Anda di halaman 1dari 35

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus


Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara
lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,
gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan
tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka
tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk
anak dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan
kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk keperluan pendidikan inklusi, anak dengan
kebutuhan khusus akan dikelompokkan menjadi 9 jenis. Berdasarkan berbagai
studi, ke 9 jenis ini paling sering dijumpai di sekolah-sekolah reguler. Jika di luar
9 jenis tersebut masih dijumpai di sekolah, maka guru dapat bekerjasama dengan
pihak lain yang relevan untuk menanganinya, seperti anak-anak autis, anak korban
narkoba, anak yang memiliki penyakit kronis, dan lain-lain. Namun anak yang
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata
Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus yang memiliki
karakteristik berbeda antara satu dengan yang lainnya.

1
ABK terdiri atas beberapa kategori. Kategori cacat A (tunanetra) ialah
anak dengan gangguan penglihatan, kategori cacat B (tunawicara dan tunarungu)
ialah anak dengan gangguan bicara dan gangguan pendengaran. Kategori ini
dijadikan satu karena biasanya antara gangguan bicara dan gangguan pendengaran
terjadi dalam satu keadaan, kategori cacat C (tunagrahita) ialah anak dengan
gangguan intelegensi rendah atau perkembangan kecerdasan yang terganggu,
kategori cacat D (tunadaksa) ialah anak dengan gangguan pada tulang dan otot
yang mengakibatkan terganggunya fungsi motorik, kategori cacat tunalaras ialah
anak dengan gangguan tingkah laku sosial yang menyimpang, kategori anak
berbakat ialah anak dengan keunggulan dan kemampuan berlebih (IQ tinggi), dan
kategori anak berkesulitan belajar ialah anak dengan ketidakberfungsian otak
minimal (Somantri, 2006:65-193). Banyak istilah yang dipergunakan sebagai
variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap.
Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah
adalah sebagai berikut:
1. Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari
impairment) untuk menamilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih
dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
2. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau
struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
3. Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment
atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang
normal pada individu.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

2
1.2 Konsep Dasar Cerebral Palsy
1.2.1 Definisi
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas system motor piramida (motor korteks, basal ganglia dan otak kecil)
yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal
(Suriadi Skep: 2006, hal 23).
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sebelum juga
kelainan mental (Ngastiyah: 2000, hal 54).
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan
sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif sering disertai dengan epilepsy
dan ketidak normalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau
lesi otak yang sedang berkembang (Behrman:1999, hal 67).
Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan
jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda
(sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran
klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan
ganglia, basal, cereblum dan kelainan mental.
1.2.2 Etiologi
Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat
menimbulkan “cerebral palsy”.

3
2. Perinatal
Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan
persentase bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa,
infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan
sectio Caesar.
1) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan
CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat
menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis.
2) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim,
faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
3) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
4) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa“cerebral palsy”.
5) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan
dapat menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis
ensefalitis dan luka parut.

4
1.2.3 Gejala Klinis
Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan
motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy.
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus
dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan
tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak
sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas
dengan kecendrungan terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3 – ¾
penderita, “cerebral palsy‟. Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak
dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih
hebat dari yang lainnya
2) Hemiplegia/diparesis
kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
3) Diplegia/diparesis
kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada
lengan
4) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama
hebatnya dibandingkan dengan tungkai
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor
neuron.
3. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
sendirinya (involuntary movemen).
4. Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.

5
5. Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 – 10% anak dengan „cerebral palsy‟. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.
Terdapat pada golongan koreo- atetosis.
6. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.
Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan
sering tampak anak berliur.
7. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita
cerebral palsy menderita kelainan mata.
1.2.4 Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
cerebral palsy ditegakkan.
2. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada “cerebral palsy”, CSS normal.
3. Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4. Foto rontgen kepala
5. Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental.
1.2.5 Pengobatan
Pengobatan khusus tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi,
occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
penderita. Selain itu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
1) Fisioterapi

6
2) Pendidikan
3) Obat-obatan
1.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri dari:
1) Non pembedahan: Pemberian acetazolamide, isosorbide atau furosemid
mengurangi produksi cairan setebrospinal.
2) Pembedahan: Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya: Neoplasma, kista,
atau hematom, pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya
kerongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural

1.3 Konsep Manajemen Keperawatan


1.3.1 Pengkajian
1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi
persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
4) Monitor respon untuk bermain
5) Kaji fungsi intelektual
1. Pemeriksaan Fisik
1) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia
2) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak
berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus
konvergen dan kelainan refraksi
3) Eliminasi : konstipasi
4) Nutrisi : intake yang kurang
2. Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang
1) Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status pendengaran)
2) Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
3) Pemeriksaan serum, antibody: terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes

7
4) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan
bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak vertikal.
5) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalins)
/ volsetasenya meningkat (abses)
6) Analisa kromosom
7) Biopsi otot
8) Penilaian psikologik
1.3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahaN
otot.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali pertemuan mobilisasi anak
membaik.
Kriteria Hasil:
(1) Keseimbangan tubuh
(2) Perpindahan otot
(3) Jalannya
Intervensi:
1) Terapi mobilitas
R: Mengurangi resiko decubitus
2) Untuk mengurangi risiko kolaborasi dengan terapi fisik
R: Untuk melatih kemampuannya
3) Motifasi pasien untuk pemulihan
R: motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa
4) Jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut
serta latihan gerak badan
R: agar keluarga dapat mempraktikkan sendiri dan mengajar anaknya ketika
bersama
5) Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri
R: cara untuk mengalihkan nyeri
6) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi
R: agar pasien leluasa dalam bergerak

8
7) Beri PROM atau gerakan AROM
R: kolaborasi
2. Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
keamanan diri pasien terjamin
Kriteria Hasil :
(1) Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja
(2) Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh
(3) Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi
Intervensi:
1) Kaji tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh
R: Untuk mengetahui faktor2 yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat
meminimalkan resiko jatuh
2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial
untuk jatuh
R: Untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga dapat
menghindari lingkungan tersebut
3) Ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera
R: Untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah
4) Ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka
dapat menurunkan resiko
R: Agar keluarga mengetahui faktor2 yang dapat memberikan resiko pasien
untuk jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan pasien dari
faktor resiko jatuh
5) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan
R: Supaya keamanan pasien terjamin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem
nervous.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat.

9
Kriteria Hasil :
Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori adekuat
Intervensi:
1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperlukan
R: Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak
2) Pilih suplemen yang tepat
R: Untuk menambah nafsu makan
3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium
R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang
4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap
R: Untuk mengetahui status gizi anak
5) Anjurkan pasien duduk setelah makan
R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di
muntahkan
6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat
R: Untuk melengkapi gizi seimbang
7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy
R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak
8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R: Untuk mencegah konstipasi
9) Atur pola makan
R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
terpenuhi.
10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi
dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi
R: Kolaborasi terapi gizi
11) Oral hygiene
R: Menjaga kebersihan mulut
12) Monitor hasil lab.
R: Untuk mengetahui adanya gangguan
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.
Tujuan:

10
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selama 5x pertemuan orangtua pasien
mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak.
Kriteria Hasil :
(1) Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional
(2) Menstimulasikan perkembangan kognitif
(3) Berinteraksi baik dengan anak
(4) Memilih suplemen tambahan yang tepat
(5) Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat
(6) Bina hubungan kasih sayang
(7) Menyediakan kebutuhan fisik anak
(8) Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak
(9) Berempati dengan anak

INTERVENSI:
1) Menyanyi dan bicara pada anak
R: Untuk melatih kerja otak anak
2) Fasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan
3) Bangun interaksi satu sama lain
R: Agar tercipta hubungan saling percaya
4) Sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman sebayanya
R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress
5) Berikan perhatian saat dibutuhkan
R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak
merasa kesepian

6) Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain


R:Bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.
7) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar
8) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain

11
1.3.3 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan
masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005).
1.3.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2005).

12
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.
Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada
tanggal 09 Oktober 2017)
Anggra. 2009. Cerebral palsi. Available from:
http://sugengrawuh.blogspot.com. (Diunduh pada tanggal 09 Oktober
2017)
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis, Edisi 9. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Hernawati, Tati, dkk. 2007. Anak Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson,M,Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.A DI WISMA LILIANA

2.1. Pengkajian
2.1.1. Anamnesa (pengkajian tanggal 07 November 2018)
1) Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
TTL : Manggelang, 10 Oktober 2008
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo
(Asrama Liliane)
Diagnosa Medis : Cerebral Palsy

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ibu Inklau
TTL : Surabaya, 5 April 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku/Bangsa : Manggarai/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Panti Bakti Luhur
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo
(Asrama Liliane)
Hubungan Keluarga : Ibu Asrama

3) Keluhan Utama
Pengasuh Mengatakan An. A Mengalami kelemahan dan kekakuan pada
tangan dan kaki.
4) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian An. A di diagnosa mengalami cerebral palsy, anak
tidak bisa berjalan tetapi mampu bergerak dengan membalikkan tubuh
kesamping dengan kedua tangannya. An. A mampu menyebutkan kata-
kata seperti mau minum dan makan walau dengan kata-kata yang tidak
jelas mampu memahami apa yang ditanyakan oleh perawat.
(2) Riwayat Kesehatan lalu

14
An. A masuk Panti Asuhan Bakti Luhur pada tanggal 16 Desember
2010 dan di antar oleh orang tuanya. Menurut pengasuh panti An. A
sudah mengalami kelainan fisik sejak dibawa ke panti pada saat itu
kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh pengasuh, An. A hanya terbaring
dan tidak bisa bergerak kadang mengerang, hasil diagnosa medis anak
mengalami cerebral palsy.
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data karena An. A sejak kecil sudah tinggal dipanti
dan sampai sekarang tidak ada orang tua yang mengunjunginya
(4) Susunan Genogram
Tidak ditemukan data lengkap mengenai susunan genogram keluarga
karena An. A sejak kecil sudah tinggal dipanti dan sampai sekarang
tidak ada orang tua yang mengunjungi. Yang diketahui bahwa An. A
anak pertama.
1. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis An. A tampak duduk dikursi roda
diruangan tengah asrama dengan posisi kepala menengadah ke atas
sambil melihat kearah perawat, kadang nampak gerakan kecil
menoleh ke samping dengan air liur kadang menetes. Pada leher
terdapat handuk kecil yang digunakan An. A untuk membersihkan
mulutnya yang mengeluarkan air liur.
2) Tanda-tanda Vital
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi: 20 x/menit
3) Kepala dan Wajah
(1) Ubun-ubun pada menutup tidak cembung keadaan baik dan rambut
berwarna hitam,tidak rontok, tidak mudah dicabut keadaan kulit
baik, tidak ada benjolan.
(2) Keadaan mata baik, penglihatan tidak fokus, konjungtiva anemis

15
(3) Bentuk telinga simetris, cukup bersih, An. A dapat menoleh ketika
kita menjatuhkan barang di dekatnya
(4) Mukosa bibir kering, pertumbuhan gigi baik cukup bersih dan putih
tidak terdapat karies gigi.
4) Leher dan Tenggorokan
Bentuk leher simetris, tidak ada benjolan dan pembersaran vena
jugularis, tidak ada mengalami sakit tenggorokan, reflek menelan
tidak ada peradangan.
5) Dada
Bentuk dada simetris di seluruh lapang dada, iktus kordis tidak
terlihat, tidak ada benjolan atau bengkak pada bagian dada, pada
saat perkusi tidak ada memiliki kelainan pada bagian dalam dada
kiri dan kanan, sama-sama menghasilkan suara sonor, suara nafas
vesikuler tidak ada suara nafas tambahan.
6) Abdomen
Bentuk perut simetris, tidak ada nyeri tekan pada bagian perut,
tidak ada asites atau oedema pada perut, pada saat perkusi
menghasilkan bunyi timpani, tidak ada pembesaran hati, tidak ada
pembesaran limpa, bising usus 12x/menit.
7) Ektrimitas
Ektrimitas atas dan bawah An. A mengalami kelainan otot dan
tulang mengecil sehingga pergerakan lemah dan terbatas, turgor
kulit baik, tidak terdapat oedema, kekuatan otot ekstermitas atas 2
2, pada bagian ekstermitas bawah 2 2.
8) Genetalia
Tidak ada kelainan pada alat kelamin
2. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Gizi: An. A setiap harinya makan nasi dan sayur serta lauk dan
buah-buahan, kadang sebelum jam makan siang diberikan snack seperti
roti dan susu

16
2) Motorik Halus : An. A bisa menangis atau mengerang dan
mengatakan minum dan makan bila dia merasa haus dan lapar walau
dengan kata yang tidak jelas
3) Motorik Kasar : An. A mengalami kesulitan menggerakan tangan
dan kakinya tidak mampu berjalan, hanya dengan bergerak
membalikkan tubuhnya di atas tempat tidur.
4) Kognitif dan Bahasa: An. A mampu menyebutkan minum ketika
ditanya haus oleh perawat.
5) Psikososial : An. A mampu berinteraksi walau
hanya dengan senyuman dan kata-kata yang kurang jelas.

17
3. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan
Nutrisi Makan An. A 3 kali sehari dan diselingi
1. Frekuensi snack. An. A tidak ada mengalami
2. Nafsu Makan/selera penurunan selera makan, nafsu makan
3. Jenis Makanan baik An. A selalu menghabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan. Makanan yang
dimakan seperti ikan, ayam, tahu dan
tempem sayur sawi, brokoli, dan
kacang-kacangan disertai buah-buahan.
Eliminasi BAB 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari
1. BAB An. A tidak dapat pergi ketoilet jika
2. BAK BAB dan BAK dipampers saja.
Istirahat dan tidur Menurut Pengasuh tidak masalah pada
1. Siang/jam tidur An. A tidur siang jam 12 siang
2. Malam/jam selesai makan siang dan tidur malam
jam 8 malam. An. A mampu beristirahat
dengan baik dan cukup.
Personal Hyigene Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari
1. Mandi dengan bantuan pengasuh asrama. Pada
2. Oral Hyegene saat pengkajian kuku An. A terlihat
panjang dan kotor.

4.Data Penunjang
An. A diberikan Fisioterapi dan Speak Terapi setiap hari Rabu Pukul 08.00 WIB

Surabaya, 07 November 2018


Mahasiswa,

Wildae

18
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
Data Subyektif: Pengasuh Kerusakan motorik Hambatan Mobilitas Fisik
mengatakan An. A
Mengalami kelemahan dan Kelumpuhan Spatisitas
kekakuan pada tangan dan
kaki.
Gangguan Neuromuskular
Data Obyektif: dengan kelemahan
- Kesadaran compos mentis otot/kekakuan otot
- Tanda-tanda vital
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5 0C
- TB : 128 cm,BB : 20 kg
- An. A tampak duduk dikursi
roda dengan sandaran
diruangan tengah asrama
dengan posisi kepala
menengok ke atas kadang
nampak gerakan kecil
menoleh kesamping.
- Kekuatan otot ekstermitas
atas 2 2 dan ekstermitas
bawah 2 2.
- An. A tampak kesulitan
menggerakan tangan dan
kakinya karena kaku.
- An. A mampu mengucapkan
minum dan makan jika dia
lapar dan menyebutkan
namanya ketika ditanya oleh
Perawat.
- ADL dibantu seperti makan,
mandi dan BAK/BAB An.A
tidak dapat beraktivitas
sendiri.

Data Subyektif: Pengasuh Perkembangan otak Keterlambatan Pertumbuhan


mengatakan An. A lambat terganggu dan Perkembangan
dalam mengunyah makanan
tapi makanan 1 porsi selalu
Kontusio
habis.

Data Obyektif: Cedera otak


- Kesadaran compos mentis

19
- An. A Tampak kurus . Kerusakan sel
- Kaki An. A tampak kecil.
- An. A tampak tidak bisa Aliran darah otak menurun
berjalan.
- Kekuatan otot ekstermitas
atas 2 2 dan ekstermitas Kerusakan sensori motorik
bawah 2 2.
- An. A tampak habiskan 1 Kelumpuhan
porsi makanan yang
disediakan pengasuh Pertumbuhan dan
- An. A tampak lambat Perkembangan terganggu
mengunyah makanan
Data Subyektif: Pengasuh Ketidakmampuan Resiko Cedera
mengatakan An. A setiap mengontrol gerakan
beraktivitas selalu dibantu sekunder terhadap spastisitas
penuh.

Data Obyektif: Hambatan Mobilitas Fisik


- Kesadaran compos mentis
- An. A Tampak kurus . Resiko Terhadap Cedera
- Kaki An. A tampak kecil.
- An. A tampak tidak bisa
berjalan.
- Kekuatan otot ekstermitas
atas 2 2 dan ekstermitas
bawah 2 2.
- Tampak dibantu pengasuh
setiap aktivitas
- Tampak memakai kursi roda
dengan didorong pengasuh

20
Diagnosa Keperawatan (Daftar Masalah Sesuai Prioritas)

1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Neuromuskular dengan


kelemahan otot/kekakuan otot
2. Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan berhubungan dengan Proses penyakit/
kecacatan sejak lahir
3. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol gerakan
sekunder terhadap spastisitas

21
20
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A


Wisma : Liliane
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Bina Hubungan saling percaya 1. Memberikan kepercayaan kepada anak
fisik b.d Gangguan keperawatan selama 6x24 2. Monitor derajat imobilitas yang untuk berinteraksi dengan perawat
Neuromuskular dengan jam pertemuan mobilisasi dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan 2. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
kelemahan anak dapat meningkatkan perhatikan persepsi pasien terhadap diri/persepsi diri tentang keterbatasan
otot/kekakuan otot kekuatan/fungsi dan imobilisasi fisik aktual, memerlukan
mengkompensasi bagian 3. Bantu pasien dalam pemenuhan KDM informasi/intervensi untuk
tubuh. seperti makan, minum, potong kuku, dll meningkatkan kemajuan kesehatan
Kriteria Hasil: 4. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam 3. Untuk memenuhi KDM pasien.
1. Mobilitas klien dapat rentang gerak pasien/aktif pada 4. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
meningkat atau ekstermitas yang sakit dan yang tak tulang untuk meningkatkan tonus otot,
bertahan sakit. mempertahankan gerak sendi, mencegah
2. Klien merasa nyaman 5. Dorong penggunaan latihan isometric kontraktur/atrofi dan resorpsi kalsium
dengan posisi ditempat mulai dengan tungkai yang tak sakit karena tidak digunakan.
tidur 6. Beri pakaian pasien yang tidak 5. Kontraksi otot isometric tanpa menekuk
3. Kekuatan/fungsi membatasi sendi atau menggerakkan tungkai dan
bagian tubuh yang membantu mempertahankan kekuatan
kaku/lemah dapat dan masaa otot.
meningkat 6. Agar pasien leluasa dalam bergerak
Keterlambatan Setelah dilakukan 1. Menyanyi, bermain, berhitung dan 1. Untuk melatih kerja otak anak
pertumbuhan dan tindakan kep. Selama bicara pada anak 2. Agar anak memiliki teman dan tidak
perkembangan b.d 6x24 jam pertemuan 2. Pasilitasi anak untuk berhubungan bosan
proses penyakit/
pengasuh pasien mengerti dengan teman sebaya 3. Agar tercipta hubungan saling percaya
kecacatan sejak lahir
tentang pemberian 3. Bangun interaksi satu sama lain 4. Aktifitas merupakan cara untuk
stimulasi kepada anak. 4. Sediakan aktivitas yang dianjurkan menghilangkan stress
Kriteria Hasil : untuk berinteraksi dgn teman 5. Perhatian merupakan kebutuhan yang
1. Menstimulasikan sebayanya sangat dibutuhkan agar anak tidak

21
pertumbuhan spiritual 5. Berikan perhatian saat dibutuhkan merasa kesepian
dan emosional 6. Ajarkan anak untuk mencari 6. bila anak perlu bantuan, anak tahu cara
2. Menstimulasikan pertolongan dari orang lain untuk meminta tolong.
perkembangan
7. Pasilitasi perhatian atau kontak dengan 7. Untuk menghilangkan stress dan
kognitif
3. Berinteraksi baik teman kelompoknya merasakan udara segar
dengan anak 8. Identifikasi kebutuhan spesial anak. 8. Untuk melatih anak agar tidak
4. Menyediakan tergantung pada orang lain
pengawasan untuk
anak dengan tepat
5. Bina hubungan kasih
sayang
6. Menyediakan
kebutuhan fisik anak
Resiko terhadap cedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi 1. Mampu mengetahui faktor dalam
berhubungan dengan tindakan kep. Selama kebutuhan keamanan menjaga keamanan klien
ketidakmampuan 6x24 jam pertemuan 2. Identifikasi faktor lingkungan yang 2. Mengetahui lingkungan mana yang akan
mengontrol gerakan pengasuh pasien mengerti memungkinkan terjadinya cedera memberikan keamanan terhadap pasien
sekunder terhadap tentang resiko cedera 3. Pasang pagar tempat tidur dan beri 3. Untuk mencegah klien jatuh atau untuk
spastisitas Kriteria Hasil : bantalan pada perabot. perlindungan.
1. Pasien dan pengasuh 4. Berikan materi pendidikan kepada 4. Pengasuh mampu mengetahui tindakan
menyatakan pengasuh yang berhubungan dengan pencegahan cedera dari pasien
pemahaman faktor tindakan pencegahan terhadap cedera 5. Pengasuh pasien mengetahui
yang menyebabkan
5. Berikan informasi kepada pengasuh pengetahuan akan bahaya lingkungan
cidera
2. Pasien tunjukkan terhadap bahaya lingkungan dan yang ada.
perubahan perilaku, karakteristiknya.
pola hidup turunkan
faktor resiko dan untuk
lindungi diri dari
cedera

22
IMPLEMENTASAI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama


Perawat
Jam

Rabu 7 1) Membina hubungan saling percaya S: Pengasuh mengatakan An. A Masih


November dengan An. A dengan memperkenalkan mengalami kelemahan dan kekakuan pada
2018 diri. tangan dan kaki.
O:
2) Mengkaji derajat imobilitas yang dapat
Jam:07.00- - Kesadaran compos mentis
An. A lakukan terhadap aktivitas sehari-
12.30 WIB - An. A tampak tersenyum dan melihat
hari kearah perawat yang memanggilnya
DX: 1 3) Membantu An. A dalam pemenuhan - An. A tampak kesulitan menggerakan Wildae
KDM seperti makan, minum, personal tangan dan kakinya.
hyegene (potong kuku anak)
- An. A makan dan minum dibantu oleh
4) Memberikan pakaian pasien yang tidak
perawat.
membatasi - Kuku An. A tampak bersih
5) Membantu pasien dalam rentang gerak - An. A tampak tertawa dan
pasien/pasif pada ekstermitas yang sakit mengeluarkan suara yang cukup bisa
dan yang tak sakit dipahami
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi 4 dan 5

20
Rabu, 1) Menyanyi dan bicara pada An. A S: Pengasuh mengatakan An. A lambat dalam
7 November 2) Mengajak anak berjalan–jalan dengan mengunyah makanan tapi makanan 1 porsi
2018 kursi roda disekitar lingkungan panti dan selalu habis.
Memfasilitasi An. A untuk berhubungan
O: An. A tampak tersenyum Senang saat
Jam:07.00- dengan teman sebaya
ditanya oleh perawat dan kadang tertawa kecil
12.00 WIB 3) Memberikan perhatian saat dibutuhkan Wildae
serta mengerang dengan suara dan bicara
4) Memfasilitasi perhatian atau kontak
DX: 2 yang kuran jelas
dengan teman kelompoknya
A: Masalah teratasi Sebagian

P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4

Rabu, 1)Mengidentifikasi faktor yang S: Pengasuh mengatakan An. A setiap


7 November mempengaruhi kebutuhan keamanan beraktivitas selalu dibantu penuh.
2018 2) Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
O: An. A tampak tersenyum Senang saat
memungkinkan terjadinya cedera
ditanya oleh perawat dan kadang tertawa kecil
Jam:07.00- 3) Memberikan materi pendidikan kepada
serta mengerang dengan suara dan bicara Wildae
12.00 WIB pengasuh yang berhubungan dengan
yang kurang jelas, lingkungan ramah tidak
tindakan pencegahan terhadap cedera
DX: 3 ada benda tajam disekitar pasien dan tampak
4) Memberikan informasi kepada pengasuh
pasien selalu diawasi pengasuh
terhadap bahaya lingkungan dan
karakteristiknya A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

21
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
Jam

Kamis 8 Dx. I 1) Mengkaji derajat imobilitas yang dapat An. A S: Pengasuh mengatakan An. A Masih mengalami
November 2018 lakukakan terhadap terhadap aktivitas sehari- kelemahan dan kekakuan pada tangan dan kaki.
hari
Jam:07.00- 2) Membantu An. A dalam pemenuhan KDM O:
12.00 WIB seperti makan, minum, personal hyegene - Kesadaran compos mentis
(potong kuku anak) - An. A mampu mengikuti walau kesulitan
3) Membantu pasien dalam rentang gerak menggerakan tangan dan kakinya ketika
pasien/pasif pada ekstermitas yang sakit dan dilatih rentang gerak dan sedikit meringis
yang tak sakit.
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

Anjurkan pengasuh untuk tetap melatih rentang


gerak pasif pada anak.

22
Kamis 8 DX. II 1) Menyanyi dan bicara pada anak S: Pengasuh mengatakan An. A lambat dalam
November 2) Mengajak anak berjalan–jalan dengan kursi roda mengunyah makanan tapi makanan 1 porsi selalu
disekitar lingkungan panti dan Memfasilitasi habis.
Jam:07.00- anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
12.00 WIB 3) Memberikan perhatian saat dibutuhkan O: An. A tampak tersenyum Senang saat ditanya
4) Memfasilitasi perhatian atau kontak dengan oleh perawat dan kadang tertawa kecil serta
teman kelompoknya mengerang dengan suara dan bicara yang kurang
jelas

A: Masalah teratasi Sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Anjurkan anak sering berinteraksi dengan teman di


lingkungan asrama dengan pengawasan pengasuh.

23
Kamis 8 Dx. III 1)Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi S: Pengasuh mengatakan An. A setiap beraktivitas
November kebutuhan keamanan selalu dibantu penuh
2)Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
Jam:07.00- memungkinkan terjadinya cedera O: An. A tampak tersenyum Senang saat ditanya
12.00 WIB 3) Memberikan materi pendidikan kepada pengasuh oleh perawat dan kadang tertawa kecil serta
yang berhubungan dengan tindakan pencegahan mengerang dengan suara dan bicara yang kurang
terhadap cedera jelas, lingkungan ramah tidak ada benda tajam
4) Memberikan informasi kepada pengasuh terhadap disekitar pasien dan tampak pasien selalu diawasi
bahaya lingkungan dan karakteristiknya pengasuh

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

24
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
Jam

Jumat 9 Dx. I 1) Memonitor derajat imobilitas yang dapat An. A S: Pengasuh mengatakan An. A Masih mengalami
November 2018 lakukakan terhadap terhadap aktivitas sehari-hari kelemahan dan kekakuan pada tangan dan kaki.
2) Membantu An. A dalam pemenuhan KDM
Jam:07.00- seperti makan, minum, personal hyegene (potong O:
12.00 WIB kuku anak) - Kesadaran compos mentis
3) Melakukan latihan ROM - An. A mampu mengikuti walau kesulitan
4) Membantu pasien dalam rentang gerak menggerakan tangan dan kakinya ketika
pasien/pasif pada ekstermitas yang sakit dan yang dilatih rentang gerak dan sedikit meringis
tak sakit. - Kekuatan otot ekstermitas atas 2 2 dan
ekstermitas bawah 2 2.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

Anjurkan pengasuh untuk tetap melatih rentang


gerak pasif pada anak.

25
Jumat 9 DX. II 1) Menyanyi dan bicara pada anak S: Pengasuh mengatakan An. A masih lambat
November 2) Mengajak anak berjalan–jalan dengan kursi roda dalam mengunyah makanan tapi makanan 1 porsi
disekitar lingkungan panti dan Memfasilitasi anak selalu habis.
Jam:07.00- untuk berhubungan dengan teman sebaya
12.00 WIB 3) Memberikan perhatian saat dibutuhkan O: An. A tampak senang dikasihkan makan. An. A
4) Memfasilitasi perhatian atau kontak dengan teman tampak tersenyum Senang saat ditanya oleh perawat
kelompoknya dan kadang tertawa kecil serta mengerang dengan
suara dan bicara yang kurang jelas

A: Masalah teratasi Sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Anjurkan anak sering berinteraksi dengan teman di


lingkungan asrama dengan pengawasan pengasuh.

26
Jumat 9 Dx. III 1)Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi S: Pengasuh mengatakan An. A setiap beraktivitas
November kebutuhan keamanan selalu dibantu penuh dan selalu diperhatikan
2)Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
Jam:07.00- memungkinkan terjadinya cedera O: An. A tampak tersenyum Senang saat ditanya
12.00 WIB 3) Memberikan materi pendidikan kepada pengasuh oleh perawat dan kadang tertawa kecil serta
yang berhubungan dengan tindakan pencegahan mengerang dengan suara dan bicara yang kurang
terhadap cedera jelas, lingkungan ramah tidak ada benda tajam
4) Memberikan informasi kepada pengasuh terhadap disekitar pasien dan tampak pasien selalu diawasi
bahaya lingkungan dan karakteristiknya pengasuh
5) Memasang pagar ditempat tidur pasien A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

27
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
Jam

Sabtu 10 Dx. I 1) Memonitor derajat imobilitas yang dapat An. A S: Pengasuh mengatakan An. A bahagia diajak
November 2018 lakukakan terhadap terhadap aktivitas sehari-hari jalan dan tangan dan kaki masih kesulitan dalam
2) Mengajak pasien jalan-jalan dilingkungan sekitar bergerak.
Jam:07.00- 3) Membantu An. A dalam pemenuhan KDM
12.00 WIB seperti makan, minum, personal hyegene (potong O:
kuku anak) - Kesadaran compos mentis
4) Melakukan latihan ROM - Tampak senang diajak jalan
5) Membantu pasien dalam rentang gerak - An. A mampu mengikuti walau kesulitan
pasien/pasif pada ekstermitas yang sakit dan yang menggerakan tangan dan kakinya ketika
tak sakit. dilatih rentang gerak dan sedikit meringis
- Kekuatan otot ekstermitas atas 2 2 dan
ekstermitas bawah 2 2.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

Anjurkan pengasuh untuk tetap melatih rentang


gerak pasif pada anak.

28
Sabtu 10 DX. II 1) Menyanyi dan bicara pada anak S: Pengasuh mengatakan An. A merasa senang
November 2) Membawa anak bernyanyi bersama diajak bernyanyi bersama sambil jalan-jalan
3) Mengajak anak berjalan–jalan dengan kursi roda
Jam:07.00- disekitar lingkungan panti dan Memfasilitasi anak O: An. A tampak senang dengan bernyanyi bersama
12.00 WIB untuk berhubungan dengan teman sebaya perawat. An. A tampak tersenyum Senang saat
4) Memberikan perhatian saat dibutuhkan ditanya oleh perawat dan kadang tertawa kecil serta
5) Memfasilitasi perhatian atau kontak dengan teman mengerang dengan suara dan bicara yang kurang
kelompoknya jelas

A: Masalah teratasi Sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Anjurkan anak sering berinteraksi dengan teman di


lingkungan asrama dengan pengawasan pengasuh.

29
Sabtu 10 Dx. III 1)Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi S: Pengasuh mengatakan An. A anak senang selalu
November kebutuhan keamanan diperhatikan dan dibantu oleh perawat
2)Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
Jam:07.00- memungkinkan terjadinya cedera O: An. A tampak tersenyum Senang jika saat
12.00 WIB 3) Memberikan materi pendidikan kepada pengasuh diangkat dari kursi roda ketempat tidur. Saat
yang berhubungan dengan tindakan pencegahan ditanya oleh perawat kadang tertawa kecil serta
terhadap cedera mengerang dengan suara dan bicara yang kurang
4) Memberikan informasi kepada pengasuh terhadap jelas, lingkungan ramah tidak ada benda tajam
bahaya lingkungan dan karakteristiknya disekitar pasien dan tampak pasien selalu diawasi
5) Memasang pagar ditempat tidur pasien pengasuh

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

30

Anda mungkin juga menyukai