Anda di halaman 1dari 8

Nama peserta : dr.

Putri Harmen
Nama wahana: Puskesmas Kecamatan Cilandak
Topik: Herpes Zooster
Tanggal (kasus): 29 November 2018
Nama Pasien: Ny. N, 39 tahun No. RM: 04.12.83
Tanggal presentasi: Nama pendamping: dr. Sri Hartati
Tempat presentasi: Puskesmas Kecamatan Cilandak
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: Tn. ED, 20 tahun, batuk berdarah
□ Tujuan: Diagnosa dan tatalaksana pasien TBC
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny. H Nomor RM: 04.12.83
Nama klinik: RS Terdaftar sejak: 12 Oktober
Muhammadiyah Babat 2015
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
OS wanita, 39 tahun, datang dengan keluhan muncul bintil lenting berisi air di sekitar
mammae kanan hingga punggung kanan sejak kurang lebih 1 minggu. Kulit di sekitar
lesi berwarna kemerahan, gatal dan makin terasa nyeri dan panas. Bintil-bintil
dirasakan semakin banyak, namun os belum melakukan pengobatan. Sebelumnya os
mengaku hanya merasa meriang dan ruam belum terlihat jelas. Riwayat anggota
keluarga yang tinggal serumah atau di lingkungan yang terkena penyakit yang sama
tidak ada.
2. Riwayat pengobatan: (-)
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, atau alergi disangkal.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga serumah atau selingkungan yang terkena penyakit serupa.
5. Riwayat pekerjaan: Os tidak bekerja, seorang ibu rumah tangga.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
7. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : sakit sedang
BB : 44 kg
Tanda vital:
TD: 100/70 mmHg N: 80x/m RR: 20x/m S: 36,70C
Mata : sklera ikterik -/- conjungtiva anemis -/-
Thoraks : (lihat status lokalis)
Cor dalam batas normal
Pulmo : inspeksi = simetris kanan dan kiri
Palpasi = vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi = sonor kanan dan kiri
Auskultasi = suara napas vesikuler +/+ , rh -/- wh -/-
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal

Status Lokalis :
mammae dextra dan scapularis dekstra : vesikel herpetiformis ukuran bervariasi dari miliar
hingga nummular, distribusi unilateral mengikuti dermatom, serta kulit di dasar dan
sekitarnya eritematous.

Hasil pembelajaran:
1. Subyektif : Ny. N, 39 tahun datang dengan keluhan munculnya vesikel bergerombol di daerah
bawah mammae kanan hingga punggung kanan kurang lebih 1 minggu terakhir. Gatal, perih,
dan nyeri dirasakan makin bertambah.
2. Obyektif: hasil pemeriksaan fisik menegakkan diagnosis herpes zooster.
3. Assestment: pasien ditegakkan diagnosis klinis herpes zooster.
4. Plan:
a. Medikamentosa :
- Acyclovir 5x800 mg selama 7 hari
- Ibuprofen 3x400 mg
- Chlorfeniramin maleat 3x4mg
- Acyclovir salep 5 %, 5-6 kali perhari selama 10 hari
b. Non-medikamentosa :
- Edukasi bahwa herpes zoster merupakan penyakit akibat reaktivasi virus Varicella
Zoster dan merupakan penyakit menular. Status imunologis penderita harus
diperhatikan,
- Selain itu perlu di edukasi bahwa akan ada nyeri paska herpes (neuralgia post-
herpetik) yang masa penyembuhannya cukup lama.
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral,
sesuai dengan dermatomanya (persarafannya). Herpes zoster adalah suatu infeksi yang dialami oleh
seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya
tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).

Menurut epidemiologinya, herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh
musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan
perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika,
penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih
kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena
varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh
dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali
jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah
20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:

1. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri
yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus


dextra
2.

Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri
yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

3. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
5. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

B. FAKTOR AGEN

Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun
pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa
melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan keatas gelembung/lepuh yang pecah.
Seseorang yang telah mengalami cacar air kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100%
hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi didalam sel ganglion dorsalis system saraf
sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (immun) melemah, virus akan kembali menyerang
dalam bentuk herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air
(chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus
varicella zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes akan tetapi mengalami cacar
air terlebih dahulu.

Lingkungan yang tidak terpelihara akan gampang sekali untuk terkena penyakit bagi para
penduduknya, terutama penyakit menular. Agar semua yang kita takutkan selama ini tidak
menimpa kita dan penduduk yang lain, maka alangkah lebih baiknya kita sama-sama menjaga
lingkungan hidup kita, karena tidak ada yang membersihkannya, kecuali dengan usaha kita agar
terjadi penyakit yang dapat menular ke semua penduduk.

Unsur penyebab penyakit adalah unsur biologis. Butuh tempat ideal berkembang biak dan
bertahan. Reservoir adalah organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup normal dan
berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia

C. CARA PENULARAN

Cara penularan penyakit cacar air (herpes) secara umum , seluruh jenis penyaakit herpes
dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada
penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk,, pakaian yang
tercemar dan sentuhan keatas gelembung/lepuh yang pecah.

Portal of entry pada herpes zoster (pintu masuknya) agent kedalam host melalui oral (udara
pernapasan) dan kulit. Sementara portal of exit agent dari host melalui napas dan kulit
(sentuhan).

Herpes zoster ditularkan antar manusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah
melalui pernapasan (oral udara) atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung
dari kulit melalui tranmisi fetomaternal, sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di
antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal
ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai
bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang
terkait dalamimunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita
imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan
berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik.

D. PENCEGAHAN

Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap
virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes
zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai
antigen.Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau
mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan
penderita imunokompeten, serta imunosupresi. Untuk memberantas cacar/herpes, setiap wabah
harus dihentikan dari menyebarnya, isolasi khusus dengan vaksinasi semua orang yang tinggal
didekat. Proses ini dikenal sebagai dikenal sebagai “cincin vaksinasi”. Kunci untuk starategi ini
pemantauan kasus dalam masyarakat (dikenal sebagai pengawasan) dan penahanan.

E. TATALAKSANA

Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu pengobatan infeksi virus
akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan penyakit tersebut, dan pencegahan
terhadap neuralgia pascaherpes. Penggunaan agen antiviral dalam kurun waktu 72 jam setelah
terbentuk ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit
akibat ruam tersebut. Apabila ruam telah pecah, maka penggunaan antiviral tidak efektif lagi.
Contoh beberapa antiviral yang biasa digunakan untuk perawatan herpes zoster
adalah Acyclovir,Famciclovir, dan Valacyclovir.
Untuk meringankan rasa sakit akibat herpes zoster, sering digunakan kortikosteroid oral
(contoh prednisone). Sedangkan untuk mengatasi neuralgia pascaherpes digunakan analgesik
(Topic agents), antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan (antikejang).

Contoh analgesik yang sering digunakan adalah krim (loion) yang mengandung senyawa
calamine, kapsaisin, dan xylocaine. Antidepresan trisiklik dapat aktif mengurangi sakit akibat
neuralgia pascaherpes karena menghambat penyerapan kembali neurotransmiter serotonin dan
norepinefrin. Contoh antidepresan trisiklik yang digunakan untuk perawatan herpes zoster
adalah Amitriptyline, Nortriptyline, Nortriptyline, dan Nortriptyline. Untuk mengontrol sakit
neuropatik, digunakan antikonvulsan seperti phenytoin, carbamazepine, dan gabapentin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif M, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2. Jakarta : Media


Aesculapius
2. Enjantjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT.Citra
Aditya Bakti
3. DjuandaA,Djuanda S, Hamzah M.,Aisah S.,editor.1993. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin.Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia
4. Arnold HL, Odom Rb, James WD.Andrews disease of the skin.1990. Clinical
dermatology.8th ed. Philadhephia WB Saunders Company
5. http://nyomankandun.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/manual_p2
m.pdf

Anda mungkin juga menyukai