Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

TENTANG KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSAAN

Disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah

Keperawatan Jiwa I

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

EH
S T I K E S
ATAN
SA
C

A
H G
B AY
A BAN
AN IN
JARMAS

Oleh :

NAMA: RAHMATULLAH

NIM : 16.20.2658

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2018
A. Pengertian Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan

a. Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau

tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan

atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga

klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang

akan terjadi (NANDA, 2011). Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan

memiliki definisi persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak

akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau

situasi yang akan terjadi. Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan

merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi

hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi

terakhir atau yang baru saja terjadi. Menurut Carpenito-Moyet (2007)

ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau

kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

b. Keputusasaan

Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif

ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan

alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya

sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki beberapa batasan

karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang inisiatif, pasif,

meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera makan, kurang

kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan yakni: isolasi


soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress jangka panjang, serta kehilangan

nilai kepercayaan. Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang

dialami ketika individu merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan

dirasa mustahil. Seseorang tersebut tidak akan memiliki harapan untuk

memperbaiki kehidupannya, tidak memiliki solusi untuk masalah yang

dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya

menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563). Keputusasaan ini berbeda dengan

ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa tidak mampu melihat adanya

solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk

mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah

seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk

melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

B. Penyebab

a. Ketidakberdayaan

1. kurangnya pengetahuan

2. Ketidak adekuatan koping sebelumn ya (seperti : depresi)

3. serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito, 2009).

Doenges, Townsend, M, (2008)

a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol

terhadap terapi.

b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hubungan yang kasar.

c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:penyakit kronis atau yang

melemahkan kondisi.
d. Gaya hidupketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

b.keputusasaan

a.Faktor kehilangan

b. Kegagalan yang terus menerus

c. Faktor Lingkungan

d. Orang terdekat ( keluarga )

e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)

f. Adanya tekanan hidup

g. Kurangnya iman

C. Manifestasi klinis

a. keputusasaan

Mayor ( harus ada) Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis

yang mendalam , berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi

yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.

Contoh ungkapan :

1.“Lebih baik saya menyerah karenasaya tidak mampu memperbaiki

keadaan.”

2. “Masa depan saya seolah suram.”

3. “Saya tidak dapat membayangkan masa depan saya 10 tahun kedepan.”

4.“Saya sadar, sayati pernah mendapatkan apa yang saya inginkan

sebelumnya.”

5.“Rasanya saya tidak mungkin menggapai kepuasan dimasa yang akan

datang.”
1) Fisiologis :

a. respon terhadap stimulus melambat

b. tidak ada energi

c. tidur bertambah

2) emosional :

a. individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya

tapi dapat

merasakan

b. tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan

c. tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

d. hampa dan letih

e. perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa

f. tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.

3) Individu memperlihatkan :

Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan, Penurunan

verbalisasi, Penurunan afek, Kurangnya ambisi,inisiatif,serta

minat.Ketidakmampuan mencapai sesuatu Hubungan interpersonal yang

terganggu, Proses pikir yang lambat, Kurangnya tanggung jawab terhadap

keputusan dan kehidupannya sendiri.

4) Kognitif :

Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan

membuat keputusan, Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang

bukan masalah yang dihadapi saat ini, Penurunan fleksibilitas dalam proses
pikir, Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ), Tidak punya

kemampuan berimagenasi atau berharap, Tidak dapat mengidentifikasi atau

mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, Tidak dapat membuat perencanaan,

mengatur serta membuat keputusan,Tidak dapat mengenali sumber harapan

Minor ( mungkin ada )

1) Fisiologis: Anoreksia, BB menurun

2) Emosional: Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain,

Merasa berada diujung tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia tidak bisa),

Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani, Rapuh

3) Individu memperlihatkan : Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan

dari pembicara, Penurunan motivasi, Keluh kesah, Kemunduran, Sikap pasrah,

Depresi

4) Kognitif : Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima,

Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang,

Bingung, Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif, Distorsi proses pikir

dan asosiasi, Penilaian yang tidak logis

D. Jenis-jenis Ketidakberdayaan

Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis

ketidak- berdayaan, yaitu;

a. Ketidakberdayaan situasional

Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin

berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)

Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan,

tujuan, gaya hidup, dan hubungan.

E. Fakfor-faktor ketidakberdayaan

a. Ketidakberdayan

Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah

ketidakberda-yaan menurut

Stuart (2009) pada Seseorang antara lain:

a. Biologis

Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien tidak

berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot berkurang

b. Psikologis

Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke tersebut,

sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan latihan apa-apa,

terkadang istrinya juga merasa sedih melihat keadaaan suaminya seperti itu.

c. Sosiokultural

Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami hambatan

selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga komunikasi

yang kurang jelas karena pelo.

d. Spiritual

Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan ibadah

sholat
Faktor presipitasi (waktu<6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d saat dikaji)

a. Nature

Status nutrisi pasien berkurang

b. Origin

- Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan

lingkungannya.

- Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan masyarakat,

kurang dukungan kelompok/teman sebaya

c. Timing

Stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/

terus menerus.

d. Number

Sumber stres lebih dari satu, stres dirasakan sebagai masalah yang san gat

berat. Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon

a. Kognitif: kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan, berkurangnya

kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan,

mimpi buruk, produktivitas menurun, pelupa, ketidakpastian.

b. Afektif: sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif, kesepian,

rasa tidak berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan

gagal.

c. Fisiologis: pasien biasnya mengeluh pusing. Suhu tubuh biasanya panas,

penuruanan berat badan


d. Perilaku: agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung,

kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang,

mudah menangis

e. Respon sosial: patisipasi sosial berkurang. Kemampuan mengatasi

masalah/ sumber koping

a. Personal ability; kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang

kurang baik, kurang

memiliki kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,

perawatan diri yang kurang baik, tidak kreatif.

b. Sosial support ; hubungan yang kurang baik dengan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat, kurang terlibat dalam organisasi

sosial/kelompok sebaya, ada konflik nilai budaya.

c. Material asset ; penghasilan kurang

d. Positive belief ; tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang

memiliki motivasi, kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang

melakukan pengobatan) Mekanisme koping yang dapat terjadi pada

ketidakberdayaan antara lain:

Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan

sesuatu yang bermanfaat, tidak mempunyai hubungan akrab,

ketidakmampuan untuk mencari

informasi tentan perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan saat diberikan.


b.keputusasaan

a. Faktor predisposisi

1. Faktor resiko biologis

Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan

nafsu makannya.

2. Faktor resiko psikologis

Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV

oleh dokter, pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan

saat ada anggota keluarga yang ingin membujuknya. Pasien tidak memiliki

semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki harapan.

3. Faktor resiko sosiokultural

Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien

dengan lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering

menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya.

Keluarga pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan semnagatnya tidak

dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien menjadi tidak

yakin dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang dialami. Pasien

merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

b. Faktor presipitasi

1. Nature

Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu

makannya.

2. Origin
Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di sekitarnya

Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan

lingkungan dan teman-temannya.

3. Timing

Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami stress

secara terus-menerus dan berkepanjangan.

4. Number

Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien

merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

c. Respon terhadap stress/tanda gejala/penilaian terhadap respon

1. Kognitif

Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, pesimis, menyalahkan

dirinya sendiri, kehilangan minat motivasi, tidak dapt menyambil keputusan.

2. Afektif

Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian, keputusasaan, rasa

bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri pasien rendah, dan ansietas.

3. Fisiologis

Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit punggung, sakit kepala,

dan diare.

4. Perilaku

Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan diri pasien

kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat tergantung.

5. Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan pasien tidak mampu

mengatasi masalahnya.

d. Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan mekanisme

penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya menghindari distress.

e. Mekanisme koping Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk

melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya,

ketidakmampuan untuk mencari informasi tentan perawatan untuk kesembuhannya,

tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan dukungan oleh

keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai