PROGRAM PENGEMBANGAN
KOTA HIJAU (P2KH) 2011
Panduan Pelaksanaan 2011
01
PENGANTAR
Undang-Undang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota
berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Pengalokasian
30% RTH ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW
Kabupaten.
Penataan Ruang sebagai matra spasial pembangunan kota merupakan alat untuk mengkoordi-
nasikan pembangunan perkotaan secara berkelanjutan. Selaras dengan amanat Undang-
Undang Penataan Ruang pasal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan
perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Upaya
untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidu-
pan kota, antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau.
Kota Hijau (berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun dengan tidak mengikis atau
mengorbankan aset kota-wilayah (city-region), melainkan terus menerus memupuk semua
kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun sumber daya alam, lingkungan dan
kualitas prasarana perkotaan. Kota Hijau juga merupakan respon untuk menjawab isu
perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi.
Pengembangan Kota Hijau berarti pembangunan manusia kota yang kaya inisiatif dalam
melakukan perubahan dan gerakan kolektif dari seluruh unsur pemangku kepentingan kota.
Dalam prosesnya upaya ini memerlukan prakarsa yang bertitik tolak dari berbagai praktek
dalam penerapan nilai-nilai pembangunan perkotaan berkelanjutan.
Oleh karenanya Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang saat ini dirintis Direktorat
Jenderal Penataan Ruang – Kementerian Pekerjaan Umum, merupakan salah satu langkah
nyata Pemerintah bersama-sama Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
Kota guna memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait RTH Publik, sekaligus menjawab
tantangan perubahan iklim di indonesia.
Bentuk kegiatan P2KH akan disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kabupaten/kota
masing-masing. Tahun 2011, P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa dan komitmen
kabupaten kabupaten/kota melalui perumusan local action plan atau rencana aksi kota hijau
(RAKH). Dengan demikian, RAKH sesungguhnya merupakan salah satu bagian implementasi
RTRW yang utamanya memuat prakarsa, program dan komitmen daerah sebagai langkah awal
mewujudkan Kota Hijau.
Tahun 2011 ini, Pemerintah mencanangkan sekurang-kurangnya 50 kabupaten/kota di
Indonesia dapat menetapkan RAKH yang kemudian diimplementasikan mulai tahun 2012.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang berencana memfasilitasi kabupaten/kota yang telah siap
dengan RAKH yang mantap, realistis, dan terukur.
Upaya ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Hari Tata Ruang yang puncaknya
diperingati pada tanggal 8 November 2011.
02
DASAR HUKUM
Dasar hukum pelaksanaan prakarsa Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
meliputi :
MAKSUD, TUJUAN
DAN SASARAN KEGIATAN
Maksud Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) :
1. Menjabarkan amanat UUPR tentang perwujudan 30% dari wilayah kota sebagai
Ruang Terbuka Hijau (RTH).
2. Menindaklanjuti 10 Prakarsa Bali dari forum Sustainable Urban Development
(SUD) khususnya butir 7 yaitu “Mendorong peran pemangku kepentingan
perkotaan dalam mewujudkan kota hijau”, berupa inisiatif bersama antara
Pemerintah Kabupaten/Kota masyarakat dan dunia usaha secara nasional.
Tujuan P2KH:
1. Meningkatkan kualitas ruang kota khususnya melalui perwujudan RTH 30%
sekaligus implementasi RTRW Kota/Kabupaten.
2. Meningkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam implementasi agenda
hijau perkotaan.
Sasaran P2KH:
Terinisiasinya aksi-aksi konkrit sebagai perwujudan kota hijau dalam rangka imple-
mentasi RTRW kota/kabupaten secara nasional melalui:
1. Penyusunan Green Map
2. Penyusunan Master Plan RTH
3. Pelaksanaan Kampanye publik/Sosialisasi
4. Pelaksanaan Capacity Building (Pelatihan, workshop, dll)
5. Pelaksanaan Pilot Project Percontohan RTH
03
BENTUK KEGIATAN
Bentuk Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) merupakan sinergi dan kolaborasi dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masyarakat dan dunia usaha mencakup:
PROGRAM
PENGEMBANGAN
KOTA HIJAU
PEMERINTAH
PEMERINTAH
PUSAT: KOTA:
Bantuan Teknis Implementasi Fisik
Bimbingan Teknis Sosialisai
Dukungan Program Penjaringan Prakarsa
Pelatihan Masyarakat
Kampanye Publik Replikasi
MASYARAKAT/
DUNIA USAHA:
Implementasi
Replikasi
Advokasi
Atribut Kota Hijau sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergi-
kan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan peran-
cangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan1
06
Beberapa literatur yang dapat digunakan untuk menentukan atribut dari Kota Hijau, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Lima Atribut Kota Hijau (menurut Platt5) : 3. Tujuh Atribut Kota hijau menurut United Nations Urban
1. Kepekaan dan kepedulian masyarakat Environmental Accords (UNUEA) :
2. Beradaptasi terhadap karakteritik bio-geofisik kawasan
3. Lingkungan yang sehat, bebas dari pencemaran lingkun 1. Energi Efisiensi Energi
gan yang membahayakan kehidupan Energi Terbarukan
4. Efisiensi dalam penggunaan sumberdaya dan ruang
Perubahan Iklim
5. Memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan
2. Pengurangan Limbah Tanpa Limbah
2. Lima Atribut Kota Hijau (menurut Kurokawa6) : Peningkatan Tanggung
Jawab Produsen
1. Menciptakan suatu jejaring Ruang Terbuka Hijau Tanggung Jawab Konsumen
(RTH) kota/wilayah 3. Transportasi Transportasi Umum
2. Menghindari/mengendalikan urban sprawl (ekspansi Mobil Bersih
penduduk kota beserta aktivitasnya ke kawasan pinggiran Pengurangan Kemacetan
yang mengakibatkan peralihan fungsi lahan dari perta
4. Urban Desain Green Building
nian ke perkotaan)
Perencanaan Kota
3. Pengembangan usaha untuk mengurangi sampah dan
Green Jobs
limbah serta pengembangan proses daur ulang (reduce,
reuse, recycle) 5. Urban Nature Ruang Terbuka Hijau
4. Pengembangan sumber energi alternatif (misalnya : Restorasi Habitat
biomas, matahari, angin, ombak) Konservasi Cagar Alam
5. Pengembangan sistem transportasi berkelanjutan 6. Kesehatan Lingkungan Pengurangan Bahan Beracun
(misalnya : pembangunan fasilitas pedestrian dan Sistim Makanan Sehat
jalur sepeda, dsb) Udara Bersih
7. Air Akses Air Bersih
Konservasi Sumber Air
Pengurangan Limbah
07
Green
Planning and design
Perencanaan dan perancangan
Green yang sensitif terhadap
agenda hijau Green
Community Openspace
Peningkatan kepekaan,
kepedulian dan
Perwujudan kualitas,
peran serta aktif masyarakat
kuantitas dan
dalam pengembangan
jejaring RTH perkotaan
atribut-atribut Kota Hijau
Green Green
Waste
Kota
Building Penerapan prinsip 3R yaitu
Penerapan bangunan mengurangi sampah/limbah,
ramah lingkungan mengembangkan proses
Hijau
(hemat air, energi, daur ulang dan meningkatkan
struktur,dsb) nilai tambah
Green Green
Energy Transportation
Pemanfaatan sumber Pengembangan sistem
energi yang efisien transportasi yang berkelanjutan,
dan ramah lingkungan Green misal : transportasi publik,
jalur sepeda, dsb
Water
Peningkatan
efisiensi pemanfaatan
dan pengelolaan
sumberdaya air
MEMBANGUN MENGHIJAUKAN
MENGEMBANGKAN BANGUNAN
KORIDOR HIJAU
RTH (GREEN ROOF/
GREEN WALL)
KOTA
MENINGKATKAN
KUALITAS RTH KOTA
*Buku “RTH 30%!: Resolusi (Kota) Hijau” (Nirwono Yoga & Iwan Ismaun, 2011) 09
STRATEGI
MENUJU RTH
30%*
1. Menetapkan daerah yang tidak boleh dibangun. Program ini membebaskan lahan milik masyarakat
Merupakan bagian dari penyusunan Perda RTRW. Dalam Perda RTRW (200-500m2) pada kantong permukiman padat untuk dikem
harus ditentukan daerah-daerah yang diperkirakan sensitif terhadap bangkan menjadi taman interaktif yang direncanakan 2
perubahan harus dipreservasi atau dikonservasi agar fungsi lingkun- taman di setiap 267 kelurahan. Luasan taman interaktif =
gan tetap terjaga. Daerah yang perlu dipreservasi antara lain: 500 m2 x 2 x 267 = 26,7 Ha
- Habitat satwa liar c. Pembangunan RTH baru dapat pula bekerjasama dengan
- Daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi pihak swasta melalui program CSR
- Daerah genangan dan penampungan air (water retention) 3. Mengembangkan koridor ruang hijau kota (link).
- Daerah rawan longsor Penanaman pohon besar secara massal untuk menciptakan koridor
- Tepian sungai dan tepian pantai sebagai pengaman ruang hijau kota di sepanjang potensi ruang hijau, seperti:
ekologis - Jalur hijau jalan dan jalan tol
- Daerah-daerah yang memiliki nilai pemandangan tinggi - Pedestrian
2. Membangun lahan hijau (hub) baru, perluasan RTH - Sempadan sungai
melalui pembelian lahan. - Tepian badan air situ dan waduk
- Sempadan rel kereta api
Pemerintah membeli lahan untuk memperbanyak pembangunan
taman lingkungan, taman kota, taman makam, lapangan olahraga, - Saluran Umum Tegangan Tinggi (SUTT)
hutan kota, kebun raya, hutan mangrove, dan situ/danau buatan. - Pantai
Contoh pembangunan lahan hijau baru: Koridor jalur hijau dikembangkan sebagai urban park connector yang
menghubungkan RTH di seluruh kota, dilengkapi jalur sepeda dan
a. Pembebasan lahan untuk ruang evakuasi bencana di
pejalan kaki, menjadi jalur alternatif transportasi kendaraan tidak
permuki man padat penduduk
bermotor dan jalur wisata kota ramah lingkungan
b. Pembangunan taman-taman interaksi pada setiap RT/RW.
10
*Buku “RTH 30%!: Resolusi (Kota) Hijau” (Nirwono Yoga & Iwan Ismaun, 2011)
“Growing greener cities is an achievable goal”
( Birch & Wachter, 2008, p3)
11
Gambar : www.istockphoto.com
STRATEGI MENUJU RTH 30%*
4. Mengakuisisi RTH privat, menjadikan bagian ekologisnya lebih optimal dan siklus karbon lebih mening-
RTH kota. kat, sebagai contoh:
Akuisisi RTH privat menjadi RTH kota dilakukan melalui a. Refungsionalisasi RTH eksisting jalur hijau SPBU
langkah-langkah sebagai berikut: kembali menjadi taman
b. Restorasi kawasan hutan bakau
- Penerapan Koefisien Dasar Hijau (KDH) pada lahan-lahan c. Revitalisasi situ, danau, waduk, sebagai daerah resapan
privat yang dimiliki masyarakat dan swasta diterapkan air
pada pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) d. Penanaman rumput pada taman-taman lingkungan yang
- Pemerintah daerah dapat mulai mendata dan menetapkan diperkeras (lapangan bulutangkis, lapangan basket,
RTH privat pekarangan rumah, sekolah, perkantoran, lahan
hingga pengembang (kawasan terpadu, pusat perbelan parkir) agar mempunyai daya serap air yang lebih besar
jaan, hotel, apartemen) sebagai bagian dari RTH 6. Menghijaukan bangunan (green roof/green wall)
- Pengembang diminta untuk memenuhi kewajiban penyedi Keterbatasan lahan telah mendorong kreativitas arsitek dan
aan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum). arsitek lanskap untuk mulai mengintroduksi pembangunan
Dalam pengembangan kawasan disyaratkan koefisien taman atap (green roof, roof garden) dan dinding hijau
dasar hijau (KDH) minimal 20% berupa taman di (green wall, vertical garden) pada bangunan. Penghijauan
kawasan pengembang. bangunan terbukti mampu menurunkan suhu kota dan
- Warga diajak berperan mengelola lahan hijau pekarangan menyerap gas polutan.
melalui penanaman pohon rindang dan karpet hijau Contoh di mancanegara:
tanaman dan pembuatan lubang biopori. a. Pemerintah Jerman dengan ecoroof project berhasil
menghijaukan atap seluas 28,8 Ha, dan disetiap kotanya
- Insentif bagi warga yang lahannya bersedia diakuisisi
1 dari 10 atap flat kini berhasil dihijaukan.
berupa keringanan pajak PBB, pajak air tanah, pemba
b. Sejak tahun 2000, pemerintah Hongkong dan Jepang
yaran tagihan listrik maupun telepon.
dengan flying green project mewajibkan pengelola
5. Peningkatan kualitas RTH Kota melalui refungsi RTH gedung menghijau kan atap minimal 20% dari total luas
eksisting. atap bangunan atau berkisar 250-1000 m2.
RTH yang telah ada ditingkatkan kualitasnya sehingga fungsi c. Singapura dengan skyrise greening project
12 *Buku “RTH 30%!: Resolusi (Kota) Hijau” (Nirwono Yoga & Iwan Ismaun, 2011)
7. Menyusun kebijakan hijau 8. Memberdayakan komunitas hijau
Pemerintah Daerah dan DPRD perlu secepatnya menempat- Untuk mewujudkan RTH minimal 30% dari luas kota maka
kan masalah RTH sebagai salah satu isu penting dalam partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Untuk mengantisi-
pembahasan anggaran dan program pembangunan yang pasi perubahan lahan yaitu konversi lahan hijau/alami
berkelanjutan. Perlu secepatnya didorong lahirnya Perda menjadi lahan terbangun, maka perlu penerapan KDH secara
tentang RTH dan Rencana Induk RTH agar perencanaan sadar oleh masyarakat dan pengembang. Bentuk-bentuk
pembangunan RTH memiliki kekuatan hukum yang jelas dan kegiatan antara lain dapat berupa:
tegas. Beberapa contoh kebijakan yang mendorong pemenu-
han RTH 30%, antara lain: a. Penyuluhan dan pembinaan untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat
a. Penerapan KDH diwajibkan dalam setiap - b. Penyebaran fungsi dan manfaat RTH melalui media
pengurusan IMB massa cetak dan elektronik (green campaign)
b. Insentif diberikan kepada warga yang dengan sukarela
c. Pelibatan masyarakat dan swasta dalam program
menjadikan halaman/pekarangan rumahnya menjadi
pengembangan RTH
bagian terpadu dengan RTH kota. Lahan privat dapat
pula dihibahkan untuk RTH d. Pelibatan institusi pendidikan melalui program sekolah
c. Semua pengembang wajib menyediakan RTH minimal hijau dan kampus hijau
20% dari kawasan yang dikembangkan e. Pemerintah dapat memberikan fasilitas dan kemudahan
d. Insentif diberikan kepada pengembang yang memban bagi masyarakat yang telah berkontribusi nyata dalam
gun kawasan dengan konsep perumahan hijau (green membangun RTH di lingkungannya
property) f. Pemerintah dapat memberikan insentif kepada
e. Insentif diberikan kepada pengembang yang memban masyarakat yang telah menyediakan pekarangannya
gun bangunan hijau, dapat terdiri dariatap hijau (roof untuk “daerah hijau” berupa keringanan pajak, dll
garden), dan dinding hijau (green wall, vertical garden) g. Pemerintah juga dapat mengadakan program kemitraan
f. Pemerintah mendorong pembangunan kawasan komer dengan swasta terutama para pengembang dalam
sial (CBD) di pusat kota ke arah vertikal penyediaan RTH dengan program CSR, maupun PPP
(public private partnership)
13
Secara garis besar, Kota Hijau adalah kota dimana
semua konstruksi buatan manusia seperti jalan
dan bangunan berpadu dalam harmoni yang
seimbang dengan lingkungan, masyarakat, dan
perekonomian, dan kesemuanya itu dikelola oleh
pemerintahan yang bertanggung jawab, terbuka
kepada rakyatnya serta bekerja sama dengan
masyarakat melalui proses partisipatif
14
POGRAM PENGEMBANGAN
KOTA HIJAU (P2KH) 2011-2014
3
“Empowerment
for green cities”
from planning
to actions...
Fokus untuk penyusunan RAKH 2011 meliputi 3 atribut berikut:
Green Community
Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat atau komunitas dan institusi swasta dalam perwujudan
pengembangan kota hijau.
16
FOKUS MUATAN RAKH 2011 - 2014
GREEN PLANING
AND DESIGN
17
Partisipasi Pemerintah
Kabupaten/Kota
• Pemerintah kabupaten/kota yang memenuhi kriteria
diatas diikutsertakan dalam P2KH
• Pemerintah kabupaten/kota yang berminat untuk
berpartisipasi telah memberikan konfirmasi tertulis
kepada Sekretariat P2KH
• Pemerintah kabupaten/kota peserta P2KH diundang
dalam kegiatan sosialisasi, workshop dan pertemuan
dalam rangka perumusan Rencana Aksi Kota Hijau
(RAKH)
• Peserta P2KH akan diundang pada puncak peringatan
Hari Tata Ruang 2011 sekaligus untuk penandatangan
Piagam Komitment Kota Hijau
20
1
No Atribut Indikator
MUATAN RAKH Bentuk Rencana Aksi
1 Green Planning and Perencanaan Kota Aksi-1 Mengembangkan rencana tata ruang yang telah
Design mengadopsi prinsip-prinsip kota hijau dan menjamin
karakter kota/kawasan
Perancangan Kota Aksi-2 Mengembangkan dokumen perancangan kota yang
mengarah pada penerapan kawasan berkepadatan tinggi,
mixed used, dan berorientasi pada manusia (penyediaan
jalur pedestrian, penyandang cacat, pengguna sepeda)
Penetapan RTR dan Aksi-3 Menetapkan dokumen perencanaan dan perancangan kota
Rancang Kota sebagai produk hukum yang kuat dan mengikat (binding),
baik perda/perwal/perbup, termasuk peraturan mengenai
RTH.
2 Green Open Space Kuantitas RTH Aksi-4 Meningkatkan kuantitas RTH publik dan private sesuai
dengan amanat UUPR 26/2007 (berdasarkan peta RTH
eksisting, peta rencana dan program perwujudannya)
Kualitas RTH Aksi-5 Menjamin akses yang mudah bagi masyarakat pada RTH
dengan mengembangkan jejaring RTH (network) yang
sesuai dengan karakteristik kota/kawasan
Perlindungan dan restorasi Aksi-6 Melindungi dan merestorasi habitat yang kritis dari
Habitat dan Cagar Alam pengembangan yang tidak berkelanjutan (Misal :
mangrove, persinggahan satwa, zona lindung lainnya)
3 Green Community Kepekaan Komunitas Aksi-7 Menumbuhkan kepekaan dan kepedulian masyarakat
terhadap penerapan kota hijau
Inisiatif Komunitas Aksi-8 Mendorong komunitas hijau yang kreatif dan proaktif dalam
implementasi agenda hijau (program nyata), misal :
kampung hijau, kota berkebun
Kemitraan Aksi-9 Mendorong terjadinya kemitraan para pihak dalam
perwujudan RTH (pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat), termasuk inisiatif CSR
4 Green Energy Efisiensi Energi Aksi-10 Melaksanakan efisensi energi (pengalihan beban
waktu,pelaksanaan kampanye publik tentang hemat
energi, dsb)
Energi Terbarukan Aksi-11 Menerapkan kebijakan penggunaan energi terbarukan
Perubahan Iklim Aksi-12 Menyiapkan rencana pengurangan emisi karbon dari
kegiatan perkotaan (industri, transportasi, domestik dan
pengolahan limbah)
5 Green Waste Pengurangan Limbah Aksi-13 Melakukan upaya-upaya pengurangan limbah
Pendaurulangan limbah Aksi-14 Melakukan upaya-upaya pendaurulangan limbah (bahan
organik, plastik, kaleng, dsb)
Peningkatan nilai tambah Aksi-15 Pemanfaatan limbah sebagai sumber energi alternatif,
limbah peningkatan kesuburan tanah (kompos/pupuk),
pengembangan ekonomi kreatif (green economy)
6 Green Water Kualitas Air Aksi-16 Mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air
yang ramah lingkungan (mengurangi kadar polusi air
permukaan dan air tanah/mengurangi air limbah)
Kuantitas Air Aksi-17 Mengembangkan sistem pengelolaan sumberdaya air yang
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat (waduk,
situ, danau, dsb)
Kontiunitas Air Aksi-18 Menjamin ketersediaan air sepanjang waktu (termasuk
musim kemarau, pada beban puncak, dsb)
7 Green Transportation Transportasi Umum Aksi-19 Mengembangkan transportasi umum yang
menghubungkan pusat-pusat pelayanan dan permukiman
Penggunaan kendaraan Aksi-20 Mengembangkan sistem trasnportasi ramah lingkungan
bebas polusi yang bersifat antar moda (jalur sepeda, perahu, mobil
bebas polusi)
Pengurangan Kemacetan Aksi-21 Menerapakan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk
mengurangi kemacaetan pada jam puncak baik dipusat
maupun di pinggiran kota
8 Green Building Bangunan Hemat Energi dan Aksi-22 Menerapkan standar bangunan hemat energy dan air
air
Material bangunan Aksi-23 Memanfaatkan material lokal ramah lingkungan
Tapak bangunan Aksi-24 Menerapkan Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien
Dasar Hijau yang sesuai prinsip-prinsip lingkungan
(menjamin resapan air, meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan)
21
SKENARIO PELAKSANAAN P2KH
TAHAPAN
2011 2012 2013 2014
FOKUS (WAJIB)
2012 2013
2011
Bimbingan Teknis: Bimbingan Teknis:
Sosialisasi/
Kampanye Publik
Sosialisasi/
Kampanye Publik
2014
Pelatihan Pelatihan
Bantuan Teknis: Bantuan Teknis: Bimbingan Teknis:
Bimbingan Teknis: Fasilitasi penyusunan Fasilitasi penyusunan Kampanye Publik/
Sosialisasi RAKH RAKH Sosialisasi
Fasilitasi penyusunan Fasilitasi penyusunan Pelatihan /
Bantuan Teknis: Green Map Green Map Capacity Building
Fasilitasi Penyusunan Fasilitasi masterplan Fasilitasi masterplan
RAKH RTH RTH Replikasi green
Fasilitasi Kegiatan Fasilitasi Kegiatan open Space
Green Community Green Community
Pernyataan Komitmen Perluasan Spektrum
terhadap RAKH Percontohan Green Percontohan Green Kota Hijau
Open Space / Pilot project Open Space / Pilot project
22
Agenda Penyelenggaraan 2011
Kegiatan Waktu Keterangan
Penawaran 11 Juli Korespondensi (email, surat, fax)
Sosialisasi dan Workshop 1 26-27 September Jakarta (sinergi dengan Peringatan Hari
(Penjelasan Template RAKH) Tata Ruang 2011 & Hari Habitat Dunia 2011)
Presentasi RAKH Terpilih 8 November (Siang) Peringatan Puncak Hari Tata Ruang 2011
Kesepakatan Tindak Lanjut 8 November (Malam) Peringatan Puncak Hari Tata Ruang 2011
RAKH Terpilih
23
Tabel Penilaian
Kriteria
Bobot Total
Bab Muatan Uraian Baik Sedang Kurang
(%) Bobot
80-100 65-79 50-64
24
Proposal RAKH
Kriteria
Bobot Total
Bab Muatan Uraian Baik Sedang Kurang
(%) Bobot
80-100 65-79 50-64
URAIAN KEGIATAN
PROGRAM
• Uraian kegiatan untuk 3 - Realistis : Jangka Waktu, Realistis Cukup Kurang
fokus atribut kota hijau : Pendanaan, Legalitas Realistis Realistis
• Green Planning and Lahan (15%)
Design 25 - Kreatifitas dan inovasi Kreatif Cukup Kurang
• Green Open Space program (5%) Kreatif Kreatif
• Green Community - Partisipasi/inisiatif Partisipatif Cukup Kurang
masyarakat (5%) Partisipatif Partisipatif
BAB 3 • Uraian kegiatan tambahan - Realistis : Jangka Waktu, Realistis Cukup Kurang
yang sifatnya opsional : Pendanaan, Legalitas Realistis Realistis
(50%) • Green Transportation Lahan (5%)
• Green Energy 10 - Kreatifitas dan inovasi Kreatif Cukup Kurang
• Green Water program (2,5%) Kreatif Kreatif
• Green Waste - Partisipasi/inisiatif Partisipatif Cukup Kurang
• Green Building masyarakat (2,5%) Partisipatif Partisipatif
Komitmen Daerah - Besaran alokasi APBD
Terhadap RAKH untuk mendukung P2KH > 500 300-500 300
(7,5%)
15
- Prosentase terhadap
APBD (7,5%) 5% 3-5% <3
25
“We must find ways to use the accelerating
urbanization of the human race as a tools for
easing enviromental catastrophe rather than
allowing it to become an amplifier of our many
current problems”
~ Green Metropolis, 2010 ~
Kini saatnya bertindak!
Melalui sinergitas semua pihak,
mari kita wujudkan
kota-kota hijau sebagai respon
terhadap tantangan perubahan iklim
di Indonesia
Sekretariat P2KH :
Gedung Ditjen SDA & Ditjen
Penataan Ruang Lt.4
Jl. Pattimura No. 20 Keb. Baru
Foto :
Jakarta Selatan 12110 A Morning at Menteng Park
Tel/Fax : 021-7231611 - 021-7243431 by: stluciasound
stluciasound.deviantart.com
www.penataanruang.net