengendalian temperamen,
didapatkan hasil r = -0,133 dengan nilai karena telah dijelaskan temperamen
signifikan sebesar 0,482 (>0,05) maka merupakan sifat bawaan dan sukar untuk
dapat disimpulkan bahwa tidak ada dapat diubah. Seperti halnya masa usia
sekolah, pada usia ini anak belum 3. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
mengenal jati dirinya sehingga ketika hubungan yang signifikan antara
memunculkan temperamennya mereka dukungan keluarga dengan temperamen
kurang mampu untuk dapat pada anak.
mengendalikannya. Berbeda dengan masa
usia remaja hingga dewasa mereka sudah
paham terhadap kepribadian mereka
sehingga ketika dihadapkan pada suatu SARAN
masalah temperamen ini dapat 1. Bagi Institusi Pendidikan
dikendalikan, karena pengendalian
Teori tentang temperamen anak telah
temperamen ini dipengaruhi oleh
lingkungan, pendidikan, kebiasaan dan
diterapkan, namun hanya sebatas
pelatihan yang berkesinambungan yang gambaran umumnya saja. Dengan
memerlukan waktu jangka panjang yang demikian, perlunya memperdalam
diperoleh semasa hidupnya dari teori tersebut, karena dalam masa
pengalaman-pengalaman semasa kecil hospitalisasi munculnya berbagai
hingga dewasa. perilaku anak dilatar belakangi oleh
temperamen.
Dengan demikian penelitian ini 2. Bagi Rumah Sakit Telogorejo Semarang
menunjukkan bahwa temperamen anak Rumah Sakit Telogorejo Semarang
dalam masa hospitalisasi tidak dapat telah menerapkan keperawatan anak
dikendalikan atau diminimalkan. Karena yang komprehensif, namun perlu
anak masih menunjukkan sifat asli atau
diperhatikan lagi pentingnya peran
bawaan terlebih ketika anak dihadapkan
pada stressor. Namun temperamen dapat
perawat sebagai pendidik memberikan
dikendalikan dan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan, serta sikap
lingkungan terutama dukungan keluarga, keluarga dalam perawatan anak yang
dimana harus membutuhkan waktu yang disebut juga dengan family centred
cukup panjang yang dapat diambil dari care. Selain itu perawat perlu
pengalaman-pengalaman seseorang mengetahui teori tentang temperamen
semasa kecil hingga dewasa sebagai anak agar perawat dapat menerapkan
pembelajaran. Seseorang yang mantap berbagai asuhan sesuai jenis
kepribadiannya mampu mengendalikan temperamen anak
dan mengarahkan temperamennya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih perlu
SIMPULAN dikembangkan lagi, dengan
menghubungkan faktor-faktor yang
1. Keluarga memiliki peranan penting dalam lebih penting terhadap temperamen
memberikan dukungan secara seperti pola asuh, genetik, stress
keseluruhan yaitu dukungan instrumental, keluarga atau lingkungan sosial.
informasional, penilaian, dan emosional. Dengan demikian, akan didapatkan
Selain itu dukungan keluarga termasuk analisis mana saja yang memiliki
dalam pengaruh lingkungan dan hanya
dampak paling kuat terhadap
sebagai pendidik dan pengendali
temperamen. terbentuknya jenis temperamen anak.
2. Temperamen merupakan sifat bawaan
dan tipis kemungkinan untuk dapat
diubah. Sedangkan pada anak usia DAFTAR PUSTAKA
sekolah, mereka belum mengenal jati
dirinya sehingga ketika memunculkan Ardiningsih, Tuti, & Purwandari. (2006).
temperamennya mereka kurang mampu Hubungan Antara Dukungan
untuk dapat mengendalikannya. Informasional dengan Kecemasan
Perpisahan Akibat Hospitalisasi Pada
Anak Usia Pra Sekolah. http4_20-
26.pdf://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/ Saudino, Kimberly J. (2005). Behavioral
default/files/jks-200607-00110 Genetics And Child Temperament.
diperoleh tanggal 5 Mei 2013 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC1188235/ diunduh pada tanggal
05 Mei 2013
Hidayat, Aziz A. (2005). Pengantar Ilmu Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep
Keperawatan Anak. Ed. 1. Jakarta : Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika EGC

Fauzi, A. (2008). Psikologi Umum. Bandung : Suryabrata, Sumadi. (2008). Psikologi


Pustaka Setia Kepribadian. Jakarta : Rajagrafindo
Persada
Friedman, Bowden, & Jones. (2010). Buku
Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar
Teori Dan Praktik. Alih bahasa: Achir Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa:
Yani S. Hamid (et. al). Ed. 5. Jakarta : Andry H., Sari K., Setiawan. Ed. 6.
EGC Jakarta : EGC

Edward, C.D. (2006). Ketika Anak Sulit


Diatur: Panduan Bagi Para Orang Tua
Untuk Mengubah Masalah Perilaku
Anak. Alih bahasa: Oetih F.D. Bandung
: Kaifa

Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-


Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai