Anda di halaman 1dari 32

TUGAS AKHIR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

KOMPETENSI DOKTER UMUM DALAM BIDANG FORENSIK

Oleh :

Destika Sari, S.Ked

1618012080

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR PENYAKIT

KLASIFIKASI LUKA
Secara umumnya, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi
menurut penyebabnya yaitu, trauma tumpul, trauma tajam dan luka tembak.
Untuk kompetensi dokter umum 4A yaitu luka trauma tumpul dan luka trauma
tajam yang akan dijelaskan sebagai berikut

A. LUKA TRAUMA TUMPUL


Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia
seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda
ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia mempertahankan
hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti senjata api,
bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari
penyebabnya.

Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi,
sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu
sendiri adalah :
1. Tidak bermata tajam
2. Konsistensi keras / kenyal
3. Permukaan halus / kasar

Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang
bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang
medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit
dipastikan.

Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi dari
luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
1. Luka Akibat Trauma Tumpul
Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah:
a. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
b. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut
terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Derajat luka, perluasan
luka serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul
bergantung kepada:
a. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
b. Waktu dari benda yang mengenai tubuh
c. Bagian tubuh yang terkena
d. Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
e. Jenis benda yang mengenai tubuh

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan
yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai
tipe luka. Luka Akibat trauma tumpul dibagikan menurut beberapa kategori:
a. Abrasi
b. Laserasi
c. Kontusio

Klasifikasi Trauma Tumpul Berdasarkan Jaringan atau Organ yang


Terkena
Klasifikasi luka akibat benda tumpul meurut jaringan atau organ yang terkena
adalah sebagai berikut :
1. Kulit
a. Luka Lecet
b. Luka Memar
c. Luka Robek
2. Kepala
a. Tengkorak
b. Jaringan Otak
3. Leher dan Tulang Belakang
4. Dada
a. Tulang
b. Organ dalam dada
5. Perut
a. Organ Parenkim
b. Organ berongga
6. Anggota Gerak

a. Abrasi (Luka Lecet)


Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya
pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan
epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah
dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda
yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis
bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata
telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini
(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan


sebagai luka lecet gores (Scratch), luka lecet serut (Scrape), luka lecet
tekan (impact abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).
a. Luka lecet gores ( Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing ( misalnya kuku jari yang menggores
kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya
dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat
menunjukan arah kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet serut (Scraping )
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan
melihat letak tumpukan epitel.
c. Luka lecet tekan ( Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu
sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih
memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk
yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan
sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat
adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari
sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta
terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.

Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet


mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh
karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat
dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang
dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang
sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang
menyebabkan
a. Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan
tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat,
perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat
penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan
bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau
jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan
sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat
masih tetap berada pada leher korban.
b. Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban
terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat
pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban
kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang
cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih tampak
jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di
dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat
pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
c. Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel
pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang
khas yaitu dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain merupakan
luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan
informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai
untuk menewaskan korban.
d. Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation),
atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari
pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis
lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka
tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan
dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam
penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain
didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam
kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya
kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan
kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh.
e. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban
bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet
tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana
kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila
pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan
yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam
kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan
dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah
tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki
bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.

Karakteristik luka lecet :


1. Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
2. Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan
kasar dan tumpul
3. Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
4. Timbul reaksi radang (Sel PMN)
5. Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak
meninggalkan jaringan parut.

Memperkirakan umur luka lecet:


a. Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
b. Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
c. Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
d. Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem


ANTE MORTEM POST MORTEM
1. 1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 2. Epidermis terpisah sempurna dari
1. 3. Tanda intravital (+) dermis
2. 4. Sembarang tempat 3. Tanda intravital (-)
4. Pada daerah yang ada penonjolan
tulang

b. Kontusio (Luka Memar)


 Kontusio Superfisial
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.
Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan
dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ
dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan
darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada
orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka
sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya
jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah
yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.

Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah
“perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban
terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru
tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk
perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan
dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung
jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk
menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan
fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial
(Superficial), Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (
Patterned/ imprint).

a. Luka memar superfisial


Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh
akumulasi darah secara subkutan. Awalnya, luka memar memberikan
warna merah kebiruan namun seiring berjalannya waktu sel darah
merah akan rusak, melepaskan billirubin dan heme yang memberikan
gambaran kuning-kecoklatan yang dapat terlihat satu minggu
kemudian. (Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih
dalam dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1
sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya
objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.

Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan


pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin
lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat
luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang
dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum
kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun
bergantung pada keahlian pemeriksa.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan
masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan
kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit
yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena
sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang
ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman.
Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman
anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang
dapat memproduksi gas gangren.

Memperkirakan umur luka memar :


 Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
 Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
 Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada
area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh
pembuluh darah kecil secara gravitasi. Lebam mayat biasanya terjadi yang
terbentuk 30 menit sampai 2 jam setelah kematian dan perubahan warna
mencapai puncaknya pada 8 sampai 12 jam setelah kematian.( Dikutip dari
kepustakaan injury and death investigation pdf)

Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat.

Luka Memar Lebam mayat


1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang terendah
2. Pembengkakan (+) 2. Pembengkakan (-)
3. Tanda Intravital (+) 3. Tanda Intravital (-)
4. Ditekan tidak menghilang 4. Ditekan Menghilang
5. Diiris : tidak menghilang 5. Diiris : dibersihkan dengan kapas
menjadi bersih
Kontusio pada organ dan jaringan dalam.
Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki
karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika
terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan
terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat
menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan
perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ
lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan
sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran
impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti
jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat
menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.
Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang
menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.

c. Laserasi (Luka robek)


Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari
pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan
pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda
yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek
kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit
dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat
luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut
yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan
jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi
dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat
menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi
laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang
terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab


kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan
yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga
pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu
atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari
ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang
disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola
laserasi yang mirip.

Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,


perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal
yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan
penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang
bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk
eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi,
yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai
tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar
tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut
dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera,
beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah
mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak
adanya perdarahan.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa


adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila
perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai
jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas
kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam
jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.

Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada
saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada
jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan
emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi
pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada
organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari
laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka
waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.

d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi


Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama
dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan
selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.

Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari
sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek
mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan
yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau
tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek
sering tampak adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena luka pada
umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan
kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka
terbuka dengan benda tumpul.mengenai tubuh korban

Deskripsi luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk,
ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu
dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah,
lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir
kalimat.
Deskripsi luka meliputi:
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
 Lokasi berdasarkan region anatomiknya.
 Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian
tertentu dari tubuh. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat
dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut,
punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal
yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal
mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang
melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit.
Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal
mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan
rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan
lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah
tulang belikat kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam
bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
 Batas (tegas atau tidak tegas)
 Tepi (rata atau tidak rata)
 Sudut luka (runcing atau tumpul)
 Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
 Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
 Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
 Dasar luka
 Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
- Lecet (ada atau tidak)
- Tatoase (ada atau tidak)
-
Pola Trauma Tumpul
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak macamnya dan
dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan
karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa
area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun
belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh
yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang
baik untuk mengungkapkan pola trauma.

Trauma Tumpul
a. Bentuk luka Tidak teratur
b. Tepi Luka Tidak rata
c. Jembatan Jaringan Ada
d. Rambut Tidak terpotong
e. Dasar Luka Tidak teratur
f. Sekitar Luka Ada luka lecet atau
memar
Tabel . pola trauma tumpul

B. LUKA TRAUMA TAJAM


Luka benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan
karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung
runcing. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka
yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api. Pada
kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan
kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu
peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.

Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata tajam
dibagi menurut beberapa kategori:
1. Luka tusuk (stab wound)
2. Luka Iris (Incised wounds)
3. Luka Bacok (Chop wounds)

Ciri-ciri luka benda tajam sering dibandingkan dengan luka benda tumpul:
Trauma Tumpul Tajam
g. Bentuk luka Tidak teratur Teratur

h. Tepi Luka Tidak rata Rata

i. Jembatan Jaringan Ada Tidak ada

j. Rambut Tidak terpotong Terpotong

k. Dasar Luka Tidak teratur Teratur

l. Sekitar Luka Ada luka lecet atau Tak ada luka lain
memar
Cara mendeskripsi luka tajam hendaknya ditentukan :
1. Lokalisasi :
a. Kordinat
b. Absis
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
6. Terjadinya intravital/post mortal
7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak
8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuhdiri/pembunuhan

a. Luka tusuk (Stab wounds)


Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang
terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.
Contoh: belati, bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk kerbau.Selain itu, pada
luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,
apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua.
Karakteristik dari luka tusuk:
- Tepi luka rata
- Dalam luka lebih besar dari panjang luka
- Sudut luka tajam
- Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
- Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
Identifikasi senjata pada luka tusuk:
- Panjang Luka
- ukuran maksimal dari lebar senjata
- Dalam luka
- Ukuran minimal dari panjang senjata
- Untuk luka tusuk pada bagian dada stabil
- Untuk luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang
senjatanya karena perut sangat elastis.
Bentuk luka tusukan di kulit ditentukan tidak hanya oleh bentuk dari pisau,
tetapi juga ditentukan oleh sifat dari kulit. Jika luka tusuk terjadi saat kulit
sedang dalam kondisi meregang, akan menghasilkan luka yang panjang,
namun luka akan tampak pendek ketika kulit dalam kondisi mengendur.

Cara menentukan luka tusuk disebabkan oleh pembunuhan atau bunuh diri:
Pembunuhan Bunuh Diri
Lokalisasi di sembarang tempat, juga di Lokalisasi pada daerah tubuh yang
daerah tubuh yang tak mungkin dicapai mudah dicapai tubuh korban (dada,
tangan korban perut)

Jumlah luka dapat satu/lebih Jumlah luka yang mematikan biasanya


satu

Didapatkan tanda perlawanan dari Tidak ditemukan “Luka Tangkisan”


korban yang menyebabkan luka
tangkisan

Pakaian ikut terkoyak Bila pada daerah yang ada pakaian,


maka pakaian disingkirkan lebih
dahulu, sehingga tidak ikut terkoyak

Ditemukan “Luka Tusuk Percobaan” Tidak ditemukan “Luka Tusuk


Percobaan”

b. Luka Iris ( Incised wounds)


Luka iris adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit.

Karakteristik luka iris :


- Pinggir luka rata
- Sudut luka tajam
- Rambut ikut terpoton
- Jembatan jaringan ( -)
- Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

Perbedaan antara luka iris pada pembunuhan dan bunuh diri:


Pembunuhan Bunuh Diri
Sebenarnya sukar membunuh Lokalisasi luka pada daerah
seseorang dengan irisan, kecuali tubuh yang dapat dicapai
kalau fisik korban jauh lebih lemah korban sendiri
dari pelaku atau korban dalam  Leher
keadaan/dibuat tidak berdaya  pergelangan tangan
 lekuk siku,
 lekuk lutut
 pelipatan paha

Luka di sembarang tempat, juga pada Ditemukan “Luka Iris


daerah tubuh yang tidak mungkin Percobaan”
dicapai tangan korban sendiri

Ditemukan “ Luka tangkisan”/ tanda Tidak ditemukan “Luka


perlawanan Tangkisan”

Pakaian ikut koyak akibat senjata Pakaian disingkirkan


tajam tersebut dahulu/tidak ikut robek

Tepi dari luka iris cenderung memisahkan atau membuat celah pada
permukaan. Perluasan dari luka dan bentuk tersebut bergantung pada
paralel, melintang, atau miring ke arah serat yang elastis di kulit (garis
Langer). Dengan demikian, garis paralel dari luka iris ke arah serat
kontraktil celahnya kurang dari satu dibuat di sudut kanan atau miring ke
arah serat karena serat akan menarik dan memisahkan tepi kulit.

c. Luka Bacok ( Chop Wounds)


Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau
agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup
besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal. Kehadiran luka
iris yang terdapat pada kulit, dengan fraktur comminuted mendasari atau
terdapat alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa disebabkan
oleh senjata yang bersifat membacok.
Karakteristik pada luka bacok:
- Luka biasanya besar
- Pinggir luka rata
- Sudut luka tajam
- Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan
bagian tubuh yang terkena bacokan
- Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, abrasi
VISUM ET REPERTUM

Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter,
memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti
berupa tubuh manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa
sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk
kepentingan peradilan.

Visum et repertum merupakan pengganti barang bukti,Oleh karena barang bukti


tersebut berhubungan dengan tubuh manusia (luka, mayat atau bagian tubuh).
KUHAP tidak mencantum kata visum et repertum. Namun visum et repertum
adalah alat bukti yang sah. Bantuan dokter pada penyidik : Pemeriksaan Tempat
Kejadian Perkara (TKP), pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati.
Penggalian mayat, menentukan umur seorang korban / terdakwa, pemeriksaan
jiwa seorang terdakwa, pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence
Yang berhak meminta visum et repertum adalah :
1. Penyidik
2. Hakim pidana
3. Hakim perdata
4. Hakim agama

Yang berhak membuat visum et repertum.(KUHAP Pasal 133 ayat 1) :


1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.

Prosedur Permintaan Visum Et Repertum Tata cara permintaan visum et repertum


sesuai peraturan perundang undang adalah diminta oleh penyidik, permintaan
tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh penyidik, mayat
dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum diminta tanggal yang lalu.
Bentuk dan Isi Visum Et Repertum Bentuk dan isi visum et repertum :
1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan yuridis, pengganti
materai.
2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau pengganti barang
bukti
3. Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum et repertum,
identitas peminta visum et repertum, saat dan tempat dilakukanya pemeriksaan
dan identitas barang bukti (manusia), sesuai dengan identitas yang tertera di
dalam surat permintaan visum et repertum dari pihak penyidik dan lebel atau
segel
4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang di lihat dan
ditemukan pada barang bukti yang di periksa oleh dokter, dengan atau tanpa
pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan laboratorium), yakni bila dianggap perlu,
sesuai dengan kasus dan ada tidaknya indikasi untuk itu
5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil pemeriksaan,
yang disertai dengan pendapat dokter yang bersangkutan sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
6. Penutup, yang memuat pernyataan bahwasanya visum et repertum tersebut
dibuat atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan
sebenar-benarnya

Seperti yang telah kita ketahui permintaan visum et repertum orang hidup lebih
banyak dari pada permintaan pada mayat, karena mayat masih banyak
diperdebatkan oleh karena pihak keluarga yang tidaka mengizinka

Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari luka


1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya luka ini
bisa Karena
a.Luka benda tumpul
b. Luka benda tajam
c. Luka tembakan senjata api
2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah
a. Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar
b. Luka akibat listrik.
3. Luka akibat zat kimia terdiri dari a. Luka akibat asam kuat b. Akibat basa
kuat Semua luka yang tertera diatas dapat diperiksa sesuai lokalisasi,
ukuran, jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka. Sehingga dapat
digunakan untuk pembuktian pada suatu kasus.

Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat


1. Pemeriksaan luar adalah dapat diminta oleh penyidik tanpa pemeriksaan
dalam atau otopsi berdasarkan KUHP pasal 133.
2. Pemeriksaan luar dan dalam adalah jenazah : sesuai dengan KUHAP pasal
134 ayat 1 Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Ayat 2 Dalam
hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan
tersebut. Ayat 3 Apabila dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 133 ayat (3)
undang-undang ini.
PROSEDUR PEMERIKSAAN KORBAN
A. Sketsa Tubuh
B. Prosedur pemeriksaan luka pada korban hidup

No Aktivitas
1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan:
a. Surat permohonan pemeriksaan eksternal(SPV)
b. Informed consent yang telah ditandatangani
c. Sketsa tubuh hasil pemeriksaan
d. Pena
e. Hasil foto yang berisi data pemeriksaan sebelumnya
2 Tuliskan kembali informasi yang diperlukan dari surat permohonan
pemeriksaan eksternal (SPV) pada laporan visum :
a. Nomor permintaan polisi
b. Nama Korban / usia
c. Nomor register kasus
d. Nama pemeriksa
e. Penguji nomor ID
f. Tanggal pemeriksaan
g. Waktu pemeriksaan
3 Menuliskan dalam laporan hasil deksripsi dari dokumentasi bahan
bukti (baju robek, tempat darah, dll)
4 Menuliskan dalam laporan hasil dokumentasi tubuh dengan cara fotografi
I. Whole body berisi dokumentasiada tidaknya kerusakan
II. Regionalberisi dokumentasi kerusakan dengan jaringan sekitarnya
III. Close Up berisi dokumentasi kerusakan

5 Menuliskan dalam laporan deksripsi luka berdasarkan daerah anatomi dan
absis dan ordinat dari luka
6 Menuliskan dalam laporan deksripsi luka yang mencakup :
I. Jumlah luka
II. Jenis luka
III. Lokasi (wilayah anatomi)
IV. Pengukuran luka (panjang dan lebar)
V. Lokasi (absis and ordinat)
VI. Karakteristik luka
 Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau
bergerigi, ujung luka - runcing atau tumpul
 Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi,
jenis jaringan, jaringan bridging, basis od luka
 Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah,
jelaga, tattoage; dll
C. Prosedur pemeriksaan luka pada korban mati

No Aktivitas
1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan:
a. Surat permohonan pemeriksaan eksternal (SPV)
b. Informed consent yang telah ditandatangani
c. Sketsa tubuh hasil pemeriksaan
d. Pena
e. Hasil foto yang berisi data pemeriksaan sebelumnya
2 Tuliskan kembali informasi yang diperlukan dari surat permohonan
pemeriksaan eksternal (SPV) pada laporan visum :
a. Nomor permintaan polisi
b. Nama Korban / usia
c. Nomor register kasus
d. nama pemeriksa
e. Penguji nomor ID
f. Tanggal pemeriksaan
g. Waktu pemeriksaan

3 Menuliskan dalam laporan hasil deksripsi dari dokumentasi bahan bukti (baju
robek, tempat darah, dll)
4 Menuliskan dalam laporan hasil dokumentasi tubuh dengan cara fotografi
I. Whole body berisi dokumentasiada tidaknya kerusakan
II. Regionalberisi dokumentasi kerusakan dengan jaringan sekitarnya
III. Close Up berisi dokumentasi kerusakan

5 Menuliskan dalam laporan deksripsi luka berdasarkan daerah anatomi dan


absis dan ordinat dari luka
6 Menuliskan dalam laporan deksripsi luka yang mencakup :
I. Jumlah luka
II. Jenis luka
III. Lokasi (wilayah anatomi)
IV. Pengukuran luka (panjang dan lebar)
V. Lokasi (absis and ordinat)
VI. Karakteristik luka:
 Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau bergerigi,
ujung luka - runcing atau tumpul
 Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi,
jenis jaringan, jaringan bridging, basis od luka
 Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah,
jelaga,tattoage; dll
PENERBITAN SERTIFIKAT KEMATIAN

Kematian adalah siklus kehidupan yang pasti dilalui oleh setiap manusia.
Peristiwa kematian akan memberikan dampak pada keluarga dan masyarakat
sekitarnya, Kematian akan mengakibatkan hilangnya berbagai hak dan kewajiban
sosial serta hukum yang tadinya dimiliki oleh yang bersangkutan semasa
hidupnya. Pada keluarga yang ditinggalkan, kematian akan menyebabkan
terjadinya perubahan status sosial dan hukum dalam kaitannya dengan
almarhum(ah), seperti dalam hal warisan, adanya klaim asuransi, timbulnya hak
untuk kawin lagi dan lain-lain.

erjadinya kematian pada seorang individu akan menyebabkan timbulnya


serangkaian pengurusan, seperti pengurusan administratif ataupun tindakan
terhadap jenazah yang perlu dilakukan sampai saatnya jenazah tersebut dikubur
atau dikremasi. Proses pengurusan jenazah di rumah sakit adalah pemeriksaan
jenazah, penerbitan Surat Keterangan Kematian (SKK), autopsi dan pembuatan
visum et repertum serta pengawetan janazah.

Surat kematian atau surat keterangan kematian adalah surat yang menyatakan
tentang meninggalnya seseorang dengan identitas tertentu, tanpa menyebutkan
sebab kematiannya.

Keterangan ini dibuat sekurang-kurangnya berdasarkan atas pemeriksaan luar


jenazah. Berbeda dengan Visum et Repertum (VeR), adalah keterangan tertulis
yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup maupun mati atau bagian atau
diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan. Dalam hal kematian yang berkaitan dengan
tindak pidana tertentu harus dipastikan bahwa prosedur hukum telah dilakukan
dan pembedahan jenazah mungkin dibutuhkan untuk memperoleh sebab kematian
yang pasti. Surat keterangan kematian tidak boleh dibuat pada orang yang mati
diduga akibat peristiwa pidana jika tanpa pemeriksaan kedokteran forensik
terlebih dahulu

Format baku untuk membuat surat keterangan kematian telah dibuat oleh
Departemen Kesehatan dengan berdasarkan ketentuan dari World Health
Organization (WHO). Isi dari surat keterangan kematian adalah semua informasi
yang berhubungan dengan kematian dan adanya keterangan dokter secara
terperinci yaitu nama, umur, tempat dan tanggal kematian. Pada bagian penyebab
kematian, terdapat keterangan berupa sebab primer kematian, intermediate cause
of death/sebab kematian segera dan sebab kematian tambahan. Sebab kematian
primer adalah sebab utama yang menyebabkan kematian. Sebab kematian segera
adalah komplikasi fatal yang dapat membunuh penderita yang berasal dari sebab
utama. Sedangkan sebab kematian tambahan adalah proses yang tidak ada
hubungannya dengan sebab utama dan sebab segera dari kematian tetapi
mempunyai tambahan dalam menyebabkan kematian. Bagian terakhir dari surat
keterangan kematian berisi tentang kehadiran dokter saat melihat krisis penyakit
penderita dan penyebab kematian ditulis dengan benar berdasarkan keyakinan dan
keilmuannya.

Anda mungkin juga menyukai