DEFINISI
Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan maligna dalam
setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan berkembang
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel
sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk
silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan
yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal
yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
B. ETIOLOGI
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma
serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual
berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada
usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human
serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya
tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok
mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas
dalam tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada
serviks.
meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
6. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang
mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara rutin,
STADIUM KRITERIA
IB Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
D. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ).
Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel
kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ
ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio
yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi
patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma
invasif. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita.
Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya
regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept
dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk.
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Saat ini telah ada teknik
thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu
sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan
dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop. Pap smear
hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan
hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
mencapai 90%.
2. Kolposkopi
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah
dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih
4. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi
50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca
oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak
kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan
disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera
atau flash). Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%.
masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%.
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana
tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi
5. Gineskopi
84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut:
value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil
untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif
dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan
abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml.
HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai
kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui
sel-sel tubuh.
G. PENATALAKSANAAN
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim
serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara
STADIUM PELAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
IA Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
IV A IV B Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen,
2. Operasi
serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan
serviks)
Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker
serviks
pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba falopi maupun
histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau
Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis
4. Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa berupa obat
yang diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh obat
kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar
luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk
2000). Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
Diinfus. Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal /
bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah : Cisplatin.,
untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak
dapat dilakukan atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul
tumor
akhir pengobatan.
sesudah pengobatan.
memungkinkan olahraga.
Sariawan
dan mati rasa pada jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot
kaki.
sinar matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih
melintang.
5. Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
6. Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker.
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV
tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel
kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan atau bermetastasis ke
kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus,
ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Bila sel kanker sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi
hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Selama
1. Pendarahan
2. Kematian janin
3. Infertil
4. Obstruksi ureter
5. Hidronefrosis
6. Gagal ginjal
7. Pembentukan fistula
8. Anemia
9. Infeksi sistemik
10. Trombositopenia
I. PENCEGAHAN
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai
salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di
antaranya :
hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan
umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada
karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan
dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang
lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada
smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada
wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun
sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS
hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun
atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif
secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga,
deteksi DNA HPV yang positif yang ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai
HPV yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua
setiap 1 - 3 tahun. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta
: EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius
Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN
DIAGNOSA CANCER CERVIX PADA NY. A DI RUANG 9 RSSA
MALANG
Disusun Oleh:
Firdha Aprillia
201810461011048